Abstract
1. PENDAHULUAN
Menurut Munawarah (2017) Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada saat ini atau yang akan datang. Setiap
sistem pendidikan di setiap tingkat sangat tergantung pada sumber daya manusia untuk
pelaksanaan programnya. Salah satu kemampuan dalam berfikir adalah berfikir kritis.
Berpikir kritis (Critikal Thingking) adalah keharusan dalam usaha menyelesaikan masalah,
membuat keputusan, menganalis asumsi-asumsi. Pendidikan adalah upaya untuk
mengembangkan kemampuan individu untuk hidup secara optimal sebagai individu atau
anggota masyarakat (Siagian & Surya, 2017).
Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan kemampuan individu untuk hidup secara
optimal sebagai individu atau anggota masyarakat (Siagian & Surya, 2017).
Lubis & Surya (2016) bahwa suatu sistem pendidikan disebut bermutu dari segi
proses adalah jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan siswa mengalami
proses pembelajaran yang bermakna. Pendidikan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri.
Matematika bukan hanya menampilkan keterampilan berhitung, bukan hanya
keterampilan menyelesaikan soal, tetapi matematika juga mengajarkan aspek lain yaitu
ketelitian, berpikir logis, berpikir kritis, keaktifan dan pemahaman konsep dan lain
sebagainya Namun pada kenyataanya dari hasil pengamatan yang dilakukan masih terdapat
siswa yang beranggapan matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit menakutkan dan
membosankan karena sifatnya yang abstrak, mengakibatkan rendahnya berpikir kritis siswa,
kurangnya rasa ingin tahu dan akan berdampak pada pemahaman dasar matematika, padahal
kesulitan tersebut bisa diatasi dengan memperbanyak latihan dan menggunakan strategi
ataupun metode yang sesuai dengan materi pelajaran
Menurut (Surya dkk 2016) Suatu cara pandang siswa tentang persoalan matematika
ikut mempengaruhi pola fikir tentang penyelesaian yang akan dilakukan. Selain karena
matematika merupakan ilmu yang dipahami melalui penalaran, tetapi juga karena salah satu
tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
Pada umumnya matematika tidak disukai karena dianggap sulit dan ditakuti oleh
siswa sehingga hal ini dapat mempengaruhi perkembangan belajar matematika. Kesulitan
belajar matematika terutama disebabkan oleh sifat khusus dari matematika yang memiliki
obyek abstrak. Pelajaran matematika yang berjalan saat ini cenderung ditujukan pada
ketrampilan siswa mengerjakan dan menyelesaikan soal-soal matematika Siahaan & Surya.
Menurut Perawansa & Surya Kesulitan yang dialami siswa dalam matematika adalah
sulitnya memahami suatu masalah dan menganalisa serta menyelesaikannya dengan tepat.
Kesulitan-kesulitan tersebut yang membuat siswa tegang sehingga sebagian siswa ada yang
marah, takut, kesal dan sedih apabila tidak bisa menyelesaikannya. Namun ada juga sebagian
siswa yang merasa senang, bahagia dan bangga saat berhasil menyelesaikan matematika.
Menurut Dahlan, dkk. (2009), kemampuan berpikir tingkat tinggi mtematika atau
Mathematical Thingking (HOMT) ter-diri dari kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis,
analitis, kreatif, produktif, penal-aran, koneksi, komunikasi, dan pemecahan masalah
matematis. Salah satu tujuan pendidikan di indonesia adalah mebentuk sikap seorang anak
untuk berpikir kreatif yang baik untuk bisa memecahkan suatu masalah maupun untuk
menyampaikan pendapat atau pemikiran mereka. Ada dua faktor yang menyebabkan
pemikiran kreatif tidak berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang pada umunya
dirancang dengan target material yang luas, sehingga pendidik lebih fokus menyelesaikan
materi daripada metode pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
(Hasanah dan Surya 2017).
Daniel Fasko, Jr. (2001) bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis adalah
kemampuan berpikir level matematika yang mencakup komponen orisinalitas, elaborasi,
fleksibilitas, dan kelancaran. Karakteristik berpikir kreatif yaitu orisinalitas, elaborasi,
kelancaran dan fleksibilitas. Agar kreativitas anak-anak dapat diwujudkan diperlukan
dorongan dari individu (motivasi intrinsik) dan dorongan lingkungan (motivasi ekstrinsik).
Menurut (surya 2017) berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang berhubungan dengan
sensitivitsas terhadap masalah, pertimbangan informasi dan ide-ide baru yang biasanya tidak
dengan pikiran terbuka dan dapat dibuat hubungan dalam memecahkan masalah.
Menurut Nasution (2017) Kemampuan berpikir kreatif sangatlah diperlukan dan
sangat berperan penting dalam kehidupan di era globalisasi dan era perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diwarnai dengan keadaan yang selalau berubah, tidak pasti,
dan kompetitif. Salah satu manfaat pembelajaran matematika mengajarkan siswa untuk
berpikir secara sistematis yang melalui urutan tertentu, saat otak berpikir sistematis maka kita
membiasakan diri menyelesaikan masalah secara sistematis, dan matematika juga
mengajarkan kita untuk berpikir dekuktif yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat
umum.
2. KAJIAN PUSTAKA
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau
keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. ( Pery &
Potter,2005).
Menurut Simanjuntak dan Surya (2020) Matematika merupakan suatu bidang studi
yang dipelajari oleh semua siswa dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas dan yang
sederajat, bahkan juga di perguruan tinggi. Matematika dapat mengantar manusia berpikir
dengan jelas dan logis. Matematika juga sebagai sarana untuk memecahkan masalah
kehidupan seharihari, sarana pengembangan kreativitas dan sarana untuk meningkatkan
kesadaran terhadap perkembangan kebudayaan. Untuk dapat memecahkan permasalahan,
tentunya seseorang harus memiliki kemampuan pemecahan masalah yang cukup.
Menurut Hasibuan & Surya (2016) berpikir kritis merupakan dasar untuk
menganalisis argumen dan dapat mengembangkan pola pikir secara logis. Menurut Strader
(1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang
kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi
pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/
pandangan baru.
Jadi yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang
melatih kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang
tepat-tidaknya ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa
secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian
merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan. Bahwa untuk mendapatkan suatu
hasil berpikir yang kritis, seseorang harus melakukan suatu kegiatan (proses) berpikir yang
mempunyai tujuan (purposeful thinking), bukan “asal” berpikir yang tidak diketahui apa yang
ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Artinya, walau dalam kehidupan sehari-hari seseorang
sering melakukan proses berpikir yang terjadi secara “otomatis” (misal; dalam menjawab
pertanyaan “siapa namamu?”).
Sebelum mengulas lebih dalam lagi tentang berpikir kritis dan matematika ada
beberapa teori perkembangan berpikir yang perlu diperhatikan. Piaget dalam bukunya
menyebutkan ada beberapa perkembangan manusia melalui empat tahap yaitu:
Tahap 1 yaitu sensomotorik berlangsung pada usia 0-2 tahun, tampak dari kegiatan
motorik dan presepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan
tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah.
Tahap 2 yaitu preoperasional berlangsung pada usia 2-7 tahun, ciri pokok
perkembangan ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai
berkembangnya konsep-konsep intuitif.
Tahap 3 operasional konkret berlangsung pada usia 7-11 tahun, ciri pokok pada
perkembangan ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas
dan logis, dan ditandai dengan reversible dan kekekalan.
Tahap 4 operasional formal berlangsung pada usia 11-dewasa, ciri pokok pada
perkembangan ini adalah anak sudah bepikir abstrak dan logis dengan menggunakan
pola berpikir “kemungkinan”.
Begitu juga yang disampaikan oleh Hasibuan & Surya (2016) berpikir kritis merupakan
dasar untuk menganalisis argumen dan dapat mengembangkan pola pikir secara logis. Dan
dapat disimpulkan bahwa perkembangan individu seseorang berpengaruh terhadap
perkembangan berpikir kritisnya.
Menurut Ennis (1996:364) terdapat enam unsur dalam berpikir kritis yritu:
Focus: untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu
mengenai apa.
Reason : Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan
yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.
Interference : Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian
penting dari langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan
mencari pemecahan, pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.
Situasion : Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan
membantu memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah
kunci, bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.
Clarity : Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.
Overview : Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang
diambil.
Menurut Tsui (dalam Hasibuan & Surya, 2016), berpikir kritis penting bagi masa depan
siswa, mengingat bahwa itu mempersiapkan siswa untuk menghadapi banyak tantangan yang
akan muncul dalam hidup mereka, karir dan pada tingkat kewajiban dan tanggung jawab
pribadi mereka
Berpikir kritis dalam matematika merupakan suatu proses kognitif seseorang individu
dalam memperoleh pengetahuan matematika dalam penalaran matematik. Menurut (surya dan
ginting) Keadaan ada enam elemen dasar yang perlu diperhatikan dalam berpikir kritis yaitu
fokus, rasional, kesimpulan, situasi, kejelasan dan keseluruhan pemeriksaan overal unsur
unsur ini dapat membentuk keputusan yang tepat jikadiperhatikan secara hati-hati.
Menurut (la moma 2015) dalam (panjaitan dan surya) Berpikir kreatif dalam
matematika dapat dipandang sebagai orientasi atau disposisi tentang instruksi matematis,
termasuk tugas penemuan dan pemecahan masalah. Aktivitas tersebut dapat membawa siswa
mengembangkan pendekatan yang lebih kreatif dalam matematika. Tugas aktivitas tersebut
dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal yang berkaitan
dengan dimensi kreativitas. Menurut kajian ini kebutuhan untuk mengajarkan kemampuan
berpikir sebagai bagian yang menyatu dengan kurikulum sekolah merupakan hal yang sangat
penting. Sebagian besar negara mempedulikan kenaikan standar pendidikan melalui wajib
belajar pada pendidikan formal. Menurut Cotton (2003), pada tatanan masyarakat yang serba
praktis ini, pendidikan anak-anak menjadi tujuan utama pendidikan. Hal ini akan membekali
anak-anak dengan pembelajaran sepanjang hayat dan kemampuan berpikir kritis yang
dibutuhkan untuk menangkap fakta dan memproses informasi di era dunia yang makin
berkembang ini. Salah satu dari fungsi sekolah adalah menyediakan tenaga kerja yang
mumpuni dan siap dengan berbagai masalah yang ada di masyarakat, maka penting pem-
belajaran berpikir dimasukkan ke dalam proses pembelajaran.
Surya & Syahputra (2017), bahwa “Almost all of the learning process of mathematics
in school beginning with shares of definition, formula, example, and ends with exercises”,
yang artinya adalah bahwa hampir semua proses pembelajaran matematika di sekolah diawali
dengan saham definisi, rumus, contoh, dan diakhiri dengan latihan. Ditinjau dari kedalaman
atau kekompleksan kegiatan matematika yang terlibat, berpikir matematika dapat
digolongkan dalamberpikir matematik tingkat rendah (low order mathematical tinking) dan
berpikir matematik tingkat tinggi (high order mathematical thinking) (Sumarmo, 2008: 3).
Menurut Surya dkk (2017) Berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang berhubungan
dengan kepekaan terhadap masalah, pertimbangkan informasi dan ide-ide baru yang biasanya
tidak dengan pikiran terbuka dan dapat menciptakan hubungan dalam penyelesaian masalah.
Karakteristik pemikiran kreatif yaitu orisinalitas, elaborasi, kelancaran dan fleksibilitas.
Kreatif berpikir adalah salah satu pemikiran manusia tingkat tinggi yang dimulai oleh ingat,
pemikiran dasar, pemikiran kritis, dan kreatif berpikir. Tingkat berpikir di atas oleh ingatan
disebut pemikiran.
Menurut hasranuddin (2015) bahwa: matematika adalah suatu sarana atau cara untuk
menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan
informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan
tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu
sendiri untuk melihat dan menggunakan hubungan-hubungan”.
Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa maka perlu adanya tahapan
atau fase-fase yang harus dikembangkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Noer (2010) merangkum pendapat mengenai fase-fase berpikir kritis dari beberapa ahli dan
membagi berpikir kritis menjadi empat fase yaitu:
3. Metode Penelitian
A. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian menganalisis tentang apa itu berpikir
kritis dan upaya kita untuk meningkatkan cara berpikir kritis yang baik dalam
pembelajaran matematika atau pembelajaran yang lain, dengan menggunakan
media internet sebagai referensi dalam mengambil sebuah kutipan dari penelitian
lain dengan metode ATM (amati, tiru, modifikasi).
B. Waktu Dan Tanggal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah peneliti dengan menggunakan gadget atau
laptop sebagai sarana dalam melihat video pembelajaran. Tanggal
dilaksanakannya penelitian ini 14-05-2020 jam 11:30 WIB.
Kesimpulan
Saran
Purba, e.n, surya. E, dan syahputra. E, (2017). Analisis kemampuan berpikir kreatif siswa melalui
pemecahan masalah pada materi fpb dan kpk.
Hasibuan, e. Dan surya e. (2016). Analysis of critical thinking skills class x smk patronage state north
sumatra province academic year. Jurnal saung guru , 176-179.
Hasratuddin. (2010). Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa smp melalui pendekatan
matematika realistik. Jurnal pendidikan matematika, volume 4. No.2.
Istianah, e. (2013). Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik dengan
pendekatan model eliciting activities (meas) pada siswa. Jurnal ilmiah program studi
matematika stkip siliwangi bandung, vol 2, no.1,.
Nehe, n., surya, e., dan syahputra, e (2017). Creative thinking ability to solving equation and non-
equation variable in vii grade junior high school. Jurnal ijariie, vol-3 issue-2.
Surya, e dan samosir r.a. (2017). Perbandingan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan
menggunakan model discovery learning dan kooperatif tipe make a match dengan.
Simanjuntak A,S, Surya E . (2020, may 18). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Dalam Menyelesaikan Permasalahan Matematika Dengan Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (Mmp).
perawansa F.H., surya. E, (n.d.). pengaruh kecerdasan emosional tehadap hasil belajar matematika
siswa. jurusan matematika unimed.
Siagian M., Surya E (2017). The Influence of Three Stage Fishbowl Decision Strategy on Students’
Mathematical Problem Solving Ability . International Journal of Sciences , Volume 34, No 1,
pp 8-15.
Surya E., dkk (2017, November 01). Penerapan Model Pembelajaran Student Teams Achievement
Division Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Di Smp Negeri 1
Binjai T.A. 2016/2017.