BAB I
PENDAHULUAN
tergolong rendah. Hal ini terlihat dari peringkat PISA Indonesia pada tahun
2018 turun apabila dibandingkan dengan hasil PISA pada tahun 2015.
1
Abdul Kadir, dkk, Dasar-dasar pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2015), hlm. 62 .
2
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
186.
3
M.Ikhsan, dkk, “Kemampuan Berpikir Kritis dan Metakognisi Siswa dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Problem Solving”, Aksioma Jurnal
Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro ,Vol. 6 Nomor 2, 2017
4
Moch. Sukardjo & Lipur Sugiyanta, “Analisis Strategi Pembelajaran Matematika
Kurikulum 2013 dalam Rangka Meningkatkan Nilai Pisa Matematika”, Jurnal Keluarga dan
Pendidikan (JKKP), Vol. 05, Nomor 01, hlm. 44.
2
yang dialami siswa dalam memecahkan masalah yaitu pada tahap mengingat
berpikir, gaya belajar, penerapan model pembelajaran dan lain-lain.7 Hal ini
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Indah Puspita Sari, hasil
biasa.8 Senada dengan hal tersebut penelitian lain pernah dilakukan oleh
satu cara agar siswa mampu dalam memecahkan masalah adalah siswa harus
dengan suatu alasan dan kesimpulan yang tepat. Sehingga, berpikir kritis
merupakan proses berpikir yang perlu dikuasai siswa. 11Berpikir kritis sangat
8
Indah Puspita Sari, “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMP Melalui Pendekatan Problem Solving”, Didaktik, Vol 9, Nomor 1, 2015, hlm.10
9
Nonong Rohimah, “Profil Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika Berdasarkan Kemampuan Matematika”, LENTERA Jurnal Ilmiah
Kependidikan, Vol 14, Nomor 1, 2019, hlm.66
10
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
126.
11
Flavia Aurelia Hidajat, dkk, “Identifikasi Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas X
IPA-6 SMAK Santo Albertus Malang”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 4, Nomor
2, 2017, hlm. 101
4
bentuk geometri dan mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan dalam
geometri, mampu menuliskan apa yang ditanyakan pada soal dengan jelas
12
Maulana, Dasar-dasar konsep peluang, (Jakarta: UPI PRESS, 2018),
hlm. 11
13
Sagita Puspita, dkk. “ Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII A
SMPN 8 Surakarta dalam Memecahkan Masalah Lingkaran ditinjau dari Gender dan
Kemampuan Awal”, JPMM, Vol 3, Nomor 1, 2019, hlm.172
5
alternatif lain, dan mampu menuliskan hasil akhir serta memberikan alasan
dengan baik dalam memecahkan masalah lingkaran, hal ini dapat dilihat dari
geometri dan mampu menuliskan apa yang ditanyakan pada soal dengan
yang terdapat di soal dan dapat menyelesaikan soal tersebut dengan benar
soal masih belum tepat, ada beberapa alasan yang tidak relevan yang
diungkapkan sehingga Ia tidak bisa menarik suatu kesimpulan dari soal atau
menuliskan informasi yang ada dalam soal berupa apa yang diketahui,
soal sebelum menjawab soal, SS menuliskan informasi yang ada dalam soal
berupa apa yang diketahui, ditanyakan dan menuliskan rumus apa yang akan
dengan detail dan benar. SR juga tidak bisa memberikan kesimpulan terkait
dalam memecahkan masalah yang berbeda, dan pada jenjang yang berbeda.
diberikan yang sesuai dengan yang dicontohkan akan tetapi jika diberikan
masalah yang memiliki konsep yang sama namun diberikan soal dengan
variasi yang berbeda akan mengalami kesulitan. Materi yang dianggap sulit
oleh siswa saat ini adalah materi dimensi tiga, statistika dan banyak lainnya
B. Rumusan Masalah
16
Wawancara dengan Dita Ariyanti, tanggal 25 Oktober 2019 di ruang guru MAN 2
Mata ram.
8
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
persoalan di atas dapat di bagi menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan
praktis.
a. Manfaat Teoretis
matematika.
b. Manfaat Praktis
kelas.
lanjut.
9
2. Setting Penelitian
2019/2020
E. Telaah Pustaka
dilakukan peneliti.
Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah Ditinjau dari Gaya Kognitif
berikut :
soal tetapi dalam menjawab soal masih belum tepat, ada beberapa
disajikan.
siswa berdasarkan gaya kognitif dan gaya Impulsif pada materi aljabar
Sagita Puspita, dkk. “ Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII A
18
SMPN 8 Surakarta dalam Memecahkan Masalah Lingkaran ditinjau dari Gender dan
Kemampuan Awal”, JPMM, Vol 3, Nomor 1, 2019, hlm.172
12
ini, fokus pada analisis tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dalam
berikut:
19
Nonong Rohimah, “Profil Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika Berdasarkan Kemampuan Matematika”, LENTERA Jurnal Ilmiah
Kependidikan, Vol 14, Nomor 1, 2019, hlm.59-68
14
diberikan.
F. Kerangka Teori
a. Berpikir
b. Berpikir Kritis
20
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
121.
21
Maulana, Dasar-dasar konsep peluang, (Jakarta: UPI PRESS, 2018),
hlm. 6
16
sesuatu.22
definisi berpikir kritis telah coba dikemukakan oleh para ahli, antara lain
tujuannya yaitu membuat suatu keputusan masuk akal tentang segala hal
yang dilakukan dan diyakini. Menurut Ennis ada enam unsur dalam
22
Ibid, hlm. 8
17
mampu menarik kesimpulan dan generalisasi dari data yang berasal dari
23
Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
121.
24
Maulana, Dasar-dasar konsep peluang, (Jakarta: UPI PRESS, 2018),
hlm. 7.
18
kognitif
26
Maulana, Dasar-dasar konsep peluang, (Jakarta: UPI PRESS, 2018),
hlm. 11-13.
27
Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
188.
20
dan jelas kepada siswa yang lain, guru, dan orang lain, menganalisis dan
28
Kholifah, “Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Matematis pada
Siswa SMP Kelas IX” (Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017 ),
hlm. 11-12.
29
Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
121.
30
Avinda, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Soal
Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Gaya
Kognitif Impulsif”, Aksioma, Vol. 9 Nomor 1, Juli 2018, hlm. 12-13.
21
tersebut.
O (Overview) Siswa meneliti atau Siswa mengecek
mengecek kembali secara kembali secara
menyeluruh mulai dari menyeluruh
awal sampai akhir. jawabannya dari
awal sampai akhir
Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli yaitu Sabandar dan Jonson
hasilnya.31
31
Avinda Fridanianti, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam
Menyelesaikan Soal Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah Ditinjau dari Gaya Kognitif
Reflektif dan Kognitif Impulsif”, Aksioma, Vol 9, Nomor. 1, 2018, hlm. 13
32
Harlinda Fatmawati, dkk, “Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan
Masalah Matematika Berdasarkan Polya pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat”, Jurnal
Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol 2, Nomor 9, 2014, hlm. 912
23
yang terdiri atas keterampilan yang hampir otomatis atau refleksif. Tingkat
tinggi adalah kemampuan berpikir kritis (LCT 2 dan LCT 3). Kriteria LCT
bukti atau fakta yang relevan, (3) membuat suatu kesimpulan dengan tepat,
memberikan penjelasan jika terdapat istilah dalam menjawab soal, dan (6)
1. LCT 0, yaitu tidak ada jawaban yang sesuai dengan indikator berpikir
2. LCT 1, yaitu jawaban siswa sesuai dengan dua atau tiga indikator
3. LCT 2, yaitu jawaban siswa sesuai dengan empat atau lima indikator
Tabel 1.2
Level Crtical Thingking (LCT)
Kritis
F (Focus) Mampu
menyebutkan
informasi
terkait apa yang
diketahui dan √ √ √
-
ditanyakan soal
Siswa mampu
R menuliskan
(Reason) langkah-
langkah dalam
menyelesaikan
soal atau siswa
dapat √ √ √ -
memberikan
alasan yang
relevan dalam
membuat suatu
kesimpulan
Siswa mampu
I membuat
(Inference) kesimpulan √ √ √ -
dengan tepat Kurang Kurang
tepat tepat
Siswa mampu
S menemukan
(Situation) jawaban dengan
menggunakan
informasi yang √ √ √ -
sesuai dengan Kurang
permasalahan tepat
Siswa mampu
C (Clarity) mengklarifikasi
atau
menjelaskan √ √ √ -
tentang jawaban kurang
yang telah tepat
ditulis
Siswa mampu √ - -
O memeriksa
25
kembali √
(Overview) jawaban kurang
lengkap
Keterangan : LCT (Level Critical Thingking) dalam AS Bayuningsih, dkk.
a. Masalah Matematika
33
Kamisa, KBBI, (Surabaya: CV Cahaya Agency, 2013), hlm365
34
Irfan Taufar Asfar & Syarif Nur, Model Pembelajaran PPS (Problem
Posing&Solving), (Suka bumi : CV Jejak, 2018), hlm. 26
26
sebelumnya.35
yang kuart serta hubungan dengan sesama siswa, 10) memiliki rasa
baru, melalui pemecahan masalah siswa bisa menjadi lebih kritis, dan
melalui pemecahan masalah ini siswa dapat belajar secara aktif dalam
c. Materi Geometri
1. Kubus
38
Indah Puspita Sari, “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa SMP melalui Pendekatan Problem Solving”,
Jurnal Ilmiah STKIP Siliwngi, Vol 9 Nomor 1, Maret 2015, hlm 10-11.
39
Harlinda, dkk, “Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah
Matematika berdasarkan Polya pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat”, Jurnal elektronik
pembelajaran matematika ,vol 2, Nomor 9, November 2014, hlm. 915.
28
Gambar 1.1
a. Sisi/bidang
Gambar 1.1 terlihat bahwa kubus memiliki 6 buah sisi yang semua
b. Rusuk
ABCD.EFGH memiliki 12 buah rusuk, yaitu AB, BC, CD, DA, EF,
c. Titik sudut
E, F, G, dan H.
d. Diagonal bidang
29
Gambar 1.2
sebanyak 12, yaitu AF, BE, BG, CF, CH, DG, DE, AH, EG, FH,
e. Diagonal Ruang
Gambar 1.3
f. Bidang diagonal
Gambar 1.4
30
Gambar 1.5
titik itu ke titik yang lain sehingga terjadi sebuah garis. Jarak kedua
Contoh masalah :
lantai kamar?”
Alternatif Penyelesaian:
40
Kholifah, “Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Matematis pada
Siswa SMP Kelas IX” (Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017 ),
hlm. 18-20.
31
Jarak lampu ke salah satu sudut lantai kamar adalah jarak titik T ke
Menentukan panjang ET .
32
1
Oleh karena T merupakan titik tengah maka ET = EG. Oleh karena
2
1
EG merupakan diagonal bidang, maka ET = .4 √ 2=2 √2. Sehingga,
2
A T 2=A E2 + E T 2
2
AT = 4 2+ ( 2 √ 2 )
√
AT =√ 24=2 √ 6
Gambar 1.8
Jarak titik ke garis adalah jarak terpendek antara titik dan garis. Jarak
sebagai berikut:
Contoh:
Penyelesaian:
2 2
PQ=√ ( PR ) + ( RQ )
¿ √ 4 2+ 82
¿ √ 16+64
AP=√ 80=4 √ 5
Gambar 1.10
Jarak suatu titik ke suatu bidang adalah jarak dari titik tersebut ke
Gambar 1.11
Adalah jarak terpendek antara dua garis itu, atau panjang garis yang
Gambar 1.12
bidang.42
Untuk mengukur jarak dua bidang, pilihlah sembarang titik pada salah
satu bidang kemudian ditarik garik lurus dari titik yang telah
42
Sumadi, dkk, Matematika, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 147-148.
35
Gambar 1.13
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
materi geometri).
berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.44 Penelitian deskriptif
sebagai berikut:
pengamatan
materi geometri.
2. Kehadiran peneliti
3. Lokasi penelitian
karena:
45
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2017), hlm.
306.
37
MAN 2 Mataram
4. Sumber Data
b. Transkrip wawancara
berikut:
39
dari soal materi geometri. Soal tes yang digunakan pada materi
b. Pedoman Wawancara
a. Observasi
b. Tes
c. Wawancara
penelitian.
41
geometri.
dan Huberman yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3)
verifikasi data.47
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2014), hlm. 246.
43
Data yang akan direduksi dalam penelitian ini berupa data hasil
indikator berpikir kritis yang dibuat oleh peneliti pada tabel 1.1.
dibuat.
dibuang.
antara lain yaitu data hasil tes berpikir kritis siswa, dan data berpikir
dalam penelitian.
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini, peneliti
H. Sistematika Pembahasan
48
Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2017). hlm. 330.
45
sebelumnya.
berikut ini:
1. Pendahuluan
mengenai hasil dari penelitian yang sudah dilakukan. Pada bagian ini,
3. Pembahasan
46
penelitian sebelumnya.
4. Penutup
Pada bagian ini berisi simpulan akhir dari hasil analisis pada
BAB II
A. Jadwal Penelitian
tes kemampuan berpikir kritis kepada 3 siswa yang terdiri dari 1 orang
putra dan 2 putri dan melakukan wawancara kepada tiga informan. Waktu
Tabel 2.1
Keterangan Jadwal Penelitian
hasil pengolahan data berupa hasil tes data yang diungkapkan oleh informan
ketika proses wawancara. Pada bagian ini, peneliti memaparkan data menjadi
dua bagian yaitu hasil tes kemampuan berpikir kritis dan hasil wawancara.
48
a. Subjek 1 (LCT 1)
Adapun hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 1 (S1) pada soal dapat
b. Sujek 2 (LCT 2)
Adapun hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 2 (S2) pada soal dapat
c. Subjek 3 (LCT 2)
Adapun hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 3 (S3) pada soal dapat
2. Hasil Wawancara
a. Subjek S1
Peneliti mewawancarai S1 pada tanggal 26 Januari 2020 di kelas XII-Bhs
b. Subjek S2
S2 : saya buat karena yang diminta soal cara semut nyelamatin diri dari
tempatnya ke lubang
P : kenapa pilih titik itu ?
S2 : karena dia yang terdekat dengan semut
P : emang titik yang lain gak deket sama semut ?
S2 : ada si yang ini juga kak (menunjuk salah satu titik tengah garis
EG)
P : kenapa kamu anggap itu yang paling dekat ?
S2 : kalo diliat kak, itu titik-titiknya termasuk diagonal sisi, sedangkan
titik-titik yang lain dia termasuk diagonal ruang, jadi lebih jauh dia
kalo kita pilih itu
P : terus kenapa kamu keluarin gambar segitiga itu ?
S2 : biar fokus liat gambarnya
P : apa yang kamu cari ini ?
S2 : nilai EP kak
P : menggunakan apa ?
S2 : pytahgoras
P : mengapa menggunakan pythagoras ?
S2 : karena segitiga siku-siku, makanya kan cari sisi miringinya itu
bisa pake pytahgoras
P : mengapa bentuk segitiga yang kamu keluarkan beda dengan yang di
dalam kubus ?
S2 : sama aja sih kak, yang penting panjang sisinya sama
P : emangnya itu segitiga apa ?
S2 : segitiga siku-siku
P : siku-sikunya di titik mana ?
S2 : di titik A
P : terus kesimpulannya ?
S2 : jawabannya 10 √ 5
P : ini yakin 10 √ 5 ?
S3 : insyaAllah kak,
Transkrip 2.10. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Situation (mampu menemukan
jawaban berdasarkan informasi)
Pada bagian ini, akan disajikan data hasil penelitian terkait hasil tes
yaitu panjang sisi kotak yaitu 20 cm, akan tetapi S1 keliru menuliskan
dibuktikan pada hasil tes kemampuan berpikir kritis S1 dan pada petikan
membuat kesimpulan)
kotak yang memiliki panjang sisi yang sama dengan ukuran 20 cm,
kemudian S1 juga membuat titik untuk memisalkan posisi semut yaitu titik
sisi tengah permukaan kubus, tetapi hanya satu titik yang diberikan
jawabannya, segitiga itu didapat dari posisi semut menuju ke lubang untuk
alasan yang relevan untuk membuat suatu kesimpulan). Hal ini dapat di
lihat dari hasil tes S1 dan pada petikan wawancara S1 ada transkrip 2.15.
Pada tahap ini S2 tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
yaitu Focus (memahami masalah) dengan baik. Hal ini dapat di lihat pada
membuat kesimpulan)
kotak yang memiliki panjang sisi yang sama dengan ukuran 20 cm,
61
kemudian S2 juga membuat titik untuk memisalkan posisi semut yaitu titik
itu didapat dari posisi semut menuju ke lubang, dan untuk menyelesaikan
membuat suatu kesimpulan). Hal ini dapat di lihat dari hasil tes S2 dan
yang Ia tulis, akan tetapi di lembar jawabannya belum dituliskan apa yang
berdasarkan informasi yang ditulis). Hal ini dapat dibuktikan dari hasil tes
membuat kesimpulan dengan tepat. Hal ini dapat di lihat pada petikan
P : terus kesimpulannya ?
S2 : jawabannya 10 √ 5
dengan tepat)
jawabannya terkait dengan informasi yang ada di soal atau pada tahap
kurang tepat.
Pada tahap Overview, peneliti tidak bisa melihat tahap ini di lembar
Pada paparan data di atas, triangulasi dari data hasil tes dan hasil
3) Siswa S2 mampu
menggunakan menjelaskan
penjelasan yang jawabannya
lebih lanjut tentang berdasarkan informasi
apa yang yang sesuai dengan
dimaksudkan dalam permasalahan tetapi
kesimpulan yang kurang tepat dalam
dibuat. penarikan kesimpulan
4) Jika terdapat istilah
dalam soal, siswa
dapat menjelaskan
66
hal tersebut.
Siswa meneliti atau S2 tidak mampu
mengecek kembali mengecek kembali
secara menyeluruh jawabannya dari awal
mulai dari awal sampai sampai akhir
akhir.
Pada tahap Focus, S3 tidak menuliskan secara jelas terkait apa yang
diketahui dan ditanyakan oleh soal, akan tetapi pada saat proses
indikator berpikir kritis yaitu Focus (memahami masalah). Hal ini dapat
sebagai posisi semut, tidak hanya itu S3 juga menggambar posisi setiap
salah satu panjang sisi segitiga yaitu panjang Ex melalui panjang sisi EF :
memenuhi indikator Reason. Hal ini dapat di lihat pada hasil tes S3 dan
memenuhi indikator Situation. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil tes
tepat). Hal ini dapat dibuktikan dari hasil tes kemampuan berpikir kritis S3.
tepat)
Pada tahap ini, S3 mampu memberikan penjelasan dengan lugas dan relevan
tersebut dapat dilihat dari petikan transkrip wawancara peneliti dengan S3,
dan benar.
Pada tahap Overview, peneliti tidak bisa melihat S3 melakukan tahap ini di
memeriksa kembali jawabannya akan tetapi tidak dari awal atau tahap
70
Overview akan tetapi tidak sempurna. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan
Pada paparan data di atas, triangulasi dari data hasil tes dan hasil wawancara
Berdasarkan tabel 2.5. tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dapat dianalisis
sebagai berikut :
1. Pada tahap Focus, semua subjek cenderung dapat memenuhi tahap Focus ini
yaitu semua subjek mampu mengetahui informasi yang ada di soal dan
2. Pada tahap Reason, semua subjek mampu memenuhi tahap ini, yaitu dengan
3. Pada tahap Inference, hanya subjek 3 yang mampu memenuhi tahap ini, yaitu
4. Pada tahap Situation, hanya dua subjek yaitu S2 dan S3 yang mampu
memenuhi tahap ini yaitu subjek bisa menemukan jawaban dari permasalahan
yang diberikan.
5. Pada tahap Clarity, semua subjek mampu memenuhi tahap ini, yaitu semua
6. Pada tahap Overview, semua subjek tidak mampu memenuhi tahap ini, semua
subjek tidak mampu memerika kembali jawaban mereka dari awal sampai
akhir.
74
BAB III
PEMBAHASAN
kritis yaitu Focus, Reason, dan Clarity. Kemudian satu siswa memenuhi
kriteria Inference, dua siswa memenuhi kriteria Situation, dan semua siswa
tahap Focus, terlihat dari siswa mampu mengetahui informasi yang terdapat
dalam soal yaitu terkait apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan di dalam
soal melalui proses wawancara, akan tetapi di lembar jawaban siswa hanya
yang ada di lembar jawabannya. Siswa mampu memenuhi tahap ini juga
75
karena ketelitian siswa dalam memahami soal berupa membaca soal dengan
berulang-ulang sampai siswa paham fokus yang akan mereka kerjakan. Hal
ditanyakan soal, beberapa siswa tidak menuliskan apa yang diketahui di soal,
yang ada di soal seperti memberikan keterangan panjang sisi di setiap sisi
gambar trapesium.49
setiap titik yang dibuat seperti menggambar titik A pada kubus sebagai posisi
semut di salah satu sudut bawah kotak, kemudian siswa menggambar empat
titik di setiap sisi tengah atas kubus sebagai posisi lubang yang merupakan
salah satu informasi yang ada di soal. Kemudian siswa mengeluarkan gambar
49
AS Bayuningsih, dkk. “Critical thinking level in geometry based on self-regulated
learning”, Journal Of Physics, 2018.
76
adalah Clarity, dilihat dari siswa mampu memberikan penjelasan terkait apa
saja yang siswa tulis, baik dari tahap Focus, Reason, dan Situation. Hal ini
senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Lalu Calvian Pramuditya, dkk.
Kriteria berpikir kritis lainnya yaitu Inference, pada tahap ini hanya
tidak mampu menemukan jawaban yang tepat. Kriteria berpikir kritis terakhir
yaitu Overview, pada tahap ini siswa tidak mampu memenuhi tahap ini,
mungkin saja siswa melakukan kesalahan baik dari segi pemahaman soal,
menyelesaikan soal. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh AS
Critical Thingking (LCT) 1 karena menurut Ennis, berpikir kritis adalah suatu
kegiatan berpikir yang tujuannya yaitu membuat suatu keputusan masuk akal
tentang segala hal yang dilakukan dan diyakini. Menurut Ennis ada enam
Karena S1 hanya memenuhi tiga kriteria dari enam kriteria berpikir kritis
(LCT) 1.
51
AS Bayuningsih, dkk. “Critical thinking level in geometry based on self-regulated
learning”, Journal Of Physics, 2018.
52
Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
121.
78
Ennis.53
memenuhi 2 dari empat indikator berpikir kritis menurut Paul dan Elder,
siswa yang termasuk dalam TKBK 2 tidak mampu menarik suatu kesimpulan
Critical Thingking (LCT) 0-3, siswa hanya mampu mencapai Level Critical
geometri dan siswa tidak fokus dan teliti dalam memecahkan masalah.
53
Harlinda Fatmawati, dkk, “Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan
Masalah Matematika Berdasarkan Polya pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat”, Jurnal
Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol 2, Nomor 9, 2014, hlm. 912
54
Siti Rahmatillah, “Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Barisan dan Deret Aritmatika di SMAN 5 Jember”, Kadikma, Vol 8, Nomor 2, 2017,
hlm.59
79
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
siswa yang memenuhi Level Critical Thingking (LCT) 3. Satu subjek hanya
mampu mencapai Level Critical Thingking (LCT) 1 dan dua subjek lainnya
B. Saran
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk guru mata