Anda di halaman 1dari 79

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan potensi peserta

didik melalui proses pembelajaran, hal ini dituangkan dalam Undang-

Undang nomor 20 Tahun 2003.1 Salah satu pembelajaran yang dapat

mengembangkan kreativitas berpikir siswa, serta dapat meningkatkan

kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru peserta didik adalah

pembelajaran matematika2, berdasarkan tujuan dari pembelajaran

matematika yaitu matematika adalah subjek penting yang diberikan kepada

siswa untuk melengkapi kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

kritis, kreatif dan kemampuan untuk bekerja sama.3

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam

PISA (Programme for International Student Assessment) sebagai tolak ukur

kinerja siswa di pendidikan menengah.4 Berdasarkan hasil PISA,

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika masih

tergolong rendah. Hal ini terlihat dari peringkat PISA Indonesia pada tahun

2018 turun apabila dibandingkan dengan hasil PISA pada tahun 2015.

1
Abdul Kadir, dkk, Dasar-dasar pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2015), hlm. 62 .
2
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
186.
3
M.Ikhsan, dkk, “Kemampuan Berpikir Kritis dan Metakognisi Siswa dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Problem Solving”, Aksioma Jurnal
Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro ,Vol. 6 Nomor 2, 2017
4
Moch. Sukardjo & Lipur Sugiyanta, “Analisis Strategi Pembelajaran Matematika
Kurikulum 2013 dalam Rangka Meningkatkan Nilai Pisa Matematika”, Jurnal Keluarga dan
Pendidikan (JKKP), Vol. 05, Nomor 01, hlm. 44.
2

Indonesia berada pada peringkat 7 dari bawah yaitu peringkat 73 dari 79

negara yang berpartisipasi dalam PISA matematika.5

Penelitian tentang pemecahan masalah pernah dilakukan oleh N.

Novferma.6 Hasil penelitiannya mengatakan bahwa jenis-jenis kesulitan

yang dialami siswa dalam memecahkan masalah yaitu pada tahap mengingat

fakta, mengingat konsep, memahami fakta, memahami konsep, menerapkan

konsep, menerapkan prosedur, menganalisis prosedur, mengevaluasi

faktual, mengevaluasi konsep, mengevaluasi prosedur, dan

mengomunikasikan metakognitif. Kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pengetahuan

awal, apresiasi matematika, dan kecerdasan logis matematis, keterampilan

berpikir, gaya belajar, penerapan model pembelajaran dan lain-lain.7 Hal ini

diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Indah Puspita Sari, hasil

penelitiannya mengatakan bahwa 1) pencapaian kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan problem posinglebih baik daripada siswa yang memperoleh

pembelajaran biasa; 2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan

problem posinglebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran


5
https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/04/13002801/skor-pisa-terbaru-indonesia-
ini-5-pr-besar-pendidikan-pada-era-nadiem-makarim?page=all, di akses pada tanggal 12
januari 2020, Pukul 07.20.
6
N.Novferma, “Analisis Kesulitan Siswa dan Self-Efficacy Siswa SMP dalam
Pemecahan Masalah Matematika Berbentuk Soal Cerita”, Jurnal Riset Pendidikan
Matematika, Vol 3, Nomor 1, 2016, hlm. 77
7
Putu Eka Irawan, dkk. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika: Pengetahuan awal, Apresiasi Matematika, dan Kecerdasan Logis
Matematis”, dalam https://ejournal.undiksha.ac.id/article diakses pada tanggal 4 maret 2020,
pukul 07.10 WITA
3

biasa.8 Senada dengan hal tersebut penelitian lain pernah dilakukan oleh

Nonong Rohimah Hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa ketiga

siswa yang berbeda dalam kemampuan matematikanya, mencerminkan tiga

kategori siswa bervariasi juga dalam kemampuan pemecahan masalah

matematika. Untuk itu, dapat diasumsikan bahwa kemamapuan pemecahan

masalah merupakan salah satu komponen yang memberikan kontribusi pada

pengembangan kemampuan matematika.9

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa betapa pentingnya

bahwa siswa harus memiliki kemampuan memecahkan suatu masalah. salah

satu cara agar siswa mampu dalam memecahkan masalah adalah siswa harus

memiliki keterampilan berpikir, salah satunya yaitu keterampilan berpikir

kritis. Keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan peserta didik untuk

dapat memahami dan menyelesaikan suatu permasalahan.10

Menurut Sani seseorang dikatakan telah melakukan kegiatan berpikir

kritis apabila ia tidak mudah percaya mengenai apapun yang di dengar

maupun di lihat melainkan memperhatikan fakta yang ada untuk

menentukan bukti yang mendukungnya serta mampu memberikan pendapat

dengan suatu alasan dan kesimpulan yang tepat. Sehingga, berpikir kritis

merupakan proses berpikir yang perlu dikuasai siswa. 11Berpikir kritis sangat
8
Indah Puspita Sari, “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMP Melalui Pendekatan Problem Solving”, Didaktik, Vol 9, Nomor 1, 2015, hlm.10
9
Nonong Rohimah, “Profil Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika Berdasarkan Kemampuan Matematika”, LENTERA Jurnal Ilmiah
Kependidikan, Vol 14, Nomor 1, 2019, hlm.66
10
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
126.
11
Flavia Aurelia Hidajat, dkk, “Identifikasi Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas X
IPA-6 SMAK Santo Albertus Malang”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 4, Nomor
2, 2017, hlm. 101
4

bermanfaat dalam membuat seseorang menjadi lebih mandiri, percaya diri

dan mampu memecahkan persoalan dengan lebih bijak.12

Penelitian tentang kemampuan berpikir kritis pernah dilakukan oleh

Sagita Puspita, dkk.13 Hasil penelitiannya adalah 1) Siswa laki-laki dengan

kemampuan awal tuntas KKM mampu melakukan tahap interpretasi,

analisis, evaluasi, inferensi, dan eksplanasi dalam memecahkan masalah

lingkaran. Hal ini dibuktikan dengan subjek mampu menggambarkan

permasalahan dengan tepat, mampu menuliskan apa yang harus dilakukan,

mampu menyelesaikan permasalahan, mampu menarik suatu kesimpulan,

dan mampu memberikan jawaban alternatif lain, 2) Siswa laki-laki dengan

kemampuan awal tidak tuntas KKM hanya mampu melakukan tahap

interpretasi dalam memecahkan masalah lingkaran, karena subjek hanya

memahami masalah dengan cara menggambarkan permasalahan dalam

bentuk geometri dan mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan dalam

soal, 3) Siswa perempuan dengan kemampuan awal tuntas KKM telah

mampu melakukan tahap interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi dan

eksplanasi dalam memecahkan masalah lingkaran. Dilihat dari subjek

mampu menggambarkan permasalahan yang diberikan dalam bentuk

geometri, mampu menuliskan apa yang ditanyakan pada soal dengan jelas

dan tepat, mampu menuliskan hubungan konsep-konsep yang digunakan,

mampu menuliskan apa yang harus dilakukan, mampu melakukan

12
Maulana, Dasar-dasar konsep peluang, (Jakarta: UPI PRESS, 2018),
hlm. 11
13
Sagita Puspita, dkk. “ Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII A
SMPN 8 Surakarta dalam Memecahkan Masalah Lingkaran ditinjau dari Gender dan
Kemampuan Awal”, JPMM, Vol 3, Nomor 1, 2019, hlm.172
5

penyelesaian, mampu menarik kesimpulan secara logis, mampu menduga

alternatif lain, dan mampu menuliskan hasil akhir serta memberikan alasan

tentang kesimpulan yang diambil dan 4) Siswa perempuan dengan

kemampuan awal tidak tuntas KKM mampu melakukan tahap interpretasi

dengan baik dalam memecahkan masalah lingkaran, hal ini dapat dilihat dari

subjek mampu menggambarkan permasalahan yang diberikan dalam bentuk

geometri dan mampu menuliskan apa yang ditanyakan pada soal dengan

jelas dan tepat.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Afinda.14 Hasil penelitiannya

adalah 1) subjek reflektif mampu memenuhi semua indikator berpikir kritis

FRISCO terlihat dari Ia bisa menceritakan kembali informasi-informasi

yang terdapat di soal dan dapat menyelesaikan soal tersebut dengan benar

dan memberikan gagasan yang tepat untuk mendukung hasil jawabannya

serta dapat menyimpulkan jawabannya dengan baik dan benar, 2) Subjek

impulsif tidak mampu memenuhi seluruh indikator berpikir kritis, Ia mampu

menceritakan informasi-informasi yang ada di soal tetapi dalam menjawab

soal masih belum tepat, ada beberapa alasan yang tidak relevan yang

diungkapkan sehingga Ia tidak bisa menarik suatu kesimpulan dari soal atau

masalah yang disajikan.

Penelitian tentang berpikir kritis juga pernah dilakukan oleh Nonong

Rohimah.15 Hasil penelitiannya megatakan bahwa: 1) Subjek ST(Siswa


14
Avinda Fridanianti, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam
Menyelesaikan Soal Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah Ditinjau dari Gaya Kognitif
Reflektif dan Kognitif Impulsif”, Aksioma, Vol 9, Nomor. 1, 2018, hlm. 11
15
Nonong Rohimah, “Profil Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika Berdasarkan Kemampuan Matematika”, LENTERA Jurnal Ilmiah
Kependidikan, Vol 14, Nomor 1, 2019, hlm.59-68
6

Berkemampuan Tinggi) membaca soal sebelum menjawab soal, ST

menuliskan informasi yang ada dalam soal berupa apa yang diketahui,

ditanyakan dan menuliskan rumus apa yang akan Ia gunakan untuk

menyelesaikan soal, ST membuat model matematika dengan tepat dan

memberikan penjelasan dengan tepat. Untuk menyelesaikan masalah ST

menggunakan cara eliminasi mencar nilai y dengan cara mengeliminasi

variabel x, ST juga membuat kesimpulan dengan tepat terkait permasalahan

yang diberikan, 2) Subjek SS (Siswa Berkemampuan Sedang) membaca

soal sebelum menjawab soal, SS menuliskan informasi yang ada dalam soal

berupa apa yang diketahui, ditanyakan dan menuliskan rumus apa yang akan

Ia gunakan untuk menyelesaikan soal, SS membuat model matematika

dengan tepat dan memberikan penjelasan dengan tepat. Untuk

menyelesaikan masalah SS menggunakan cara eliminasi mencar nilai y

dengan cara mengeliminasi variabel x, SS juga membuat kesimpulan

dengan tepat terkait permasalahan yang diberikan, dan 3) Subjek SR (Siswa

Berkemampuan Rendah) memahami masalah dengan menuliskan apa yang

diketahui dan ditanyakan oleh soal, SR ketika mengidentifikasi hubungan-

hubungan antara pernyataan, pertanyaan, dan konsep yang diberikan tidak

bisa membuat model matematika, dan SR tidak bisa memberikan penjelasan

dengan detail dan benar. SR juga tidak bisa memberikan kesimpulan terkait

dengan permasalahan yang diberikan.

Beberapa dari paparan hasil penelitian tersebut terkait dengan

kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah matematika,


7

peneliti tertarik untuk meneliti terkait kemampuan berpikir kritis siswa

dalam memecahkan masalah yang berbeda, dan pada jenjang yang berbeda.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika yang mengajar

di kelas dan sekolah tersebut mengatakan bahwa siswa cenderung dapat

menyelesaikan masalah rutin yaitu bisa menyelesaikan masalah yang

diberikan yang sesuai dengan yang dicontohkan akan tetapi jika diberikan

masalah yang memiliki konsep yang sama namun diberikan soal dengan

variasi yang berbeda akan mengalami kesulitan. Materi yang dianggap sulit

oleh siswa saat ini adalah materi dimensi tiga, statistika dan banyak lainnya

karena butuh penalaran.16 Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan

berpikir kritis siswa masih rendah.

Berangkat dari permasalahan di atas, peneliti melihat bahwa sangat

penting untuk mengkaji sejauh mana kemampuan berpikir kritis matematis

siswa, Peneliti terdorong untuk melakukan penelitian deskriptif yang

berjudul “Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam

Memecahkan Masalah Geometri.”

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu “Bagaimana tingkat kemampuan berpikir kritis siswa

dalam memecahkan masalah geometri ?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

16
Wawancara dengan Dita Ariyanti, tanggal 25 Oktober 2019 di ruang guru MAN 2
Mata ram.
8

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat

kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah geometri.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa peneliti kemukakan terkait dengan

persoalan di atas dapat di bagi menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan

praktis.

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, manfaat yang diharapkan peneliti adalah

penelitian ini diharapkan bisa memperkuat teori-teori terkait dengan

kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah

matematika.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat secara praktis yang peneliti harapkan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan guru untuk merancang atau membuat instrument

pembelajaran terkait pemecahan masalah matematika dan sebagai

informasi untuk dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di

kelas.

2) Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai dokumentasi dalam rangka melakukan penelitian lebih

lanjut.
9

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini dan

menghasilkan data yang akurat sehingga dapat peneliti pertanggung

jawabkan kebenarannya, maka peneliti melakukan pembatasan masalah

yang meliputi obyek penelitiannya yaitu materi dimensi tiga dengan

pokok bahasan jarak titik dalam ruang sedangkan subyek penelitiannya

yaitu siswa MAN 2 Mataram kelas XII.

2. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Mataram tahun pelajaran

2019/2020

E. Telaah Pustaka

Telaah Pustaka atau kajian terdahulu ini merupakan salah satu

acuan peneliti dalam melakukan penelitian sehingga peneliti dapat

memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang

dilakukan. Berdasarkan dari penelitian terdahulu, peneliti tidak

menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian

penulis. Namun peneliti mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi

dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian. Berikut merupakan

penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang

dilakukan peneliti.

Adapun penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut:


10

1. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Menyelesaikan Soal

Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah Ditinjau dari Gaya Kognitif

Reflektif dan Kognitif Impulsif.17 Hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. subjek Reflektif mampu memenuhi semua indikator berpikir kritis

FRISCO terlihat dari Ia bisa menceritakan kembali informasi-

informasi yang terdapat di soal dan dapat menyelesaikan soal

tersebut dengan benar dan memberikan gagasan yang tepat untuk

mendukung hasil jawabannya serta dapat menyimpulkan

jawabannya dengan baik dan benar.

b. Subjek Impulsif tidak mampu memenuhi seluruh indikator berpikir

kritis, Ia mampu menceritakan informasi-informasi yang ada di

soal tetapi dalam menjawab soal masih belum tepat, ada beberapa

alasan yang tidak relevan yang diungkapkan sehingga Ia tidak

bisa menarik suatu kesimpulan dari soal atau masalah yang

disajikan.

Berdasarkan paparan di atas, maka ditemukan beberapa perbedaan

dalam fokus penelitiannya dan subjek penelitian. Penelitian yang

dilakukan oleh Avinda, dkk. yaitu analisis kemampuan berpikir kritis

siswa berdasarkan gaya kognitif dan gaya Impulsif pada materi aljabar

dan dilakukan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP),


17
Avinda Fridanianti, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam
Menyelesaikan Soal Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah Ditinjau dari Gaya Kognitif
Reflektif dan Kognitif Impulsif”, Aksioma, Vol 9, Nomor. 1, 2018, hlm. 11
11

sedangkan penelitan ini fokus pada analisis tingkat kemampuan

berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah geometri, dan

dilakukan pada jenjang Sekolah Madrasah Aliyah (MA).

2. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII A SMPN 8

Surakarta dalam Memecahkan Masalah Lingkaran ditinjau dari

Gender dan Kemampuan Awal.18 Hasil penelitiannya sebagai berikut:

a. Siswa laki-laki dengan kemampuan awal tuntas KKM mampu

melakukan tahap interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan

eksplanasi dalam memecahkan masalah lingkaran. Hal ini

dibuktikan dengan subjek mampu menggambarkan permasalahan

dengan tepat, mampu menuliskan apa yang harus dilakukan,

mampu menyelesaikan permasalahan, mampu menarik suatu

kesimpulan, dan mampu memberikan jawaban alternatif lain.

b. Siswa laki-laki dengan kemampuan awal tidak tuntas KKM hanya

mampu melakukan tahap interpretasi dalam memecahkan masalah

lingkaran, karena subjek hanya memahami masalah dengan cara

menggambarkan permasalahan dalam bentuk geometri dan

mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal.

c. Siswa perempuan dengan kemampuan awal tuntas KKM telah

mampu melakukan tahap interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi

dan eksplanasi dalam memecahkan masalah lingkaran. Dilihat

Sagita Puspita, dkk. “ Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII A
18

SMPN 8 Surakarta dalam Memecahkan Masalah Lingkaran ditinjau dari Gender dan
Kemampuan Awal”, JPMM, Vol 3, Nomor 1, 2019, hlm.172
12

dari subjek mampu menggambarkan permasalahan yang diberikan

dalam bentuk geometri, mampu menuliskan apa yang ditanyakan

pada soal dengan jelas dan tepat, mampu menuliskan hubungan

konsep-konsep yang digunakan, mampu menuliskan apa yang

harus dilakukan, mampu melakukan penyelesaian, mampu

menarik kesimpulan secara logis, mampu menduga alternatif lain,

dan mampu menuliskan hasil akhir serta memberikan alasan

tentang kesimpulan yang diambil.

d. Siswa perempuan dengan kemampuan awal tidak tuntas KKM

mampu melakukan tahap interpretasi dengan baik dalam

memecahkan masalah lingkaran, hal ini dapat dilihat dari subjek

mampu menggambarkan permasalahan yang diberikan dalam

bentuk geometri dan mampu menuliskan apa yang ditanyakan

pada soal dengan jelas dan tepat.

Berdasarkan paparan di atas, maka ditemukan beberapa perbedaan

dalam fokus penelitiannya dan subjek penelitian. Penelitian yang

dilakukan oleh Shinta fokus membahas tentang kemampuan berpikir

kritis siswa dalam memecahkan masalah lingkaran dan subjek

penelitiannya dilakukan pada kelas VIII. Sedangkan pada penelitian

ini, fokus pada analisis tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dalam

memecahkan masalah geometri, dan dilakukan pada jenjang Sekolah

Madrasah Aliyah (MA).


13

3. Profil Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika

Berdasarkan Kemampuan Matematika.19 Hasil penelitiannya sebagai

berikut:

a. Subjek ST(Siswa Berkemampuan Tinggi) membaca soal sebelum

menjawab soal, ST menuliskan informasi yang ada dalam soal

berupa apa yang diketahui, ditanyakan dan menuliskan rumus apa

yang akan Ia gunakan untuk menyelesaikan soal, ST membuat

model matematika dengan tepat dan memberikan penjelasan

dengan tepat. Untuk menyelesaikan masalah ST menggunakan

cara eliminasi mencar nilai y dengan cara mengeliminasi variabel

x, ST juga membuat kesimpulan dengan tepat terkait

permasalahan yang diberikan.

b. Subjek SS (Siswa Berkemampuan Sedang) membaca soal

sebelum menjawab soal, SS menuliskan informasi yang ada

dalam soal berupa apa yang diketahui, ditanyakan dan menuliskan

rumus apa yang akan Ia gunakan untuk menyelesaikan soal, SS

membuat model matematika dengan tepat dan memberikan

penjelasan dengan tepat. Untuk menyelesaikan masalah SS

menggunakan cara eliminasi mencar nilai y dengan cara

mengeliminasi variabel x, SS juga membuat kesimpulan dengan

tepat terkait permasalahan yang diberikan.

19
Nonong Rohimah, “Profil Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika Berdasarkan Kemampuan Matematika”, LENTERA Jurnal Ilmiah
Kependidikan, Vol 14, Nomor 1, 2019, hlm.59-68
14

c. Subjek SR (Siswa Berkemampuan Rendah) memahami masalah

dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan oleh soal,

SR ketika mengidentifikasi hubungan-hubungan antara

pernyataan, pertanyaan, dan konsep yang diberikan tidak bisa

membuat model matematika, dan SR tidak bisa memberikan

penjelasan dengan detail dan benar. SR juga tidak bisa

memberikan kesimpulan terkait dengan permasalahan yang

diberikan.

Berdasarkan paparan di atas, ditemukan beberapa perbedaan dalam

fokus penelitiannya dan subjek penelitian. Penelitian yang dilakukan

oleh Nonong, fokus pada pembahasan profil berpikir kritis siswa

dalam memecahkan masalah program linier. Kemudian subjek

penelitinnya siswa SMP kelas VIII. Sedangkan pada penelitian ini,

fokus pembahasannya adalah mengenai analisis kemampuan berpikir

kritis siswa dalam memecahkan masalah geometri (dimensi tiga) dan

subjeknya siswa SMA kelas XII.

F. Kerangka Teori

1. Kemampuan Berpikir Kritis

a. Berpikir

Berpikir merupakan salah satu kemampuan yang diberikan oleh

Tuhan Yang Maha Kuasa yang menjadikan manusia berbeda dengan

makhluk lainnya. Melalui kemampuan berpikir inilah manusia

memperoleh kedudukan mulia di sisi Tuhannya. Berpikir adalah salah


15

satu aktivitas yang tidak bisa terlepaskan dari aktivitas manusia.

Kemampuan berpikir ini dibutuhkan oleh manusia untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Berpikir merupakan suatu kegiatan yang dijadikan pemenuhan kebutuhan

intelektual dan pengembangan potensi peserta didik.20

b. Berpikir Kritis

Menurut Lupoto proses berpikir merupakan kegiatan intelektual

yang dilakukan untuk mendapatkan suatu pengetahuan, membuat

keputusan, memecahkan masalah maupun untuk menilai suatu perbuatan.

Deporter dan Hernacki mengelompokkan cara berpikir manusia ke dalam

beberapa bagian, yaitu: berpikir vertical, berpikir lateral, berpikir kritis,

berpikir analitis, berpikir strategis, berpikir tentang hasil, dan berpikir

kreatif. Menurut keduanya, berpikir kritis kegiatan melalukan evaluasi

atau penelitian terhadap suatu hal. Sementara itu, Presseisen membagi

kemampuan berpikir menjadi dua bagian, yaitu kemampuan berpikir

dasar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir dasar

merupakan gambaran dari proses berpikir rasional dan kemampuan

berpikir esensial. Kemampuan berpikir dasar ini meliputi: menentukan

hubungan sebab akibat (causation), melakukan transformasi

(transformation), menemukan hubungan (relationship), memberikan

kualifikasi (qualification), dan membuat klasifikasi (classification).21

20
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
121.
21
Maulana, Dasar-dasar konsep peluang, (Jakarta: UPI PRESS, 2018),
hlm. 6
16

Presseisen menyebutkan bahwa adalah kemampuan pemecahan

masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making),

berpikir kreatif (creative thingking), dan berpikir kritis (critical

thingking) merupakan bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Tipe-tipe berpikir tersebut dibedakan berdasarkan tujuannya. Pemecahan

masalah bertujuan untuk mencari jawaban atas masalah yang dihadapi.

Pengambilan keputusan bertujuan untuk memilih yang terbaik di antara

alternatif-alternatif yang ada. Berpikir kreatif bertujuan untuk

menemukan atau menghasilkan sesuatu. Sedangkan berpikir kritis

bertujuan untuk memberi pertimbangan atau keputusan mengenai

sesuatu.22

Semua kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diungkapkan di

atas dapat dikembangkan melalui pembelajaran, dan salah satu dari

kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis. Beberapa

definisi berpikir kritis telah coba dikemukakan oleh para ahli, antara lain

Norris yang menyebutkan bahwa berpikir kritis adalah pengambilan

keputusan secara rasional atas apa yang diyakini dan dilakukan.

Ungkapan tersebut ternyata sejalan dengan pendapat Ennis yang

menyatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu kegiatan berpikir yang

tujuannya yaitu membuat suatu keputusan masuk akal tentang segala hal

yang dilakukan dan diyakini. Menurut Ennis ada enam unsur dalam

22
Ibid, hlm. 8
17

berpikir kritis yaitu Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity,dan

Overview. Ke enam unsur ini disingkat dengan FRISCO. 23

Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap orang untuk menyikapi

permasalahan dalam realita kehidupan yang tak bisa dihindari, dengan

berpikir kritis, seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah, atau

memperbaiki pikirannya, sehingga ia dapat mengambil keputusan untuk

bertindak lebih tepat.

Costa mengemukakan tentang seorang berpikir kritis apabila Ia

mampu mendeteksi perbedaan informasi, mengumpulkan data untuk

pembuktian faktual, mampu mengidentifikasi atribut-atribut benda

(seperti sifat, wujud dan sebagainya), mampu mendaftar alternatif

pemecahan masalah, alternatif ide, alternatif situasi; mampu membuat

hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah lainnya,

mampu menarik kesimpulan dan generalisasi dari data yang berasal dari

lapangan. Mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia, mampu

mengklasifikasi informasi dan ide, mampu menginterpretasi dan

menjabarkan informasi ke dalam pola tertentu, mampu menginterpretasi

dan membuat flow chart, mampu menganalisis isi, menganalisis prinsip,

menganalisis hubungan, mampu membandingkan dan mempertentangkan

yang kontras, dan mampu membuat konklusi yang valid.24

23
Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
121.
24
Maulana, Dasar-dasar konsep peluang, (Jakarta: UPI PRESS, 2018),
hlm. 7.
18

Beberapa para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai berpikir

kritis, diantaranya yaitu :

1) Brookfield (2010:24) dan Eipstein (2006:5) mendefinisikan


berpikir kritis sebagai “susunan argumen yang mencakup beberapa
alasan dan sebuah kesimpulan yang benar”.
2) Fisher (2009:16) menyebutkan lima aspek berpikir kritis yaitu
mengidentifikasi masalah, menemukan solusi, memberikan alasan,
memeriksa kembali, dan memberikan kesimpulan.
3) Subanji (2011: 5) Berpikir kritis merupakan proses berpikir yang
tidak hanya mengingat ataupun berpikir dasar yang sekedar
memahami secara pasif melainkan proses berpikir yang ditandai
dengan kemampuan menganalisa masalah, menentukan
kecukupan data untuk menyelesaikan masalah, mengenali
konsistensi data, dan menentukan kesimpulan dari sekumpulan
data tersebut.
4) Sedangkan menurut Ennis (2000), berpikir kritis adalah berpikir
rasional dan reflektif yang difokuskan pada apa yang diyakini dan
dikerjakan.25

Dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah suatu

keterampilan yang harus dimiliki seseorang agar bisa memahami dan

menyelesaikan suatu permasalahan dan dapat mengambil suatu keputusan

terhadap apa yang diyakini.

c. Berpikir Kritis dalam Matematika

Glazer mengemukakan bahwa secara epistemologi berpikir kritis

dalam matematika berbeda dengan berpikir kritis dalam domain lainnya.

Ennis mengklaim bahwa matematika merupakan domain yang memiliki

kriteria berbeda untuk menyusun alasan yang tepat daripada kebanyakan

bidang lainnya, karena matematika hanya menerima pembuktian

deduktif, di mana kebanyakan bidang tidak memerlukannya untuk

membangun kesimpulan akhir.


25
Ibid, hlm. 6-8
19

Glazer merumuskan berpikir kritis dalam matematika sebagai

kemampuan untuk mengikutsertakan pengetahuan sebelumnya, penalaran

matematik, dan strategi kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan

atau mengevaluasi situasi-situasi matematis yang tidak familiar secara

reflektif. Dengan demikian, kondisi untuk berpikir kritis dalam

matematika harus memuat:

1) Situasi yang tidak familiar, di mana individu tidak dapat secara

langsung memahami konsep matematika atau mengetahui bagaimana

menentukan solusi dari persoalan

2) Menggunakan pengetahuan awal, penalaran matematik, dan strategi

kognitif

3) Generalisasi, pembuktian, dan evaluasi

4) Berpikir reflektif yang melibatkan pengkomunikasian solusi dengan

penuh pertimbangan, membuat makna tentang jawaban atau

argumen yang masuk.26

Dalam proses pembelajaran matematika dikatakan berhasil apabila

tercapainya suatu tujuan pembelajaran di mana di dalam prosesnya

seluruh siswa terlibat secara aktif. Sehingga diketahui bahwa proses

pembelajaran matematika bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru

ke siswa.27 Hal ini sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam

kurikulum 2013 yaitu menggunakan pendektan scientifict. Di mana

26
Maulana, Dasar-dasar konsep peluang, (Jakarta: UPI PRESS, 2018),
hlm. 11-13.
27
Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
188.
20

siswa terlibat secara aktif di dalam proses pembelajaran, untuk

mendukung hal tersebut diperlukanlah salah satu kemampuan berpikir

kritis oleh siswa.

Berpikir kritis dalam matematika akan menjadikan siswa mampu

mengorganisasi dan menggabungkan berpikir matematis melalui

komunikasi, mengkomunikasikan berpikir matematisnya secara koheren

dan jelas kepada siswa yang lain, guru, dan orang lain, menganalisis dan

mengevaluasi berpikir matematis dan strategi, menggunakan bahasa

matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematis dengan tepat.28

d. Indikator Berpikir Kritis

Menurut Ennis, seseorang dikatakan berpikir kritis jika memenuhi kriteria-

kriteria tertentu yang disingkat dengan FRISCO yaitu (Focus, Reason,

Inference, Situation, Clarity, dan Overview).29

Berikut penjelasan dari kriteria-kriteria tersebut.30

Tabel 1.1 Kriteria dan Indikator Berpikir Kritis

28
Kholifah, “Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Matematis pada
Siswa SMP Kelas IX” (Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017 ),
hlm. 11-12.
29
Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
121.
30
Avinda, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Soal
Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Gaya
Kognitif Impulsif”, Aksioma, Vol. 9 Nomor 1, Juli 2018, hlm. 12-13.
21

Kriteria Berpikir Indikator Berpikir Kritis Deskripsi


Kritis
F (Focus) Siswa Memahami 1. Menuliskan
permasalahan pada soal atau
yang diberikan menyebutkan
yang diketahui
disoal
2. Menuliskan
atau
menyebutkan
apa yang
ditanyakan
disoal
R (Reason) Siswa memberikan alasan Siswa mampu
berdasarkan fakta/bukti menuliskan
yang relevan pada setiap langkah-langkah
langkah dalam membuat dalam
keputusan maupun menyelesaikan soal
kesimpulan. atau siswa dapat
memberikan alasan
yang relevan dalam
membuat suatu
kesimpulan.

I (Inference) Siswa membuat Siswa menuliskan


kesimpulan dengan tepat kesimpulan dengan
tepat

S (Situation) Siswa menemukan Siswa mampu


jawaban sesuai dengan menemukan
konteks permasalahan jawaban dengan
menggunakan
informasi yang
sesuai dengan
permasalahan
C (Clarity 1) Siswa menggunakan Siswa mampu
penjelasan yang lebih mengklarifikasi atau
lanjut tentang apa yang menjelaskan tentang
dimaksudkan dalam jawaban yang telah
kesimpulan yang ditulis
dibuat. Jika terdapat istilah
2) Jika terdapat istilah dalam jawabannya
dalam menjawab soal, siswa mampu
siswa dapat menjelaskan
menjelaskan hal
22

tersebut.
O (Overview) Siswa meneliti atau Siswa mengecek
mengecek kembali secara kembali secara
menyeluruh mulai dari menyeluruh
awal sampai akhir. jawabannya dari
awal sampai akhir

Pada penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis siswa adalah menggunakan indkator berpikir

kritis menurut Ennis, untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa

salah satunya adalah dengan cara memberikan suatu masalah matematika.

Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli yaitu Sabandar dan Jonson

mengatakan adanya suatu hubungan antara kemampuan berpikir kritis

dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah, dalam

menyelesaikan suatu permaslahan setidaknya terdapat empat langkah yaitu

siswa mampu memahami masalah, kemudian merencanakan penyelesaian

suatu masalah, melaksanakan rencana dan terakhir yaitu menafsirkan

hasilnya.31

Secara umum, keterampilan berpikir terdiri atas empat tingkat, yaitu:

menghafal (recall thinking), keterampilan dasar (basic thinking), kritis

(critical thinking) dan kreatif (creative thinking).32 Tingkat berpikir paling

rendah adalah (LCT 0) yaitu keterampilang menghafal (recall thingking)

31
Avinda Fridanianti, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam
Menyelesaikan Soal Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah Ditinjau dari Gaya Kognitif
Reflektif dan Kognitif Impulsif”, Aksioma, Vol 9, Nomor. 1, 2018, hlm. 13
32
Harlinda Fatmawati, dkk, “Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan
Masalah Matematika Berdasarkan Polya pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat”, Jurnal
Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol 2, Nomor 9, 2014, hlm. 912
23

yang terdiri atas keterampilan yang hampir otomatis atau refleksif. Tingkat

berpikir berikutnya adalah keterampilan dasar (LCT 1) yang termasuk

dalam keterampilan ini adalah memahami konsep-konsep. Salah satu

kemampuan berpikir yang termasuk ke dalam kemampuan berpikir tingkat

tinggi adalah kemampuan berpikir kritis (LCT 2 dan LCT 3). Kriteria LCT

yang disesuaikan dengan indikator berpikir kritis menurut Ennis yaitu

mampu : (1) memahami masalah, (2) memberikan alasan berdasarkan

bukti atau fakta yang relevan, (3) membuat suatu kesimpulan dengan tepat,

(4) menemukan jawaban sesuai dengan konteks permasalahan, (5)

memberikan penjelasan terhadap kesimpulan yang dibuat dan atau

memberikan penjelasan jika terdapat istilah dalam menjawab soal, dan (6)

memeriksa kembali jawaban. Sehingga dihasilkan kriteria berikut :

1. LCT 0, yaitu tidak ada jawaban yang sesuai dengan indikator berpikir

kritis menurut Ennis.

2. LCT 1, yaitu jawaban siswa sesuai dengan dua atau tiga indikator

berpikir kritis menurut Ennis.

3. LCT 2, yaitu jawaban siswa sesuai dengan empat atau lima indikator

berpikir kritis menurut Ennis.

4. LCT 3, jawaban siswa sesuai dengan enam indikator menurut berpikir

kritis menurut Ennis.

Tabel 1.2
Level Crtical Thingking (LCT)

Kriteria Sub Indikator LCT LCT 2 LCT 1 LCT


Berpikir Berpikir Kritia 3 0
24

Kritis
F (Focus) Mampu
menyebutkan
informasi
terkait apa yang
diketahui dan √ √ √
-
ditanyakan soal

Siswa mampu
R menuliskan
(Reason) langkah-
langkah dalam
menyelesaikan
soal atau siswa
dapat √ √ √ -
memberikan
alasan yang
relevan dalam
membuat suatu
kesimpulan

Siswa mampu
I membuat
(Inference) kesimpulan √ √ √ -
dengan tepat Kurang Kurang
tepat tepat
Siswa mampu
S menemukan
(Situation) jawaban dengan
menggunakan
informasi yang √ √ √ -
sesuai dengan Kurang
permasalahan tepat

Siswa mampu
C (Clarity) mengklarifikasi
atau
menjelaskan √ √ √ -
tentang jawaban kurang
yang telah tepat
ditulis

Siswa mampu √ - -
O memeriksa
25

kembali √
(Overview) jawaban kurang
lengkap
Keterangan : LCT (Level Critical Thingking) dalam AS Bayuningsih, dkk.

2. Pemecahan Masalah Matematika

a. Masalah Matematika

Masalah merupakan suatu persoalan atau hal yang perlu

dipecahkan atau perlu dicari solusinya.33 Dikatakan suatu masalah

dalam matematika apabila terdapat suatu pertanyaan atau soal

matematika jika dalam penyelesaiannya memerlukan suatu kreativitas,

pengertian, dan pemikiran atau imajinasi dari setiap orang yang

mengahadapi masalah tersebut.34

Persoalan yang tidak mempunyai prosedur rutin dalam

penyelesaiannya dikatakan sebagai suatu masalah dalam matematika.

Masalah dapat disajikan dalam berbagai bentuk bentuk, seperti soal

non rutin, soal cerita, penggambaran fenomena, atau kejadian, ilustrasi

gambar, atau teka-teki. Dikatakan sebagai masalah matematika apabila

masalah tersebut mengandung suatu konsep matematika. Seorang

siswa akan menganggap suatu hal itu sebagai masalah apabila ia

merasa kesulitan untuk dapat menyelesaikan atau memecahkan

33
Kamisa, KBBI, (Surabaya: CV Cahaya Agency, 2013), hlm365
34
Irfan Taufar Asfar & Syarif Nur, Model Pembelajaran PPS (Problem
Posing&Solving), (Suka bumi : CV Jejak, 2018), hlm. 26
26

persoalan tersebut dengan menggunakan pengetahuan yang telah Ia

miliki. Siswa akan mampu menyelesaikan suatu masalah, apabila siswa

tersebut benar-benar memahami prinsip-prinsip yang telah dipelajari

sebelumnya.35

b. Pemecahan Masalah Matematika

Pemecahan masalah didefinisikan sebagai proses pengaplikasian

pengetahuan yang telah didapat siswa selama belajar. Pemecahan

masalah merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam

matematika karena berdasarkan tujuan pembelajaran matematika yaitu

siswa dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-harinya.36

Polya mengatakan bahwa37:

“Pemecahan masalah sebagai suatu usaha mecari jalan keluar


dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak
begitu mudah segera dapat dicapai.”

Adapun karakteristik pemecahan masalah matematika yang baik

menurut Sumarmo, dkk diantaranya adalah 1) mampu memahami

konsep dan istilah matematika, 2) mampu memahami keserupaan,

perbedaan dan analogi, 3) mampu mengidentifikasi unsur yang kritis

dan memilihi prosedur dan data yang benar, 4) mampu mengetahui

data yang tidak relevan, 5) mampu mengestimasi dan menganalisis, 6)

mampu memfisualisasi (menggambarkan dan menginterpretasikan


35
Ikhsan,Said,& Lia Fitria, “Kemampuan berpikir kritis dan
metakognisi siswa dalam menyelesaikan masalah matematika melalu
pendekatan problem solving”, Jurnal Pendidikan Matematika FKIP
Univ.Muhammadiyah Metro, Vol 6 Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 234-235.
36
Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
195.
37
Irfan Taufar Asfar & Syarif Nur, ...hlm, 26
27

fakta kuantitatif dan hubungan), 7) mampu menggeneralisasi

berdasarkan beberapa contoh, 8) mampu menukar/mengganti

metode/cara dengan tepat, 9) memiliki harga diri dan kepercayaan diri

yang kuart serta hubungan dengan sesama siswa, 10) memiliki rasa

cemas yang rendah.38

Polya mengembangkan empat langkah pemecahan masalah yaitu

memahami masalah atau persoalan, menyusun rencana pemecahan

masalah, melaksanakan rencana pemecahan dan memeriksa kembali

hasil pemecahan masalah.39

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas diketahui bahwa

pemecahan masalah dapat membantu siswa mengaplikasikan

pengetahuan yang telah diperoleh dan dapat diterapkan kepada situasi

baru, melalui pemecahan masalah siswa bisa menjadi lebih kritis, dan

analitis dalam mengambil suatu keputusan dalam kehidupan. Sehingga

melalui pemecahan masalah ini siswa dapat belajar secara aktif dalam

menemukan, merumuskan, atau menyimpulkan sendiri permasalahan.

c. Materi Geometri

1. Kubus

38
Indah Puspita Sari, “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa SMP melalui Pendekatan Problem Solving”,
Jurnal Ilmiah STKIP Siliwngi, Vol 9 Nomor 1, Maret 2015, hlm 10-11.
39
Harlinda, dkk, “Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah
Matematika berdasarkan Polya pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat”, Jurnal elektronik
pembelajaran matematika ,vol 2, Nomor 9, November 2014, hlm. 915.
28

Gambar 1.1

Gambar 1.1 menunjukkan sebuah gambar kubus ABCD.EFGH yang

memilki unsur sebagai berikut:

a. Sisi/bidang

Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Dari

Gambar 1.1 terlihat bahwa kubus memiliki 6 buah sisi yang semua

sisinya berbentuk persegi, sisi-sisi tersebut yaitu sisi ABCD, EFGH,

ABFE, CDHG, BCGF, dan ADHE.

b. Rusuk

Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang

kubus dan terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus. Kubus

ABCD.EFGH memiliki 12 buah rusuk, yaitu AB, BC, CD, DA, EF,

FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH.

c. Titik sudut

Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk.

Kubus ABCD.EFGH memilki 8 buah titik sudut, yaitu A, B, C, D,

E, F, G, dan H.

d. Diagonal bidang
29

Gambar 1.2

Pada Gambar 1.2 kubus ABCD.EFGH terdapat garis AF

yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan

dalam satu sisi/ bidang. Ruas garis tersebut dinamakan sebagai

diagonal bidang. Diagonal bidang pada kubus ABCD.EFGH

sebanyak 12, yaitu AF, BE, BG, CF, CH, DG, DE, AH, EG, FH,

AC, dan BD.

e. Diagonal Ruang

Gambar 1.3

Pada Gambar 1.3 kubus ABCD.EFGH terdapat garis HB

yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan

dalam satu ruang. Ruas garis tersebut disebut diagonal ruang.

f. Bidang diagonal

Gambar 1.4
30

Pada Gambar 1.4 terlihat dua buah diagonal bidang pada

kubus ABCD.EFGH yaitu BD dan FH. Diagonal bidang BD dan

FH beserta dua rusuk kubus yang sejajar, yaitu BF dan DH

membentuk suatu bidang di dalam ruang kubus bidang BDFH pada

kubus ABCD.EFGH. bidang BDFH disebut bidang diagonal.40

2. Jarak titik ke titik, titik ke garis, dan jarak titik ke bidang

a. Jarak titik ke titik

Gambar 1.5

Jarak titik ke titik dalam suatu ruang dengan cara menghubungkan

titik itu ke titik yang lain sehingga terjadi sebuah garis. Jarak kedua

titik ditentukan oleh panjang garis itu.

Contoh masalah :

“Dalam suatu kamar berukuran 4 m× 4 m × 4 m dipasang lampu tepat

di tengah-tengah atap. Berapakah jarak lampu ke salah satu sudut

lantai kamar?”

Alternatif Penyelesaian:

40
Kholifah, “Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Matematis pada
Siswa SMP Kelas IX” (Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017 ),
hlm. 18-20.
31

Misal kamar tersebut digambarkan sebagai kubus ABCD.EFGH dan

lampu dinyatakan dengan titik T seperti berikut:

Gambar 1.6 Kubus ABCD.EFGH sebagai Representasi Kamar

Jarak lampu ke salah satu sudut lantai kamar adalah jarak titik T ke

titik A atau ke titik B atau ke titik C atau ke titik D. Titik T merupakan

titik tengah bidang EFGH sehingga TA=TB=TC=TD. Akan dicari

jarak titik T ke titik A. Jarak titik T ke titik A salah satunya dapat

dicari dari segitiga AET.

Gambar 1.7 Segitiga AET

´ tegak lurus dengan ET


Karena AE ´ , maka segitiga AET merupakan

segitiga siku-siku yang siku-siku di E. Dengan menggunakan

Teorema Pythagoras diperoleh A T 2=A E2 + E T 2.

Menentukan panjang ET .
32

1
Oleh karena T merupakan titik tengah maka ET = EG. Oleh karena
2

1
EG merupakan diagonal bidang, maka ET = .4 √ 2=2 √2. Sehingga,
2

A T 2=A E2 + E T 2
2
AT = 4 2+ ( 2 √ 2 )

AT =√ 24=2 √ 6

Jadi, jarak lampu ke salah satu sudut lantai adalah 2 √ 6.41

b. Jarak titik ke garis

Gambar 1.8

Jarak titik ke garis adalah jarak terpendek antara titik dan garis. Jarak

antara titik dan garis dapat dengan menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Membuat garis dari titik A ke garis g, memotong garis di titik P

sehingga terjadi garis AP yang tegak lurus garis g.

2) Jarak titik ke garis adalah panjang dari AP.

Contoh:

Kubus ABCD.EFGH memiliki panjang rusuk 8 cm, titik P

merupakan perpotongan diagonal bidang atas, hitunglah jarak titik

P dengan garis AD!


41
Abdurrahman, dkk, Matematika Kelas XII, (Jakarta: Pusat kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, 2018) cet. Ke-2, hlm. 9.
33

Penyelesaian:

Gambar 1.9 Jarak antara Titik dan Garis dalam Kubus.

Jarak antara titik P dan garis AD adalah garis PQ, sehingga

2 2
PQ=√ ( PR ) + ( RQ )

¿ √ 4 2+ 82

¿ √ 16+64

AP=√ 80=4 √ 5

Jadi, jarak titik P dan garis AD adalah 4 √5 .

c. Jarak titik ke bidang

Gambar 1.10

Jarak suatu titik ke suatu bidang adalah jarak dari titik tersebut ke

proyeksinya pada bidang tersebut.

3. Jarak garis ke garis, garis ke bidang, bidang ke bidang

a. Jarak garis ke garis


34

Gambar 1.11

Adalah jarak terpendek antara dua garis itu, atau panjang garis yang

memotong tegak lurus kedua garis itu.

b. Jarak garis ke bidang

Gambar 1.12

Jarak garis ke bidang adalah panjang garis proyeksi garis pada

bidang.42

c. Jarak antara bidang dan bidang

Untuk mengukur jarak dua bidang, pilihlah sembarang titik pada salah

satu bidang kemudian ditarik garik lurus dari titik yang telah

ditentukan ke bidang lainya, sehingga garis yang terbentuk tegak lurus

terhadap kedua bidang. Seperti tampak pada gambar berikut :

42
Sumadi, dkk, Matematika, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 147-148.
35

Gambar 1.13

Jarak antara bidang β dan α adalah garis AB.43

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif, karena peneliti berusaha

memperoleh data deskriptif berupa kata-kata tertulis (berupa jawaban

tertulis siswa dalam menjawab soal), kata-kata lisan (misal

pembicaraan keseharian siswa terkait matematika khususnya pada

materi geometri).

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang

ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang

berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.44 Penelitian deskriptif

memiliki langkah-langkah dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah ini

sebagai berikut:

a. Diawali dengan adanya masalah

b. Menentukan jenis informasi yang diperlukan

c. Menentukan prosedur pengumpulan data melalui observasi atau

pengamatan

d. Pengolahan informasi atau data

e. Menarik kesimpulan penelitian.


43
Ibid.
44
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.54.
36

Dalam hal ini, peneliti menggunakan paradigma berpikir kritis

untuk menjawab masalah penelitian dengan jelas bagaimana tingkat

kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah pada

materi geometri.

2. Kehadiran peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini sangat dibutuhkan karena

peneliti bertindak sebagai instrumen utama dalam penelitian. Hal ini

didasarkan karena peneliti berpartisipasi langsung dalam penelitian

mulai menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber

data, melaukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,

menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.45

3. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Mataram yang beralamatkan

di Jalan Pendidikan No.25, Dasan Agung Baru, Kec. Selaparang, Kota

Mataram, Nusa Tenggara Barat. Alasan memilih MAN 2 Mataram

karena:

a. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada observasi awal

terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan

masalah geometri masih rendah. Hal ini dibuktikan berdasarkan

hasil ulangan harian yang rata-rata nilainya di bawah standar dan

berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran.

45
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2017), hlm.
306.
37

b. Penelitian terkait tingkat kemampuan berpikir kritis diperlukan

dalam pembelajaran matematika khususnya dalam pemecahan

masalah geometri untuk medeskripsikan tingkat kemampuan

berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah geometri di

MAN 2 Mataram

c. Adanya keterbukaan dari pihak sekolah terutama guru mata

pelajaran matematika terhadap penelitian yang akan dilaksanakan.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini, menggunakan sumber primer yaitu sumber

data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data46 yaitu

sumber datanya adalah siswa kelas XII-Bahasa MAN 2 Mataram.

Adapun data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:

a. Data mengenai hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa yang

dikerjakan oleh 21 siswa kelas XII-Bahasa.

b. Transkrip wawancara

Adapun subjek penelitian dipilih menggunakan teknik purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan

tertentu. Pada tahap pemilihan subjek, peneliti memberikan soal tes

kemampuan berpikir kritis kepada 21 orang siswa kelas XII-Bahasa.

Selanjutnya, setelah siswa menjawab soal tes, peneliti

mengelompokkan hasil jawaban siswa yang menjawab dengan

kriteria kemampuan berpikir kritis (FRISCO) sesuai dengan

ketentuan level yang telah dipaparkan peneliti. Kemudian, dari hasil


46
Ibid, hlm.308
38

pengelompokkan tersebut peneliti akan memilih beberapa siswa

sebagai perwakilan dari setiap level Critical Thingking (LCT) yang

akan diwawancarai untuk tahap selanjutnya. Selain itu, peneliti juga

berkoordinasi dengan guru matematika guna mengetahui siswa-siswa

yang komunikatif sehingga informasi yang dibutuhkan peneliti

didapatkan dengan mudah.

Berikut alur pengambilan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat

pada gambar 1.14

Gambar 1.14 alur pengambilan sampel


5. Instrumen Penelitian

Dalam Penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama. Hal ini

karena peneliti berperan dalam menentukan fokus penelitian, memilih

subjek penelitian, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,

menganalisis data dan membuat kesimpulan hasil penelitian. Sedangkan

instrumen pendukung dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:
39

a. Soal Tes kemampuan berpikir kritis

Instrumen dalam penelitian ini berupa soal uraian yang terdiri

dari soal materi geometri. Soal tes yang digunakan pada materi

geometri dikembangkan sendiri oleh peneliti. Soal tes ini telah

divalidasi terlebih dahulu oleh dosen dari Program Studi Tadris

Matematika UIN Mataram sebelum digunakan di lokasi penelitian.

b. Pedoman Wawancara

Instrumen pedoman wawancara disusun dengan mengacu pada

indikator kemampuan berpikir kritis. Pada saat wawancara peneliti

menggunakan perekam audio untuk merekam hasil wawancara.

6. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan untuk

menemukan data-data kualitatif berupa fakta atau informasi seperti

kegiatan-kegiatan siswa ketika di dalam kelas, keterangan guru mengenai

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika, serta hal-hal

lain yang diperlukan dalam penelitian ini.

Peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan pemberian

soal tes kemampuan berpikir kritis yaitu soal geometri, kemudian

melakukan wawancara dengan guru matematika dan siswa, serta

dokumentasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti

langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas


40

individu–individu di lokasi penelitian.Observasi dalam penelitian ini

digunakan untuk mengetahui subjek yang akan diteliti.

b. Tes

Semua siswa kelas XII diberikan soal tes kemampuan berpikir

kritis untuk mendapatkan data tentang kemampuan berpikir kritis

siswa yang digunakan siswa dalam memecahkan soal non rutin

matematika. Tes ini bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir

kritis siswa dalam memecahkan masalah matematika (geometri).

Kegiatan siswa selama proses penyelesaian soal kemudian difoto

sebagai data pendukung. Setelah mengerjakan soal, siswa dipilih

beberapa orang berdasarkan jawaban siswa yang sesuai dengan tujuan

penelitian. Selanjutnya, hasil jawaban dari siswa tersebut nantinya

akan digunakan sebagai data utama dalam menganalisis data.

c. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara tak terstruktur. Dalam pelaksanaannya, pewawancara

membawa pedoman yang hanya merupakan garis-garis besar tentang

hal-hal yang akan dipertanyakan sesuai dengan tujuan penlitian.

Dengan demikian, peneliti tidak hanya fokus kepada pertanyaan yang

ada dalam pedoman wawancara, tetapi dapat mengajukan beberapa

pertanyaan lain yang mendukung dan relevan dengan tujuan

penelitian.
41

Wawancara dilakukan kepada empat orang siswa kelas XII yang

dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu. Kegiatan wawancara

dilakukan setelah peneliti selesai menganalisis jawaban siswa.

Selanjutnya siswa sebagai subjek penelitian diwawancarai terkait

dengan kemampuan berpikir kritis. Kegiatan siswa selama proses

wawancara kemudian direkam dan di foto sebagai data pendukung.

Adapun informasi yang diperoleh dari kegiatan wawancara ini adalah

kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah

geometri.

Alur pengumpulan data dalam penelitian ini dapat di lihat pada

gambar 1.15. berikut


42

Gambar 1.15 alur pengumpulan data

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Milles

dan Huberman yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3)

verifikasi data.47

Reduksi Data (Data Reduction)

47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2014), hlm. 246.
43

Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Data yang akan direduksi dalam penelitian ini berupa data hasil

tes kemampuan berpikir ktitis oleh beberapa siswa yang dijadikan

subjek penelitian. Pada tahap ini peneliti akan memfokuskan pada

indikator berpikir kritis yang dibuat oleh peneliti pada tabel 1.1.

Dalam hal ini, peneliti membuang bagian-bagian yang tidak relevan,

dan mengambil bagian yang terkait dengan indikator yang telah

dibuat.

Selain data hasil tes kemampuan berpikir kritis, peneliti juga

mereduksi data hasil wawancara tak terstruktur pada beberapa siswa

mengenai kemampuan berpikir kritis. Kalimat-kalimat dari jawaban

responden yang tidak berkaitan dengan hal yang diteliti akan

dibuang.

a. Penyajian Data (Data Display)

Dalam penelitian ini, data-data yang telah direduksi kemudian

disajikan dalam bentuk deskripsi data temuan. Data-data tersebut

antara lain yaitu data hasil tes berpikir kritis siswa, dan data berpikir

kritis siswa berdasarkan hasil wawancara.

b. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Data-data hasil temuan yang telah


44

direduksi dan disajikan dalam bentuk deskripsi dan tabel akan

diproses lebih lanjut dengan memperhatikan tingkat kebenarannya

melalui pengecekan kembali data dan informasi yang diperoleh

dalam penelitian.

Kesimpulan akhir yang diperoleh dari hasil analisis adalah

deskripsi tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dalam

memecahkan masalah geometri.

8. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan triangulasi. Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi

digunakan sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan

sumber, metode, penyidik, dan teori.48

Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

triangulasi teknik. Triangulasi teknik artinya mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini, peneliti

menggunakan teknik tes, wawancara, dan dokumentasi untuk

mendapatkan data mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dalam

memecahkan masalah geometri.

H. Sistematika Pembahasan

48
Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2017). hlm. 330.
45

Dalam pemaparan skripsi ini, alur pemaparannya dibagi ke dalam

empat bagian. Masing-masing bagian berisi pemaparan yang berbeda

tetapi merupakan kelanjutan dari pemaparan pada bagian-bagian

sebelumnya.

Adapun isi pemaparan dari masing-masing bagian seperti diuraikan

berikut ini:

1. Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan ini, peneliti mengungkapkan latar

belakang yang berisi hal-hal yang berkaitan alasan akademik

dilakukannya penelitian. Selanjutnya dari uraian latar belakang,

peneliti merumuskan masalah, dan selanjutnya diuraikan mengenai

tujuan dan manfaat penelitian. Setelah tujuan dan manfaat penelitian,

peneliti merumuskan ruang lingkup dan setting penelitian, telaah

pustaka, kerangka teori dan diakhiri dengan uraian metode yang

digunakan dalam penelitian ini.

2. Paparan Data dan Temuan

Bagian paparan data dan temuan ini, peneliti memaparkan

mengenai hasil dari penelitian yang sudah dilakukan. Pada bagian ini,

peneliti berusaha mengungkapkan hasil temuannya di lokasi penelitian

dengan berusaha tidak mencampuri fakta terlebih dahulu. Data yang

diperoleh dari hasil tes, wawancara, dan dokumentasi adalah data.

3. Pembahasan
46

Pada bagian ini, peneliti mengungkapkan proses analisis terhadap

temuan penelitian pada bagian sebelumnya. Analisis tersebut

dilakukan dengan tetap berpedoman pada kerangka teori dan hasil

penelitian sebelumnya.

4. Penutup

Pada bagian ini berisi simpulan akhir dari hasil analisis pada

bagian sebelumnya. Selain itu peneliti mengajukan berbagai saran

untuk berbagi pihak dalam rangka perbaikan terhadap kekurangan-

kekurangan yang ditemukan peneliti


47

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Jadwal Penelitian

Kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu memberikan soal

tes kemampuan berpikir kritis kepada 3 siswa yang terdiri dari 1 orang

putra dan 2 putri dan melakukan wawancara kepada tiga informan. Waktu

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengumpulan data ini adalah

selama 6 hari untuk melakukan tahapan tes dan wawancara sebagaimana

pada tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1
Keterangan Jadwal Penelitian

No Kegiatan Penelitian Waktu Tempat


1 Memberikan soal tes 22 Januari 2020 Kelas XII-Bhs MAN
kemampuan berpikir 2 Mataram
kritis
2 Melakukan 26 Januari 2020 Kelas XII-Bhs MAN
wawancara kepada 3 2 Mataram
informan
3 Dokumentasi 22 dan 26 Kelas XII-Bhs MAN
Januari 2020 2 Mataram

B. Paparan Data Hasil Penelitian

Dalam paparan data hasil penelitian dikemukakan informasi terkait dengan

hasil pengolahan data berupa hasil tes data yang diungkapkan oleh informan

ketika proses wawancara. Pada bagian ini, peneliti memaparkan data menjadi

dua bagian yaitu hasil tes kemampuan berpikir kritis dan hasil wawancara.
48

1. Hasil Tes Kemampuan berpikir kritis

a. Subjek 1 (LCT 1)

Adapun hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 1 (S1) pada soal dapat

dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 1

b. Sujek 2 (LCT 2)

Adapun hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 2 (S2) pada soal dapat

dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S2


49

c. Subjek 3 (LCT 2)

Adapun hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 3 (S3) pada soal dapat

dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 3

2. Hasil Wawancara

a. Subjek S1
Peneliti mewawancarai S1 pada tanggal 26 Januari 2020 di kelas XII-Bhs

MAN 2 Mataram. Adapun hasil petikan wawancara S1 dapat dilihat pada

Transkrip 2.1., dan transkrip 2.2.

P : apa yang adek ketahui disoal tersebut ?


S1 : ada kotak yang ukurannya sama, yaitu 20 cm, terus ada semut di
salah satu sudut kotak.
P : ada lagi gak ?
S1 : ada bu, ini ada lubang di setiap sisinya
P : kenapa di lembar jawabannya yang ditulis Cuma panjang sisi 20
cm, terus ini apa maksudnya yang 30 cm ?
S1 : kan saya langsung tulis di gambarnya informasi soalnya, terus
yang 30 cm itu saya langsung tulis aja bu, tapi ternyata itu yang
ditanya. Males saya hapus bu.
50

P : kenapa bisa tau itu yang ditanya ?


S1 : karena saya baca lagi soalnya.
P : berarti adek baca berulang-ulang untuk memahami soalnya ?
S1 : iya soalnya pas saya mau langsung kerjain saya bingung yang 30
cm itu dipake dimana, makanya saya baca lagi.
P : apa yang diminta di soal tersebut ?
S1 : ditanyain apakah setuju atau tidak dengan pernyataan kalo “jarak
terpendek semut 30 cm”
P : terus yang akan adek lakukan apa ?
S1 : dibuktikan bu, nyari jarak tempuh dari alas ke lubang.
Transkrip 2.1. Petikan Wawancara S1 pada Tahap Focus (Memahami masalah)

P : adek gambar apa ini ?


S1 : kubus buk
P : kenapa gambar kubus ?
S1 : karena di soalnya bilang kotak dan sisinya sama panjang.
P :terus titik A ini sebagai apa ?
S1 : posisi semutnya kak, kan ada di salah satu sudut, jadi saya pilih
sudut ini.
P : kenapa dikasih huruf ? sedangkan yang lain gak dikasih huruf di
sudut bawahnya.
S1 : gak kepikiran sih bu, tapi saya kasi ABC biar fokus aja ke yang di
hitung.
P : titik B sebagai apa ?
S1 : salah satu lubangnya bu, saya pilih lubang yang itu karena deket,
susah kayaknya nyarinya.
P : terus segitiga ini ?
S21: saya keluarin aja bu dari kubus itu, tapi saya lupa rumusnya
makanya saya bilang langsung setuju karena pake logika saya
jawab.

Transkrip 2.2. Petikan Wawancara S1 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam


menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan)
51

b. Subjek S2

Peneliti mewawancarai S2 pada tanggal 26 Januari 2020 di kelas XII-Bhs

MAN 2 Mataram. Adapun hasil petikan wawancara S2 dapat dilihat pada

Transkrip 2.3., 2.4., 2.5., 2.6., dan Transkrip 2.7.

P : coba kakak tanya yang diketahui di soal itu apa aja si ?


S2 : ada kotak yang ukurannya sama, yaitu 20 cm.
P : ada informasi lagi di soalnya ?
S2 : ada semut di sudut bawah kotak dan ada lubang-lubang disetiap
sisi tengah bagian atas kotak
P : apa yang diminta di soal tersebut ?
S2 : ditanyain apakah setuju atau tidak dengan pernyataan kalo “jarak
terpendek semut 30 cm”
P : butuh waktu berapa lama untuk memahami soal ?
S2 : mm gak inget kak, yang jelas saya baca berulang-ulang biar
nangkep poinnya.
Transkrip 2.3. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Focus (Memahami masalah)

P : apa aja adek lakukan untuk menyelesaikan soal tersebut ?


S2 : gambar dulu kubusnya.
P : mengapa gambar kubus ?
S2 : karena disoalnya kan bilang kotak dan sisinya sama panjang
P : oke, lalu mengapa kamu berikan nama-nama di kubus itu?
S2 : itu jadi titik sudutnya kasih nama biar jelas dan memudahkan saya
menyelesaikan soal.
P : titik-titik yang kamu gambar itu maksudnya apa ?
S2 : saya misalkan itu kak, kan semutnya di sudut bawah kotak, jadi
titik A itu tempat posisi semutnya, terus lubang-lubangnya di
setiap sisi tengah bagian atas makanya saya kasi titik-titik.
P : mengapa pilih titik A ?
S2 : iya mau saya kak, yang penting di bawah kan. karena di soalnya
gak disebutin harus di sudut yang mana
P : lalu, garis putus-putus itu buat apa ?
52

S2 : saya buat karena yang diminta soal cara semut nyelamatin diri dari
tempatnya ke lubang
P : kenapa pilih titik itu ?
S2 : karena dia yang terdekat dengan semut
P : emang titik yang lain gak deket sama semut ?
S2 : ada si yang ini juga kak (menunjuk salah satu titik tengah garis
EG)
P : kenapa kamu anggap itu yang paling dekat ?
S2 : kalo diliat kak, itu titik-titiknya termasuk diagonal sisi, sedangkan
titik-titik yang lain dia termasuk diagonal ruang, jadi lebih jauh dia
kalo kita pilih itu
P : terus kenapa kamu keluarin gambar segitiga itu ?
S2 : biar fokus liat gambarnya
P : apa yang kamu cari ini ?
S2 : nilai EP kak
P : menggunakan apa ?
S2 : pytahgoras
P : mengapa menggunakan pythagoras ?
S2 : karena segitiga siku-siku, makanya kan cari sisi miringinya itu
bisa pake pytahgoras
P : mengapa bentuk segitiga yang kamu keluarkan beda dengan yang di
dalam kubus ?
S2 : sama aja sih kak, yang penting panjang sisinya sama
P : emangnya itu segitiga apa ?
S2 : segitiga siku-siku
P : siku-sikunya di titik mana ?
S2 : di titik A

Transkrip 2.4. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam


menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan)
53

P : sudah yakin sama jawabannya ?

S2: iya kak, jawabannya 10 √ 5

Transkrip 2.5. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Situatiom (mampu menemukan


jawaban berdasarkan informasi)

P : terus kesimpulannya ?

S2 : jawabannya 10 √ 5

P : yakin begitu kesimpulannya ?


S2 : iya kak
Transkrip 2.6. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Inference (membuat kesimpulan
dengan benar)

P : diperiksa lagi gak jawabannya ?


S2 : he gak kak, langsung saya anter kemarin.
P : mengapa gak diperiksa lagi ?
S2 : udah yakin aja kak

Transkrip 2.7. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Overview (memeriksa kembali)

c. Subjek tiga (S3)

Peneliti mewawancarai S4 pada tanggal 26 Januari 2020 di kelas XII-Bhs

MAN 2 Mataram. Adapun hasil petikan wawancara S4 dapat dilihat pada

Transkrip 2.8.,2.9., 2.10., 2.11., dan Transkrip 2.12.

P : paham soalnya dek ?


S3 : InsyaAllah kak
P : caranya gimana biar paham ?
S3 : saya baca berulang-ulang dulu sebelum ngerjain.
P : apa yang diketahui di soal ?
S3 : ada kotak, dengan panjang sisi yang sama yaitu 20 cm, terus ada
semut yang ada di salah satu sudut bawah kotak, dan ada lubang-
lubang yang ada di tengah setiap sisi di permukaan kotak, berarti
ada 4 lubang di sisi tengahnya.
P : yang ditanyakan soal apa dek ?
S3 : apakah kamu setuju dengan pernyataan “ jarak tempuh terpendek
semut menuju lubang tersebut untuk menyelematkan diri 30 cm ?”
54

Transkrip 2.8. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Focus (Memahami masalah)

P : cara adek selesaikan soal gimana ?


S3 : saya gambar kubus dulu kak karena kan di soal bilang ada kotak
dengan panjang sisi yang sama yaitu 20 cm
P : apa maksud titik A itu ?
S3 : itu dimisalkan letak semutnya kak, karena kan semut ada di salah
satu sudut bawah kotak, jadi saya pilih titik A, bisa aja si pilih titik
yang lain, tapi saya maunya A, karena kan di soalnya itu gak
ditentuin harus di titik yang mana.
P : terus titik x nya ?
S3 : itu saya misalin jadi titik lubang yang akan dilalui semut, makanya
saya kasi huruf x, terus saya buatin garis putus-putus.
P : kenapa gak pilih titik yang ini (sambil nunjuk titik tengah diantara
garis HG)
S3 : jauh kak, kan yang diminta soal yang terpendek.
P : darimana tau itu jauh ? kan belum dihitung ?
S3 : kalo diperhaitiin kak, kan itu titik kalo dilalui dari tempat semut
jadi diagonal ruang. Tentu lebih jauh jadinya.
P : emang titik yang kamu pilih ini termasuk apa?
S3 : diagonal sisi kak, kan jadinya lebih deket.
P : kenapa keluarin segitiga itu ?
S3 : biar enak ngitungnya.
P : EX itu kenapa 10 cm ?
S3 : karena setengahnya kan dari EF
P : apa ya maksudnya Ax itu ?
S3 : itu buat cari nilai Ax kak, karena kan ini saya pake teorema
pyhtagoras
55

P : kenapa pake pyhtagoras ?


S3 : karena mau cari sisi miringnya ini kita bisa pake pytagoras.
P : itu aja syaratnya ?
S3 : ini kak, kalo segitiganya siku-siku, kita bisa pake dia.
P : emang di mana siku-sikunya ?
S3 : ini di E
Transkrip 2.9. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan)

P : ini yakin 10 √ 5 ?

S3 : insyaAllah kak,
Transkrip 2.10. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Situation (mampu menemukan
jawaban berdasarkan informasi)

P : jadi kesimpulannya apa ?


S3 : kesimpulannya yaitu saya gak setuju karena hasil perhitungan saya
beda, kalo di sini kan 30 cm katanya, sedangkan hasil hitungan
saya 10 √ 5 jadi ya gak setuju.

Transkrip 2.11. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Inference (membuat suatu


kesimpulan dengan benar)

P : diperiksa lagi gak jawabannya ?


S3 : kalo saya kurang yakin saya periksa lagi kak, tapi kalo yakin saya
periksa pake cara kelinci
P : ini yakin gak sama jawabannya ?
S3 : yakin kak
P : berarti ngecek pake cara kelinci, apa sih itu kalo boleh tau ?
S3 : di lompat-lompat ngeceknya.
P : berarti gak ngecek dari awal ya ?
S3 : gak kak, saya ngecek dari ngitungnya kak.
56

Transkrip 2.12. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Overview (mengecek kembali


jawaban)

C. Analisis Data Hasil Penelitian

Pada bagian ini, akan disajikan data hasil penelitian terkait hasil tes

kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil wawancaranya sebagai berikut:

1. Subjek satu (S1)

a. Tahap Focus (memahami masalah)

Pada tahap ini S1 menuliskan beberapa informasi dari soal diantaranya

yaitu panjang sisi kotak yaitu 20 cm, akan tetapi S1 keliru menuliskan

informasi 30 cm merupakan jarak tempuh semut, S1 juga menuliskan

pertanyaan dari soal. S1 mengklasifikasikan jawabannya melalui tahap

wawancara, kemudian S1 memberikan penjelasan terkait indikator

tersebut. Sehingga S1 mampu memenuhi kriteria Focus. Hal ini dapat

dibuktikan pada hasil tes kemampuan berpikir kritis S1 dan pada petikan

wawancara S1 pada transkrip 2.13.

Gambar 2.4 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S1


57

P : apa yang adek ketahui disoal tersebut ?


S1 : ada kotak yang ukurannya sama, yaitu 20 cm, terus ada semut di
salah satu sudut kotak.
P : ada lagi gak ?
S1 : ada bu, ini ada lubang di setiap sisinya
P : apa yang diminta di soal tersebut ?
S1 : ditanyain apakah setuju atau tidak dengan pernyataan kalo “jarak
terpendek semut 30 cm”
P : terus yang akan adek lakukan apa ?
S1 : dibuktikan bu, nyari jarak tempuh dari alas ke lubang.
Transkrip 2.13. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Focus (Memahami masalah)

b. Tahap Reason (menuliskan langkah-langkah penyelesaian soal/alasan

membuat kesimpulan)

Pada tahap Reason, S1 menuliskan langkah-langkah penyelesaian soal di

lembar jawabannya yaitu S1 membuat gambar kubus sebagai ilustrasi dari

kotak yang memiliki panjang sisi yang sama dengan ukuran 20 cm,

kemudian S1 juga membuat titik untuk memisalkan posisi semut yaitu titik

A, tetapi uniknya S1 hanya memberikan keterangan gambar hanya pada

titik yang S1 ingin selesaikan. Kemudian S1 membuat empat titik di setiap

sisi tengah permukaan kubus, tetapi hanya satu titik yang diberikan

keterangan gambar. Setelah itu S1 membuat gambar segitiga di lembar

jawabannya, segitiga itu didapat dari posisi semut menuju ke lubang untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut, akan tetapi S1 tidak mengingat

konsep apa yang akan Ia gunakan untuk menyelesaikan soal tersebut


58

sehingga S1 hanya mengandalkan logikanya untuk menjawab soal. Hal ini

mengindikasikan bahwa S1 tidak sepenuhnya memenuhi kriteria Reason

(menuliskan langkah-langkah penyelesaian soal atau mampu memberikan

alasan yang relevan untuk membuat suatu kesimpulan). Hal ini dapat di

lihat dari hasil tes S1 dan pada petikan wawancara S1 ada transkrip 2.15.

Gambar 2.5 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S1

P : adek gambar apa ini ?


S1 : kubus buk
P : kenapa gambar kubus ?
S1 : karena di soalnya bilang kotak dan sisinya sama panjang.
P :terus titik A ini sebagai apa ?
S1 : posisi semutnya kak, kan ada di salah satu sudut, jadi saya pilih
sudut ini.
P : kenapa dikasih huruf ? sedangkan yang lain gak dikasih huruf di
sudut bawahnya.
S1 : gak kepikiran sih bu, tapi saya kasi ABC biar fokus aja ke yang di
hitung.
P : titik B sebagai apa ?
S1 : salah satu lubangnya bu, saya pilih lubang yang itu karena deket,
susah kayaknya nyarinya.
P : terus segitiga ini ?
S1 : saya keluarin aja bu dari kubus itu, tapi saya lupa rumusnya
59

Transkrip 2.14. Petikan Wawancara S1 pada Tahap Reason (langkah-langkah


dalam menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan)

Tabel 2.2. Triangulasi Data Hasil Tes dan Hasil Wawancara S1

Indikator Hasil Tes Hasil Wawancara


Siswa Memahami Pada Indikator ini, Pada indikator ini,
permasalahan pada S1 kurang mampu S1 mampu
soal yang diberikan menuliskan menjelaskan terkait
informasi terkait apa yang diketahui
apa yang diketahui dan ditanyakan oleh
dan ditanyakan oleh soal secara lengkap
soal secara lengkap dan tepat
dan tepat.
Siswa memberikan S1 mampu S1 mampu
alasan berdasarkan menuliskan bukti menjelaskan
fakta/bukti yang yang relevan atau langkah-langkah
relevan pada setiap langkah-langkah penyelesaian dengan
langkah dalam penyelesaian soal tepat tetapi kurang
membuat keputusan dengan tepat teapi lengkap
maupun kesimpulan. kurang lengkap
Siswa membuat S1 tidak mampu S1 tidak mampu
kesimpulan dengan menuliskan menarik kesimpulan
tepat penarikan dengan tepat
kesimpulan dengan
tepat
Siswa menemukan S1 tidak mampu S1 tidak mampu
jawaban sesuai memberikan menjelaskan
dengan informasi jawaban sesuai jawaban berdasarkan
dengan informasi informasi dengan
dengan tepat tepat
1) Siswa S1 kurang mampu
menggunakan menjelaskan
penjelasan yang jawabannya
lebih lanjut berdasarkan
tentang apa yang informasi yang
dimaksudkan sesuai dengan
dalam kesimpulan permasalahan
yang dibuat.
2) Jika terdapat
istilah dalam soal,
siswa dapat
menjelaskan hal
tersebut.
Siswa meneliti atau S1 tidak mampu
60

mengecek kembali mengecek kembali


secara menyeluruh jawabannya dari
mulai dari awal awal sampai akhir
sampai akhir.

2. Subjek dua (S2)

a. Tahap Focus (memahami masalah)

Pada tahap ini S2 tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan

oleh soal, akan tetapi berdasarkan hasil wawancara, S2 mengetahui

informasi-informasi yang ada di dalam soal dan mengetahui apa yang

ditanyakan soal. Sehingga S2 memenuhi salah satu indikator berpikir kritis

yaitu Focus (memahami masalah) dengan baik. Hal ini dapat di lihat pada

petikan wawancara S2 pada transkrip wawancara 2.15 berikut

P : coba kakak tanya yang diketahui di soal itu apa aja si ?


S2 : ada kotak yang ukurannya sama, yaitu 20 cm.
P : ada informasi lagi di soalnya ?
S2 : ada semut di sudut bawah kotak dan ada lubang-lubang disetiap
sisi tengah bagian atas kotak
P : apa yang diminta di soal tersebut ?
S2 : ditanyain apakah setuju atau tidak dengan pernyataan kalo “jarak
terpendek semut 30 cm”
Transkrip 2.15. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Focus (memahami masalah)

b. Tahap Reason (menuliskan langkah-langkah penyelesaian soal/alasan

membuat kesimpulan)

Pada tahap Reason, S2 menuliskan langkah-langkah penyelesaian soal di

lembar jawabannya yaitu S2 membuat gambar kubus sebagai ilustrasi dari

kotak yang memiliki panjang sisi yang sama dengan ukuran 20 cm,
61

kemudian S2 juga membuat titik untuk memisalkan posisi semut yaitu titik

A, kemudian membuat empat titik di setiap sisi tengah permukaan kubus.

Setelah itu S2 membuat gambar segitiga di lembar jawabannya, segitiga

itu didapat dari posisi semut menuju ke lubang, dan untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut S2 menggunakan Teorema Pythagoras karena

segitiga tersebut berbentuk siku-siku, walaupun ada beberapa kesalahan

ketika mengeluarkan segitiga karena posisi siku-sikunya tertukar.

Sehingga dalam hal ini S2 memenuhi indikator ke-dua dari indikator

berpikir kritis yaitu tahap Reason (menuliskan langkah-langkah

penyelesaian soal atau mampu memberikan alasan yang relevan untuk

membuat suatu kesimpulan). Hal ini dapat di lihat dari hasil tes S2 dan

pada petikan wawancara S2 pada transkrip 2.16

Gambar 2.6. Hasil Tes kemampuan berpikir kritis S2

P : mengapa bentuk segitiga yang kamu keluarkan beda dengan yang di


dalam kubus ?
S2 : sama aja sih kak, yang penting panjang sisinya sama
P : emangnya itu segitiga apa ?
S2 : segitiga siku-siku
P : siku-sikunya di titik mana ?
62

Transkrip 2.16. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam


menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat kesimpulan)

c. Tahap Situation (menemukan jawaban berdasarkan informasi)

Pada tahap Situation, S2 menuliskan jawabannya berdasarkan informasi

yang Ia tulis, akan tetapi di lembar jawabannya belum dituliskan apa yang

dicari, S2 langsung menyelesaikan operasi perhitungannya. Pada saat

wawancara S2 mengklarifikasi atau menjelaskan jawaban yang S2 tulis.

Sehingga S2 mampu memenuhi indikator Situation (menemukan jawaban

berdasarkan informasi yang ditulis). Hal ini dapat dibuktikan dari hasil tes

S2 dan pada petikan wawancara S2 pada transkrip 2.17


63

Gambar 2.7 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S2

P : sudah yakin sama jawabannya ?

S2 : iya kak, jawabannya 10 √ 5

Transkrip 2.17. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Situatiom (mampu menemukan


jawaban berdasarkan informasi)

d. Tahap Inference (membuat kesimpulan dengan tepat)

Pada tahap Inference, S3 tidak menuliskan kesimpulan di lembar

jawabannya, kemudian berdasarkan hasil wawancara S3 memberikan

kesimpulan akan tetapi masih kurang tepat. Sehingga S3 belum mampu

membuat kesimpulan dengan tepat. Hal ini dapat di lihat pada petikan

wawancara S2 di transkrip 2.18

P : terus kesimpulannya ?

S2 : jawabannya 10 √ 5

P : yakin begitu kesimpulannya ?


S2 : iya kak

Transkrip 2.18. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Inference (membuat


kesimpulan dengan benar)
64

e. Tahap Clarity (menjelaskan jawaban berdasarkan informasi yang ada

dengan tepat)

Pada tahap ini, S2 sudah mampu memberikan penjelasan mengenai

jawabannya terkait dengan informasi yang ada di soal atau pada tahap

(Focus), kemudian terkait juga dengan langkah-langkah atau penyusunan

penyelesaian (Reason), pelaksanaan rencana (Situation), akan tetapi

penjelasannya pada tahap Inference sudah baik akan tetapi jawabannya

kurang tepat.

f. Tahap Overview (memeriksa kembali)

Pada tahap Overview, peneliti tidak bisa melihat tahap ini di lembar

jawaban S2, sehingga peneliti memeriksanya melalui wawancara. Hasilnya

adalah S2 tidak memeriksa kembali jawabannya. Sehingga S2 tidak

memenuhi indikator Overview. Hal ini dapat di lihat di petikan wawancara

S2 pada transkrip wawancara 2.19.

P : diperiksa lagi gak jawabannya ?


S2 : gak kak, langsung saya anter kemarin.
P : mengapa gak diperiksa lagi ?
S2 : udah yakin aja kak

Transkrip 2.19. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Overview (memeriksa kembali)


65

Pada paparan data di atas, triangulasi dari data hasil tes dan hasil

wawancara S2 dapat di lihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Triangulasi Data Hasil Tes dan Hasil Wawancara S2

Indikator Hasil Tes Hasil Wawancara


Siswa Memahami Pada Indikator ini, Pada indikator ini, S2
permasalahan pada S2 kurang mampu mampu menjelaskan
soal yang diberikan menuliskan informasi terkait apa
informasi terkait apa yang diketahui dan
yang diketahui dan ditanyakan oleh soal
ditanyakan oleh soal
secara lengkap dan
tepat
Siswa memberikan S2 mampu S2 mampu
alasan berdasarkan menuliskan bukti menjelaskan bukti
fakta/bukti yang yang relevan atau yang relevan atau
relevan pada setiap langkah-langkah langkah-langkah
langkah dalam penyelesaian soal penyelesaian soal
membuat keputusan dengan tepat dengan tepat
maupun kesimpulan.

Siswa membuat S2 kurang mampu S2 kurang mampu


kesimpulan dengan menuliskan menarik kesimpulan
tepat penarikan dengan tepat
kesimpulan dengan
tepat
Siswa menemukan S2 mampu S2 mampu
jawaban sesuai dengan menemukan jawaban menjelaskan jawaban
informasi dengan tepat sesuai dengan berdasarkan informasi
informasi dengan dengan tepat
tepat

3) Siswa S2 mampu
menggunakan menjelaskan
penjelasan yang jawabannya
lebih lanjut tentang berdasarkan informasi
apa yang yang sesuai dengan
dimaksudkan dalam permasalahan tetapi
kesimpulan yang kurang tepat dalam
dibuat. penarikan kesimpulan
4) Jika terdapat istilah
dalam soal, siswa
dapat menjelaskan
66

hal tersebut.
Siswa meneliti atau S2 tidak mampu
mengecek kembali mengecek kembali
secara menyeluruh jawabannya dari awal
mulai dari awal sampai sampai akhir
akhir.

3. Subjek tiga (S3)

a. Tahap Focus ( memahami masalah )

Pada tahap Focus, S3 tidak menuliskan secara jelas terkait apa yang

diketahui dan ditanyakan oleh soal, akan tetapi pada saat proses

wawancara, S3 menyebutkan apa saja informasi yang terdapat di soal.

Sehingga S3 mampu memahami masalah dengan baik atau S3 memenuhi

indikator berpikir kritis yaitu Focus (memahami masalah). Hal ini dapat

dibuktikan pada petikan wawancara S3 pada transkrip wawancara 2.20.

P : apa yang diketahui di soal ?


berikut
S3 : ada kotak, dengan panjang sisi yang sama yaitu 20 cm, terus ada
semut yang ada di salah satu sudut bawah kotak, dan ada lubang-
lubang yang ada di tengah setiap sisi di permukaan kotak, berarti
ada 4 lubang di setiap tengah sisinya.
P : yang ditanyakan soal apa dek ?
S3 : apakah kamu setuju dengan pernyataan “ jarak tempuh terpendek
semut menuju lubang tersebut untuk menyelematkan diri 30 cm ?”

Transkrip 2.20. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Focus (Memahami masalah)

b. Tahap Reason (langkah-langkah penyelesaian masalah atau alasan

membuat suatu kesimpulan)

Pada tahap ini, S3 menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah

yaitu diantaranya menggambar sebuah kubus dengan panjang sisi 20 cm,


67

kemudian S3 juga membuat sebuah titik disudut bawah yaitu di sudut A

sebagai posisi semut, tidak hanya itu S3 juga menggambar posisi setiap

titik sebagai lubang yang terdapat di informasi soal. Lalu S3 membuat

gambar segitiga untuk memudahkannya menyelesaikan soal dan mencari

salah satu panjang sisi segitiga yaitu panjang Ex melalui panjang sisi EF :

2, S3 juga menuliskan sebuah rumus yaitu rumus pythagoras sebagai

rencana penyelesaian soal. Sehingga berdasarkan hal tersebut S3 mampu

memenuhi indikator Reason. Hal ini dapat di lihat pada hasil tes S3 dan

pada petikan wawancara S3 pada transkrip wawancara 2.21 berikut.

Gambar 2.8 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S3

P : cara adek selesaikan soal gimana ?


S3 : saya gambar kubus dulu kak karena kan di soal bilang ada kotak
dengan panjang sisi yang sama yaitu 20 cm
P : apa maksud titik A itu ?
S3 : itu dimisalkan letak semutnya kak, karena kan semut ada di salah
satu sudut bawah kotak, jadi saya pilih titik A, bisa aja si pilih titik
yang lain, tapi saya maunya A, karena kan di soalnya itu gak
ditentuin harus di titik yang mana.
68

Transkrip 2.21. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam


menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan)

c. Tahap Situation (menemukan jawaban berdasarkan informasi)

Pada tahap ini, S3 menuliskan jawabannya sesuai dengan informasi yang S3

peroleh di lembar jawabannya. S3 menjawab soal dengan benar dan tepat

sehingga S3 mampu menemukan jawaban berdasarkan informasi atau S3

memenuhi indikator Situation. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil tes

kemampuan berpikir kritis S3

Gambar 2.9. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S3

d. Tahap Inference (membuat kesimpulan dengan tepat)


69

Pada Tahap ini, S3 menuliskan kesimpulan dengan tepat di lembar

jawabannya. Kemudian berdasarkan hasil wawancara, S3 juga

mengemukakan tentang kesimpulannya dengan jelas dan tepat. Sehingga

berdasarkan hal tersebut S3 mampu membuat kesimpulan dengan benar dan

tepat. Maka S3 memenuhi indikator Inference (membuat kesimpulan dengan

tepat). Hal ini dapat dibuktikan dari hasil tes kemampuan berpikir kritis S3.

Gambar 2.10. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S3

e. Tahap Clarity (menjelaskan jawaban berdasarkan informasi yang ada dengan

tepat)

Pada tahap ini, S3 mampu memberikan penjelasan dengan lugas dan relevan

dari tahap Focus (memahami masalah) sampai pada tahap Situation

(menemukan jawaban berdasarkan informasi dengan tepat). Sehingga

berdasarkan penjelasan di atas maka S3 memenuhi indikator Clarity. Hal

tersebut dapat dilihat dari petikan transkrip wawancara peneliti dengan S3,

bagaimana S3 mampu menjawab seluruh pertanyaan dari peneliti dengan baik

dan benar.

f. Tahap Overview (memeriksa kembali)

Pada tahap Overview, peneliti tidak bisa melihat S3 melakukan tahap ini di

lembar jawabannya, pada saat wawancara S3 mengatakan bahwa S3

memeriksa kembali jawabannya akan tetapi tidak dari awal atau tahap
70

memahami masalah. S3 hanya memerika kembali jawabannya dari tahap

Reason menuju tahap Situation. Sehingga S3 mampu memenuhi tahap

Overview akan tetapi tidak sempurna. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan

petikan wawancara S3 pada transkrip wawancara 2.22.

P : diperiksa lagi gak jawabannya ?


S3 : kalo saya kurang yakin saya periksa lagi kak, tapi kalo yakin saya
periksa pake cara kelinci
P : ini yakin gak sama jawabannya ?
S3 : yakin kak
P : berarti ngecek pake cara kelinci, apa sih itu kalo boleh tau ?
S3 : di lompat-lompat ngeceknya.
P : berarti gak ngecek dari awal ya ?
S3 : gak kak, saya ngecek dari ngitungnya kak.

Transkrip 2.22. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Overview (mengecek kembali


jawaban)

Pada paparan data di atas, triangulasi dari data hasil tes dan hasil wawancara

S3 dapat di lihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4. Triangulasi Data Hasil Tes dan Hasil Wawancara S3

Indikator Hasil Tes Hasil Wawancara


Siswa Memahami Pada Indikator ini, S3 Pada indikator ini, S3
permasalahan pada soal kurang mampu mampu menjelaskan
yang diberikan menuliskan informasi informasi terkait apa
terkait apa yang yang diketahui dan
diketahui dan ditanyakan oleh soal
ditanyakan oleh soal
secara lengkap dan
tepat
71

Siswa memberikan S3 mampu S3 mampu


alasan berdasarkan menuliskan bukti menjelaskan bukti yang
fakta/bukti yang relevan yang relevan atau relevan atau langkah-
pada setiap langkah langkah-langkah langkah penyelesaian
dalam membuat penyelesaian soal soal dengan tepat
keputusan maupun dengan tepat
kesimpulan.
Siswa membuat S3 mampu S3 mampu menarik
kesimpulan dengan menuliskan penarikan kesimpulan dengan
tepat kesimpulan dengan tepat
tepat

Siswa menemukan S3 mampu S3 mampu


jawaban sesuai dengan menemukan jawaban menjelaskan jawaban
informasi dengan tepat sesuai dengan berdasarkan informasi
informasi dengan dengan tepat
tepat
5) Siswa menggunakan S3 mampu
penjelasan yang menjelaskan
lebih lanjut tentang jawabannya
apa yang berdasarkan informasi
dimaksudkan dalam yang sesuai dengan
kesimpulan yang permasalahan
dibuat.
6) Jika terdapat istilah
dalam soal, siswa
dapat menjelaskan
hal tersebut.

Siswa meneliti atau S3 kurang mampu


mengecek kembali mengecek kembali
secara menyeluruh jawabannya dari awal
mulai dari awal sampai sampai akhir
akhir.
72

D. Rangkuman Temuan Penelitan

Tabel 2.5. Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa


Kriteria Berpikir Kritis LCT
NO Subjek
F R I S C O
1 S1 √ √ - - √ - 1
2 S2 √ √ - √ √ - 2
3 S3 √ √ √ √ √ - 2

Berdasarkan tabel 2.5. tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dapat dianalisis

sebagai berikut :

1. Pada tahap Focus, semua subjek cenderung dapat memenuhi tahap Focus ini

yaitu semua subjek mampu mengetahui informasi yang ada di soal dan

mampu mengetahui pertanyaan yang ada di soal.

2. Pada tahap Reason, semua subjek mampu memenuhi tahap ini, yaitu dengan

memberikan alasan-alasan yang relevan untuk membuat suatu kesimpulan

mengenai masalah yang diberikan seperti siswa menggambar kubus sebagai

refleksi dari permasalahan yang diberikan sehingga memudahkan mereka

menyelesaikan soal, kemudian menuliskan rumus pythagoras yang akan

mereka gunakan untuk menyelesaikan soal.


73

3. Pada tahap Inference, hanya subjek 3 yang mampu memenuhi tahap ini, yaitu

subjek mampu menarik suatu kesimpulan dari masalah yang diberikan

sedangkan dua subjek lainnya tidak.

4. Pada tahap Situation, hanya dua subjek yaitu S2 dan S3 yang mampu

memenuhi tahap ini yaitu subjek bisa menemukan jawaban dari permasalahan

yang diberikan.

5. Pada tahap Clarity, semua subjek mampu memenuhi tahap ini, yaitu semua

subjek mampu memberikan penjelasan terkait jawaban mereka.

6. Pada tahap Overview, semua subjek tidak mampu memenuhi tahap ini, semua

subjek tidak mampu memerika kembali jawaban mereka dari awal sampai

akhir.
74

BAB III

PEMBAHASAN

Pada bagian ini, Peneliti akan membahas ketercapaian siswa terkait

kriteria kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan data hasil analisis penelitian,

menunjukkan bahwa siswa mampu memenuhi kriteria kemampuan berpikir

kritis yaitu Focus, Reason, dan Clarity. Kemudian satu siswa memenuhi

kriteria Inference, dua siswa memenuhi kriteria Situation, dan semua siswa

tidak mampu memenuhi kriteria Overview.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua siswa mampu memenuhi

beberapa kemampuan berpikir kritis yaitu Focus,Reason, dan Clarity. Pada

tahap Focus, terlihat dari siswa mampu mengetahui informasi yang terdapat

dalam soal yaitu terkait apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan di dalam

soal melalui proses wawancara, akan tetapi di lembar jawaban siswa hanya

S1 yang menuliskan beberapa terkait informasi yang ada di soal, sedangkan

dua siswa lainnya langsung mengaplikasikan informasi soal di gambar kubus

yang ada di lembar jawabannya. Siswa mampu memenuhi tahap ini juga
75

karena ketelitian siswa dalam memahami soal berupa membaca soal dengan

berulang-ulang sampai siswa paham fokus yang akan mereka kerjakan. Hal

ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh AS Bayuningsih, dkk.

Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa semua subjek mampu memenuhi

indikator memahami masalah berupa menuliskan apa yang diketahui dan

ditanyakan soal, beberapa siswa tidak menuliskan apa yang diketahui di soal,

tetapi langsung membuat gambar trapesium dan mengaplikasikan informasi

yang ada di soal seperti memberikan keterangan panjang sisi di setiap sisi

gambar trapesium.49

Siswa juga mampu memenuhi kriteria kedua yaitu Reason (mampu

menuliskan langkah-langkah dalam menyelesaikan soal atau siswa dapat

memberikan alasan yang relevan dalam membuat suatu kesimpulan),

dibuktikan dari siswa mampu merefleksikan masalah ke bentuk model

matematika yaitu menggambar kubus dengan memberikan keterangan pada

setiap titik yang dibuat seperti menggambar titik A pada kubus sebagai posisi

semut di salah satu sudut bawah kotak, kemudian siswa menggambar empat

titik di setiap sisi tengah atas kubus sebagai posisi lubang yang merupakan

salah satu informasi yang ada di soal. Kemudian siswa mengeluarkan gambar

segitiga siku-siku yang ada di kubus untuk memudahkannya menjawab soal.

Setelah menggambar, siswa menggunakan rumus phytagoras yang akan

mereka gunakan untuk menyelesaikan soal.

49
AS Bayuningsih, dkk. “Critical thinking level in geometry based on self-regulated
learning”, Journal Of Physics, 2018.
76

Kriteria kemampuan berpikir kritis yang mampu dipenuhi siswa juga

adalah Clarity, dilihat dari siswa mampu memberikan penjelasan terkait apa

saja yang siswa tulis, baik dari tahap Focus, Reason, dan Situation. Hal ini

senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Lalu Calvian Pramuditya, dkk.

Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa siswa mampu menjawab seluruh

pertanyaan dari peneliti terkait jawaban yang mereka tulis.50

Kriteria berpikir kritis lainnya yaitu Inference, pada tahap ini hanya

S3 yang mampu memenuhi tahap ini, S3 mampu menarik suatu kesimpulan

dari permasalahan yang diberikan. Sedangkan S1 dan S2 tidak mampu karena

S1 tidak sampai pada tahap Situation atau tahap menemukan jawaban,

sehingga S1 tidak bisa memberikan kesimpulan dengan tepat, di lembar

jawabannya S1 menjawab setuju dikarenakan S1 menggunakan logikanya

untuk menjawab tanpa menggunakan algoritma atau konsep-konsep

matematika yang terkait dengan masalah yang diberikan. Sedangkan S2 tidak

mampu menarik suatu kesimpulan dengan tepat karena S2 merasa jawaban

10 √ 5 itu adalah kesimpulan dari masalah yang diberikan.

Kriteria berpikir kritis selanjutnya yaitu Situation, pada tahap ini

hanya S2 dan S3 yang mampu memenuhi tahap ini, karena S2 dan S3

menemukan jawaban yang tepat dari masalah yang diberikan sedangkan S1

tidak mampu menemukan jawaban yang tepat. Kriteria berpikir kritis terakhir

yaitu Overview, pada tahap ini siswa tidak mampu memenuhi tahap ini,

karena siswa sudah merasa yakin dengan jawabannya tanpa memikirkan


50
Lalu Calvian Pramuditya, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Matematika pada Materi Aljabar”, Imajiner, Vol 1,
Nomor 6, hlm. 283
77

mungkin saja siswa melakukan kesalahan baik dari segi pemahaman soal,

informasi yang didapatkan, maupun dari rumus yang digunakan untuk

menyelesaikan soal. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh AS

Bayuningsih, bahwa siswa mampu memahami masalah, menjalankan tahap

perencanaan, tetapi tidak melakukan tahap refleksi atau Overview sehingga

kemungkinan bisa membuat kesalahan dalam menjawab soal.51

Hasil peneltian menunjukkan bahwa S1 masuk dalam kategori Level

Critical Thingking (LCT) 1 karena menurut Ennis, berpikir kritis adalah suatu

kegiatan berpikir yang tujuannya yaitu membuat suatu keputusan masuk akal

tentang segala hal yang dilakukan dan diyakini. Menurut Ennis ada enam

unsur dalam berpikir kritis yaitu Focus, Reason, Inference, Situation,


52
Clarity,dan Overview. Ke enam unsur ini disingkat dengan FRISCO.

Karena S1 hanya memenuhi tiga kriteria dari enam kriteria berpikir kritis

menurut Ennis, maka S1 masuka dalam kategori Level Critical Thingking

(LCT) 1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa S2 dan S3 masuk dalam kategori

Level Critical Thingking (LCT) 2, akan tetapi S2 dan S3 memiliki perbedaan

dalam tahapannya dalam memecahkan masalah geometri berdasarkan kriteria

kemampuan berpikir kritis. S2 mampu melalui tahap Focus, Reason, Clarity,

dan Situation. Sedangkan S3 mampu melalui tahap Focus, Reason, Inference,

Clarity, dan Situation. Perbedaan di antara keduanya terletak pada tahap

51
AS Bayuningsih, dkk. “Critical thinking level in geometry based on self-regulated
learning”, Journal Of Physics, 2018.
52
Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
121.
78

Inference, S2 tidak mampu menarik suatu kesimpulan ketika menyelesaikan

masalah yang diberikan sedangkan S3 mampu memenuhi tahap Inference

ketika menyelesaikan masalah. berdasarkan hasil penelitian yang telah

dipaparkan sebelumnya bahwa siswa dikatakan berpikir kritis (LCT 2 )

apabila siswa tersebut mampu memenuhi empat sampai lima indikator

berpikir kritis. Indikator ini disesuaikan dengan indikator berpikir menurut

Ennis.53

Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Siti Rahmatillah dkk, hasil penelitiannya mengatakan bahwa siswa

dengan TKBK (Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis) 2 hanya mampu

memenuhi 2 dari empat indikator berpikir kritis menurut Paul dan Elder,

siswa yang termasuk dalam TKBK 2 tidak mampu menarik suatu kesimpulan

berdasarkan masalah yang telah Ia selesaikan.54

Berdasarkan paparan di atas, ditemukan bahwa dari empat tingkatan Level

Critical Thingking (LCT) 0-3, siswa hanya mampu mencapai Level Critical

Thingking (LCT) 2. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya yaitu keterbatasan pemahaman siswa terkait materi

geometri dan siswa tidak fokus dan teliti dalam memecahkan masalah.

53
Harlinda Fatmawati, dkk, “Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan
Masalah Matematika Berdasarkan Polya pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat”, Jurnal
Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol 2, Nomor 9, 2014, hlm. 912
54
Siti Rahmatillah, “Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Barisan dan Deret Aritmatika di SMAN 5 Jember”, Kadikma, Vol 8, Nomor 2, 2017,
hlm.59
79

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan peneliti mengenai tingkat

kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah geometri. Tidak ada

siswa yang memenuhi Level Critical Thingking (LCT) 3. Satu subjek hanya

mampu mencapai Level Critical Thingking (LCT) 1 dan dua subjek lainnya

mencapai Level Critical Thingking (LCT) 2.

B. Saran

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk guru mata

pelajaran matematika agar memberikan latihan soal yang bervariasi

untuk mengasah kemampuan berpikir kritis sisiwa.

2. Untuk peneliti berikutnya, agar dapat mengembangkan instrumen

penelitian dengan masalah yang lebih bervariasi dan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai