Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini Indonesia mencoba untuk meningkatkan sumber daya manusia
(SDM), hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan SDM. Pendidikan
merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam eksistensi suatu negara.
Hakikatnya di era globalisasi suatu negara dikatakan maju, apabila pendidikannya
berkualitas sehingga melalui pendidikan yang berkualitas akan mencetuskan
generasi-generasi penerus bangsa yang dapat meningkatkan daya saing dengan
negara lain dan memajukan keadaan suatu negara. Sesuai dengan Undang-Undang
RI Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
menciptakan proses pembelajaran dan suasana belajar. Fungsi dan tujuan dari
Pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter
bangsa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga bertujuan untuk
mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa,
memiliki kecerdasan dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Indonesia telah mengalami berbagai perkembangan sistem pendidikan. Saat
ini pemerintah Indonesia menerapkan Sistem Pendidikan Kurikulum 2013 (K-13)
untuk menggantikan Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 lebih menekankan pada
pendidikan berkarakter dan ketika proses pembelajaran berlangsung siswa dituntut
untuk lebih aktif. Terdapat beberapa mata pelajaran di Indonesia yang wajib
dipelajari oleh siswa, diantaranya adalah mata pelajaran matematika. Sesuai dengan
pernyataan dari Abdurrahman (2009) bahwa “Dari berbagai pelajaran yang
diajarkan di sekolah, matematika adalah mata pelajaran yang dianggap paling sulit
bagi siswa, baik bagi siswa yang tidak menemukan kesulitan maupun siswa yang
menemukan kesulitan dalam mata pelajaran ini”. Dengan demikian, dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa menganggap matematika sebagai mata
pelajaran yang sulit.

1
Asri Wahyu Lestari, 2020
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
2

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dan penting
untuk dipelajari. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari aspek kehidupan
yang dapat membuat berpikir secara sistematis. Mengingat matematika
berhubungan dengan aspek kehidupan, maka perlu untuk dikuasai dan dipelajari.
Sesuai dengan Turmudi (2008) bahwa matematika berkaitan erat dengan kehidupan
sehari-hari sehingga siswa mampu menerapkan matematika yang berguna bagi
dirinya, baik dalam kehidupan nyata maupun dunia kerjanya kelak.
Sejalan dengan pernyataan di atas, berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22
tahun 2006, tujuan dari mata pelajaran matematika yaitu agar siswa memiliki
kemampuan berikut :

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep


dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan suatu gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan berbagai masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model
matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas suatu keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Hal ini didukung oleh pernyataan yang dikeluarkan oleh NCTM (2000),
yaitu tujuan umum pembelajaran matematika atau yang dikenal dengn kemampuan
matematis (mathematical power), yaitu :
1. Kemampuan pemecahan masalah (problem solving)
2. Kemampuan penalaran (reasoning)
3. Kemampuan berkomunikasi (communication)
4. Kemampuan membuat koneksi (connection)
5. Kemampuan representasi (representation)
Pembelajaran matematika memiliki peranan penting dalam mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Kemampuan tersebut diperlukan siswa untuk
membantu menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana disebutkan dalam Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 yaitu
Asri Wahyu Lestari, 2020
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
3

menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung jawab,
responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah. Sehingga
kemampuan berpikir kritis matematis merupakan salah satu kompetensi yang harus
dicapai melalui pembelajaran. Untuk memenuhi tuntutan abad ke-21, orang-orang
harus mengetahui lebih dari sekedar mata pelajaran inti. Mereka perlu mengetahui
bagaimana menggunakan pengetahuan dan keterampilannya dengan berpikir secara
kritis, menerapkan pengetahuan pada situasi baru, menganalisis informasi,
memahami ide baru, mengomunikasikan, mengkolaborasikan, menyelesaikan
masalah, membuat keputusan.
Hal baru dalam pembelajaran Kurikulum 2013 setelah revisi adalah
diterapkannya konsep High Order Thinking Skills (HOTS) atau kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Tujuan diterapkannya konsep HOTS agar siswa dapat
berpikir kritis, kreatif, logis dan sistematis sesuai dengan mata pelajaran,
menghasilkan siswa dengan keterampilan tingkat tinggi, serta menghasilkan
individu berkualitas tinggi sebagai aset bagi negara. Sesuai dengan yang dikatakan
Nagappan (2001) salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam
pembelajaran Kurikulum 2013 setelah revisi adalah kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang digunakan
untuk memecahkan suatu masalah secara efektif. Pemikiran kritis dalam era
informasi baru saat ini muncul sebagai keterampilan penting yang harus dimiliki
oleh seseorang untuk bersaing dengan perkembangan dan perubahan (Alpers,
2010).
Namun faktanya, rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika masih ditemukan. Banyak siswa yang kurang
terampil dalam menyelesaikan masalah dan tidak menyertakan alasan-alasan dalam
penyelesaian masalah hal ini merupakan pertanda rendahnya kemampuan berpikir
kritis siswa. Rendahnya kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dari hasil TIMSS
bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa Indonesia masih kurang
memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil TIMSS pada tahun 2011 untuk bidang
studi matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara
yang siswanya diberi tes.

Asri Wahyu Lestari, 2020


PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
4

Menurut Noer (2009), hasil studi TIMSS terungkap bahwa siswa Indonesia
lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin yang berkaitan dengan jastifikasi
atau pembuktian dan pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematika,
menemukan generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara data-
data atau fakta yang diberikan. Sedangkan dalam studi PISA, siswa Indonesia
lemah dalam menyelesaikan soal-soal yang difokuskan pada mathematics literacy
yang ditunjukkan oleh kemampuan siswa dalam menggunakan matematika yang
mereka pelajari untuk menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan fakta di atas, dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa
pada umumnya masih rendah.
Rendahnya kemampuan berpikir kritis terungkap dari hasil penelitian
Syahbana (2012, hlm. 46) bahwa sekolah justru mendorong siswa memberi
jawaban yang benar daripada mendorong mereka memunculkan ide-ide baru
dengan alasan atau memikirkan ulang kesimpulan-kesimpulan yang sudah ada. Hal
tersebut mengakibatkan lulusan siswa sekolah hanya memiliki kemampuan yang
tidak mendalam terhadap ilmu pengetahuan.
Berkaitan dengan rendahnya kemampuan berpikir kritis, guru harus
merangsang siswa untuk belajar aktif saat proses proses belajar berlangsung,
sehingga siswa dapat menggali, mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki
dan dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dengan bantuan guru
sebagai fasilitator. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Vygotsky (1978), proses
belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kerjasama
dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung, dalam
bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa.
Berdasarkan teori belajar di atas, agar proses pembelajaran dapat berlangsung
dengan baik, maka diperlukan beberapa aspek untuk mendukung pembelajaran
tersebut. Oleh karena itu, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fika dan
Nining (2016) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa
diperlukan pendekatan yang mampu mengembangkan kemampuan tersebut. Salah
satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT).

Asri Wahyu Lestari, 2020


PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
5

Slavin (2009) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif atau


Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan
bekerja secara kolaboratif dalam suatu kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang
siswa dengan struktur kelompok heterogen yang melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya, dan berisi informasi untuk membangun pengetahuan mereka sendiri.
Maksud kelompok heterogen terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis
kelamin, dan suku. Setiap anggota bekerja bersama dan saling membantu untuk
memahami materi pembelajaran ketika sudah dalam kelompok.
Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam
membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, membantu teman dan
siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga memberikan dampak
positif terhadap interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa
untuk meningkatkan prestasi belajarnya (Isjoni, 2013). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fika dan Nining (2015, hlm. 323) bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran tipe TGT dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa dilihat dari peningkatan indikator-indikatornya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nelli dan Fitri (2014)
bahwa penerapan model pembelajaran Team Games Tournaments (TGT) dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini terlihat dari
peningkatan skor, dari skor prestest ke skor postest. Begitu juga dengan respon
siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT.
Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu baik. Hal tersebut
diperoleh dari perhitungan angket, berupa tanggapan siswa kelas VII-B SMP Amal
Bakti Manislor terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Selain menggunakan model pembelajaran yang tepat, hal penting yang perlu
diperhatikan untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran dapat ditentukan
oleh respon siswa. Menurut Kartono dan Gulo (2006) respons adalah suatu reaksi
atau jawaban bergantung pada stimulus atau merupakan hasil dari stimulus tersebut.
Menurut Susanto (1998), respon juga dapat dikatakan sikap atau reaksi tertutup
yang bersifat emosional dan pribadi, yang merupakan tendensi untuk memberikan

Asri Wahyu Lestari, 2020


PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
6

reaksi yang positif atau negatif terhadap orang-orang, obyek, atau situasi tertentu.
Penilaian seseorang pada fenomena tertentu dapat dilihat dari respons yang
ditunjukkannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nelli dan Fitri (2014)
respon siswa terhadap pembelajaran Kooperatif tipe TGT yaitu baik. Hal tersebut
diperoleh dari perhitungan angket siswa yang kemudian hasilnya ditentukan kriteria
interpretasi persentase skor. Tanggapan siswa kelas VII-B SMP Amal Bakti
Manislor terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan pada konsep bilangan pecahan,
dimana rekapitulasi hasil angket respon siswa memberikan respon yang cukup baik
terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
Kooperatif tipe TGT.
Penting bagi guru untuk memunculkan respon yang positif pada siswa. Hal
ini sesuai dengan pendapat Ruseffendi (1988) bahwa untuk menumbuhkan respons
positif terhadap matematika, pembelajaran harus menyenangkan, mudah dipahami,
tidak menakutkan, dan ditunjukkan kegunaannya. Berdasarkan latar belakang di
atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT).”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belajar
dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(TGT) lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran
discovery learning?
2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika setelah
menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT)?

Asri Wahyu Lestari, 2020


PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
7

C. Batasan Masalah
Agar tidak meluasnya pengkajian dalam materi ini, peneliti membatasi
penelitian ini dengan subjeknya kelas VIII tahun ajaran 2019/2020 di salah satu
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Ciamis. Materi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Persamaan Garis Lurus.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa yang belajar dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams Games Tournament (TGT) dibandingkan dengan siswa yang
belajar dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.
2. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam
pembelajaran matematika di SMP. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain:
1. Teoritis:
Jika model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) lebih
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa maka hasil
penelitian ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan bagi penelitian
selanjutnya.
2. Praktis:
Jika model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) lebih
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa maka penelitian
ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:
a. Bagi guru, model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran di sekolah,
khususnya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa.
Asri Wahyu Lestari, 2020
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
8

b. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai


bagaimana bentuk dan cara menerapkan model pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis matematis siswa SMP.
c. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam upaya meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran yang tepat.

Asri Wahyu Lestari, 2020


PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai