Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern sehingga mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu

dan mengembangkan daya pikir manusia. Dikarenakan matematika berperan sebagai

pengembangan logika dan kemampuan berpikir siswa. Matematika juga adalah mata

pelajaran yang wajib dipelajari dari tingkat dasar sampai tingkat menengah.

Matematika penting untuk dipelajari di sekolah, mengingat bahwa matematika

merupakan ilmu yang senantiasa berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini

sesuai dengan pendapat Cornelius dalam Abdurrahman mengemukakan bahwa:

Ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan:


(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan
generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, (5)
sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.1

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa mempelajari matematika

sangatlah penting. Karena melalui pembelajaran matematika manusia dilatih agar

dapat berpikir kritis, logis, sistematis, dan dapat menyelesaikan masalah yang

dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran matematika di sekolah sebaiknya harus memperhatikan

usaha untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir, salah satunya

____________
1
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), Hlm. 253.

1
2

kemampuan berpikir kreatif. Pada pembelajaran matematika kemampuan berpikir

kreatif merupakan salah satu tujuan pembelajaran seperti yang tertuang dalam tujuan

pendidikan pada kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia

agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradapan dunia.2 Kompetensi tersebut

diperlukan agar peserta didik memiliki kemampuan memperoleh, mengolah, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,

tidak pasti, dan kompetitif.

Pentingnya kemampuan berpikir kreatif dalam bidang pendidikan juga dapat

dilihat dari upaya pengambilan kebijakan untuk memasukkan keterampilan berpikir

kreatif ke dalam pendidikan yang dimuat dalam kurikulum. Menurut Permendikbud

tahun 2016 pembelajaran otentik dalam pembelajaran matematika menekankan pada

(1) berorientasi pada proses maupun hasil dalam menyelesaikan masalah, (2) aspek

penalaran untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan berpikir logis,

kritis, analitis, dan kreatif.3 Upaya tersebut dilakukan untuk dapat mengembangkan

SDM (Sumber Daya Manusia) yang kreatif supaya setiap individu dapat menjalani

masa depan yang penuh dengan tantangan serta dengan adanya pengembangan

____________
2
Endah Wulantina,dkk.,Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pemacahan Masalah Matematika
Dtinjau dari Kemampuan Matematika pada Siswa Kelas X MIA SMAN 6 Surakarta,Jurnal Eletronik
Pembelajaran Matematika, Vol.6, No.6, Agustus 2015, Hlm.
671.
3
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016, Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah
Pertama /Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Jakarta.
3

kemampuan berpikir kreatif ini, diharapkan dapat mencetak generasi-generasi yang

mampu berasing di kancah internasional.

Di samping tujuan tersebut, mata pelajaran matematika diberikan kepada siswa

untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan

masalah. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu

dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika,

menyelesaikan masalah, dan menafsirkan hasilnya.4 Dalam pemecahan masalah

matematika, diperlukan pemikiran dan gagasan yang kreatif dalam membuat

(merumuskan) dan menyelesaikan model matematika serta menafsirkan solusi dari

suatu masalah matematika. Kemampuan berpikir kreatif dapat menolong seseorang

untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan kemampuan pemecahan masalah, dan

sebaliknya pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Pemecahan masalah dikatakan salah satu komponen penting untuk

mengembangkan kemampuan berpikir siswa salah satunya kemampuan berpikir

kreatif, karena proses pembelajaran matematika pada dasarnya adalah penyelesaian

masalah dan perlu mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan masalah-

masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari serta menciptakan ide atau gagasan

dalam berbagai hal. Adapun ciri-ciri yang dapat dijadikan patokan untuk melihat

kemampuan berpikir kreatif yang berhubungan dengan kognitif dapat dilihat dari

____________
4
BNSP, Standar Isi dan Kompetensi Lulusan SD/MI, (Jakarta: Kemendiknas, 2006), Hlm. 416.
4

kemampuan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, keterampilan berpikir

orisinal, dan keterampilan elaborasi5.

Namun secara umum, kemampuan matematis siswa Indoneisa salah satunya

kemampuan berpikir kreatif masih belum seperti yang diharapkan. Hal itu

ditunjukkan oleh hasil survey yang dilakukan oleh TIMMS (Trends In Internasional

Mathematics and Science Study) pada tahun 2011 yang mencatat data prestasi

matematika siswa kelas VIII SMP Indonesia berada diperingkat ke 36 dari 42 negara

dengan skor 386 dari skor rata-rata internasional 500. Sedangkan pada tahun 2015

Indonesia mengikuti TIMSS untuk kelas 4 SD di mana berada diperingkat ke 44 dari

50 negara dengan skor 3976.

Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa capaian Indonesia di ajang

TIMSS khususnya bidang Matematika masih rendah dan jauh dari skor rata-rata

internasional yaitu 500. Berdasarkan hasil survei hasil TIMSS 2015 juga dikatakan

bahwa sekitar 75% item yang diujikan dalam TIMSS telah diajarkan di kelas IV SD

(lebih tinggi dibandingkan Korea Selatan yang hanya 68%), namun kedalaman

pemahaman masih kurang. Dan hal tersebut dapat menghambat perkembangan

kemampuan tingkat tinggi lainnya salah satu kemampuan berpikir kreatif.


____________
5
Azhari, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Melalui Pendekatan
Konstruktivisme di Kelas VII SMP Negeri 2 Banyuasin III, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 7, No.
2, Juli 2013, Hlm. 4.

6
Nizam, Ringkasan Hasil-Hasil Asesmen Belajar dari Hasil UN, PISA, TIMSS, dan INAP,
(Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan: 2016), diakses pada tanggal 21 Mei 2018 dari situs:
https://puspendik.kemdikbud.go.id/seminar/upload/Hasil%20Seminar%20Puspendik%202016/Nizam-
Hasil%20Penilaian_seminar%20puspendik%202016.pdf
5

Demikian juga dengan hasil PISA (Program for International Student

Assessment) yang diselenggarankan oleh OECD (Organization for Economic

Cooperation and Development)untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara

di seluruh dunia. Ada tiga kompetensi dasar yang diuji yaitu membaca, matematika,

dan sains. Padatahun 2012 terlihat pada kompetensi matematika, siswa Indonesia

berada pada tingkat 64 dari 65 negara dengan skor 382 mengalami peningkatan pada

tahun 2015 di mana Indonesia menempati posisi 69 dari 76 negara dengan skor 386.

Peningkatan tersebut mengangkat posisi Indonesia 6 peringkat ke atas bila

dibandingkan posisi peringkat kedua dari bawah pada tahun 20127.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui skor Indonesia masih di bawah

rerata negara-negara OECD dan peringkat Indonesia dari banyaknya negara yang

ikut serta dalam PISA masih berada diperingkat yang rendah. Hal ini terjadi karena

siswa sering kali hanya dibiasakan menyelesaikan soal aplikasi rumus tanpa ada

pengembangan apapun, sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa kurang terlatih.

Hal yang sama juga terjadi pada siswa MTsN Model Banda Aceh, di mana

hasil tes kemampuan awal yang dilakukan peneliti pada siswa kelas VIII sebanyak 30

orang, menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran

matematika masih tergolong rendah, berikut adalah contoh soal matematika yang

diberikan kepada siswa beserta salah satu uraian jawabannya:

____________
7
Muhammad Tohir, Peringkat dan Capaian PISA Indonesia Mengalami Peningkatan, 06 Desember
2016, Diakses pada tanggal 21Mei 2018 dari
situs:https://www.researchgate.net/publication/322420745_Hasil_PISA_Indonesia_Tahun_2015_Meng
alami_Peningkatan
6

Berdasarkan hasil tes yang dilakukan penulis pada beberapa siswa kelas VIII

MtsN Model Banda Aceh, dengan memberikan soal kreatif diperoleh 78 % indikator

fluency terpenuhi di mana siswa dapat memberikan lebih dari satu ide/jawaban yang

relevan dengan menyelesaian masalah tetapi penyelesaiannya kurang jelas, dan

indikator flexibility hanya 23,3% yang terpenuhi di mana siswa yang dapat

memberikan jawaban hanya dengan satu cara di mana proses perhitungan dan

hasilnya benar, sedangkan untuk indikator originaldan Elaborationtidak terpenuhi

sama sekali. Jadi berdasarkan tes kemampuan awal di MTsN Model Banda Aceh

dapat disimpulkan kemampuan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah dan ada

indikator yang tidak memenuhi sama sekali.

Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa diduga akibat dari proses

pembelajaran yang sebagian besar siswa hanya berperan sebagai penerima, kurang

aktif dalam menemukan atau mencari informasi baru penyelesaian suatu masalah. Hal

itu sesuai dengan pendapat Ruseffendi mengatakan bahwa selama ini dalam proses
7

belajar matematika di kelas, pada umumnya siswa dalam mempelajari matematika

hanya diinformasikan oleh gurunya dan bukan melalui eksplorasi.8Pembelajaran

tersebut dalam penelitian ini disebut pembelajaran konvensional. Selain itu perangkat

pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran masih sangat sederhana

sehingga hal tersebut kurang menarik perhatian siswa.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh Wahid Wijaya ke beberapa

sekolah tentang perangkat pembelajaran matematika (RPP, LKPD, lembar evaluasi)

pada tingkat satuan pendidikan SMP/MTs, yaitu SMP 1 Banda Aceh, SMP 8 Banda

Aceh dan MTs Oemar Diyan, mengatakan bahwa perangkat pembelajaran yang

dibuat oleh guru masih belum memadai dan masih memiliki kekurangan.9 Padahal

perangkat pembelajaran tersebut sangat penting dibuat karena perangkat

pembelajaran matematika digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran

guna memperoleh hasil seperti yang diharapkan.

Adapun penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang

telah dilakukan oleh saudara Wahid Wijaya dengan judul “Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Berbasis Creative Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kreatif Siswa SMP/MTs”. Dari hasil penelitian sebelumnya, perangkat

pembelajaran dengan menggunakan model Creative Problem Solving belum pernah

____________
8
Ruseffendi, Pengantar kepada Membantu Guru dalam Mengembangkan Kompetensinya dalam
Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Edisi Revisi, (Bandung : Tarsito, 2006), Hlm.
328.

9
Wahid Wijaya, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Model Creative Problem
Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP/MTs, Skripsi,
(Darussalam:UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2018)
8

digunakan di sekolah tersebut. Sehingga para peneliti membuat pengembangan

perangkat pembelajaran yang berbasis model Creative Problem Solving terhadap

kemampuan berpikir kreatif.

Model pembelajaran CPS (creative problem solving) adalah suatu model

pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan

pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.10 Melalui model

pembelajaran ini dapat menumbuhkan kreativitas siswa dalam menyelesaikan

masalah dengan berbagai ide, banyak solusi, dan mengembangkan informasi yang

didapat sehingga menghasilkan ide yang baru dalam menyelesaikan masalah di mana

solusi-solusi tersebut di saring kembali dengan arahan guru agar didapat sebuah

keputusan yang menghasilkan solusi terbaik yang mendekati masalah.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Creative Problem Solving yang

didefinisikan oleh Parnes sebagai presiden dari Creative Problem Solving Foundation

(CPSF) yaitu tahap menemukan fakta, tahap menemukan masalah, tahap menemukan

gagasan, tahap menemukan penyelesaian, dan tahap menemukan penerimaan.11

Model Creative Problem Solving sangat tepat untuk mengatasi masalah

tersebut. Karena dalam Model Creative Problem Solving memberikan siswa

kesempatan untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri dengan cara berdiskusi

dengan teman sekelompoknya dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang

____________
10
Shoimin, Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014), Hlm. 56.
11
Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999),
Hlm. 206.
9

diberikan dalam bentuk lembar kerja peserta didik (LKPD). Siswa dapat berdiskusi

dengan siswa lainnya untuk saling menuangkan ide, pendapat mereka untuk dapat

menentukan strategi dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Melalui aktivitas

kreatif yang disajikan dalam model pembelajaran creative problem solving siswa

dilatih untuk memandang permasalahan dari sudut pandang yang berbeda dan

menuntut kreativitas siswa dalam berpikir untuk dapat menyelesaikan permasalahan

yang diberikan. Dengan aktivitas tersebut diharapkan siswa akan terlatih untuk

berpikir kreatif dalam memecahkan masalah dan berperan aktif dalam peroses

pembelajaran.

Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Windi

Hadianti Tarlina dan Ekasatya Aldila Afriansyah bahwa penerapan model

pembelajaran creative problem solving dinyatakan efektif untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif, di mana berdasarkan hasil analisis terhadap tes akhir,

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa yang

signifikan antara siswa kelas Creative Problem Solving dan kelas konvensional12.

Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Creative Problem Solving

yang telah dilakukan oleh saudara Wahid Wijaya menggunakan model

pengembangan menurut Plomp yang memiliki tiga tahap yakni, Penelitian awal

(Preliminary research), pengembangan atau tahap perencanaan (Development or

____________
12
Windi Hadianti Tarlina, dkk., Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Creative Problem
Solving, Jurnal EduMa, Vol. 5, No. 2, Desember 2016, Hlm. 48.
10

Prototyping phase), dan tahap penilaian (Assessment phase).13Pada tahap penelitian

awal, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah analisis teori pendukung

pengembangan perangkat pembelajaran, analisis kurikulum, analisis siswa, dan

analisis mata pelajaran dengan cara mengumpulkan, dan menganalisis informasi yang

mendukung rencana kegiatan berikutnya. Pada tahap perencanaan/pengembangan

merupakan tahap penetuan desain perangkat seperti RPP, LKPD, bahan ajar, dan

lembar evaluasi, sekaligus dikembangkan instrumen penelitian berupa lembar validasi

instrumen yang meliputi lembar validasi RPP, lembar validasi LKPD, lembar validasi

bahan ajar, lembar validasi lembar evaluasi dan angket untuk melihat kepraktisan.

Dan tahap terakhir adalah penilaian merupakan penentuan kualitas produk. Tujuan

tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah sasaran dapat bekerja dengan

perangkat pebelajaran yang dikembang serta bersedia untuk menerapkan dalam

pembelajaran mereka. Dan apakah perangkat tersebut efektif atau tidak, di mana pada

tahap ini dilakukan uji coba terbatas14.

Penelitian sebelumnya belum melakukan tahap penilaian pada perangkat

pembelajaran karena terbatasnya waktu peneliti untuk menerapkannya di kelas atau di

sekolah. Untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifan perangkat pembelajaran

tersebut maka penulis ingin melanjutkan penelitian sebelumnya dengan

____________
13
Tjeerd Plomp dan Nienke Nieveen, Educational Design Research,Netherlands: Netherlands
Institute for Curriculum Development (SLO), 2013.
14
T. Plomp, Educational and Training System Design, (University of Twenie: Netherlands,
1997).
11

menerapkanhasil pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Creative Problem

Solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif yang telah dirancang.

Adapun perangkat pembelajaran matematika yang dikembangkan dalam

penelitian ini dikatakan praktis jika para praktisi menyatakan bahwa perangkat

pembelajaran dengan model CPS yang telah dikembangkan mudah diterapkan dalam

proses pembelajaran di kelas. Untuk mengukur kepraktisan produk pengembangan

dapat dilakukan dengan lembar observasi terhadap guru dalam melakukan proses

pembelajaran sedangkan untuk mengukur keefektifan suatu produk pengembangan

perangkat pembelajaran dengan pengukuran tes skor siswa terhadap kemampuan

berpikir kreatif sesudah dan sebelum digunakan perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan melalui model Creative Problem Solving.

Dari pengembangan perangkat pembelajaran yang telah dilakukan

menghasilkan produk perangkat pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem

Solving yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD), dan lembar evaluasi.

Bedasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

peneliti dengan judul: “Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP/MTs Melalui

Model Pembelajaran Creative Problem Solving”

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang disajikan pada latar belakang di atas, dapat disusun rumusan

masalah sebagai berikut:


12

1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP/MTs sesudah

diterapkan model pembelajaran Creative Problem Solving?

2. Bagaimanakah perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP/MTs antara

kelas yang diterapkan model pembelajaran Creative Problem Solving dengan

siswa yang diterapkan model konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa SMP/MTs sesudah

diterapkan model Creative Problem Solving.

2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP/MTs

antara kelas yang diterapkan model pembelajaran Creative Problem

Solvingdengan siswa yang diterapkan model pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

perumusan masalah dan tujuan penelitian, penulisan ini diharapkan dapat berguna:

1. Bagi guru, untuk mengetahui adanya strategi yang mampu untuk mempenagruhi

peningkatan pemahaman konsep dalam belajar matematika sehingga dapat

memperbaiki hasil belajar matematika siswa.

2. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran, salah satunya untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan dampak yang positif terhadap
13

proses pembelajaran di sekolah, khususnya dalam belajar matematika.

4. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

perkuliahan di UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Selain itu penelitian ini diharapkan

akan menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang model pembelajaran

serta pedoman bagi penulis untuk mengembangkan model pembelajaran.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran para pembaca, maka

perlu dijelaskan istilah-istilah pokok yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun

istilah-istilah yang akan dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Model pembelajaran CPS (creative problem solving) adalah suatu model

pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan

pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.15 Model CPS

terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menemukan fakta, (2) Menemukan

masalah, (3) Menemukan gagasan, (4) Menemukan solusi, dan (5) Menemukan

penerimaan.

2. Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif merupakan keterampilan individu dalam menggunakan proses

berpikirnya untuk menghasilkan ide baru, konstruktif, dan baik berdasarkan konsep-

____________
15
Shoimin, Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014), Hlm. 56.
14

konsep yang rasional, persepsi, dan instuisi individu.16 Adapun indikator berpikir

keatif adalah sebagai beriut: (1) kelancaran (fluency), (2) keluwesan (felxibility), (3)

kabaruan (originality), dan (4) keterperincian (elaboration).

3. Materi Sistem Persamaan Linier Satu Variabel

Sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) dalam 𝑥 dan 𝑦 terdiri atas dua

persamaan yang dapat dinyatakan dengan:

𝑎1 𝑥 + 𝑏1 𝑦 = 𝑐1 dan 𝑎2 𝑥 + 𝑏2 𝑦 = 𝑐2 dimana 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑏1 , 𝑏2 , 𝑐1 , dan 𝑐2 adalah bilangan

real.

Jika persamaan linear dua variabel adalah sebuah persamaan mandiri, artinya

penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel itu tidak terkait dengan Persamaan

Linear Dua Variabel yang lain. Sedangkan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

terdiri dari dua Persamaan Linear Dua Variabel yang saling terkait, dalam arti

penyelesaian dari Sistem Persamaan Linear Dua Variabel harus sekaligus memenuhi

kedua Persamaan Linear Dua Variabel pembentuknya.

Sistem persamaan linear dua variabel kamu harus tahu ada tiga cara yang rutin

digunakan dalam menyelesaikan soal atau masalah dalam sistem persamaan linear

dua variabel, yaitu: metode grafik, metode eliminasi dan metode subtitusi

____________
16
Darmiyati, Humanisasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), Hlm. 127.

Anda mungkin juga menyukai