Anda di halaman 1dari 30

A.

Judul Penelitian
Implementasi Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Untuk
Meningkatkan Kemaampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Pada Materi
Bangun Ruang.
B. Latar Belakang Masalah
Tuntutan bagi sebuah negara berkembang seperti Indonesia untuk mampu
bersaing dengan negara maju salah satunya menyiapkan sumber daya manusia
yang memiliki daya saing tinggi. Sumber daya manusia yang cerdas, kreatif
beriman dan berakhlak mulia merupakan sumber daya yang diharapkan oleh
suatu negara. Perubahan zaman berpengaruh terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga memaksa Indonesia untuk mampu
mempersiapkan sumber daya yang berkulitas.
Pendidikan menjadi salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk
mendapatkan sumber daya yang berkulitas dan berdaya saing tinggi. Menurut UU
No.2 tahun 2003 pendidikan merupakan upaya sadar serta terencana dalam proses
pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh dan berkembang
mejadi manusia yang mandiri bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan
berakhlak mulia. Pentingnya kualitas pendidikan nasional merupakan suatu hal
yang strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan
kualitas pendidikan diperlihatkan pada penyempurnaan aspek-aspek pendidikan
antara lain kurikulum, sarana prasarana dan tenaga pengajar.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan


Teknologi Nomor 56:M:2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Rangka
Pemulihan Pembelajaran merupakan kerangka dasar penerapan kurikulum
merdeka. Kurikulum merdeka dapat diterapkan disekolah diantaranya dengan
model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Menurut kosasih (2014)
project based learning adalah pembelajaran yang menggunakan proyek atau
keinginan sebagai tujuannya. Terdapat enam langkah dalam PjBL yaitu : 1).
Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big
question), 2). Merencanakan proyek (design a plan for the project), 3). Menyusun

1
jadwal aktivitas (create a schedule), 4). Mengawasi jalannya proyek (monitor the
student and the progress of project), 5). Penilaian terhadap produk yang dihasilkan
(assess the outcome), 6). Evaluasi (evaluate the experience) (Lestari, 2015).

Berdasarkan langkah PjBL siswa dituntut untuk berpikir kreatif sehingga


pembelajaran berbasis proyek dapat melatih keaktifan dan kreativitas siswa. Hal
ini di perjelas oleh pendapat Pratama (2019) bahwa salah satu tugas guru disekolah
adalah melatih siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pengetahuan dan
ingatan. Menurut Pehkonen dalam Novita R. dan Ramlah (2021) bahwa
kreativitas tidak hanya terjadi di bidang-bidang tertentu, seperti seni, sastra, atau
sains, melaikan juga ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk
matematika. Matematika tersendiri merupakan bagian penting dalam bidang ilmu
pengetahuan yang sangat banyak menggunakan cara berpikir kreatif dibandingkan
hapalan. Berpikir kreatif lebih tinggi tingkatnya dibandingkan pemahaman
(Rasnawati dkk., 2019). Kemampuan berpikir kreatif menjadi hal yang diperlukan
dalam pendidikan matematika terutama dalam menyelesaikan persoalan
matematika.

Kemampuan berpikir kreatif sangat perlu dikembangkan disekolah. Namun


faktanya menunjukan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
tergolong rendah (Hasanah, M. dan Haerudin 2021). Hal tersebut dibuktikan
dengan hasil studi siswa indonesia dalam mengikuti Trends In International
Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 1999, 2003, 2007, 2011,2015
dan Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2000, 2003,
2006, 2009, 2012, 2015, dan 2018 dengan hasil tidak menunjukkan banyak
perubahaan pada setiap keikutsertaan.

Berdasarkan hasil TIMSS menyebutkan bahwa tingkat kemampuan berpikir


kreatif siswa Indonesia tergolong rendah, karena hanya 2% siswa Indonesia yang
dapat mengerjakan soal-soal kategori high dan advance yang membutuhkan
kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikannya (Hasanah, M. dan Haerudin

2
2021). Beberapa peneliti sudah membuktikan bahwa kemampuan berpikir kreatif
siswa itu rendah, diantaranya adalah penelitian Faelasofi dalam Hasanah, M. dan
Haerudin (2021) yang menemukan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa
dalam aspek keluwesan, kelancaran, dan elaborasi masih tergolong rendah. Hal ini
disebabkan karena kemampuan berpikir kreatif kurang diperhatikan dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika. Selain itu penelitian juga dilakukan oleh
Apriansyah & Ramdani dalam Hasanah, M dan Haerudin (2021) yang menemukan
bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa MTs dalam keempat indikatornya masih
tergolong kurang, hal tersebut disebabkan karena pembelajaran lebih terfokus
kepada guru dan siswa kurang dilibatkan dalam menyelesaikan soal yang
diberikan guru. Keadaan ini mengakibatkan siswa kurang berminat dalam
menyelesaikan soal-soal matematika yang membutuhkan banyak strategi. Oleh
karena itu, diperlukan solusi untuk membiasakan siswa dapat berpikir secara
kreatif dengan strategi pembelajaran yang tepat.
Salah satu pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya adalah model
pembelajaran berbasis proyek (Putra dkk, dalam Amarullah, M.A (2017). Menurut
Ardianti dan Pratiwi dalam Amarullah, M.A (2017) Project Based Learning
merupakan salah satu model pembelajaran dengan ciri khusus adanya kegiatan
merancang dan melakukan sebuah proyek didalamnya. Model pembelajaran ini
akan merangsang peserta didik untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran berbasis proyek ini mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran
sedangkan peran guru hanya sebagai fasilitator dan evaluator produk yang
dihasilkan oleh peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang
berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP
Pada Materi Bangun Ruang”.

3
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas rumusan masalah pada penelitian
ini adalah: “Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis
antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran project based
learning dengan siswa dengan yang menggunakan model pembelajaran
konvensional?”
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang belajar
menggunakan model pembelajaran project based learning dengan siswa yang
menggunakan model pembelajaran konvensional.
E. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, manfaat dari penelitian ini adalah sebagai masukkan informasi
mengenai pelaksanaan model pembelajaran apa yang tepat diterapkan di
sekolah terutama pada mata pelajaran matematika sehingga dapat melakukan
perbaikan proses kegiatan belajar mengajar kedepannya.

2. Bagi siswa, sebagai informasi tentang pengaruh penerapan model project


based learning dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis
siswa pada materi bangun ruang.

3. Bagi sekolah, bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki mutu


sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas dan mencetak siswa yang
berprestasi kedepannya.

4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dijadikan bahan referensi untuk penyusunan
skripsi dan juga menambah wawasan untuk mengembangkan pembelajran
khususnya dalam pembelajaran matematika.

4
F. Kajian Teori
1. Matematika
Istilah matematika berasal dari kata Yunani “mathein” atau “mathenein”,
yang memiliki makna atau arti mempelajari. Kata matematika diduga sangat
erat hubungannya dengan kata sangsekerta, medha aatau bahkan kata widya
yang memiliki arti kepandaian, ketahuan atau intelegensia (Sri Subariah dalam
sugiyamti 2018).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika adalah
ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Menurut
Cockcroft dalam Widakdo, W.A. (2018) mengatakan bahwa matematika bisa
meningkatkan kemampuan logika berpikir, keakuratan, ketelitian, dan juga
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah.
Matematika sangant di butuhkan oleh peserta didik guna untuk memecahkan
suatu permasalahan dalam ruang lingkup yang kehidupan sehari-hari. Misalnya
dalam mengoperasikan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Dalam dunia pendidikan, matematika merupakan alat yang di gunakan untuk
mengembangkan pemikiran logis, akurasi kesadaran spasial untuk dapat
memecahkan masalah yang menantang guna meningkatkan kemampuan
matemati siswa (Goldin dalam Widakdo, W.A 2018).
Dalam penyampaian mata pelajaran matematika terutama dalam dunia
pendidikan baik formal ataupun non formal, terlebih lagi dalam pendidikan
formal dengan penggunaan metode yang tepat bagi para siswa dapat
menghasilkan hasil pembelajaran yang semakin baik, sehingga akan dipeoleh
generasi bangsa yang cerdas, karena matematika menjadi fondasi dalam
berbagai disiplin atau bidang yang ada (sugianti 2018).
Sedangkan Kitcher dalam Sugiamti (2018) menfokuskan perhatiannya
kepada komponen dalam kegiatan matematika. Dia mengklaim bahwa
matematika terdiri atas komponen-komponen: (1) bahasa (language) yang
dijalankan oleh para matematikawan, (2) pernyataan (statements) yang

5
digunakan oleh para matematikawan, (3) pertanyaan (questions) penting yang
hingga saat ini belum terpecahkan, (4) alasan (reasonings) yang digunakan
untuk menjelaskan pernyataan, dan (5) ide matematika itu sendiri.
2. Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
a. Pengertian Project Based Learning
Menurut Ardianti, dkk (2017) Project Based Learning merupakan
salah satu model pembelajaran dengan ciri khusus adanya kegiatan
merancang dan melakukan sebuah proyek didalamnya, untuk
menghasilkan sebuah produk. Menurut Widyantini dalam Mahendra
(2017). Pembelajaran berbasis proyek merupakan cara belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek ini merupakan
model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek (Thomas
dalam Amarullah, M.A 2019).
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek memiliki harapan besar untuk
perkembangan pembelajaran yang lebih variatif dan menarik. Model
pembelajaran ini mempunyai beberapa karakteristik, menurut Buck for
Education seperti dikutip dalam Amarullah,M.A (2019) sebagai berikut:
1) Siswa berusaha memecahkan sebuah masalah atau tantangan yang
tidak memiliki jawaban yang pasti;
2) Siswa ikut merancang proses yang akan dilakukan untuk menemukan
solusi;
3) Siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah,
berkolaborasi, serta mencoba berbagai macam bentuk komunikasi;
4) Siswa bertanggung jawab mengelola sendiri informasi yang
telahdikumpulkan;
5) Evaluasi dilakukan secara terus menerus selama proyek berlangsung;

6
6) Produk akhir dari proyek dipresentasikan didepan umum;
7) Didalam kelas dikembangkan suasana penuh toleransi terhadap
kesalahan dan perubahan, serta mendorong bermunculannya umpan
balik serta revisi.
Dalam model pembelajaran ini Memberikan peluang
partidipasi aktif bagi siswa dan kemudahan bagi guru yang
membimbing pembelajaran.
c. Langkah-Langkah Pembelajaran Project Based Learning
Secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penentuan 2. Membuat 3. Menyusun


Proyek Desain Proyek Penjadwalan

6. Evaluasi 5. Penyusunan 4. monitoring


Proses Dan Laporan Dan kemajuan
Hasil Proyek Presentasi proyek

Langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan model Project


Based Learning menurut Maudi, N (2016) adalah sebagai berikut:
1) Penentuan Proyek
a). Aktivitas Guru
 Guru mengemukakan pertanyaan esensial yang bersifat
eksplorasi pengetahuan yang telah di miliki siswa berdasarkan
pengalaman belajarnya yang bermuara pada penugasan siswa
dalam melakukan suatu aktivitas.
2) Membuat Desain Proyek
a). Aktivitas Guru
 Guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok

7
yang heterogen (4-5) orang.
 Guru memfasilitasi setiap kelompok untuk menentukan ketua
secara demokratis, dan mendeskripsikan tugas masing-masing
setiap anggota kelompok, kemudian membagikan lembar kerja
proyek pada masing- masing kelompok.
b). Aktivitas Guru dan Siswa
 Guru dan siswa membicarakan aturan main untuk disepakati
bersama dalam proses penyelesaian proyek, seperti:
pemilihan aktivitas, waktu maksimal yang direncanakan,
tempat pelaksanaan proyek, hal-hak yang dilaporkan, serta
alat dan bahan yang dapat di akses untuk membantu
penyelesaian proyek.
3) Menyusun Penjadwalan

a). Aktivitas Siswa


 Siswa menyusun jadwal pelaksanaan proyek, yaitu menyusun
tahap-tahap pelaksanaan proyek dengan mempertimbangkan
komplekjsitas langkah-langkah dan teknik penyelesaian
proyek serta waktu yang ditentukan guru.

4) Memonitor Kemajuan Proyek


a). Aktivitas Siswa
 Siswa menyelesaikan proyek dengan difasilitasi dan dipantau
guru, yaitu mencari atau mengumpulkan data atau material
dan kemudian mengolahnya untuk menyusun/mewujudkan
bagian demi bagian sampai dihasilkan produk akhir.
b). Aktivitas Guru
 Guru memfasilitasi siswa dalam membuat laporan, termasuk
melaporkan proses berlangsungnya tugas proyek serta
menceritakan hambatan dalam mengerjakan tugas proyek
sebagai bentuk refleksi kegiatan dalam pembelajaran.

8
5) Penyusunan Laporan dan Presentasi

a). Aktivitas Siswa


 Mempresentasikan/mempublikasikan hasil proyek, yaitu
menyajikan produk dalam bentuk presentasi, didkusi untuk
memperoleh tanggapan dari siswa yang lain dan guru.
6) Evaluasi Proses dan Hasil Proyek
a). Aktivitas Guru dan siswa
 Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan
hasil proyek yang sudah dijalankan.
d. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning
1) Kelebihan Model Project Based Learning
Menurut Sani (2014) ada beberapa keuntungan mengunakan
pembelajaran berbasis proyek, yaitu:
a) Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mendorong
mereka untuk melakukan pekerjaan penting;
b) Meningkatkan kemampuan siswa ddalam menyelesaikan
masalah;
c) Membuat siswa lebih aktif dalam menyelesaikan
permasalahan yang kompleks;
d) Menngkatkan kemampuan sswa dalam bekerja sama;
e) Mendorong siswa mempraktikkan keterampilan
berkomunikasi;
f) Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber
daya;
g) Memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi
proyek, mengalokasikan waktu, dan mengelola sumber daya
eperti peralatan dan bahan untu menyelesaikan tugas;
h) Memberikan kesemptan belajar bagi siswa untuk berkembang
sesuai kondisi dunia nyata;

9
i) Melibatkan siswa untu belajar mengumpulkan informasi dan
menerapkan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan
permasalahan di dunia nyata;
j) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.
2) Kelemahan Model Project Based Learning
Menurut Sani (2014) ada beberapa kelemahan dalam
menggunakan Model Project Based Learning, yaitu:
a) Membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan
menghasilkan produk;
b) Membutuhkan biaya yang cukup;
c) Membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar;
d) Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai;
e) Tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah dan tidak
memiliki pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan;
f) Kesulitan melibatkansemua siswa dalam kerja kelompok.

3. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis


a. Pengertian Berpikir kreatif matematis

untuk menemukan ide-ide baru yang berbeda, membawa hasil yang tepat
dan pasti, yang juga tidak biasa (Putri, E.Y 2021). Tujuan berpikir kreatif
matematis merupakan kemampuan berpikir untuk memecahkan suatu
masalah dengan mengahasilkan gagasan yang beraneka ragam, mampu
memperluas suatu gagasan serta dapat menciptakan cara yang baru dan tidak
ada persamaan dengan yang lain (Rasnawati dkk. 2019). Berpikir kreatif
matematis merupakan suatu kemampuan siswa dalam mendapatkan jawaban
atau ide yang bervariasi dan beragam dalam permasalahan matematika.
kemampuan berpikir kreatif matematis sangat dibutuhkan dalam
pembelajaran matematika, karena dengan berpikir kreatif memudahkan
siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika (Muthaharah dkk.,
2018).

10
Berdasarkan definisi diatas peneliti mendefinisikan bahwa berpikir
kreatif matematis adalah kemampuan untuk memecahkan suatu
permasalahan dengan banyak cara dalam menyelesaikan soal matematika,
mengahasilkan ide yang beragam dan dapat menciptakan cara yang baru.
Tidak hanya terpatok dengan satu cara, melainkan dengan berbagai cara,
tetapi hasilnya tetap sama. Berpikir kreatif mempunyai keterkaitan dengan
kreativitas. Menurut Mahmudi dalam Amarullah, M.A (2017) kreativitas
selalu diasosiasikan dengan produk kreatif. Dihasilkannya suatu produk
kreatif, apapun jenisnya, pasti didahului oleh kontruksi ide kreatif dan ide
kreatif ini dihasilkan melalui proses berpikir yang melibatkan aktivitas
kognitif, proses demikian dinamakan cara berpikir kreatif.
b. Aspek-aspek Berpikir kreatif
Menurut Torrance dalam Amarullah,M.A (2017) menggunakan tes
pengukuran secara langsung dan mengidentifikasi adanya empat komponen
kreativitas: 1) Fluency, yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan (Large Number of Ideas); 2) Fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk
menghasilkan ragam gagasan (Variety of Ideas); 3) Elaborasi, yaitu
kemampuan untuk mengembangkan gagasan; 4) Orisinalitas, yaitu
kemampuan menghasilkan gagasan yang tidak biasa.
Menurut Munandar dalam Amarullah,M.A (2017) ada 4 kriteria/ciri
untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif seseorang, yaitu:
1) Keterampilan Berpikir Lancar (Fluency)
a) Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan;
b) Menghasilkan motivasi belajar;
c) Arus pemikiran lancar.
2) Keterampilan Berpikir Lentur (Fleksibel)
a) Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam;
b) Mampu mengubah cara atau pendekatan;
c) Arah pemikiran yang berbeda.
3) Keterampilan Berpikir Orisinil

11
a) Meberikan jawaban yang tidak lazim;
b) Memberkan jawaban yang lain daripada yang lain;
c) Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang.
4) Keterampilan Berpikir Terperinci (Elaborasi)
a) Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan;
b) Memperinci detail-detail;
c) Memperluas suatu gagasan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka ciri-ciri kemampuan berpikir
kreatif dapat dijadikan sebagai indikator dalam penilaian kemampaun
berpikir kreatif siswa. Dalam penelitian ini indikator berpikir kreatif yang
digunakan sesuai dengan indikator yang digagas oleh Munandar dan
Torrance, yaitu:
1) Keterampilan berpikir lancar (Fluency);
2) Keterampilan berpikir lentur (Fleksibel);
3) Keterampilan berpikir orisinil;
4) Keterampilan berpikir terperinci (Elaborasi).
4. Bangun Ruang
1. Bangun Ruang Sisi Datar Kubus dan Balok
a. Pengertian Kubus dan Balok
Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi 6 sisi berbesntuk
persegi yang kongruen. Kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk, dan 8 titik
sudut. Selain itu, kubus juga merupakan bentuk khusus dalam prisma
segi empat. Sedangkan balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang
dibentuk oleh tiga pasang persegi panjang dengan paling tidak satu
pasang diantaranya berukuran berbeda (Putri,E.Y 2021).
b. Unsur-unsur Pada Kubus dan Balok
Perhatikan unsur-unsur kubus ABCD EFGH pada gambar berikut.

12
Gambar 1. Kubus ABCD EFGH

Kubus ABCD EFGH mempunyai:


a. 6 sisi yang berbentuk persegi, yaitu: sisi ABCD, sisi EFGH,
sisi DCGH, sisi ABFE, sisi BCGF, dan sisi ADHE
b. 12 rusuk yang sama panjang, yaitu: AB, BC, CD, AD,
AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH, dan AH.
c. 8 titik sudut, yaitu: A,B,C,D,E,F,G,H.
d. 12 diagonal sisi, yaitu: AC, BD, EG, FH, AF, BE, DG,
CH, AH, DE, BG, CF.
e. 4 diagonal ruang, yaitu: AG, BH, EC, DF.
f. 6 bidang diagonal, yaitu: ACGE, ACGH, BDHF, BCHE, CDEF,
DAFG.
Unsur-unsur balok adalah sebagai berikut: perhatikan balok
ABCD EFGH dibawah ini.

Gambar 2. Balok PQRS TUVW

Balok PQRS.TUVW mempunyai:

13
a. 6 sisi pada balok yaitu PQRS, TUVW, PQTU, RSVW, QRUV, dan PSTW.
b. 12 rusuk yang terdiri dari 3 kelompok yaitu:
Panjang : PQ, RS, TU, VW

Lebar : PS, QR, TW, UV

Tinggi : PT,QU, RV, SW


c. 6 titik sudut, yaitu: P,Q,R,S,T,U,V,W.
d. 12 diagonal bidang balok yaitu: PU, QT, QV, RU, RW, SV, ST,
PW, PR, QS, TV dan WU.
e. 4 diagonal ruang, yaitu: PV, QW, RT dan SU..
f. 6 bidang diagonal, yaitu: PQVW, PRVT, QRWT, QSWU, RSTU dan
SPUV.

c. Luas Permukaan pada Kubus dan Balok


1. Luas permukaan kubus
Jika kubus ABCD,EFGH tersebut dibuka, maka diperoleh jaring-jaring
kubus yang salah satunya berbentuk sebagai berikut.

Gambar 3. Jarring-jaring kubus

Kubus terdiri dari enam buah bangun datar persegi. Untuk


menentukan luas permukaan kubus maka menjumlahkan semua
luas sisi-sisi kubus. Luas permukaan kubus = 6 x luas sisi.

14
2. Luas permukaan balok

Gambar 4. Jaring-jaring balok

Panjang kerangka balok = 4𝑝 × 4𝑙 × 4𝑡 = 4(𝑝 + 𝑙 + 𝑡)


Luas permukaan balok = 2𝑝𝑙 + 2𝑝𝑡 + 2𝑙𝑡 = 2(𝑝𝑙 + 𝑝𝑡 + 𝑙𝑡)

d. Volume Kubus dan Balok


1) Volume Kubus
Menghitung volume kubus pada dasarnya sama dengan menghitung
balok, yaitu luas alas × tinggi.

Diketahui :
Alas kubus berbentuk persegi .

Maka luas alas kubus = luas persegi

Luas persegi = 𝑠 × 𝑠, sedangkan tinggi kubus = s


Jadi, volume kubus = luas alas × tinggi
= luas persegi × tinggi
=𝑠×𝑠×𝑠
= 𝑠3
2) Volume Balok
Menghitung volume balok yaitu dengan cara. Diketahui :
Alas balok berbentuk persegi panjang
Maka luas alas balok = luas

15
persegi panjang Luas persegi
panjang = luas alas × tinggi
= luas persegi panjang × tinggi
=𝑝×𝑙×𝑡
2. Bangun Ruang Sisi Lengkung
a. Tabung
Tabung adalah bangun ruang sisi lengkung yang dibentuk oleh dua
buah lingkaran identik yang sejajar dan sebuah persegi panjang yang
mengelilingi kedua lingkaran tersebut. Berikut ini adalah gambar
bangun ruang tabung (Amaliah, H 2023).

Gambar 5. Tabung

Luas permukaan tabung merupakan jumlah dari dua luas alas


tabung berbentuk lingkaran ditambah luas selimut tabung berbentuk
persegi panjang. Perhatikan gambar tabung di atas, rumus luas
permukaan tabung yaitu 𝑝 = 2 × Luas Lingkaran + Luas 𝐴𝐵𝐶𝐷 = 2𝜋r 2
+ 𝐴𝐵̅̅̅̅ × 𝐵𝐶̅̅̅̅ = 2𝜋r 2 + 2𝜋𝑟 × 𝑡 = 2𝜋𝑟 (𝑟+𝑡), dengan 𝜋 = 227/3,14 dan 𝑟
adalah jari-jari lingkaran alas tabung serta 𝑡 adalah tinggi tabung. Perlu
diingat bahwa 𝐴𝐵̅̅̅̅ adalah keliling lingkaran dan 𝐵𝐶̅̅̅̅ adalah tinggi
tabung. Adapun volume tabung adalah hasil perkalian dari luas alas
tabung dengan tinggi tabung atau dapat dirumuskan dengan 𝑉 = 𝐿𝑎 × 𝑡 =
𝜋r 2 × 𝑡.

16
Selanjutnya, jaring-jaring tabung yaitu rangkaian sisi-sisi sebuah
tabung yang jika dipadukan akan membentuk sebuah tabung. Contoh
jarring-jaring tabung dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6. Jaring-jaring Tabung

b. Kerucut

Kerucut adalah bangun ruang sisi lengkung yang dapat dibentuk dari
tabung dengan mengubah tutup tabung menjadi titik. Titik tersebut
biasanya disebut dengan titik puncak. Berikut ini merupakan gambar
bangun ruang kerucut (Amaliah, H 2023).

Gambar 7. Bangun Ruang Kerucut

Menurut Amaliah, M (2023) Kerucut memiliki unsur-unsur sebagai


berikut:

1) Titik puncak, merupakan titik tertinggi dari kerucut, dimana semua


rusuk bertemu.

17
2) Selimut kerucut, merupakan permukaan lengkung yang menghubungkan
setiap titik pada lingkaran alas dengan puncak kerucut

3) Tinggi kerucut (t), adalah garis lurus yang menghubungkan puncak


kerucut dengan titik pusat lingkaran bidang alas kerucut. Tinggi kerucut
selalu tegak lurus dengan bidang alas, sehingga membentuk sudut siku-
siku 90°.

4) Alas kerucut, adalah bangun ruang lingkaran yang menjadi dasar atau
bagian bawah dari kerucut.

5) Garis Pelukis (Apotema), adalah garis yang menghubungkan puncak


kerucut dengan titik sembarang pada rusuk bidang alasnya. Garis
pelukis kerucut dirumuskan dengan, 𝑠 =√ r 2 +t 2 , dengan 𝑠 adalah garis
pelukis, 𝑟 adalah jari-jari alas kerucut, dan 𝑡 adalah tinggi kerucut.

6) Sudut pelurus, merupakan sudut di antara garis pelukis dan bidang alas.

Gambar 8. Jaring-jaring kerucut.

Luas permukaan kerucut menurut Amaliah, H (2023) merupakan


jumlah semua luas bangun penyusun dari jarring-jaring kerucut. Jaring-jaring
kerucut terdiri atas satu lingkaran dan satu selimut yang berbentuk juring.
Perhatikan gambar di atas yang menunjukkan jarring-jaring kerucut, maka
rumus luas permukaan kerucut adalah 𝐿𝑝= Luas Lingkaran + Luas Juring
𝐴𝐵𝐶 = 𝜋r 2 + 𝜋𝑟𝑠 = 𝜋𝑟 (𝑟+ ) = 𝜋𝑟 (𝑟 + √ r 2 +t 2), dengan 𝑠 = √ r 2 +t 2 Adapun
volume kerucut adalah 13 bagian dari volume tabung dengan jari-jari dan

18
1 1
tinggi yang sama atau dapat dirumuskan dengan 𝑉 = 𝐿𝑎 × 𝑡 = 𝜋𝑟 2 × 𝑡.
3 3

5. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Zahrani Jamilah (2022) yang berjudul,


“Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII MTs Nahdlatus Shaufiah
Wanasaba” yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh model
pembelajaran project based learning (PjBL) terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas VII MTs-Nahdalatus Shaufiah Wanasaba. Terdapat
persamaan serta perbedaan penelitian ini. Persamaannya yaitu sama sama
meneliti model pembelajaran project based learning terhadap kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa. Sementara perbedaannya yaitu penelitian
yang diteliti oleh Zahrani Jamilah meneliti pengaruh dari model
pembelajaran tersebut, sementara penelitian ini meneliti implementasi atau
penerapan dari model pembelajaran project based learning.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Erika Yulidasari (2021) yang berjudul
“Analisis Kemampuan Berfikir Kreatif Matematis Siswa SMPN 2 Meral
Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar”. Yang bertujuan untuk
mendeskripsikan kemampuan berfikir kreatif marematis siswa SMPN 2
Meral pada materi bangun ruang sisi datar. Ditinjau tingkat kemampuan
kognitif (rendah, sedang dan tinggi). Terdapat persamaan dan perbedaan
dengan penelitian ini. Persamaannya yaitu sama sama meneliti kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa SMP. Sedangkan perbedaannya yaitu
penelitian tersebut menganalisis kemampuan berpikir kreatif matematis
sedangkan penelitian ini meneliti implementasi dari model pembelajaran
terhadap kemampuan berfikir kreatif matematis.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ajib Amarullah (2019) yang
berjudul “Evektivitas Model Pembelajaran Project Based Learning
Bebantu Media Rancang Bangun Google Sketchup Terhadap Kemampuan

19
Berfikir Kreatif Pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar (Prisma dan
Limas) Siswa Kelas VII SMPN 1 Karanganyar Demak Tahun Ajaran 2017
2018” yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran
Project Based Learning berbantu media 3D Google Sketchup efektif
terhadap kemampuan berfikir kreatif pada materi bangun ruang sisi datar di
SMPN 1 Karanganyar Demak. Penelitian ini mempunyai persamaan serta
perbedaan terhadap penelitian yang saya teliti. Persamaannya yaitu
menggunakan model pembelajaran yang sama yaitu project based learning
terhadap kemampuan berpikir kreatif. Sedangkan perbedaannya yaitu pada
penelitian tersebut meneliti media pembelajaran media rancang bangun
google sketchup, sedangkan dalam penelitian ini tidak ada media
pembelajaran yang digunakan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Arfan Andiyana, Rippi Maya,
Wahyu Hidayat (2018) yang berjudul “Analisis Kemampuan Kreatif
Matematis Siswa SMP pada Materi Bangun Ruang” yang bertujuan untuk
untuk mengetahui kemampuan berfikir kreatif matematis siswa SMP di
Desa Ngamprah dengan indicator kemampuan berfikir kreatif matematis
siswa yang digunakan adalah kelancaran (flency), kelenturan (originality)
dan elaborasi (elaboration). Terdapat persamaan dan perbedaan pada
penelitian ini. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti kemampuan kreatif
matematis siswa SMP terhadap materi bangun ruang. Dan perbedaannya
yaitu penelitian tersebut hanya menganalisis kemampuan kreatif matematis
siswa saja, sedangkan penelitian tersebut meneliti mengenai implementasi
model pembelajaran terhadap kemampuan berfikir kreatif matematis siswa,
serta dalam penelitian ini terdapat model pembelajaran yang digunakan
sementara penelitian tersebut tidak mengunakan model pembelajaran.
6. Kerangka Berfikir
Kemampuan berpikir kreatif menjadi hal yang diperlukan dalam
pendidikan matematika terutama dalam menyelesaikan persoalan matematika.
namun kenyataanya dalam pembelajaran matematika masih banyak

20
menggunakan pembelajaran konvensional atau menggunakan metode ceramah,
serta siswa hanya di tuntut untuk mencatat materi pembelajaran saja,
mengakibatkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Maka langkah yang
harus dilakukan untuk menyelesaikan persoalan persoalan matematis perlu
adanya model pembelajaran yang guna untuk merancang sebuah pembelajaran
yang baik.
Dalam permasalahan ini sangatlah tepat untuk diterapkannya model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Model pembelajaran ini
merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik
untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.
pembelajaran berbasis proyek merupakan strategi pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Artinya siswa dituntut
langsung untuk melatih skil kreatifnya dalam memecahkan suatu persoalan
terutama dalam mata pelajaran matematika.

Alur Kerangka Berfikir 1.1

Kondisi Awal
1. Siswa kesulitan dalam mengembangkan pemecahan masalah.
2. Siswa bingung dalam penerapan dan penggunaan rumus
matematika.
3. Siswa pasif ketika mengikuti pembelajaran
4. Pembelajaran dilakukan secara konvensional

Akibat
1. Siswa kurang Kreatif
2. Hasil belajar sebagian siswa dibawah Kriteria sekolahan
3. Siswa kesulitan dalam mengerjakan dan memvisualkan
Bangun Ruang

21
Solusi
Penerapan Model Project Based
Learning

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Kelas yang diberikan


Treatment dengan Model Kelas dengan Pembelajaran
Project Based Learning Konvensional

Test

Penerepan Model Project Based


Penerepan Model Project Based
Learning tidak efektif terhadap
Learning efektif terhadap
Berpikir Kreatif Siswa
Berpikir Kreatif Siswa

G. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Project based learning adalah model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan
melibatkan kerja proyek. Pembelajaran berbasis proyek merupakan strategi
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai sarana pembelajaran
untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Model pembelajaran ini mepunyai karakteristik yaitu: 1) Siswa berusaha

22
memecahkan sebuah masalah atau tantangan yang tidak memiliki jawaban yang
pasti; 2) Siswa ikut merancang proses yang akan dilakukan untuk menemukan
solusi; 3) Siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah,
berkolaborasi, serta mencoba berbagai macam bentuk komunikasi; 4) Siswa
bertanggung jawab mengelola sendiri informasi yang telah dikumpulkan; 5)
Evaluasi dilakukan secara terus menerus selama proyek berlangsung; 6) Produk
akhir dari proyek dipresentasikan didepan umum; 7) Didalam kelas
dikembangkan suasana penuh toleransi terhadap kesalahan dan perubahan, serta
mendorong bermunculannya umpan balik serta revisi.
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Kemampuan berpikir kreatif matematis didefinisikan sebagai kemampuan
menemukan dan menyelesaikan masalah matematika yang meliputi komponen-
komponen: keaslian (orisinalitas), kelancaran, fleksibilitas, dan elaborasi.
Penilaian terhadap kemampuan kemampuan kreatif peserta didik dalam
matematika penting untuk dilakukan. Pengajuan masalah yang menuntut
peserta didik dalam memecahkan permasalahan sering digunakan dalam
penilaian kreativitas matematika. Berpikir kreatif matematis merupakan suatu
kemampuan siswa dalam mendapatkan jawaban atau ide yang bervariasi dan
beragam dalam permasalahan matematika. kemampuan berpikir kreatif
matematis sangat dibutuhkan dalam pembelajaran matematika, karena dengan
berpikir kreatif memudahkan siswa dalam menyelesaikan permasalahan
matematika (Muthaharah dkk., 2018).
3. Bangun Ruang
Bangun ruang adalah sejenis benda ruang beraturan yang memiliki
rusuk,sisi dan titik sudut (Subagyo, A.dkk 2015). Terdapat dua jenis bangun
ruang yaitu bangun ruang sisi datar dan sisi lengkung. Bangun ruang sisi datar
diantaranya yaitu kubus dan balok. Menurut Putri, E.Y (2021) kubus adalah
suatu bangun ruang yang dibatasi 6 sisi berbentuk persegi yang kongruen.
Kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk, dan 8 titik sudut. Selain itu, kubus juga
merupakan bentuk khusus dalam prisma segi empat. Sedangkan balok adalah

23
bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang persegi panjang
dengan paling tidak satu pasang diantaranya berukuran berbeda. Selanjutnya
terdapat bangun ruang sisi lengkung yaitu tabung dan kerucut. Tabung adalah
bangun ruang sisi lengkung yang dibentuk oleh dua buah lingkaran identik yang
sejajar dan sebuah persegi panjang yang mengelilingi kedua lingkaran tersebut.
Berikut ini adalah gambar bangun ruang tabung (Amaliah, H 2023). Sedangkan
keucut adalah bangun ruang sisi lengkung yang dapat dibentuk dari tabung
dengan mengubah tutup tabung menjadi titik. Titik tersebut biasanya disebut
dengan titik puncak. Berikut ini merupakan gambar bangun ruang kerucut
(Amaliah, H 2023).
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran project
based learning dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran
konvensional.
I. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode
eksperimen berupa desain Post Test-Only Control Group Desaign (tanpa
memberikan test awal) yang merupakan bagian dari jenis desain
eksperimental sebenarnya (True-Experimental Desaign). Dalam desain ini
terdapat dua keompok yang masing-masing diplih secara random, kelompok
pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak.
Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan
kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. (Sugiyono,
2016). Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen, karena
akan mencari pengaruh sebab akibat. Kelas eksperimen diberi perlakuan
dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran project based
learning dengan menggunakan media pembelajaran, dan kelas kontrol diberi
perlakuan dengan model pembelajaran konvensional.

24
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi pada penelitian ini yang dimaksud adalah seluruh siswa kelas
IX SMP Negeri 1 Wanasalam tahun pelajaran 2024 yang berjumlah 123
siswa yang terbagi ke dalam empat kelas. Adapun keterangannya adalah
sebagai berikut.

Tabel 3.1 Jumlah Kelas IX SMP Negeri 1 Wanasalam Tahun 2024

NO KELAS JUMLAH
SISWA

1 IX A 30

2 IX B 30

3 IX C 32

4 IX D 31

JUMLAH 123

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara Simple Random


Sampling, yang disebut dengan sampling sederhana yaitu dari keseluruhan
kelas XI diambil dua kelas sampel secara acak setelah memenuhi kriteria
penelitian. Kemudian pengambilan dilakukan secara acak karena
diasumsikan semua kelas relatif sama. Asumsi tersebut didasarkan pada
alasan bahwa seluruh kelas berada pada tingkat kelas yang sama,serta
mendapatkan materi pelajaran dengan kurikulum yang sama. Sebelum
dilakukan pengambilan sampel, akan dilakukan uji normalitas,
homogenitas dan kesamaan rata-rata terhadap populasi awal. Dua kelas
yang telah dipilih dijadikan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen.

25
3. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2019) menjelaskan bahwa instrumen dalam penelitian
merupakan alat yang dipergunakan untuk mengukur suatu fenomena alam
maupun sosial yang diamati. Lebih jelasnya semua fenomena ini disebut
dengan variabel penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan metode penelitian eksperimen dengan desain Control Group Pre- Test
Post-Test Design. Adapun instrumen penelitian yang digunakan peneliti
berupa tes. Tes ini berupa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada
materi bangun ruang.
1. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol
sebagai alat ukur kemampuan berpikir kreatif siswa, terlebih dahulu
dilakukan uji coba instrumen kepada kelas XI D. Uji coba dilakukan
untuk mengetahui apakah butir soal tersebut sudah memenuhi kualitas
soal yang baik atau belum.
a. Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2019) validitas dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur maka instrumen tersebut akan
bersifat valid. Instrumen yang sifatnya valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Hasil
penelitian yang valid yaitu bila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti.
b. Reliabilitas

26
Menurut Sugiyono (2019) instrumen yang reliabel dapat
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama pula. Penggunaan instrumen yang valid
dan reliabel diharapkan hasil penelitian akan menjadikan kumpulan
data menjadi valid dan reliabel. Hal itu menjadi syarat mutlak untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel dalam penelitian
yang valid dan reliabel.
4. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan tiga tahapan, yaitu tahap praeksperimen,
tahap eksperimen, dan tahap pascaeksperimen. Berikut ini akan dijelaskan
tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian.
1. Tahap Praeksperimen
Tahap praeksperimen ini merupakan tahapan awal yang dilakukan
peneliti. Peneliti akan menentukan populasi dan sampel. Di atas telah
dijelaskan populasi dan sampel yang diambil peneliti yakni populasi siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Wanasalam dengan sampel terdiri atas dua kelas,
yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemilihan sampel dilakukan
secara acak (random sampling). Setelah menentukan kelas, dilakukan
pretest atau tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam
menulis teks anekdot.
2. Tahap Eksperimen
Pada tahap ini peneliti melakukan perlakuan yang berbeda terhadap
dua kelas. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran project based learning dalam materi bangun ruang

sedangkan kelas kontrol melakukan pembelajaran dengan menggunakan


pembelajaran konvensional. Tahap eksperimen ini terdiri atas tiga
tahapan, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penutup.

3. Tahap Pascaeksperimen

27
Tahap akhir ini merupakan langkah terakhir yang dilakukan peneliti.
Setelah kedua kelas melakukan kegiatan pembelajaran dengan model yang
sudah ditentukan masing-masing, peneliti melakukan posttest. Siswa
mengerjakan soal yang ada dalam tes. Tes ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan akhir siswa setelah diberikan perlakuan yaitu dengan model
project based learning di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional
pada kelas kontrol.
J. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2019) menjelaskan bahwa analisis data dalam penelitian
merupakan kegiatan pengambilan data yang sudah terkumpul dari seluruh
responden atau sumber data lain. Aktivitas dalam kegiatan analisis data dengan
mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data
yang diperoleh dari setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan yang
digunakan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajuakan. Ketika dilakukannya pengujian hipotesis,
data hasil post test kemampuan berpidato siswa dari kedua kelompok, baik
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dianalisis dengan menggunakan
statistik inferensial.

Sugiyono (2019) menjelaskan statistik inferensial adalah yang dipergunakan


untuk mengolah sebuah data sampel dan hasilnya akan diberlakukan untuk
populasi. Statistik inferensial terbagi atas statistik parametris dan non parametris.
Yang dimaksud dengan statistik parametris penggunaanya untuk menguji
parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data
sampel.
a. Normalitas
Pengujian normalitas data bertujuan untuk menguji data. Pengujian
normalitas data masing-masing variabel dilakukan dengan menggunakan Chi

Kuadrat: X 2 = (𝑓𝑜−𝑓𝑒)2
Keterangan:

28
X2 = Chi Kuadrat
fo = Frekuensi yang diobservasi
fe = Frekuensi yang diharapkan
fo – fe = Selisih data fo dengan fh
b. Homogenitas
Homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui homogenitas antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji homogenitas (kesamaan) beberapa
bagian sampel, yakni seragam atau tidaknya bagian variansi sampel-sampel
yang diambil dari populasi yang sama (Arikunto dalam Maulana, A. 2023).
K. Jadwal Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap T.P 2023-2024

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Waktu pelaksanaan 2024


No Jenis kegiatan BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Pengajuan judul √
2. a. Menyusun proposal √
penelitian √

b. Seminar proposal penelitian

3. Penyusunan skripsi
c. Penyusunan instrumen √ √
penelitian √

d. Pengujian instrumen √ √
penelitian

e. Analisis pengolahan data

a. d. Penyusunan laporan

29
4. Laporan akhir √
a. Konsultasi terakhir √
b. Perbaikan laporan √
c. Penyerahan laporan √
d. Sidang skripsi

30

Anda mungkin juga menyukai