BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang agar dapat berguna bagi
dirinya, masyarakat, dan juga negara, baik dalam pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal (Sari, 2019: 1). Salah satu pendidikan formal yaitu di
sekolah yang mengajarkan beberapa pembelajaran atau bidang studi yang memiliki
Oleh sebab itu, dalam pendidikan terutama pendidikan formal sangat dibutuhkan
bagi masyarakat. Salah satu bidang studi dalam pembelajaran disekolah yaitu
Matematika merupakan sebuah ilmu pasti yang menjadi dasar bagi ilmu-
ilmu lainnya dan juga merupakan salah satu pelajaran yang dipelajari disetiap
2
jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Dalam
belajar khususnya pada pelajaran matematika peserta didik dituntut untuk berpikir
agar dapat memecahkan masalah yang diberikan atau menemukan solusi dari
permasalahan.
kemampuan berpikir (Manfaat, 2018: 119). De Porter & Hernacki (1999) dalam
bagian, yaitu: berpikir vertikal, berpikir lateral, berpikir kritis, berpikir analistis,
berpikir strategis, berpikir tentang hasil, dan berpikir kreatif. Menurut keduanya,
berpikir kritis adalah berlatih atau memasukkan penilaian atau evaluasi yang
“Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kegiatan atau proses kognitif dan tindakan
menemukan jalan keluar dan melakukan keputusan secara deduktif, induktif dan
pemeriksaan dan melakukan penalaran yang logis yang diukur melalui kecakapan
berpikir kritis adalah suatu kegiatan atau aktivitas berpikir secara sadar untuk
3
memperoleh pengetahuan agar mampu menemukan solusi atau jalan keluar atas
suatu permasalahan secara logis dan mendalam agar tepat dalam mengerjakan tes.
Sungguminasa pada kelas VIII-3, banyak ditemukan persoalan yang dihadapi guru
dan peserta didik dalam pembelajaran matematika. Persoalan yang dihadapi guru
kritis dan kreatif serta evaluasi belum maksimal dalam pengembangannya. Peserta
didik merasa kebingungan jika mendapat soal yang memiliki angka, subjek yang
diketahui, dan subjek yang ditanya berbeda dengan contoh soal yang diberikan
guru, sebab peserta didik tidak bisa mengembangkan daya nalar, daya berpikir
kritis dan kreatif jauh lebih dalam untuk menyelesaikan soal matematika. Hal ini
cenderung menyontek jawaban dari peserta didik yang lebih pintar tanpa menggali
Akar masalah dari persoalan yang dihadapi peserta didik di SMP Negeri 2
Sungguminasa adalah pada faktor belajar mengajar, yaitu: 1) peserta didik sebagian
besar hanya mendengar, menulis (mencatat) penjelasan guru dan latihan soal yang
diberikan oleh guru, 2) peserta didik kurang ikut aktif dalam pengolahan pesan
pelajaran, sehingga banyak peserta didik yang kurang peduli, masa bodoh, kurang
percaya diri, dan kurang bergairah dalam belajar. Jika masalah tersebut tidak segera
4
membosankan serta akan membunuh tingkat berfikir kritis peserta didik dalam
bahwa, tingkat kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diberikan
berbeda-beda dan tidak semua peserta didik mampu mengerjakan tes atau soal
dengan tepat karena dalam menyelesaikan soal peserta didik masih menggunakan
penyelesaian peserta didik masih kurang. Kemudian dalam sistem penskoran, guru
diukur masing-masing tiap siswa tersebut, yakni dengan menggunakan tes khusus
ataupun tes yang dikaitkan dengan materi tertentu. Dilihat dari segi bentuk soal dan
kemungkinan jawabannya tes terbagi menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes essay
(uraian). Kedua bentuk tes tersebut tentunya mempunyai teknik penskoran yang
berbeda. Bentuk tes objektif, biasanya pilihan ganda (Multiple Choice), betul-salah
(Relationship Analysis). Pada bentuk tes objektif siapapun yang memeriksa akan
memberikan skor yang sama, karena penskoran dalam bentuk tes objektif hanya
mempunyai dua kemungkinan jawaban, yaitu jawaban benar diberi skor 1 dan
5
jawaban salah diberi skor 0. Namun dalam tes objektif ini siswa tidak dapat
diperlukannya alasan dan sumber yang menjadi acuan siswa untuk menjawab tes
tersebut. Bentuk tes essay (uraian) dapat memberikan kebebasan kepada siswa
Penskoran pada tes essay (uraian) biasanya dilakukan dengan skor politomus,
dimana skor bertingkat (graded) lebih dari dua kategori yang diberikan sesuai
Graded Response Models (GRM) atau model respon berjenjang adalah sistem
penskoran dimana tingkat kesukaran tiap kategori pada item tes disusun secara
berurutan sehingga jawaban peserta tes haruslah terurut dari kategori rendah hingga
kategori yang tinggi dan penilaian dimana semua respon siswa dilihat dari urutan
tujuan untuk menampilkan estimasi parameter butir dan kemampuan siswa, dan
yang bertujuan untuk meneliti peserta didik di SMP Negeri 2 Sungguminasa pada
pembalajaran relasi dan fungsi. Selain itu penelitian ini penting dilakukan terhadap
peserta didik, untuk menganalisis tingkat berpikir kritis peserta didik dalam
6
pembelajaran matematika materi relasi dan fungsi. Oleh karena itu, peneliti
Sungguminasa”.
B. Fokus Penelitian
ini peneliti mengangkat fokus yaitu tingkat kemampuan berpikir kritis matematika
peserta didik. Pada Penelitian ini peneliti berusaha memahami kemampuan berpikir
models (GRM) dalam pembelajaran relasi dan fungsi pada kelas VIII-3 SMP
Negeri 2 Sungguminasa.
C. Rumusan Masalah
Grade Response Models (GRM) dalam pembelajaran relasi dan fungsi pada kelas
D. Tujuan Penelitian
Grade Response Models (GRM) dalam pembelajaran relasi dan fungsi pada kelas
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Guru
c. Bagi Sekolah
d. Bagi Peneliti
dalam pembelajaran.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Jadi analysis diserap menjadi analisis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian
itu sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh pengertian yang
yang sebenarnya.
model dan memberikan perlakuan terhadap model tersebut secara efektif sesuai
Menurut Halpern (2014) dalam (Sani, 2019: 16), berpikir kritis terkait
dari alpern:
skills that are thoughtful and effective for the particular context and
kecerdasannya untuk menarik kesimpulan Sies (1998) dalam (Sani, 2019: 17).
Berpikir kritis adalah proses untuk menentukan apa yang harus diyakini dan
mereka sendiri atau berdasarkan bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang
pendapat mereka sendiri dengan penuh percaya diri. Berpikir kritis membantu
12
matematika.
2) Mencari alasan,
6) Mencari alternatif,
7) Dapat dipercaya,
secara kritis berarti melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini
mengarah pada solusi. Ini berarti juga ada semacam posisi yang
diri sendiri secara serius, menahan pertimbangan jika bukti dan alasan
Clarity, dan Overview yang dapat disingkat dengan istilah FRISCO. Focus
keseluruhan.
15
1) F (Focus)
soal matematika yang menjadi focus adalah pertanyaan dari soal yang
diberikan.
2) R (Reasion)
3) I (Inference)
pertanyaan itu.
4) S (Situation)
5) C (Clarity)
16
6) O (Overview)
apakah masuk akal atau tidak. Pada soal matematika yang menjadi
kritis peserta didik meliputi mencari pernyataan yang jelas dari pertanyaan,
situasi dan kondisi secara keseluruhan, berusaha tetap relevan dengan ide
bersikap dan berpikir terbuka, mengambil posisi ketika ada bukti yang
sistem penskoran dimana tingkat kesukaran tiap kategori pada item tes disusun
secara berurutan, sehingga jawaban siswa haruslah terurut dari kategori yang
merupakan salah satu pendekatan model IRT (item respon theory) dimana
bentuk tes yang digunakan dalam penskoran model ini adalah uraian, yang
menuntut siswa untuk mampu berpikir kritis, dan setiap butir soal dibuat
berdasarkan tingkat kesulitan dari mudah hingga sukar (Gusrianti, 2018: 23).
tes pekerjaan peserta didik. Graded response models (GRM) merupakan sebuah
benar dari sejumlah butir soal yang membentuk tes (Junaidi, 2017: 19).
proses pemberian angka atau pengkuantifikasian tiap butir pada tes maupun
kuisioner. Bila ditinjau dari bentuk-bentuk tes dan kuisioner, maka proses
penskoran pun akan berbeda untuk jenis tes maupun kuisioner tertentu.
Penskoran tes jenis objektif akan berbeda dengan penskoran tes essay, demikian
Thurstone yang muncul pada 1928. Graded Response Models (GRM) tepat
meningkat seperti yang ada pada skala Likert. Nilai tingkat kesulitan relative
katagori 1 > 2 > ...> n atau urut. Penggunaan Graded Response Models (GRM)
tepat ketika respons peserta ujian terhadap butir dapat digolongkan sebagai
atas, dapat disimpulkan bahwa Graded response models (GRM) adalah sistem
penskoran dimana tingkat kesukaran tiap kategori pada setiap tes disusun secara
terurut sehingga jawaban siswa haruslah berurut dari kategori yang rendah
berpikir kritis peserta didik pada Materi Relasi dan Fungsi di SMP Negeri 2
Sungguminasa
1. Relasi
19
a. Diagram panah
(Elok, Keterampilan)}.
c. Diagram Kartesius
21
82)
2. Fungsi
pemetaan antara domain dan kodomain disebut range fungsi atau daerah
A B
1 0
2 2
4 4
8
22
dinotasikan dengan f ( x )=3 x +3. Dari uraian ini dapat dirumuskan: jika
x -2 -1 0 1 2 3 4
3x -6 -3 0 3 6 9 12
2 2 2 2 2 2 2 2
f (x) -4 1 2 5 8 11 14
( x , f ( x) ) (-2, -4) (-1, 1) (0, 2) (1, 5) (2, 8) (3, 11) (4, 14)
(sumber: Marsigit, 2007: 45)
bilangan-bilangan yang semakin besar maka nilai f (x) juga akan semakin
besar. Grafik fungsi linear f ( x )=3 x +2 dapat kamu lihat pada gambar
5. Contoh Soal Berpikir Kritis Terkait Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi
yang berkaitan dengan identifikasi fokus atau perhatian utama, Reason yang
untuk dapat diterima, Situation yang berkaitan dengan situasi dengan seksama,
jelas, dan Overview yang berkaitan dengan mengecek kembali atau langkah
mundur dan lihat semuanya secara keseluruhan. Adapun contoh soal yaitu
sebagai berikut:
1) Berikut adalah daftar nama kelas VIII beserta olahraga yang disukainya.
Nama Olahraga
Ayu Catur, Volly, dan Lari
Ani Volly
Uni Lari dan Renang
Tia Catur dan Renang
Rey Renang
Jawab:
a. Diagram Panah
Nama Olahraga
Ayu
Catur
Ani
Volly
Uni
Lari
Tia
Renang
Rey
25
b. Diagram Cartesius
Olahraga
Volly
Renang
Lari
Catur
Nama
Ayu Ani Uni Tia Rey
c. Himpunan pasangan berurutan
sebutkan alasannya!
i. K L ii. K L
L
o 1 o 1
p 2 p 2
q 3 q 3
q
iii. B
p
26
q
o
p
A
2 3 o
iv. B
A
1 3
1 2
Jawab:
yang merupakan fungsi adalah gambar i dan iii Karena pada setiap anggota
fungsi. Selain itu, juga dapat dinilai kualitas pendapatnya dari alasan yang
a. f (3)!
Jawab:
f : x →3 x +3
27
f ( x )=3 x +3
a. f ( 3 )=3.3+3=12
b. f (−2 )=3.−2+3=−3
c. f (−4 )=3.−4+3=−9
d. f ( x )=6=3 x +3
6−3=3 x +3−3
3=3 x
3
x= =1
3
e. f ( a )=12=3 x +3
12−3=3 x +3−3
9=3 x
9
x= =3
3
peserta didik untuk mencari nilai fungsi dan memperhatikan tata cara
sebagai berikut :
28
berpikir kritis tinggi, 13,4% memiliki kemampuan berpikir kritis sedang, dan
68,2% memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Dilihat dari pencapaian tiap
indikator, 56,8% siswa mampu menuliskan hal yang diketahui dan hal yang
ditanya pada soal serta menuliskan metode yang digunakan (Fokus). 49,2%
diambil dan mengerjakan soal sesuai dengan cara yang telah direncanakan
49,2% siswa mampu membedakan beberapa hal dengan jelas (Kejelasan). Dan
clarity, dan overview), siswa yang memiliki kemampuan beripikir kritis sedang
focus, reason, situation, dan clarity, dan siswa yang memiliki kemampuan
29
penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah tempat penelitian dan jumlah
subjek penelitian.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Arfani Manda Tama yang berjudul: Analisis
Lampung. Hasil penelitian ini adalah peserta didik dengan kategori kemampuan
30
tinggi secara umum dapat dikatakan bahwa peserta didik dapat menjelaskan
diagram panah, yang seharusnya empat dari banyaknya fungsi yang mungkin
disimpulkan bahwa peserta didik belum memahami konsep dan maksud dari
fungsi, sehingga terlihat tidak dapat membedakan antara fungsi dan relasi, tidak
dapat menggambar dan menentukan banyaknya fungsi yang akan terjadi serta
tidak dapat menentukan nilai suatu fungsi. Persamaan penelitian tersebut dengan
peskoran Graded Response Models (GRM) dan materi yang diangkat juga sama.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
permasalahan belum jelas, holistik, komplesk, dinamis dan penuh makna sehingga
tidak mungkin data data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode
penelititan kuantitatif. Selain itu peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara
mendalam, menemukan pola, dan teori. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau
32
(GRM) dalam pembelajaran relasi dan fungsi pada kelas VIII-3 SMP Negeri 2
Sungguminasa.
B. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih salah satu sekolah menengah pertama yang terletak di Kabupaten
Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data primer
yang merupakan data yang diperoleh lalu dikumpulkan oleh peneliti secara
mendeskripsikan.
D. Subjek Penelitian
2. Memberi tes kepada siswa berupa soal terkait materi relasi dan fungsi.
4. Setelah mengetahui hasil tes kemudian , peneliti memilih 3 orang siswa yang akan
menentukan subjek penelitian yaitu: siswa yang berpikir kritis rendah, siswa yang
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Sungguminasa.
matematika.
d. Revisi judul.
34
f. Pengujian draft.
g. Pengajuan pembimbing.
h. Penyusunan proposal.
i. Persiapan instumen.
2. Tahap Pelaksanaan
b. Wawancara.
c. Dokumentasi.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Peneliti
terjun kelapangan sendiri baik dalam pengumpulan data, analisi, dan penarikan
matematika dan guru disekolah demi kevalidan isi (soal) jenis tes yang
35
digunakan yaitu soal uraian (essay test). Pemilihan materi sesuai materi yang
telah diajarkan.
Pada tahap ini peniliti memilih pedoman wawancara yang bebas tidak
yang berisi pertanyaan yang akan diajukan, namun pertanyaan memuat poin-
poin penting yang ingin digali lebih dalam dari responden untuk
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono,
2018:224). Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
1. Tes Tertulis
Models (GRM). Data yang diharapkan berupa hasil pekerjaan siswa pada
didapatkan dari tes ini digunakan sebagai bahan analisis kemampuan berpikir
kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi
soal-soal tes yang terdiri atas butir butir soal (Salim, 2019:83-84).
berpikir kritis peserta didik yang sebelumnya telah divalidasi oleh validator.
Kriteria
Simbol
No
Skor
Berpikir Kritis Respon Siswa Terhadap Soal
.
Matematika
Kemudian data dari hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik
f
P= ×100 %
n
Keterangan : P = persentase
didk. Adapun kriteria berpikir kritis adalah dalam (Gusrianti, 2018: 34)
sebagai berikut.
2. Wawancara
40
cara menggali data langsung dari sumbernya dengan mengadakan tatap muka
(GRM).
3. Dokumentasi
Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data dalam penelitian ini adalah tahapan
mengkoreksi jawaban hasil tes peserta didik yang sudah dikumpulkan untuk
adanya penarikan kesimpulan dan tindakan. Dalam penelitian ini, data hasil
singkat dan mudah dipahami serta dilakukan secara berulang kali melakukan
I. Keabsahan Data
Sugiyo (2019: 495) triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
42
Response Models (GRM) yang diperoleh melalui tes dengan sumber yang sama
DAFTAR PUSTAKA
Adistiana, K.D. 21 Maret 2018. Ruang Guru Matematika Kelas 8. Apa itu Relasi dan
Fungsi, (Online).
(https://blog.ruangguru.com/apa-itu-relasi-dan-fungsi, dikutip pada tanggal
30 Januari 2020).
43
Anggito, Anggito. dan Johan, Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa
Barat: CV Jejak.
As’ari, A.R. dkk. 2017. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Matematika Kelas
VIII Semester I/Ganjil. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Baligbang
Kemendikbud.
Manfaat, Budi. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa dengan
Menggunakan Graded Rensponse Models (GRM). Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Yogyakarta, 4(1): 119.
Maulidya, A. 2018. Berpikir dan Problem Solving. Ihya Al-Arabiyah Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Arab, 4(1):12-16.
Nur Indah Sari,Tria. 2017. Profil Kemampuan Brpikir Kritis Matematika Siswa ditinjau
Dari Kemampuan Spasial Dengan Menggunakan Graded Response Models
(GRM). Skripsi diterbitkan. Surabaya: FTK UIN SUNAN AMPEL.
44
Rahayuningsih, S. & Rani, J. 2019. Grup, HOTS dan Gender. Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia.
Rezky Wahyudi, Azhar. Penskoran Politomi Dalam Teori Respon Butir Menggunakan
Graded Response Model (GRM). Skripsi diterbitkan. Makassar: FMIPA
Universitas Hasanuddin.
Salim & Haidir. 2019. Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan, dan Jenis. Jakarta:
Kencana.
Sani, Ridwan Abdullah. 2019. Cara Membuat Soal HOTS (High Order Thinking Skills).
Tangerang: Tira Smart.
Sari, Renny Ninda. Mujib. Siska Andriani. 2019. Penggunaan Graded response models
(GRM) dalam Menganalisis Proses Berpikir Peserta Didik. Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika, 2( 1): 176.
Sari, Renny Ninda. 2019. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematik dengan
Menggunakan Graded response models (GRM). Diterbitkan. Lampung:
Universitas Islam Negeri Rade Intan.
Tama, Arfandi Manda. 2017. Analisis Butir soal kemampuan pemahaman konsep
matematis peserta didik dengan menggunakan graded response models
(GRM). Skripsi diterbitkan. Lampung: Universitas Islam Negeri (UIN).
Untara, Wahyu. 2013. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap dan Praktis. Yogyakarta:
Indonesia Tera.