Anda di halaman 1dari 24

Pengembangan 

Soal Open Ended Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Berbasis
Kemampuan Berpikir Kritis di SMP

PROPOSAL

Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Salah Satu Prasyarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Matematika

Oleh :
ULFATUL KHOIRIYAH
NIM : 201610060311070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
A. PENDAHULUAN
Ilmu matematika seiring berjalannya waktu selalu berkembang. Pembelajaran
merupakan proses hubungan antara siswa dengan guru  pada suatu lingkungan belajar
(Windiani, 2016). Pembelajaran dan belajar merupakan perpaduan yang tidak dapat
terpisahkan (Astawan, 2016). Pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang
dibangun oleh guru agar meningkatkan moral, intelektual, dengan mengembangkan
berbagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa yaitu kemampuan berpikir kritis (Edi,
2018). Pembelajaran pada abad 21 harus mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk menyongsong kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat
perkembangannya (Yuni, 2016). Pembelajaran pada abad 21 merupakan keterkaitan
dari perkembangan masyarakat dari masa ke masa (Sajidan, dkk, 2018). Pada abad
21, kemajuan teknologi sangat berdampak besar pada segala bidang, termasuk
pendidikan yang harus mendukung tenaga guru untuk menyiapkan sumber daya
manusia dengan mempunyai keahlian khusus (Agus, 2018). Pendidikan seharusnya
melihat jauh ke depan dengan memikirkan apa yang akan dihadapi oleh siswa dimasa
yang akan datang (Putri, 2013). 
 Dewasa ini pada abad ke-21 seperti telah disebutkan, pendidikan di Indonesia
sudah melahirkan dua kurikulum. Tujuh tahun kemudian pemerintah membuat
kurikulum baru, yang kini dinamakan kurikulum 2013 (Anwar, 2014). Perubahan
pada kurikulum 2013 diharapkan mampu melengkapi kekurangan yang ada pada
kurikulum sebelumnya dengan mengembangkan dan memperkuat sikap, pengetahuan
dan keterampilan (Rahma, 2014). Pada kurikulum 2013 termasuk pembelajaran
matematika terdapat penekanan penting yang membedakan dengan kurikulum
sebelumnya, seperti siswa harus mencari pengetahuan secara mandiri (Tanwey,
2019). Namun kenyataan di lapangan banyak siswa masih menganggap bahwa
matematika itu pelajaran yang sulit, karena siswa  menganggap matematika banyak
menimbulkan masalah yang sulit untuk dipecahkan, sehingga dampaknya membuat
hasil belajar siswa menjadi kurang baik yang berakibat pada kemampuan berpikir
kritis matematik siswa tidak bisa berkembang (Jafar, dkk, 2018). Salah satu hal
tersebut yang menjadi dasar tujuan mempelajari mata pelajaran matematika yaitu
melatih siswa agar memiliki kemampuan matematis diantaranya penalaran matematis,
komunikasi matematis, pemecahan masalah matematis, pemahaman konsep,
pemahaman matematis, berpikir kreatif dan berpikir kritis (Fatrima, 2017). Salah satu
fokus penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis.
 Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu kemampuan dasar yang dimiliki
oleh siswa dalam mempelajari mata pelajaran matematika dengan menggunakan
kemampuan berpikirnya (Novtiar & Aripin, 2017). Berpikir telah diketahui berperan
penting dalam perkembangan moral, perkembangan sosial, perkembangan mental,
perkembangan kognitif, dan perkembangan sains. Berpikir kritis matematis
merupakan dasar proses berpikir untuk menganalisis dan memunculkan pola pikir
secara logis untuk mengambil keputusan tentang apa yang diyakini (Jumaisyaroh,
2014). Kemampuan berpikir kritis setiap individu berbeda-beda tergantung pada
latihan soal yang sering dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis
pada siswa (Fakhriyah, 2014). 
. Latihan pada soal  matematika tidak dapat dikerjakan secara menalar saja,
tetapi diperlukan kemampuan berpikir yang dapat memotivasi siswa dalam menjawab
soal dengan tepat (Puspita, dkk , 2019). Permasalahan pada matematika merupakan
suatu tantangan intelektual bagi seseorang berbentuk soal atau pertanyaan seputar
matematika yang membutuhkan suatu usaha untuk menyelesaikannya sehingga
mendapatkan solusi pemecahannya (Siti, dkk, 2020). Menurut Yarmayani (2016) soal
yang dikategorikan masalah yaitu soal yang menantang pikiran dan tidak langsung
ditemukan strategi penyelesaiannya. Metode yang dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyelesaikan suatu masalah soal dengan berbagai cara dan
jawaban benar lebih dari satu yaitu soal berbasis open ended (Setiawan & Harta ,
2014).
 Open ended merupakan suatu pembelajaran yang diawali dengan
memberikan masalah yang bersifat terbuka dimana siswa dituntut untuk berpikir
secara kritis dalam mengembangkan cara yang berbeda-beda  menentukan jawaban
yang benar, selain itu dapat membantu siswa untuk mengembangkan kegiatan yang
dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari berbagai cara yang
diyakininya sesuai dengan kemampuannya (Muchlis, dkk, 2018). Selanjutnya, dengan
melakukan analisis terhadap beberapa jawaban/solusi yang ditemukan, siswa diajak
untuk berpikir secara kritis untuk menentukan jawaban mana yang merupakan
jawaban terbaik menurut pemikirannya dengan berbagai alasan yang logis (Soeyono,
2014). Melalui pemberian soal berbasis open ended kepada siswa dapat membangun
kegiatan interaktif antara guru dan siswa sehingga dapat mengundang siswa untuk
menjawab permasalahan melalui berbagai cara (Wahyu & Bondan, 2018). Soal yang
berbasis open ended juga mampu menghasilkan kemampuan berpikir tingkat tinggi,
termasuk kemampuan berpikir kritis (Junaidi, 2012). Masalah pada soal berbasis open
ended sendiri diperlukan dalam proses berpikir siswa dan dapat digunakan untuk
mengukur sejauh mana siswa mampu memahami materi pelajaran (Iqbal, 2021).
Setiap pemberian pada materi pelajaran matematika dapat diajukan soal
terbuka, termasuk pada materi bangun ruang sisi datar (Yhana, dkk, 2018). Bangun
ruang sisi datar merupakan materi dalam mata pelajaran matematika yang dipelajari
pada kelas VIII Sekolah Menengah Pertama semester II. Pada bangun ruang
mempunyai beberapa bagian yaitu  pada bagian sisi, rusuk, titik sudut, diagonal
bidang, diagonal ruang maupun bidang diagonal. Pada bangun ruang juga terdapat
rumus mencari volume dan luas permukaan. Adapun materi bangun ruang sisi datar
di SMP merupakan bagian dari standar kompetensi lulusan matematika SMP yang
meliputi kubus, balok, prisma dan limas yang menjadi pembahasan dalam penelitian.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di SMPN 2 Bangorejo masih
menggunakan soal berbasis LOTS yang tidak menunjang kemampuan berpikir kritis
siswa. Maka dari itu, peneliti akan menggunakan soal open ended untuk menunjang
kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian ini berfokus pada pengembangan soal open ended pada materi
bangun ruang sisi datar berbasis berpikir kritis di SMP sehingga berbeda dengan
penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Henra dan Siti (2018) menunjukkan bahwa pembelajaran model BBM dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Fanny dkk (2018)  menunjukkan bahwa hasil dari soal open ended pada materi
segiempat menghasilkan soal yang valid, efektif dan praktis. Penelitian pada skripsi
ini menjadi penting karena diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk variasi
soal open ended yang berbasis pada kemampuan berpikir kritis pada materi bangun
ruang sisi datar , hal ini sesuai tujuan abad 21.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan soal open ended pada
materi bangun ruang sisi datar berbasis kemampuan berpikir kritis. Pengembangan
tersebut dapat diukur dengan menggunakan berpikir kritis  SMP yang valid, praktis,
dan efektif. Suatu alat evaluasi dikatakan valid apabila hasil dari validasi oleh
validator mengatakan bahwa soal tes yang akan dikembangkan sesuai dengan
kevalidan dari penyusunan soal test open ended dan indikator dan model soal open
ended . Instrumen dikatakan praktis jika hasil angket menunjukkan bahwa soal
tersebut mudah dipahami oleh siswa. Soal dikatakan efektif apabila praktisi dan
validator menyatakan hasil tes evaluasi memiliki potensi terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa. Proses pengembangan yang diharapkan pada penelitian ini yaitu
agar terciptanya alat evaluasi, sehingga dapat digunakan sebagai bahan ajar
matematika melalui berpikir kritis siswa di tingkat SMP.
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Soal Open-ended
Soal berbasis Open ended dapat membangun kegiatan secara interaktif antar
matematika dengan siswa sehingga mengajak siswa untuk menjawab permasalahan
melalui berbagai strategi yang ada (Wahyu & Bondan, 2018). Menurut Saniah (2016)
soal berbasis open ended berupa soal yang mengharapkan siswa untuk menganalisis,
menjelaskan, dan membuat dugaan, tidak hanya menyelesaikan, menemukan atau
menghitung. Soal open ended banyak membutuhkan kemampuan logika untuk
menyelesaikannya (Alimuddin,2018). Pemberian pada soal berbasis open ended
merupakan salah satu solusi alternatif untuk menekankan pada proses latihan soal-
soal (Adha & Refianti, 2018). Soal berbasis open ended merupakan soal yang tidak
lengkap atau terbuka yang memberikan berbagai macam hasil jawaban sehingga
memberikan   pengalaman bagi siswa untuk menemukan sesuatu yang baru dalam
menyelesaikan masalah (Melianingsih & Sugiman, 2015). Pemberian masalah bukan
untuk menemukan jawaban tetapi untuk mencari strategi, cara dan pendekatan untuk
mencapai jawaban  dari  masalah  yang  diberikan (Riwayati, dkk, 2020). 
Ciri-ciri soal berbasis open ended yaitu a). tidak mewajibkan menggunakan
metode baku, b). tidak mengharuskan dengan jawaban yang pasti atau
memungkinkan mempunyai banyak jawaban, c). diselesaikan dengan berbagai
macam cara dengan kemampuan yang bermacam-macam, d). memungkinkan siswa
untuk mengambil keputusan sendiri serta memiliki cara berpikir matematis yang
alami, e). memberikan skill berpikir logis dan komunikasi, f). terbuka untuk
kreatifitas dan berimajinasi saat berhubungan dengan konteks pengalaman siswa di
kehidupan sehari-hari (Sroyer, 2013). 
Soal berbasis open-ended memiliki kelebihan yaitu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memberikan jawaban yang berbeda-beda dan dapat menjadi salah
satu cara dalam mengevaluasi kemampuan siswa secara objektif dalam keterampilan
tingkat tinggi, sehingga dapat mengembangkan kecakapan berpikir secara logis dalam
menyelesaikan masalah yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari. Adapun
kekurangan pada penggunaan soal berbasis open-ended yaitu pembuatan dan
menyajikan soal yang tidak mudah dan juga soal yang dapat menimbulkan respon
yang berbeda-beda tiap siswa seperti kemudahan atau kesulitan dalam memahami
permasalah dan motivasi siswa dalam mengerjakan soal tersebut. Soal berbasis open
ended harus memenuhi kriteria, yaitu:
N Kriteria Soal Open Ended Kriteria Soal Open Ended (Penelitian ini)
o (Penelitian terdahulu)

1 Soal memiliki beragam konsep Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih konsep
yang mereka pahami

2 Sesuai dengan kemampuan Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan


siswa masalah dengan menggunakan strategi sesuai kemampuan
siswa

3 Membuat siswa untuk Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih


mengembangkan konsep lebih menyelesaikan masalah dengan berbagai jawaban/bagaimna
lanjut cara mendapatkan jawaban yang benar

(Ruslan & Santoso, 2013). 


Soal berbasis open ended bertujuan untuk membantu mengembangkan pola
pikir siswa melalui permasalahan yang ada, dengan adanya kegiatan dalam pola pikir
matematika pada siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa (Mersina, dkk, 2015). Salah satu materi
matematika yang banyak digunakan pada kehidupan sehari hari adalah kubus dan
balok yang termasuk dalam materi bangun ruang sisi datar yang dipelajari pada kelas
VIII SMP (Dewi, 2019).
1. Bangun Ruang Sisi Datar
Bangun ruang sisi datar merupakan salah satu materi pembelajaran matematika
yang diajarkan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berikut ini
merupakan tabel KI dan KD pada materi bangun ruang sisi datar yang dikembangkan
pada Kurikulum 2013:
Tabel 1. KI dan KD dalam materi bangun ruang sisi datar
Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD)
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan 3.9 Membedakan dan menentukan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu luas permukaan dan volume
pengetahuan,teknologi, seni, budaya terkait fenomena bangun ruang sisi datar (kubus,
dan kejadian tampak mata balok, prisma, dan limas)

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret 4.9 Menyelesaikan masalah yang
(menggunakan, mengurai, memodifikasi, dan membuat) berkaitan dengan luas
dan ranah abstrak(menulis, membaca, menghitung, permukaan dan volume bangun
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang ruang sisi datar (kubus,
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam balok,prisma, dan limas) serta
sudut pandang/teori gabungannya

Pengembangan Indikator Soal

KD Indikator Indikator Soal Indikator Kemampuan Berpikir Kritis


Pencapaian

3.9 Memahami Siswa dapat Memahami masalah yang ditunjukkan


pengertian kubus memahami dengan menulis informasi yang diketahui
dan balok pengertian balok dan maupun yang ditanyakan soal dengan
kubus beserta tepat.(Interpretasi)
contohnya

  Membedakan sifat- Siswa dapat Mengidentifikasi hubungan antara


sifat kubus dan membedakan sifat- pernyataan,pertanyaan,konsep yang
balok sifat kubus dan diberikan di dalam soal yang ditunjukkan
balok dengan membuat model matematika
dengan tepat dengan memberikan
penjelasan yang tepat (Analisis)

4.9 Menyelesaikan Siswa dapat Menggunakan strategi cara yang tepat


masalah sehari-hari menyelesaikan dalam menyelesaikan soal, lengkap dan
dengan masalah sehari-hari benar dalam melaksanakan perhitungan
menggunakan rumus dengan (Evalusi)
volume pada bangun menggunakan rumus
kubus dan balok volume bangun
kubus dan balok

  Menyelesaikan Siswa dapat Menarik kesimpulan dengan memberi


masalah sehari-hari menyelesaikan alasan dari apa yang ditanyakan dengan
dengan masalah sehari-hari tepat dan masuk akal (Inferensi)
menggunakan rumus dengan
luas permukaan menggunakan rumus
bangun kubus dan luas bangun kubus
balok dan balok

Geometri merupakan bagian ilmu pada mata pelajaran  matematika yang


mempelajari tentang hubungan antara titik-titik, garis-garis, bidang-bidang serta
bangun datar dan bangun ruang. Pada bangun ruang mencakup dari bangun ruang sisi
datar dan bangun ruang sisi lengkung. Dalam penelitian kali ini peneliti terdapat
batasan pembahasan yang difokuskan pada materi bangun ruang sisi datar dalam
topik luas permukaan dan volume pada kubus dan balok.
1. Kubus
Kubus merupakan bangun ruang yang sisinya berbentuk persegi dan mempunyai
rusuk yang sama panjang. Kubus mempunyai 6 sisi yang berbentuk persegi yang
luasnya sama, dimana sisi yang berhadapan sejajar dan mempunyai 12rusuk yang
sama panjang dan mempunyai 8 titik sudut
a. Luas Permukaan 
Luas permukaan merupakan jumlah dari luas seluruh permukaan bidang datar
pada kubus. Jika diketahui luas satu sisi pada kubus adalah sisi x sisi atau s2 dan s
merupakan panjang rusuk kubus dan kubus memiliki 6 sisi persegi yang sama
luasnya,maka luas seluruhnya permukaan kubus adalah 6 x s2 . Jika L merupakan
symbol permukaan kubus, maka L = 6 x s2 .
b. Volume
Volume merupakan banyaknya atau isi yang berada di dalam ruang. Volume
kubus merupakan jumlah perkalian luas alas kubus dengan tinggi kubus dimana alas
kubus adalah persegi sisi x sisi atau s2 dan tinggi kubus sama dengan panjang rusuk
pada kubus yaitu dengan symbol s. dapat disipulkan volume pada kubus adalah s x s2
, jika V merupakan symbol volume kubus, maka V= s x s2
1. Balok
Balok merupakan bangun ruang yang dibentuk oleh tiga pasang persegi panjang
atau persegi yang saling sejajar dan kongruen dengan salah satu panjang sisinya
mempunyai ukuran yang berbeda
a. Luas Permukaan 
Luas permukaan merupakan jumlah luas seluruh permukaan pada balok yang
panjang rusuknya dimisalkan (p), lebar (l) dan tinggi (t). balok mempunyai tiga
pasang persegi atau persegi panjang dengan salah satu pasang sisinya memiliki
ukuran yang berbeda dimana setiap dua sisi yg berhadapan mempunyai ukuran yang
sama. Jumlah luas dari sisi atas dan bawah 2 x (p x l)= 2pl, sisi depan dan belakang
2 x (p x t) = 2pt, dan sisi kanan dan kiri 2 x (l x t) = 2lt. jika L merupakan simbol
luas permukaan kubus, maka L= 2pl + 2pt +2lt.
b. Volume
Konsep pada volume balok yaitu dengan mengalikan jumlah luas alas balok x
tinggi balok. Luas alas balok yaitu persegi panjang yaitu p x l dan tinggi balok adalah
(t). jika V menyatakan volume balok, maka V = luas alas x tinggi = p x lx t = p x l x
t
Tahap pelaksanaan yaitu siswa diberi soal open ended pada materi bangun ruang
sisi datar untuk dikerjakan secara individu. Penggunaan soal open ended pada siswa
dapat menumbuhkan ide, kreativitas serta sikap kritis dan juga dapat mengembangkan
metode, cara untu mendapatkan jawaban, sehingga siswa akan lebih mementingkan
proses dari pada hasil yang didapatkan (Indri, 2017). Pengembangan soal open ended
pada materi bangun ruang sisi datar diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir
kritis siswa (Yusliriadi, dkk, 2015). oleh karena itu menggunakan soal open ended
merupakan cara yang cocok untuk meningkatkan kualitas siswa dalam berpikir kritis
(Faisal, 2020).
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Dalam pendidikan, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
perlu diberikan kepada seluruh siswa dengan tujuan untuk memberikan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama
(Depdiknas, 2007). Dalam mata pelajaran matematika tidak bisa dipisahkan dengan
aktivitas berpikir (Eny & Masrukan, 2016). Berpikir merupakan suatu keaktifan
manusia dalam mengelola informasi untuk membentuk suatu konsep bernalar,
berpikir secara kritis dan memecahkan suatu masalah (Kusmanto, 2014). Sedangkan
Menurut (Yuli, 2017) Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami oleh
seseorang apabila mereka dihadapkan dengan berbagai masalah atau situasi yang
harus dipecahkan. Jadi, berpikir adalah suatu kegiatan mental yang dialami oleh
manusia dalam mengelola informasi yang ada untuk membentuk konsep, bernalar,
berpikir secara kritis dan memecahkan suatu masalah.
Salah satu bentuk berpikir adalah berpikir kritis, Berpikir kritis adalah sebuah
proses dalam menggunakan keterampilan berpikir secara efektif untuk membantu
seseorang membuat sesuatu, mengevaluasi, dan mengaplikasikan keputusan sesuai
dengan apa yang dipercaya atau dilakukan (Eko, 2016). Berpikir kritis adalah suatu
proses yang bertujuan untuk membuat keputusan rasional yang diarahkan untuk
memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu (Haryani, 2011). Orang yang
berpikir secara kritis mampu menyelesaikan masalah, membuat keputusan dan belajar
konsep-konsep baru melalui kemampuan bernalar dan berpikir reflektif berdasarkan
sesuatu yang diyakini benar (Sylviana, 2016). Berpikir secara kritis dapat dilatih
dalam proses pembelajaran dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk
melatih berpikir secara kritis dapat dilakukan dengan cara mempertanyakan apa yang
dilihat dan didengar ,setelah itu dilanjutkan dengan bertanya tentang hal tersebut,
selanjutnya informasi yang didapat harus diselesaikan dengan baik sebelum
disimpulkan (Ariyati, 2010). 
Menurut Mahmuzah (2015) Tujuan dari pembelajaran matematika pada
Kurikulum-13 untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, serta menggunakan konsep
ataupun algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam memecahkan
masalah. Berdasarkan tuntutan kurikulum-13 bahwa proses pembelajaran yang
dikembangkan di Indonesia menuntut siswa agar terlibat secara aktif dalam proses
kegiatan belajar mengajar sehingga kemampuan memecahkan masalah menjadi lebih
berkembang. Menurut Sutarmo (2012) Kemampuan berpikir kritis, otak dipaksa
berpikir serius untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi seseorang untuk
berpikir atau memikirkan apa yang akan dilakukan nanti, karena setiap orang
memiliki masalah yang bukan untuk dihindari tetapi untuk dipecahkan, maka dari itu
seharusnya setiap orang juga memiliki kemampuan berpikir kritis sehingga mereka
dapat memikirkan apa langkah yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah
serius yang harus mereka hadapi. 
Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting digunakan untuk setiap
orang  untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan dengan berpikir secara serius,
aktif, teliti dalam menganalisis semua informasi yang mereka terima dengan
melibatkan alasan yang rasional sehingga setiap tindakan yang diyakini adalah benar.
Dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis analitis, sistematis, logis maupun
bekerja sama sudah lama menjadi perhatian guru matematika di dalam kelas, karena
hal itu berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan matematika (Komariyah &
Fatmala, 2018). Kemampuan berpikir kritis terhadap siswa setiap individu berbeda-
beda, tergantung pada seringnya latihan yang dilakukan untuk mengembangkan
berpikir kritis (Fakhriyah, 2014). Kemampuan berpikir kritis di dalam lingkungan
belajar seharusnya dikembangkan sejak usia dini agar siswa harus membiasakan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan soal sehingga
kemampuan penyelesaian masalah pun akan berkembang (Woro, 2012)
Jacob dan Sam (2008) menyatakan bahwa ada 4 tahapan proses berpikir kritis,
yaitu: Klarifikasi, yaitu tahapan dimana siswa merumuskan masalah dengan tepat dan
jelas. Selanjutnya Asesmen, yaitu tahapan dimana siswa menemukan pertanyaan
penting dalam masalah serta menentukan alasan yang logis untuk mendukung
informasi tersebut lalu mengusulkan solusi. Inferensi, yaitu tahapan dimana siswa
membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang diperoleh dengan cara
menggabungkan informasi yang didapatkan. Terakhir merupakan strategi, yaitu
tahapan dimana siswa berpikir secara terbuka dalam menyelesaikan masalah serta
menentukan solusi untuk memecahkan masalah.
Facione (2015) mengemukakan ada 6 indikator kemampuan berpikir kritis
yaitu: Pertama, Interpretasi merupakan kemampuan yang dapat memahami dan
mengekspresikan makna dari berbagai macam permasalahan. Kedua, Analisis
merupakan kemampuan yang dapat mengidentifikasi dan menyimpulkan hubungan-
hubungan diantaranya pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk lainnya.
Ketiga, Evaluasi merupakan kemampuan yang dapat mengakses kredibilitas
pernyataan atau representasi yang mampu mengakses secara logika dari hubungan
antar pernyataan, deskripsi,pertanyaan,dan konsep. Keempat, Inferensi merupakan
kemampuan yang dapat mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang
diperlukan untuk menarik kesimpulan. Kelima, Explanation merupakan kemampuan
yang dapat menetapkan dan memberikan alasan secara logis berdasarkan hasil yang
didapatkan. Keenam, Self regulation merupakan kemampuan yang dapat
memonitoring aktivitas kognitif seseorang untuk menyelesaikan permasalahan yang
ada, khususnya untuk menerapkan kemampuan dalam menganalisis dan
mengevaluasi.
Berdasarkan indikator yang telah dijabarkan diatas, yang akan digunakan oleh
penelitian ini adalah indikator berpikir kritis menurut teori Facione. Pemilihan
indikator Facione sudah banyak digunakan dalam penelitian menandakan bahwa
indikator Facione dapat digunakan untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis
siswa. Maka indikator yang digunakan hanya fokus pada indikator kemampuan
berpikir kritis yaitu (a)Interpretasi, (b) Analisis, (c) Evaluasi, (d) Inferensi.
Tabel 1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

No Indikator Keterangan Indikator Karakteristik Open Ended


.

1 Interpretasi Memahami masalah yang ditunjukkan Tidak menggunakan konsep atau


dengan menulis informasi yang diketahui prosedur, siswa harus memperoleh
maupun yang ditanyakan soal dengan tepat. keputusan sendiri, mencermati dan
menebak sendiri solusi yang akan
didapatkan

2 Analisis Mengidentifikasi hubungan antara Soal yang meminta siswa untuk


pernyataan, pertanyaan, konsep yang menganalisis, menjelaskan, dan
diberikan di dalam soal yang ditunjukkan membuat dugaan
dengan membuat model matematika
dengan tepat dengan memberikan
penjelasan yang tepat

3 Evaluasi Menggunakan strategi cara yang tepat Memiliki peluang untuk


dalam menyelesaikan soal, lengkap dan diselesaikan dengan berbagai cara
benar dalam melaksanakan perhitungan untuk mendapatkan jawaban yang
benar

4 Inferensi Menarik kesimpulan dengan memberi Siswa menyajikan hasil dari


alasan dari apa yang ditanyakan dengan temuannya
tepat dan masuk akal

Adopsi dari Munira (2020)


C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
pengembangan Research and Development (R&D). Penelitian pengembangan
ini adalah jenis penelitian yang ditujukan untuk menghasilkan soal open
ended pada materi bangun ruang sisi datar berbasis berpikir kritis di SMP
yang valid, efektif dan praktis.
2. Tempat dan Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di SMPN 2 Bangorejo yang beralamat di
Jl.Ahmad Yani No.14A, Desa bangorejo Kec.Bangorejo Kab.Banyuwangi.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada pembelajaran semester genap tahun
2020/2021.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VIII karena sesuai dengan materi yang diajarkan yaitu bangun
ruang sisi datar dan guru di SMPN 2 Bangorejo. Sekolah tersebut dijadikan
tempat penelitian karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru di SMPN
2 Bangorejo masih menggunakan soal berbasis LOTS yang tidak menunjang
kemampuan berpikir kritis siswa. Maka dari itu, peneliti akan menggunakan
soal open ended untuk menunjang kemampuan berpikir kritis pada siswa.
Variabel yang akan diukur pada penelitian ini adalah validitas untuk
memastikan layak atau tidaknya suatu produk , efektivitas untuk mengetahui
hasil pengerjaan soal open ended berbasis berpikir kritis  dan praktis untuk
mengetahui kepraktisan suatu produk dengan menggunakan angket siswa .
4. Prosedur Penelitian
Prosedur yang akan dilakukan pada pengembangan kali ini menggunakan
rancangan penelitian dan pengembangan milik (Borg & Gall, 2003).
Penelitian yang akan dilakukan berjalan sesuai apa yang diterapkan
berdasarkan langkah-langkah R&D sebagai berikut:
Gambar Prosedur R&D Borg & Gall

Potensi dan Pengumpulan


Desain Produk Validasi Desain
Masalah Data

Uji Coba
Revisi Desain Uji Coba Produk Revisi Produk Pemakaian

Revisi Produk Produksi Masal

Penelitian yang dilakukan peneliti dalam pengembangan soal open ended ini
diadaptasi dari langkah-langkah pengembangan yang dikembangkan oleh Borg &
Gall tersebut dengan pembatasan. Borg & Gall (dalam Emzir, 2013: 271) menyatakan
bahwa dimungkinkan untuk membatasi penelitian dalam skala kecil, termasuk
membatasi langkah penelitian. Langkah-langkah pengembangannya disesuaikan
dengan kebutuhan peneliti. Pada penelitian kali ini hanya melakukan 2 kali uji coba
sedangkan pada penelitian Borg & Gall melakukan 3 kali uji coba. Mengingat
keterbatasan waktu dan dana yang dimiliki oleh peneliti, maka langkah-langkah
tersebut disederhanakan menjadi 5 tahapan yang merupakan modifikasi dari 10
langkah Borg & Gall langkah pengembangan.

Gambar 1. Langkah-langkah R&D yang digunakan

Penelitian dan Perencanaan


Pengumpulan Pengembangan
Waktu
data instrumen Produk Awal
Penelitian

Uji Coba
Validasi
Kelayakan

a. Penelitian dan Pengumpulan data instrumen


1. Analisis Kebutuhan

Kegiatan yang akan dilakukan pada analisis kebutuhan berupa


wawancara yang dilakukan terhadap guru matematika kelas VIII di SMPN 2
Bangorejo untuk mendeskripsikan keadaan dan ketersediaan soal sebagai
informasi utama dalam keterlaksanaan instrumen soal pada RPP guru.
Berdasarkan hasil dari analisis yang telah peneliti lakukan, soal yang
digunakan guru di kelas masih menggunakan soal berbasis LOTS (Lower
Order Thinking Skills).
b. Perencanaan waktu penelitian

Pada pengembangan soal open ended ini mengacu pada langkah yang
dikemukakan oleh ahli dan disederhanakan oleh peneliti. Dari 10 langkah
tersebut peneliti hanya menggunakan 5 tahapan modifikasi dari langkah
pengembangan yang dikembangkan oleh Borg & Gall sesuai dengan
kebutuhan penelitian dan pengembangan yang dilakukan.

No Tahapan di Lapangan Proses Pelaksanaan

1 Tahap Preliminary Peneliti menentukan tempat & subjek untuk


melaksanakan penelitian

2 Tahap Self Evaluation Peneliti mewawancarai guru

Peneliti melakukan analisis siswa, analisis kurikulum dan


analisis produk yang akan dikembangkan

Peneliti mendesain produk

3. Tahap Prototyping Ahli, mengevaluasi memastikan layak atau tidaknya


suatu produk

4 Tahap Uji Coba Lapangan Menguji layaknya suatu produk untuk mengetahui
efektivitas dan kepraktisan suatu produk kepada siswa
yang menjadi subjek peneliti

c. Pengembangan Produk Awal


Pengembangan produk awal meliputi bahan-bahan pembelajaran,
berupa berbentuk soal open ended pada materi bangun ruang sisi datar
berbasis berpikir kritis, lembar validasi dan prosedur pengembangan.
d. Validasi
Validasi merupakan suatu tindakan penilaian untuk memastikan layak atau
tidaknya suatu produk. Dengan menghadirkan beberapa para ahli yang sudah
berpengalaman memberikan penilaian (Hanafi, 2017). Validasi akan
dilakukan oleh 2 dosen Prodi Pendidikan Matematika FKIP UMM dan 1 guru
matematika di SMPN 2 Bangorejo sebagai ahli materi dan ahli media. Hasil
validasi dinyatakan layak maka soal sudah dapat dikembangkan, jika soal
belum layak maka akan direvisi dengan memperbaiki dan menyempurnakan
kembali.
e. Uji coba kelayakan
Tahap pengembangan selanjutnya adalah uji coba kelayakan yang digunakan
untuk mengetahui nilai efektivitas, praktis, tingkat kesukaran dan daya beda
dari suatu produk pengembangan. Hasil dari tes siswa dikumpulkan dan
dianalisis bertujuan untuk mengambangkan soal open ended pada materi
bangun ruang sisi datar berbasis berpikir kritis di SMP.
Tabel .Pertemuan, Kegiatan, dan Target Hasil Kegiatan

Pertemuan Kegiatan Target Hasil Kegiatan

1 Pemberian Soal Tes Mengetahui efektivitas soal

2 Pemberian angket respon peserta Mengetahui kepraktisan soal


didik

5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada pengembangan soal
open ended berbasis berpikir kritis terdiri dari validasi ahli materi, validasi
ahli media, pemberian soal tes dan angket yang diberikan kepada siswa.
a. Validasi ahli materi dan media
Validasi ahli dilakukan agar mendapatkan penilaian kevalidan pada soal
tes open ended. Validasi ahli diajukan kepada 2 dosen dan 1 guru
matematika. Validasi pada ahli materi digunakan untuk menilai struktur
penyusunan soal tes open ended dan indikator dan model soal open ended.
Sedangkan pada ahli media untuk menilai aspek halaman soal dan tema.
b. Pemberian soal tes
Pemberian soal tes bertujuan untuk mengetahui keefektifan soal open
ended berbasis berpikir kritis yang telah dikembangkan. Keefektifan suatu
media dapat dilihat dari hasil pengerjaan soal yang diperoleh pada
pengembangan soal open ended berbasis berpikir kritis. Pemberian soal
tes soal open ended berjumlah 5 soal dalam pengerjaan 60 menit secara
individu.
c. Pemberian Angket
Pemberian angket bertujuan untuk mengetahui kepraktisan pada
suatumedia yang telah dikembangkan. Angket diberikan kepada siswa
setelah menyelesaikan soal open ended berbasis berpikir kritis.
6. Instrumen Penilaian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan dan memperoleh data yang dilakukan dalam suatu penelitian.
Data yang diperoleh dari instrumen berupa hasil tes dan dari angket respon
siswa. Bentuk instrumen data dan subjek data sebagai berikut:

Bentuk Instrumen Data Subjek Data

Lembar Angket Skor validitas soal open ended Ahli materi dan media

Lembar Soal Skor hasil tes Siswa

Angket Respon Skor hasil angket respon siswa Siswa


Siswa pada soal open ended

Instrumen pengembangan evaluasi tes pada lembar validasi yang


digunakan sebagai bahan pertimbangan revisi soal open ended pada peserta
didik SMP kelas VIII. Bertujuan untuk mengetahui tingkat kevalidan,
keefektifan dan kepraktisan pada instrumen evaluasi, dan kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran. Instrumen penilaian pada tes hasil
belajar yang dikembangkan merupakan soal matematika yang mencakup tema
open ended. Instrumen pada angket respon siswa digunakan untuk mengetahui
kepraktisan soal open ended berbasis berpikir kritis berdasarkan indikator,
indikator tersebut disusun berdasarkan aspek kemampuan yang diukur, respon
siswa terhadap soal, dan skor pada tabel berikut.

Tabel Pedoman Penilaian Kemampuan Berpikir kritis


Indikator Kemampuan yang diukur Respon siswa terhadap soal Skor
Interpretasi Memahami masalah yang Siswa tidak menulis informasi yang diketahui dan 0
ditunjukkan dengan ditanya
menuliskan informasi yang
diketahui maupun yang Siswa menulis informasi yang diketahui dan ditanya 1
ditanyakan soal dengan tepat tidak tepat

Siswa menulis informasi yang diketahui saja atau 2


yang ditanyakan saja dengan tepat

Siswa menulis yang diketahui dari soal dengan 3


tepat tetapi kurang lengkap

Siswa menulis informasi yang diketahui dan 4


ditanyakan dari soal dengan tepat dan lengkap

Analisis Mengidentifikasi hubungan- Siswa tidak membuat model matematika dari soal 0
hubungan antara pernyataan- yang diberikan
pernyataan, pertanyaan-
pertanyaan, konsep-konsep Siswa membuat model matematika dari soal yang 1
yang diberikan dalam soal diberikan tetapi tidak tepat
yang ditunjukan dengan
membuat model matematika Siswa membuat model matematika dari soal yang 2
dengan tepat dan memberi diberikan dengan tepat tanpa memberi penjelasan
penjelasan yang tepat
Siswa membuat model matematika dari soal yang 3
diberikan dengan tepat tetapi ada kesalahan dalam
penjelasan

Siswa membuat model matematika dari soal yang 4


diberikan dengan tepat dan memberi penjelasan
yang benar dan lengkap
Evaluasi Menggunakan strategi yang Siswa tidak memberikan strategi dalam 0
tepat dalam menyelesaikan penyelesaiannya
soal, lengkap, dan benar dalam
melakukan perhitungan Siswa menggunakan strategi yang tidak tepat dan 1
tidak lengkap dalam menyelesaikan soal

Siswa menggunakan strategi yang tepat dalam 2


menyelesaikan soal, tetapi tidak lengkap atau
menggunakan strategi yang tidak tepat tetapi
lengkap dalam penyelesaian masalah

Siswa menggunakan strategi yang tepat dalam 3


menyelesaikan soal, lengkap tetapi melakukan
kesalahan dalam perhitungan dan penjelasan

Siswa menggunakan strategi yang tepat dalam 4


menyelesaikan soal, lengkap dan benar dalam
melakukan perhitungan dan penjelasan

Inferensi Menarik kesimpulan dengan Siswa tak membuat kesimpulan 0


memberikan semua alasan
yang penting dan masuk akal Siswa membuat kesimpulan yang tidak tepat dan 1
tidak sesuai dengan konteks soal

Siswa membuat kesimpulan yang tidak tepat 2


meskipun disesuaikan dengan konteks soal

Siswa membuat kesimpulan dengan tepat dan sesuai 3


dengan konteks soal dan tidak lengkap

Siswa membuat kesimpulan dengan tepat 4


dan sesuai dengan konteks soal dan
lengkap

Adopsi (Rohmah, 2017)

7. Teknik Analisis data


Teknik analisis data dilakukan untuk mengukur pengembangan soal open ended
memenuhi kriteria valid, efektif, praktis, reliabilitas, kesukaran dan daya beda.
Kriteria analisis data dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel kriteria analisis data
No Kesimpulan Penarikan Kesimpulan

1 Kevalidan Media dapat dikatakan valid minimal mencapai kategori valid

2 Reliabilitas Lembar soal open ended minimal mencapai kategori reliable

3 Tingkat Hasil dari pengerjaan soal open ended minimal mencapai kategori mudah
kesukaran

4 Daya beda Hasil dari pengerjaan soal open ended minimal mencapai kategori mudah

5 Keefektifan Media dapat dikatakan efektif minimal mencapai kategori baik


6 Kepraktisan Media dapat dikatakan praktis minimal mencapai kategori praktis

1) Kevalidan Media
Hasil validasi media untuk mengetahui kelayakan suatu media yang
akan dikembangkan. Media dapat dikatakan valid setelah melakukan
pengajian dengan hasil minimal pada kategori valid. Hasil validasi yang
diperoleh dari pengisian lembar angket oleh validator ahli materi dan media.
Untuk mengetahui hasil validasi soal open ended menggunakan rumus rata-
rata sebagai berikut :

Tabel Kriteria Hasil Validasi Data Angket Pada Soal Open Ended
Nilai rata-rata Kualifikasi Keterangan

0≤ x <40 Tidak valid Tidak boleh digunakan/tidak


valid

40≤ x <55 Kurang valid Tidak boleh


digunakan/kurang valid

55≤ x <70 Cukup valid Boleh digunakan perlu revisi


besar/kurang valid

70≤ x <86 Valid Boleh digunakan perlu revisi


kecil/valid

86≤ x ≤100 Sangat valid Sangat layak digunakan/


sangat valid

(Parno, 2016)

2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menjaring data dari subjek penelitian
dengan menghasilkan data yang tetap walaupun dilakukan secara berulang.
Hasil reliabilitas minimal memenuhi syarat dengan kategori reliabilitas.
Karena tes yang digunakan berupa soal , maka reliabilitas tes dapat diukur
dengan rumus sebagai berikut :
( ) ¿)

k
r 11 =
k−1

Ket:
K = banyaknya soal
r 11=¿ reliabilitas

Tabel kriteria Reliabilitas Instrumen

Nilai Keterangan

0−¿ ¿ 0,40 Tidak reliabilitas

0,40−¿ 0,70 Reliabilitas

0,70−≤1,00 Sangat Reliabilitas

(Laela, 2019)

3) Tingkat Kesukaran
Kesukaran soal bisa dilihat dari kemampuan siswa dalam menjawab
soal tes. Soal yang baik dan layak dipakai jika soal tersebut tidak terlalu sukar
ataupun tidak terlalu mudah. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal yang
dikembangkan pada penelitian ini diperlukan uji tingkat kesukaran terhadap
tes. Tingkat kesukaran dapat dihitung melalui rumus berikut:
( SA +SB )−T (Smin)
TK =
T (Smax−Smin)
Ket :
TK = Tingkat kesukaran
SA = Jumlah skor kelompok atas
SB = Jumlah Skor kelompok bawah
T=Jumlah siswa kelompok atas dan bawah
Smax = Skor maksimum
Smin= Skor minimum

Tabel kriteria Tingkat Kesukaran


Nilai Keterangan
0 - < 0,30 Sukar

0,30 - <0,70 Sedang

0,70 - ≤1,00 Mudah

4) Uji daya beda


Uji daya beda merupakan kemampuan suatu sial untuk membedakan
antara siswa yang mempunyai kemampuan berpikir tinggi dengan
kemampuan siswa yang mempunyai tingkat berpikir rendah. Sebelum
melakukan perhitungan daya beda pada soal perlu terlebih dahulu menentukan
kelompok atas dan kelompok bawah. Cara untuk menentukan kelompok atas
dan bawah yaitu : 1. Dengan mengurutkan daftar skor siswa dari skor yang
tertinggi ke skor yang terendah 2. Menentukan kelompok atas dan bawah
yaitu dengan menghitung 27% dari banyaknya siswa (Qulub, dkk, 2015).
Rumus beda daya dapat dihitung dengan rumus berikut:
Xatas−Xbawah
DB =
Skor maksimal

Ket:
DB= Daya beda
Xatas = rata-rata kelompok atas
Xbawah = Rata-rata kelompok bawah

Tabel Kriteria Penilaian Daya Beda


Nilai Keterangan

0 - < 0,10 Jelek

0,10 - < 0,30 Sedang

0,30 - < 0,60 Baik

0,60 - ≤1,00 Baik sekali

5) Tingkat Keefektifan
Skor tes memiliki kriteria untuk menentukan bagaimana kemampuan berpikir
kritis siswa. Dalam penelitian dapat dikatakan efektif jika rata-rata skor
keseluruhan siswa menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa pada
kategori minimal baik (Nailul, dkk, 2018). Kriteria penilaian kemampuan
berpikir kritis pada siswa sebagai berikut :

Nilai Kategori

85 – 100 Sangat baik

70 – 85 Baik

55 – 70 Cukup baik

40 – 55 Kurang baik

0 – 40 Sangat kuran

(Usman, 2013)

6) Kepraktisan Media
Data yang diperoleh dari hasil angket respon siswa diukur melalui
rumus persentase. Kepraktisan instrumen evaluasi minimal dengan kategori
praktis. Berikut ini merupakan kriteria penilaian berdasarkan kategori pada
tabel berikut:
Tabel Kriteria Kepraktisan Media

Presentase (%) Kriteria Kepraktisan

80 - ≤ 100 Sangat praktis

60 - < 80 Praktis

40 - < 60 Kurang praltis

0 - < 40 Tidak praktis

(Aini & Sulistyani, 2019)

Anda mungkin juga menyukai