Anda di halaman 1dari 13

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 92 - 104

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


DENGAN MENGGUNAKAN MODEL JUCAMA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Karim, Normaya

Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat,


Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin
e-mail : karim_unlam@hotmail.com, salbani469@gmail.com

Abstrak. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki, karena dengan memiliki
kemampuan berpikir kritis dapat membantu kita dalam berpikir secara rasional dalam
mengatasi permasalahan yang tengah kita hadapi dan mencari serta mengembangkan
alternatif pemecahan bagi permasalahan tersebut. Salah satu upaya untuk membekali
siswa dengan kemampuan berpikir kritis adalah melalui penerapan model Jucama
(pengajuan dan pemecahan masalah) yang menuntut siswa untuk memecahkan masalah
sekaligus mengajukan masalah sehingga siswa benar-benar berperan sebagai seorang pemikir
kritis. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian yang bertujuan untuk (1) mengetahui
kemampuan berpikir kritis siswa, (2) mengetahui respon siswa terhadap penerapan model
Jucama dalam pembelajaran matematika, dan (3) mengetahui hubungan antara
kemampuan berpikir kritis dengan respon siswa terhadap model Jucama. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif.. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP Negeri
13 Banjarmasin. Teknik pengumpulan data berupa tes dan angket. Teknik analisis data
menggunakan persentase dan uji korelasi pearson product moment. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) kemampuan berpikir kritis yang dicapai siswa secara keseluruhan
berada pada kategori tinggi, (2) siswa memberikan respon setuju terhadap pelaksanaan model
Jucama dan (3) terdapat hubungan yang sangat kuat antara kemampuan berpikir kritis dengan
respon siswa terhadap model Jucama.

Kata kunci : kemampuan berpikir kritis, respon, model Jucam

Marzano (Slavin, 2011) menyatakan bahwa kenyataannya kemampuan berpikir kritis siswa
salah satu tujuan utama bersekolah adalah SMP di Indonesia masih rendah. Hal ini
membentuk kemampuan berpikir kritis siswa dan berdasarkan beberapa kali laporan studi empat
salah satu mata pelajaran yang dianggap dapat tahunan International Trends in International
mengajarkan kemampuan berpikir kritis adalah Mathematics and Science Study (TIMSS) yang
matematika. Hal ini sesuai dengan Permendiknas dilakukan kepada siswa SMP dengan
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) karakteristik soal-soal level kognitif tinggi yang
Indonesia No. 23 tahun 2006 yang dapat mengukur kemampuan berpikir kritis
menyebutkan bahwa mata pelajaran siswa menunjukkan bahwa siswa-siswa
matematika perlu diberikan kepada semua siswa Indonesia secara konsisten terpuruk di peringkat
disetiap jenjang pendidikan termasuk SMP bawah.
sebagai dasar untuk membekali siswa dengan Susanto (2015) menyatakan bah- wa
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, upaya untuk pembentukan kemampuan berpikir
kritis, kreatif, dan bekerjasama. kritis siswa yang optimal men- syaratkan
Meskipun telah disebutkan bahwa adanya kelas yang interaktif, siswa dipandang
matematika mampu membekali siswa dengan sebagai pemikir bukan seorang yang diajar, dan
kemampuan berpikir kritis, tetapi pada pengajar berperan sebagai
92
Karim, Normaya, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan …… 9

mediator, fasilitator, dan motivator yang pembelajaran masih menggunakan metode


membantu siswa dalam belajar bukan ceramah, tidak menggunakan media/LKK, tidak
mengajar. Salah satu faktor yang menentukan mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan
keberhasilan pembentukan kemampuan berpikir awal siswa dan tidak ada kegiatan yang
kritis siswa adalah keahlian dalam memilih dan menantang sehingga dapat memotivasi siswa
menggunakan model pembelajaran yang tepat. untuk tertarik mempelajari matematika dan
Dengan model pembelajaran yang diterapkan membentuk kemampuan berpikir kritis.
diharap- kan siswa mampu membentuk, Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mengem- bangkan bahkan meningkatkan mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa
kemampuan berpikir kritis. Salah satu model kelas VII A dalam pembelajaran matematika
pembelajaran yang diduga dapat menfasilitasi dengan menggunakan model jucama di SMP
untuk membentuk kemampuan berpikir kritis Negeri 13 Banjarmasin, (2) mengetahui respon
adalah model pembelajaran pengajuan dan siswa kelas VII A dalam pembelajaran matematika
pemecahan masalah (jucama). dengan menggunakan model jucama di SMP
Model pembelajaran pengajuan dan Negeri 13 Banjarmasin, dan
pemecahan masalah (model jucama) adalah (3) mengetahui hubungan antara kemampuan
model pembelajaran baru yang diperkenalkan berpikir kritis dengan respon siswa kelas VII A
oleh Siswono (2008) dengan tujuan untuk terhadap model jucama di SMP Negeri 13
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Banjarmasin.
Model jucama ini masih perlu dikembangkan Berpikir kritis adalah berpikir rasio-
lebih lanjut agar tujuannya tidak hanya terfokus nal dalam menilai sesuatu. Sebelum meng- ambil
pada kemam- puan berpikir kreatif saja, namun suatu keputusan atau melakukan suatu tindakan,
juga dapat diterapkan untuk meningkatkan maka dilakukan pengumpulkan informasi
kemampuan yang lainnya seperti kemampuan sebanyak mungkin tentang sesuatu tersebut. Pada
berpikir kritis. dasarnya kemampuan berpikir kritis erat kaitannya
Berdasarkan hasil pengamatan dengan proses berpikir kritis dan indikator-
peneliti pada saat Praktik Pengalaman indikatornya. Indikator berpikir kritis dapat
Lapangan (PPL) II di SMP Negeri 13 dilihat dari karakteristik- nya sehingga dengan
Banjarmasin terlihat bahwa pembelajaran memiliki karakteristik tersebut seseorang dapat
matematika yang dilakukan oleh guru di kelas VII dikatakan telah memiliki kemampuan berpikir
masih terlalu banyak menekankan pada kritis. Facion (Filsaime, 2008) mengungkapkan
penguasaan keterampilan dasar menghitung enam kecakapan berpikir kritis utama yang
(basic skills) yang bersifat prosedural. Hal ini terlibat di dalam proses berpikir kritis, yaitu:
dapat terlihat dari soal-soal yang diberikan saat (1) Interpretasi
ulangan harian sama persis seperti contoh, Menginterpretasi adalah memahami dan
hanya saja angka yang diberikan diubah. Dilihat mengekspresikan makna atau signifi- kansi
dari pekerjaan siswa saat menyelesaikan soal, dari berbagai macam pengalaman, situasi,
hampir tidak ada siswa kelas VII SMP Negeri 13 data, kejadian-kejadian, penilai- an,
Banjarmasin yang menunjukkan bahwa mereka kebiasaan, atau adat, kepercayaan-
berpikir kritis dalam menyelesaikan soal tersebut. kepercayaan, aturan-aturan, prosedur atau
Selain itu respon siswa kelas VII SMP Negeri kriteria-kriteria.
13 Banjarmasin terhadap proses pembelajaran (2) Analisis
pun kurang baik karena kebanyakan siswa Analisis adalah mengidentifikasi
cenderung tidak berperan aktif dalam proses hubungan-hubungan inferensial yang
pembelajaran. Salah satu penyebabnya adalah dimaksud dan aktual diantara pernyata- an-
proses pembelajaran yang masih terpusat di pernyataan, pertanyaan-pertanyaan, konsep-
guru. Guru dalam proses konsep, deskripsi-deskripsi atau bentuk-
bentuk representasi lainnya yang
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 92 - 104 9

dimaksudkan untuk mengekspresikan Selain mampu menginterpretasi-


kepercayaan-kepercayaan, penilaian, kan, menganalisis, mengevaluasi dan membuat
pengalaman-pengalaman, alasan-alasan, inferensi, ada dua lagi kecakapan yang
informasi atau opini-opini. dikemukakan oleh Facione yaitu kecakapan
(3) Evaluasi “eksplanasi atau penjelasan” dan “regulasi diri”
Evaluasi berarti menaksir kredibilitas dimana kedua kecakapan ini berarti menjelaskan
pernyataan-pernyataan atau represen- tasi- apa yang mereka pikir dan bagaimana mereka
representasi yang merupakan laporan- sampai pada kesimpulan yang telah didapat
laporan atau deskripsi-deskripsi dari pada saat inferensi.
persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, Siswono (2008) memperkenalkan dan
kepercayaan atau opini sese- orang, dan mengembangkan sebuah model pembelajaran
menaksir kekuatan logis dari hubungan- baru yang secara khusus mengkombinasikan
hubungan inferensial atau dimaksud model pengajuan masalah dan pemecahan
diantara pernyataan-pernya- taan, deskripsi- masalah, yaitu model jucama (model
deskripsi, pertanyaan- pertanyaan, atau pembelajaran pengajuan dan pemecahan
bentuk-bentuk representasi lainnya. masalah) dalam bukunya yang berjudul “Model
(4) Inferensi Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan
Inferensi berarti mengidentifikasi dan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan
memperoleh unsur-unsur yang diperlukan Kemampuan Berpikir Kreatif”. Model jucama ini
untuk membuat kesimpulan- kesimpulan masih perlu dikembangkan lebih lanjut agar
yang masuk akal, membuat dugaan-dugaan tujuannya tidak hanya terfokus pada kemampuan
dan hipotesis, memper- timbangkan berpikir kreatif saja, namun juga dapat
informasi yang relevan dan menyimpulkan diterapkan untuk meningkatkan maupun
konsekuensi-konsekuensi dari data, situasi- membentuk kemampuan yang lainnya seperti
situasi, pertanyan- pertanyaan atau bentuk- kemampuan berpikir kritis.
bentuk representasi lainya.

Model jucama adalah suatu model pembelajaran matematika yang berorientasi pada pengajuan
dan pemecahan masalah matematika sebagai fokus pembelajarannya (Siswono, 2008).

Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Jucama


Fase Aktivitas/Kegiatan Guru
1. Mempersiapkan siswa dan Memberikan apersepsi, materi prasyarat, memotivasi siswa,
menyampaikan tujuan. mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan sehari-
hari dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
2. Mengorientasikan siswa pada masalah Memberikan masalah yang sesuai dengan perkembangan anak
melalui pemecahan atau pengajuan untuk mengarahkan pada pemahaman konsep dan berpikir kritis
masalah dan mengorganisasikan siswa siswa. Meminta siswa menyelesaikan atau mengajukan masalah
untuk belajar. berdasarkan informasi atau masalah awal dan bekerja dalam
kelompok atau individual dan mengarahkan siswa membantu dan
berbagi dengan anggota
kelompok atau teman lainnya.
3. Membimbing penyelesaian secara Guru membimbing dan mengarahkan belajar secara efektif dan
individual maupun kelompok. efisien.
4. Menyajikan hasil penyelesaian Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menetapkan suatu
pemecahan dan pengajuan masalah. kelompok atau seorang siswa dalam menyajikan hasil
tugasnya.
5. Memeriksa pemahaman dan Memeriksa kemampuan siswa dan memberikan umpan balik
memberikan umpan balik sebagai sebagai evaluasi.
evaluasi
Karim, Normaya, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan …… 9

Kegiatan inti dari model jucama bertipe pengajuan setelah solusi (post
terletak pada fase kedua, ketiga, dan solution posing). Dalam model jucama guru
keempat. Pada kegiatan inti siswa diberi berperan sebagai fasilitator atau mediator yang
kesempatan mengkonstruksi aktif pengetahuan membantu siswa mengkonstruksi
berdasarkan pengalaman atau pengetahuannya pemahamannya sendiri. Pengaturan kelas yang
sendiri melalui pemecahan dan pengajuan diperlukan dalam model ini adalah kelas yang
masalah yang memper- timbangkan memungkinkan siswa bergerak dan berdiskusi
perkembangan pola pikirnya sehingga siswa antar anggota kelompok maupun antar kelompok.
terbiasa berpikir kritis. Sistem pengajaran- nya dapat secara klasikal
Dalam model jucama, pemecahan maupun kelompok-kelompok kecil.
masalah matematika diartikan sebagai proses Perangkat pembelajaran dapat berupa buku siswa
siswa dalam menyelesaikan suatu masalah atau Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang di
matematika yang langkahnya terdiri dari dalamnya memuat soal yang dipilih untuk
memahami masalah, merencanakan memicu proses pemecahan maupun
penyelesaian, melaksanakan rencana tersebut pengajuan masalah.
dan memeriksa kembali jawaban. Sedangkan
pengajuan masalah matematika merupakan tugas METODE
yang meminta siswa untuk mengajukan atau
Metode penelitian yang digunakan
membuat soal atau masalah matematika
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
berdasar informasi yang diberikan, sekaligus
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas
menyelesaikan soal atau masalah yang dibuat
VII A yang merupakan kelas unggulan SMP
tersebut. Pengajuan masalah diberikan setelah
Negeri 13 Banjarmasin tahun pelajaran 2014-
siswa menyelesaikan suatu masalah matematika
2015 yang berjumlah 30 orang, dengan 13
(Siswono, 2009).
siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.
Siswono (2009) menyatakan dalam
Adapun objek dalam penelitian ini adalah
model jucama pengajuan masalah merupakan
kemampuan berpikir kritis dan respon siswa
bagian dari pemecahan masalah. Siswa setelah
kelas VII A SMP Negeri 13 Banjarmasin
menyelesaikan masalah diminta untuk
tahun pelajaran 2014-2015 pada materi garis
mengajukan soal- soal baru yang dapat berupa
dan sudut dalam pembelajaran matematika
modifikasi tujuan atau kondisi soal yang
dengan menggunakan model jucama.
sudah diselesaikan untuk membuat soal yang
baru. Pengajuan masalah dalam model jucama
ini
Ada dua instrumen yang digunakan yaitu soal tes dan angket. Soal tes berbentuk uraian
yang terdiri dari 3 soal untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.. Indikator kemampuan berpikir
kritis siswa dapat dilihat dalam tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa


Indikator Umum Indikator
Menginterpretasi Memahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis diketahui maupun yang
ditanyakan soal dengan tepat.
Menganalisis Mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-
pertanyaan, dan konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang ditunjukkan dengan
membuat model matematika dengan tepat dan memberi
penjelasan dengan tepat.
Mengevaluasi Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap dan benar
dalam melakukan perhitungan.
Menginferensi Membuat kesimpulan dengan tepat.
Adaptasi Facione (1994)
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 92 - 104 9

Untuk memperoleh data kemampuan berpikir kritis matematis siswa, dilakukan penskoran
terhadap jawaban siswa untuk tiap butir soal. Kriteria penskoran yang digunakan adalah skor rubrik yang
dimodifikasi dari Facione (1994) dan Ismaimuza (2013).

Tabel 3 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa


Indikator Keterangan Skor
Interpretasi Tidak menulis yang diketahui dan yang ditanyakan. 0
Menulis yang diketahui dan yang ditanyakan dengan tidak tepat. 1
Menuliskan yang diketahui saja dengan tepat atau yang ditanyakan saja dengan tepat. 2

Menulis yang diketahui dari soal dengan tepat tetapi kurang lengkap. 3
Menulis yang diketahui dan ditanyakan dari soal dengan tepat dan lengkap. 4
Analisis Tidak membuat model matematika dari soal yang diberikan. 0
Membuat model matematika dari soal yang diberikan tetapi tidak tepat. 1
Membuat model matematika dari soal yang diberikan dengan tepat tanpa memberi 2
penjelasan.
Membuat model matematika dari soal yang diberikan dengan tepat tetapi ada kesalahan 3
dalam penjelasan.
Membuat model matematika dari soal yang diberikan dengan tepat dan memberi 4
penjelasan yang benar dan lengkap.
Evaluasi Tidak menggunakan strategi dalam menyelesaikan soal. 0
Menggunakan strategi yang tidak tepat dan tidak lengkap dalam menyelesaikan soal. 1

Menggukanak strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, tetapi tidak lengkap 2
atau menggunakan strategi yang tidak tepat tetapi lengkap dalam menyelesaikan soal.

Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap tetapi 3


melakukan kesalah dalam perhitungan atau penjelasan.
Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap dan benar dalam 4
melakukan perihitungan/penjelasan.
Inferensi Tidak membuat kesimpulan. 0
Membuat kesimpulan yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan konteks soal. 1
Membuat kesimpulan yang tidak tepat meskipun disesuaikan dengan konteks soal. 2

Membuat kesimpulan dengan tepat, sesuai dengan konteks tetapi tidak lengkap. 3
Membuat kesimpulan dengan tepat, sesuai dengan konteks soal dan lengkap. 4

Adapun cara perhitungan nilai persentase adalah sebagai berikut :


𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁i𝑙𝑎i 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠i𝑚𝑎𝑙

Nilai persentase kemampuan berpikir kritis yang diperoleh dari perhitungan kemudian
dikategorikan sesuai dengan tabel berikut ini :

Tabel 4 Kategori Persentase Kemampuan Berpikir Kritis


Interpretasi (%) Kategori

81,25 < X ≤ 100 Sangat tinggi


71,5 < X ≤ 81,25 Tinggi
62,5 < X ≤ 71,5 Sedang
43,75 < X ≤ 62,5 Rendah
0 < X ≤ 43,75 Sangat Rendah
Adaptasi Setyowati (2011)
Karim, Normaya, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan …… 9

Dalam penelitian ini, angket yang digunakan berupa angket tertutup untuk mengetahui respon
siswa terhadap pembelajaran dengan meggunakan model jucama. Respon jawaban terdiri dari 4 kategori yaitu
Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Penskoran terhadap
alternatif respon bergerak dari angka 1 sampai dengan 4.

Tabel 5 Kisi-kisi Angket Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran Jucama


No Aspek Indikator Sebaran
butir
1 Pembelajaran dan a.Sikap siswa terhadap susana belajar dengan 2
Pemahaman Materi menggunakan model jucama
b. Sikap siswa terhadap cara yang diterapkan peneliti 1, 3, 4
dalam pembelajaran matematika menggunakan
model jucama
c. Siswa tertantang untuk mengajukan dan 7,8
memecahkan masalah
d. Memahami materi garis dan sudut dengan 9,10
menggunakan model jucama
2 LKK a. Membantu siswa dalam belajar dan memahami 5,6
materi garis dan sudut
Adaptasi Sulistiyawati (2011)
Data angket dianalisis dengan menjawab TS x 2) +
menentukan skor total respon siswa tiap (banyaknya siswa
pernyataan. menjawab STS x 1)
Skor total respon = (banyaknya siswa Kemudian respon siswa
menjawab SS x 4) + dikategorikan berdasarkan rentang skala likert
(banyaknya siswa sebagai berikut yang diperoleh dari skor ideal jika
menjawab S x 3) + jawaban seluruh siswa adalah SS :
(banyaknya siswa

STS TS S SS

30 60 90 120

Jika skor total berada pada daerah Dan jika skor total yang berada pada daerah
antara dua buah kategori maka ditentukan skor > setengah interval (jarak dari dua buah
total tersebut akan masuk ke dalam salah satu kategori) termasuk dalam kategori yang di
kategori, dengan syarat skor total yang berada sebelah kanan.
pada daerah ≤ setengah interval (jarak dari Untuk mengetahui tingkat
dua buah kategori) termasuk dalam kategori persetujuan responden dapat dilakukan dengan
yang di sebelah kiri. rumus Sugiyono (2012) :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑i𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑎𝑟i 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙i𝑡i𝑎𝑛


𝑇i𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑡𝑢j𝑢𝑎𝑛 = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 i𝑑𝑒𝑎𝑙 (𝑘𝑟i𝑡𝑒𝑟i𝑢𝑚)

Jumlah skor ideal (kriterium) dalam penelitian ini adalah 10 × 4 × 30 = 1200.


Untuk mengetahui hubungan antara digunakan analisis Korelasi Pearson Product
kemampuan berpikir kritis dengan respon siswa Moment (PPM), kemudian untuk mengetahui
terhadap model jucama tingkat hubungannya maka nilai r koefisien
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 92 - 104 9

korelasi PPM yang diperoleh dari analisis sesuai dengan interpretasi koefisien korelasi sebagai
menggunakan SPSS 18 diinterpretasikan berikut :

Tabel 6 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r


Interval Koefisien Korelasi (r) Interpretasi
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
0,60 – 0,7999 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup Kuat
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,1999 Sangat Rendah
Riduan (2013)

HASIL DAN PEMBAHASAN benda-benda yang terdapat di ruangan kelas


Penelitian tentang pembelajaran sebagai media misalnya untuk mencari bentuk
matematika dengan menggunakan model representasi dari suatu titik, garis maupun
Jucama ini dilaksanakan sebanyak 7 bidang. Semua siswa secara antusias menjawab
pertemuan yang terdiri atas 6 pertemuan untuk bersamaan, untuk titik mereka menjawab ujung-
pelaksanaan pembelajaran dan 1 pertemuan ujung meja, ujung- ujung papan tulis, paku,
untuk tes kemampuan berpikir kritis siswa. Materi lubang sakelar listrik dan lain sebagainya.
dalam penelitian ini adalah garis dan sudut. Untuk garis yaitu penggaris, tali tas, jarum
Kegiatan pembelajaran pada setiap jam, dan sebagainya. Untuk bidang yaitu meja,
pertemuan diawali dengan kegiatan papan tulis, kursi, keramik, pintu, dinding dan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan sebagainya. (Mengamati)
penutup. Kegiatan selanjutnya peneliti
Kegiatan Pendahuluan : memberikan siswa suatu masalah yang
Peneliti sebelum memulai dipecahkan secara bersama-sama. Selain
pembelajaran terlebih dahulu mengucapkan memecahkan masalah tersebut, peneliti juga
salam kemudian mengajak siswa berdo’a agar mengarahkan siswa untuk mengajukan masalah
pembelajaran hari ini dapat dipahami dengan berdasarkan permasalahan tersebut. Pemecahan
baik. Setelah berdo’a peneliti menanyakan masalah dari pengajuan masalah yang diajukan
kabar seluruh siswa dan mengecek kehadiran oleh siswa ini peneliti kembalikan lagi kepada
siswa. seluruh siswa. Dari jawaban yang diperoleh dari
Fase 1 (Menyampaikan Tujuan dan siswa lainnya, untuk memperjelas jawaban
Mempersiapkan Siswa), tersebut maka peneliti memberi penegasan tentang
Pada fase ini, peneliti memberikan jawaban yang tepat.
motivasi melalui apersepsi dengan Setelah itu siswa diminta
mengajukan beberapa pertanyaan dan membentuk kelompok untuk memecahkan
menunjukkan beberapa gambar yang berkaitan masalah yang terdapat pada LKK. Di dalam
tentang materi pada pertemuan hari tersebut untuk LKK ini siswa dituntut untuk memecahkan
menggali kemampuan awal siswa. Selain itu masalah yang ada kemudian mengajukan
peneliti juga menyampaikan tujuan masalah berdasarkan masalah tersebut.
pembelajaran. (Motivasi dan Apersepsi) (Mengeksplorasi)
Kegiatan Inti : Fase 3 (Membimbing Penyelesaian secara
Fase 2 (Mengorientasikan Siswa pada Kelompok)
Masalah Melalui Pengajuan atau Aktivitas yang dilakukan peneliti
Pemecahan Masalah) adalah membimbing dan mengarahkan belajar
Pada fase ini, peneliti meminta secara efektif dan efisien untuk berdiskusi
siswa untuk melakukan pengamatan terhadap memecahkan masalah dan mengajukan masalah.
(Mengasosiasi)
Karim, Normaya, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan …… 99

Fase 4 (Menyajikan Hasil Penyelesaian Kemudian meminta seluruh siswa kembali ke


Pemecahan dan Pengajuan Masalah) tempat duduknya masing-masing untuk
Setelah dirasa waktunya sudah mengerjakan kuis tentang materi pembelajaran
cukup untuk mengerjakan LKK maka peneliti yang dipelajari hari tersebut. Kemudian peneliti
meminta beberapa kelompok untuk menginformasikan mengenai materi pada
menyajikan hasil tugasnya di depan kelas. pertemuan selanjutnya kepada seluruh siswa.
Kelompok lain diminta secara bergantian Hasil kemampuan berpikir kritis
menanggapi hasil penkerjaan LKKnya dan siswa kelas VII A dapat diketahui dari hasil
membandingkan hasilnya dengan hasil evaluasi pada pertemuan ketujuh. Hasil
pekerjaan mereka. (Mengkomunikasi) Kegiatan evaluasi kemampuan berpikir kritis siswa untuk
Penutup : per indikator pada kelas VII A ditunjukkan
Fase 5 (Memeriksa Pemahaman dan pada tabel 7 yang diukur berdasarkan
Memberikan Umpan Balik sebagai Evaluasi) pedoman penskoran kemampuan berpikir kritis
Setelah kegiatan kerja kelompok siswa.
berakhir, peneliti membimbing siswa secara
bersama-sama untuk membuat kesimpulan.

Tabel 7 Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Siswa per Indikator


No Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Persentase(%) Kategori
1. Interpretasi 99,72 Sangat Tinggi
2. Analisis 69,72 Sedang
3. Evaluasi 75,83 Tinggi
4. Inferensi 73,61 Tinggi

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa per Indikator


Interpretasi Kategori Indikator
(1) (2) (3) (4)
f % f % f % f %
81,25 < X ≤ 100 Sangat Tinggi 30 100 7 23,33 13 43,33 15 50,00
71,5 < X ≤ 81,25 Tinggi 0 0 7 23,33 7 23,33 1 3,33
62,5 < X ≤ 71,5 Sedang 0 0 13 43,33 7 23,33 5 16,67
43,75 < X ≤ 62,5 Rendah 0 0 3 10 3 10 8 26,67
0 < X ≤ 43,75 Sangat 0 0 0 0 0 0 1 3,33
Rendah
Jumlah 30 100 30 100 30 100 30 100

Keterangan : (3) Evaluasi : Menggunakan strategi yang tepat


(1) Interpretasi : memahami masalah yang dalam menyelesaikan soal, lengkap dan benar
ditunjukkan dengan siswa menulis dalam melakukan perhitungan.
diketahui dengan tepat maupun yang (4) Inferensi : Membuat kesimpulan dengan
ditanyakan soal dengan tepat. tepat sesuai dengan konteks masalah.
(2) Analisis : mengidentifikasi hubungan-
hubungan antara pernyataan- pernyataan, Kemampuan berpikir kritis siswa per
pertanyaan-pertanyaan, dan konsep-konsep indikator tersebar dalam 3 kategori yaitu sangat
yang diberikan dalam soal ditunjukkan tinggi, tinggi dan sedang dengan kemampuan
dengan siswa dapat membuat model berpikir kritis siswa dalam menginterpretasi
matematika dari soal yang diberikan termasuk dalam kategori sangat tinggi,
dengan tepat dan memberi penjelasan mengevaluasi dan menginferensi termasuk
dengan tepat. dalam kategori
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 92 - 104 100

tinggi, serta menganalisis termasuk dalam karena dalam membuat model matematika siswa
kategori sedang. harus berpikir kritis dalam menganalisis model
yang sesuai dalam konteks soal.
Indikator 1 : Interpretasi
Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8, Indikator 3 : Evaluasi
tingginya kemampuan berpikir kritis siswa pada Tingginya kemampuan berpikir kritis
indikator interpretasi dikarenakan pada kegiatan siswa pada indikator ini tidak lepas dari peran
pembelajaran peneliti mendorong siswa melalui model jucama karena pada fase ketiga yaitu dalam
LKK dan kuis untuk terbiasa menuliskan apa membimbing penyelesaian peneliti mengajak
yang diketahui dan apa yang ditanyakan sehingga siswa bekerja kelompok untuk mendiskusikan
memudahkan siswa dalam memahami soal. strategi-strategi yang dihasilkan setiap anggota
Dengan demikan hal tersebut menunjukkan kelompok dan memilih satu strategi yang
bahwa dengan melaksanakan kegiatan paling tepat sebagai cara menyelesaikan masalah.
pembelajaran menggunakan mode jucama Dalam menyelesaikan tes evaluasi
melalui fase kedua yaitu mengorientasikan siswa akhir, strategi yang digunakan hampir seluruh
pada pemecahan atau pengajuan masalah mampu siswa sudah sangat jelas dan benar mau dibawa
membentuk kemampuan berpikir kritis siswa kemana arah penyelesaiannya. Namun hal yang
dalam menginterpretasi suatu masalah. luput dari perhatian hampir seluruh siswa adalah
ketidak telitian mereka dalam proses
Indikator 2 : Analisis menghitung, sehingga tidak sedikit dari mereka
Pada pembelajaran dengan model yang benar dalam melakukan strategi
jucama, peneliti membimbing siswa penyelesaian namun melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan LKK dan membantu siswa perhitungan.
menyajikan hasil penyelesaian pemecahan dan Oleh karena itu dapat disimpulkan
pengajuan masalah, peneliti telah bahwa dengan melaksanakan kegiatan
mengorganisasikan siswa untuk memberikan pembelajaran menggunakan model jucama
penjelasan pada model matematika yang telah mampu membentuk kemampuan berpikir kritis
mereka buat. siswa dalam mengevaluasi suatu masalah.
Namun pada saat tes evaluasi akhir
meskipun hampir seluruh siswa membuat model Indikator 4 : Inferensi
matematika dengan tepat ternyata masih banyak Untuk indikator yang terakhir yaitu
siswa yang hanya membuat model matematika inferensi, berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8
tanpa memberi penjelasan. Tidak diberikannya tingginya kemampuan berpikir kritis indikator ini
penjelasan dalam model matematika yang telah dikarenakan pada fase keempat dari model
mereka buat tidak lepas dari pendapat Ennis jucama yaitu menyajikan hasil pemecahan dan
(Susanto, 2015) bahwa berpikir kritis sebagai suatu pengajuan masalah, siswa berpikir kritis dalam
proses berpikir sehingga penjelasan dari model mengungkapkan gagasan serta kesimpulan dari
matematika tersebut tersimpan dalam memori masalah yang diberikan maupun mengajukan
mereka dan tidak mereka tuangkan ke dalam pertanyaan kepada siswa yang sedang
jawaban. Buktinya meskipun mereka tidak presentase. Selain itu pada Dalam hal ini
memberikan penjelasan untuk model hampir seluruh siswa sudah dapat membuat
matematika yang telah mereka buat, mereka kesimpulan yang sesuai dengan konteks soal.
masih bisa menyelesaikan tes evaluasi dengan Meskipun sudah dapat membuat kesimpulan
strategi yang tepat. sesuai dengan konteks soal, ada sebagian siswa
Meskipun dikategorikan sedang, hal ini yang tidak tepat dalam membuat kesimpulan. Salah
bukan berarti model jucama tidak mampu satu penyebabnya adalah pada saat
membentuk kemampuan berpikir kritis siswa menyelesaikan masalah (evaluasi) siswa
Karim, Normaya, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan …… 1

melakukan kesalahan dalam perhitungan kegiatan pembelajaran menggunakan model


sehingga kesimpulan yang mereka jucama mampu membentuk kemampuan berpikir
dapatkanpun menjadi tidak tepat. kritis siswa dalam menginferensi (menarik
Dengan persentase 73,61% dapat kesimpulan dari suatu masalah).
dikatakan bahwa dengan melaksanakan

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa secara Keseluruhan


Interpretasi Frekuensi Persentase (%) Kategori
81,25 < X ≤ 100 13 43,33 Sangat Tinggi
71,5 < X ≤ 81,25 12 40,00 Tinggi
62,5 < X ≤ 71,5 5 16,67 Sedang
43,75 < X ≤ 62,5 0 0,00 Rendah
0 < X ≤ 43,75 0 0,000 Sangat Rendah
Jumlah 30 100,00

Dari tabel 9 dapat dililihat bahwa dilihat dari LKK yang diberikan kepada siswa,
tidak ada siswa yang memiliki kemampuan dimana dalam setiap LKK siswa diminta untuk
berpikir kritis dengan kategori rendah maupun memecahkan masalah kemudian mengajukan
sangat rendah. Kemampuan berpikir kritis siswa masalah berdasarkan masalah yang telah ada.
tersebar dalam 3 kategori yaitu sangat tinggi, Dalam pembelajaran matematika dengan
tinggi dan sedang. Hasil ini membuktikan menggunakan model jucama, siswa telah terbiasa
bahwa dengan mengkombinasi- kan model mengajukan dan memecahkan masalah
pengajuan dan pemecahan masalah mampu matematika sehingga mereka cenderung berpikir
membentuk kemampuan berpikir kritis siswa. kritis. Sebaliknya siswa yang kritis terbantu
Tingginya kemampuan berpikir kritis dalam mengajukan dan memecahkan masalah
siswa di kelas dikarenakan dengan penerapan matematika. Siswa yang berpikir kritis adalah
model jucama siswa dituntut untuk berpikir kritis siswa yang mampu menginterpretasi (memahami
dalam memecahkan masalah dan mengajukan masalah), menganalisis, mengevaluasi, dan
masalah. Hal ini dapat meng- inferensi (menarik kesimpulan).

Tabel 10 Rekapitulasi Respon Siswa


No Pernyataan Jumlah Jawaban Skor Ket.
responden (orang) Total
STS TS S SS
1 Saya menyukai cara peneliti mengajar 0 1 25 4 92 Setuju
2 Saya merasa nyaman dengan suasana belajar di kelas 1 2 27 0 86 Setuju

3 Cara peneliti mengajar membuat suasana menjadi lebih 2 1 20 7 92 Setuju


hidup
4 Cara peneliti mengajar menarik bagi saya 1 1 22 6 93 Setuju
5 LKS yang diberikan peneliti membantu saya belajar 0 0 21 9 99 Setuju

6 Saya tidak merasa bingung dalam mengerjakan LKS 1 2 25 2 88 Setuju


yang diberikan
7 Saya merasa tertantang untuk memecahkan 1 4 20 5 89 Setuju
masalah
8 Saya merasa tertantang untuk mengajukan masalah 1 4 20 5 89 Setuju

9 Cara peneliti mengajar membuat saya mudah dalam 0 2 23 5 93 Setuju


memahami materi
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 92 - 104 1

10 Setelah mengikuti cara peneliti mengajar, saya 0 5 20 5 90 Setuju


merasa bahwa materi yang diajarkan terasa mudah

Skor total dalam penelitian 911


Berdasarkan tabel 10 diperoleh kemampuan berpikir kritis siswa juga tinggi.
bahwa siswa memberikan respon setuju terhadap Sebaliknya apabila siswa memberikan respon tidak
suasana belajar dengan meng- gunakan model setuju atau rendah terhadap penerapan model
jucama yang terdapat pada butir angket no.2 jucama maka kemampuan berpikir kritis siswa
karena memberikan rasa nyaman. Untuk cara juga rendah.
yang diterapkan peneliti dalam pembelajaran
matematika meng- gunakan model jucama yang SIMPULAN DAN SARAN
terdapat dalam butir angket no 1, 3, dan 4 siswa Simpulan
memberikan respon setuju, begitu pula siswa juga Berdasarkan penelitian yang telah
merasa tertantang untuk mengajukan dan dilakukan dapat diambil beberapa simpulan
memecahkan masalah yang terdapat dalam butir sebagai berikut :
angket no 7,8 serta siswa menganggap dengan (1) Kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII
melaksanakan kegiatan pembelajar- an A SMP Negeri 13 Banjarmasin dalam
menggunakan model jucama menjadi lebih pembelajaran matematika dengan
memahami materi garis dan sudut yang menggunakan model pembelajaran jucama
terdapat dalam butir no 9 dan 10. Selain itu pada tes evaluasi akhir per indikator
siswa juga berpendapat bahwa LKK yang tersebar dalam tiga kategori yaitu sangat
diberikan dapat membantu siswa dalam belajar tinggi, tinggi, dan sedang. Untuk indikator
dan memahami materi garis dan sudut dimana interpretasi (memahami masalah yang
dalam setiap LKK siswa diminta untuk ditunjukkan dengan siswa menulis diketahui
memecahkan masalah dan mengajukan masalah dengan tepat maupun yang ditanyakan soal
yang terdapat pada butir angket no 5 dan 6. dengan tepat) berada pada ketegori sangat
Berdasarkan data yang diperoleh tinggi. Untuk indikator analisis
tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa kelas (mengidentifikasi hubungan-hubungan antara
VII A SMP Negeri 13 Banjarmasin secara pernyataan- pernyataan, pertanyaan-
keseluruhan memberikan respon setuju pada pertanyaan, dan konsep-konsep yang
penerapan model pengajuan dan pemecahan diberikan dalam soal ditunjukkan dengan
masalah (jucama) terhadap pembelajaran siswa dapat membuat model matematika
matematika dengan tingkat persetujuan = (911 : dari soal yang diberikan dengan tepat dan
1200) × 100% = memberi penjelasan dengan tepat) berada
75,92%. pada kategori sedang dan untuk indikator
Berdasarkan hasil uji Korelasi evaluasi (menggunakan strategi yang
Pearson Product Moment (PPM) dapat tepat dalam menyelesai- kan soal, lengkap
diketahui bahwa Sig. (2-tailed) < 0,05 dan benar dalam melakukan perhitungan)
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat serta indikator inferensi (membuat
hubungan antara kemampuan berpikir kritis kesimpulan dengan tepat sesuai dengan
dengan respon siswa terhadap model jucama. konteks masalah) berada pada kategori
Selain itu dapat diketahui pula Pearson tinggi.
Correlation sebesar 0,973 maka berdasarkan (2) Kemampuan berpikir kritis siswa kelas
tabel 6 maka tingkat hubungan antara VII A SMP Negeri 13 Banjarmasin dalam
kemampuan berpikir kritis dengan respon siswa pembelajaran matematika dengan
terhadap model jucama sangat kuat. Hal ini menggunakan model pembelajaran jucama
menunjukkan bahwa jika siswa memberikan pada tes evaluasi akhir secara keseluruhan
respon setuju atau tinggi terhadap penerapan berada pada kategori tinggi.
model jucama maka
Karim, Normaya, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan …… 1

(3) Siswa kelas VII A SMP Negeri 13 berpikir kritis sehingga siswa nantinya
Banjarmasin memberikan respon setuju mampu menerapkan kemampuan berpikir
terhadap penerapan model jucama dalam kritis yang dimilikinya dalam mengambil
pembelajaran matematika. keputusan dan memecahkan masalah yang
(4) Terdapat hubungan yang sangat kuat terkait konsep matematika dalam
antara kemampuan berpikir kritis dengan kehidupan sehari- hari.
respon siswa kelas VII A SMP Negeri 13 (3) Guru matematika, khususnya guru
Banjarmasin terhadap model jucama. matematika di SMP Negeri 13
Banjarmasin dapat menerapkan model
Saran jucama dalam pembelajaran matematika pada
Berdasarkan hasil penelitian, materi selajutnya.
pembahasan, dan simpulan yang diperoleh dalam (4) Diharapkan adanya penelitian lanjutan
penelitian ini, maka disampaikan beberapa saran yang menggunakan model jucama ini
yaitu: untuk membentuk kemampuan berpikir
(1) Siswa hendaknya diarahkan untuk kritis maupun kemampuan lainnya.
belajar terlebih dahulu materi pada (5) Dalam menerapkan model jucama untuk
pertemuan berikutnya sehingga pada saat membentuk kemampuan berpikir kritis
kegiatan pembelajaran siswa sudah siap diharapkan untuk indikator analisis lebih
untuk belajar. Cara mengarahkan siswa ditingkatkan lagi pengorganisasian siswa
misalnya dengan memberikan beberapa sehingga siswa benar-benar dapat membuat
pertanyaan pada kegiatan akhir model matematika dari soal yang diberikan
pembelajaran yang harus dijawab siswa dengan tepat dan memberi penjelasan
pada pertemuan selanjutnya. dengan tepat.
(2) Soal-soal yang diberikan kepada siswa
selalu diarahkan pada kemampuan

DAFTAR PUSTAKA Ismaimuza, D. 2013. Pengembangan


Instrumen Kemampuan Berpikir
Facione, A.P. 1994. Holistic Critical Thinking Kritis Matematis untuk Siswa SMP.
Scoring Rubric. California Academia Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Press, San Francisco. Matematika Jurusan Pendidikan MIPA
Filsaime, D.K. 2008. Menguak Kemampuan FKIP UNTAD, Palu. Hlm 375- 378.
Berpikir Kritis dan Kreatif.
Diterjemahkan oleh Sunarni ME. . 2013. Kemampuan Berpikir
Buku Berkualitas Prima, Jakarta. Kritis dan Kreatif Matematika Siswa
Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis : Sebuah SMP Melalui Pembelajaran Berbasis
pengantar. Edisi ke-1 diterjemahkan Masalah dengan Strategi Konflik
oleh Benyamin Hadinata. Erlangga, Kognitif. Jurnal Teknologi Tadulako
Jakarta. University. Hlm 33-37.
Hamzah, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Riduan. 2013. Belajar Mudah Penelitian.
Matematika. Rajawali Press, Alfabeta, Bandung.
Jakarta. Setyowati, A. 2011. Implementasi
Hasratuddin. 2009. Berpikir Kritis dan Pendekatan Konflik Kognitif dalam
Kecerdasan Emosi dalam Pembelajaran Fisika untuk
Pembelajaran Matematika. Prosiding Menumbuhkan Kemampuan
Nasional Pembelajaran Matematika Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII.
Sekolah Jurusan Pendidikan Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia.
Matematika UNY, Yogyakarta. Hlm 7 : 89-96.
146-156.
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 92 - 104 104

Slavin, R.E. 2009. Psikologi Pendidikan : Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.


Teori dan Praktik. Edisi ke-9 Sugiyono. 2012. Metodel Penelitian
diterjemahkan oleh Marianto Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Samosir. PT Indeks, Jakarta. Alfabeta, Bandung.
Siswono, T.Y.E. 2008. Model Pembelajaran Sulistiyawati. 2013. Penerapan Model
Matematika Berbasis Pengajuan Pembelajaran Jucama pada
dan Pemecahan Masalah untuk Materi Teorema Pythagoras.
Meningkatkan Kemampuan Jurnal FMIPA Unesa, Surabaya.
Berpikir Kreatif. Unesa University Susanto, A. 2015. Teori Belajar dan
Press, Surabaya. Pembelajaran di Sekolah Dasar.
. 2009. Pengembangan Model Prenadamedia Group, Jakarta.
Pembelajaran Matematika Tim Revisi. 2013. Petunjuk Penulisan Karya
Berbasis Pengajuan dan Ilmiah Edisi V. Jurusan PMIPA
Pemecahan Masalah untuk Fakultas Keguruan dan Ilmu
Meningkatkan Kemampuan Pendidikan Universitas Lambung
Berpikir Kreatif Siswa. Mangkurat, Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai