Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH PENDEKATAN STEM (SCIENCE, TECHNOLOGY,

ENGINEERING, MATHEMATICS) TERHADAP KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS KELAS V SD NEGERI 01 RASUAN

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

RATIH ASMARA

NIM 2020143075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

2024
1

1. Latar Belakang

Menghadapi era globalisasi saat ini tidak bisa dihindari lagi

dampaknya dalam dunia pendidikan. Manusia dituntut untuk memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang seimbang sebagai dasar untuk

dapat beradaptasi terhadap perkembangan dan perubahan zaman.

Keterampilan yang diperlukan peserta didik untuk dapat menghdapi era

ini adalah keterampilan abad 21. Abad 21 merupakan dimana teknologi

berkembang begitu pesat dan teknologi sudah menjadi bagian dari

kehidupan sehari-hari. Teknologi juga mengalami perkembangan yang

pesat pada bidang pendidikan. Pembelajaran abad 21 adalah

pembelajaran yang menggabungkan kecakapan literasi, kemampuan

pengetahuan, keterampilan, perilaku, serta penguasaan teknologi.

Artinya, di abad ini peserta didik tidak hanya dituntut untuk mahir

dalam ilmu pendidikan. Lebih dari itu, peserta didik juga harus dapat

menguasai keterampilan berpikir kritis. Keterampilan abad 21 yang

harus dimiliki peserta didik disebut 4C, yaitu keterampilan berpikir

kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah

(critical thinking and problem solving ), berkomunikasi

(communication), dan berkolaborasi (collaboration). Kompetensi 4C

tersebut dapat ditanamkan baik dalam proses pembelajaran di kelas

dengan berbagai model atau pendekatan yang mampu membantu guru

untuk mencapai keterampilan abad 21.


2

Sangat penting bagi sekolah dasar untuk menumbuhkan kemampuan

peserta didik untuk berpikir kritis, karena ini akan membantu mereka menjadi

lebih terbiasa menyelesaikan masalah di kemudian hari. Berpikir kritis dapat

dinilai melalui tes uraian. Tes berpikir kritis sangat penting dan dibutuhkan

sehingga peserta didik mempunyai bekal dalam menyelesaikan suatu

permasalahan. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik

sangatlah penting karena berpikir kritis dapat mendorong anak untuk selalu ingin

tahu, hal ini dapat meluas ke topik yang diajarkan di sekolah, atau yang juga

dianggap relevan dalam kehidupan sehari-hari (Muhammad Santoso & Arif,

2021). Anak-anak yang memiliki pemikiran kritis yang efektif memiliki minat

yang luas dan ingin tahu tentang berbagai topik. Pemikiran kritis dapat

meningkatkan kreativitas peserta didik, karena anak-anak ini sebagian besar

adalah pemikir kreatif.

Menurut Ennis dalam (Davidi, Sennen, & Supardi, 2021, p. 11) berpikir

kritis adalah berpikir dengan reflektif yang berfokus pada pengambilan keputusan

tentang apa yang diyakini dan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Keterampilan berpikir kritis merupakan suatu kemampuan yang secara efektif

membantu individu untuk memutuskan apa yang harus diyakini dan dilakukan

Ennis dalam (Nurlaili, 2020, p. 32). Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis

merupakan proses penting dalam kehidupan sehari-hari agar setiap individu dapat

merumuskan keputusan yang tepat mengenai apa yang perlu dipercaya dan apa

yang perlu dilakukan.


3

Kemampuan berpikir kritis di Indonesia pada peserta didik Sekolah dasar

masih tergolong rendah. Berdasarkan data hasil dari Programne for Internasional

Student Assesment (PISA) pada tahun 2012 yang menyatakan peringkat skor

literasi Indonesia berada di peringkat 64 dari 65 negara dengan skor 382. PISA

menyatakan peserta didik di Indonesia hanya dapat mencapai level 1 dan level 2

dari 6 level soal. Maka PISA menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis

peserta didik di Indonesia tergolong sangat rendah (OECD, 2018). Berdasarkan

hasil penelitian oleh (Yampap, 2020, p. 57) menunjukkan bahwa rendahnya

kemampuan berpikir kritis peserta didik disebabkan oleh pendekatan

pembelajaran yang diterapkan pendidik kurang tepat, sehingga peserta didik

merasa sulit untuk mengembangkan ide dan keterampilan berpikirnya dengan

baik, serta peserta didik merasa kesulitan untuk menjawab soal-soal yang

memiliki substansi yang menuntut penalaran, argumentasi dan penyelesaian.

Tahun 2018 PISA menyatakan bahwa Indonesia masih memiliki potensi

untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, oleh karena itu

pendidik mengupayakan inovasi-inovasi pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis peserta didik. Akan tetapi usaha yang dilakukan oleh

pendidik belum memberikan hasil yang maksimal, karena pendidik belum

sepenuhnya menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi

peserta didik. Pendidik juga jarang melakukan kegiatan yang memungkinkan

peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran berdasarkan pengalaman

kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik kurang terampil dalam

mengembangkan pemikiran kritis dan menangani masalah kehidupan yang nyata.


4

Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya penerapan pendekatan pembelajaran

supaya peserta didik terlibat aktif dan ikut langsung dalam proses pembelajaran

untuk menciptakan pembelajaran yang inovasi agar peserta didik lebih kritis dan

terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Kurikulum 2013 digunakan di sekolah dasar. Kurikulum ini berfokus pada

menumbuhkan kreativitas dan inovasi serta kemampuan peserta didik untuk

berpikir kritis dan kreatif. Salah satu pendekatan yang akan cocok jika digunakan

untuk mendukung pembelajaran tersebut yaitu STEM. Hal ini didukung dengan

pendapat (Zulhadi, 2019) STEM adalah pendekatan yang memberikan

pembelajaran pengetahuan kepada peserta didik (science), kemampuan mendesain

sebuah alat guna memudahkan pekerjaan (technology), kemampuan

mengoperasikan alat dan mendesain tahapan-tahapan untuk menyelesaikan

masalah (engineering) dan memahami besaran dan satuan dalam perhitungan

(math) (Rofiqoh, 2022, p. 18053).

Salah satu hal terpenting dalam kegiatan pendidikan adalah penggunaan

pendekatan. Salah satu pendekatan pendidikan yang dapat dimanfaatkan pada

abad ke 21 adalah pendekatan STEM. Pendekatan STEM merupakan pendekatan

yang menggabungkan beberapa ilmu disiplin ilmu ke dalam proses pengajaran

untuk membantu siswa memahami beberapa konsep melalui proses rekayasa.

Menurut (Subayani, 2022, p. 50) pada saat ini pendekatan STEM sangat

dibutuhkan dalam dunia pendidikan untuk membantu peserta didik meningkatkan

kemampuan berpikir kritis. Pendekatan ini tidak hanya diajarkan teori saja tetapi
5

juga praktik, sehingga peserta didik mengalami secara langsung proses

pembelajaran.

Pembelajaran IPA di SD diharapkan mampu memberi bekal kepada peserta

didik agar mampu memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari. IPA

merupakan suatu proses penemuan, yang tidak hanya penguasaan pada kumpulan

pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip tetapi juga kaitannya dengan

eksplorasi alam secara sistematis. Namun masih banyak peserta didik yang kurang

tertarik terhadap pembelajaran IPA karena anggapan bahwa pembelajaran IPA

merupakan pembelajaran yang membosankan. Hal ini dikarenakan pendekatan

dalam pembelajaran IPA belum mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis

peserta didik. Untuk merangsang minat dan motivasi peserta didik untuk

mengikuti pembelajaran ialah dari pendekatan pembelajaran yang menarik.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan STEM (Science,

Technology, Engineering, Mathematics) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

Kelas V SD Negeri 01 Rasuan”.

2. Masalah Penelitian

a) Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti

mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Peserta didik kurang aktif dalam menyampaikan ide-idenya.


6

2. Pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan pendidik belum

maksimal.

b) Pembatasan Lingkup Masalah

Dari latar belakang, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti agar

penelitian menjadi lebih fokus pada peserta didik kelas V SD Negeri 01

Rasuan. Adapun masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Materi yang diteliti pada penelitian ini adalah panas dan

perpindahannya dengan menggunakan pendekatan STEM (Science,

Technology, Engineering, Mathematics).

2. Kemampuan berpikir kritis pada panas dan perpindahannya.

3. Subyek yang akan diteliti adalah peserta didik kelas V SD Negeri 01

Rasuan Kecamatan Madang Suku I Kabupaten Ogan Komering Ulu

Timur.

c) Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut : “Adakah pengaruh pendekatan STEM

(Science, Technology, Engineering, Mathematics) terhadap kemampuan

berpikir kritis pada materi panas dan perpindahannya di kelas V SD Negeri

01 Rasuan?”.

3. Tujuan Penelitian
7

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan STEM

(Science, Technology, Engineering, Mathematics) terhadap kemampuan

berpikir kritis pada materi panas dan perpindahannya di kelas V Sekolah Dasar.

4. Manfaat Penelitian

a) Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk kajian pendidikan selanjutnya

dan menjadikan inspirasi bagi kemajuan dunia pendidikan dasar.

b) Manfaat Praktis

a. Peserta didik

Untuk peserta didik, diharapkan lebih mampu berpikir secara kritis.

b. Guru

Untuk guru kelas V Sekolah Dasar, diharapkan peneliti dapat dijadikan

referensi dalam kegiatan pembelajaran.

c. Sekolah

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan

dalam meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran dan mutu sekolah.

d. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan topik

permasalahan yang sama.

5. Tinjauan Pustaka
8

a) Kajian Teori

1. Pengertian Pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering,

Mathematics)

STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics)

dikelanlkan oleh NSF (National Science Foundation) Amerika Serikat

tahun 1990. Science merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari

hukum-hukum alam serta perlakuan atau penerapan fakta. Technology

memberi kemudahan untuk mengakses data dan segala kebutuhan

manusia. Engineering adalah penerapan dari teknologi untuk

menyelesaikan permasalahan, dan Mathematics yaitu konsep

perhitungan yang dipakai untuk konseptualisasi permasalahan dalam

kehidupan sehari hari (Simarmata, et al., 2020, p. 40). STEM dalam

pembelajaran adalah suatu pendekatan yang pembelajarannya terdapat

integrasi antara empat subyek yaitu Sains, Teknologi, Teknik dan

Matematika yang memfokuskan terhadap masalah yang ada pada

kehidupan sehari-hari yang nyatadan ada pada kehidupan profesional

(Giyanto, Eny, & Rubini, 2020, p. 19).

Menurut (Khairiyah N. , 2019) STEM terdiri dari empat aspek

pembelajaran yaitu sains (Science) adalah ilmu pengetahuan yang

telah terakumulasi dari waktu ke waktu dari sebuah pemeriksaan

ilmiah yang dapat menghasilkan pengetahuan baru. Teknologi

(Technology) adalah keterampilan yang dimiliki dalam mengetahui

bagaimana teknologi baru dapat dikembangkan, keterampilan dalam


9

menggunakan teknologi dan teknologi yang dapat memudahkan

pekerjaan manusia. Teknik (Engineering) adalah pengetahuan tentang

desain, rancangan dan penciptaan benda buatan manusia agar dapat

memecahkan masalah. Matematika (Mathematics) merupakan studi

tentang pola dan hubungan antara ruang, jumlah, angka, dan struktur.

Guru menghadapi tantangan dalam era globalisasi yang

berkembang pesat. Salah satunya adalah menyediakan platform untuk

sistem pendidikan yang memungkinkan peserta didik mengaitkan

pengetahuan dan keterampilan mereka. Menurut (Putri, 2019)

menyatakan bahwa pendekatan STEM merupakan pembelajaran

terbaru yang saat ini direkomendasikan pada ahli untuk diterapkan

pada setiap jenjang pendidikan, karena dalam pendekatan STEM

peserta didik dapat memperoleh berbagai keterampilan seperti analisis

kritis, kerja kelompok, kreativitas, kolaboratif, inisiatif, memecahkan

masalah dan literasi digital. Keterampilan tersebut perlu dimiliki oleh

peserta didik untuk dapat menghadapi tantangan globalisasi yang terus

berkembang.

Dari beberapa pengertian menurut ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa pendekatan STEM dalam pendidikan adalah

kurikulum yang mengintegrasikan sains, teknologi, ilmu pengetahuan,

dan matematika untuk mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-

hari dan kehidupan profesional. Ini adalah pendekatan baru yang

direkomendasikan oleh para pendidik untuk semua tingkat pendidikan,


10

yang memungkinkan siswa untuk melakukan analisis kritis, kerja

kelompok, kreativitas, kolaborasi, inovasi, dan literasi digital.

2. Tujuan Pendekatan STEM

Pembelajaran STEM memiliki tujuan yang besar terhadap

pendidikan. Umumnya pembelajaran STEM digunakan untuk

mempersiapkan dan menghasilkan peserta didik yang ahli di bidang

tertentu guna mengembangkan daya saing global. Tujuan

pembelajaran STEM ini untuk meningkatan kemampaun peserta didik

dalam empat bidang ilmu yaitu keterampilan sains, mengoperasikan

teknologi, keterampilan teknik penyelesaian masalah dan

keterampilan matematika. Menurut Bybee dalam (Zuryanty, 2020, p.

15) menyatakan bahwa STEM mempunyai tujuan yaitu:

a. Mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang

bertujuan untuk mendapatkan permasalahan yang berkaitan

dengan dunia nyata, fenomena alam dan mampu menarik

kesimpulan dan keputusan berdasarkan fakta dan data yang ada

mengenai isu yang berkaitan dengan STEM.

b. Memahami bahwa pengetahuan, penyelidikan dan buatan yang

dilakukan oleh manusia merupakan ciri-ciri dari STEM.

c. Membentuk lingkungan yang intelektual atau cendikiawan,

material dan kultural yang terbangun dari komponen STEM.

d. Mengetahui dan mengembangkan sifat keingintahuan

mengenai isu-isu STEM.


11

Menurut (Subayani, 2022, p. 42) tujuan pendekatan STEM

adalah inovasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

peserta didik dalam menghadapi daya saing global yang sangat pesat.

Menurut Khairiyah dalam (Subayani, 2022, p. 42) tujuan STEM

adalah untuk membuat peserta didik bisa menyelesaikan masalah yang

dihadapi juga berpikir kritis saat menghadapi berbagai persoalan

sehingga peserta didik bisa membuat produk yang bermanfaat untuk

menghadapi tantangan di era globalisasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

tujuan pendekatan STEM adalah untuk memaksimalkan proses

pembelajaran dengan menerapkan aspek STEM sehingga selama

proses pembelajaran berlangsung peserta didik bisa aktif dan berpikir

kritis agar mampu memecahkan masalah melalui dengan aspek-aspek

STEM tersebut yang disatukan ke dalam materi dan topik

pembelajaran.

3. Langkah-langkah Pendekatan STEM

Pendekatan STEM dalam langkah-langkah pembelajarannya

digunakan agar tahapan pembelajaran menjadi lebih terstuktur. Hal ini

tentunya mempermudah pendidik saat melaksanakan pembelajaran.

Menurut (Giyanto L. H., 2020, p. 21) menyatakan bahwa penerapan

pada pendekatan STEM selama proses pembelajarannya terintegrasi

pada pembelajaran tertentu. Keempat aspek dalam pendekatan STEM


12

mengambil bagian dalam setiap pelaksanaan langkah-langkah

pembelajaran. Berikut langkah-langkahnya : (1) Pendekatan STEM

dalam aspek sains adalah kemahiran dalam menggunakan

pengetahuan yang ada dan proses sains dalam memahami gejala alam

dan memanipulasi gejala tersebut sehingga dapat dilaksanakan (2)

Aspek teknologi adalah keterampilan peserta didik dalam mengetahui

informasi tentang teknologi baru yang dapat dikembangkan,

keterampilan dalam menggunakan teknologi dan mengetahui

bagaimana teknologi dapat digunakan dalam memudahkan kerja

manusia (3) Aspek engineering mempunyai beberapa langkah fase

dalam proses pembelajaran (4) Aspek matematika yaitu keterampilan

yang biasanya digunakan untuk menganalisis, memberikan alasan,

mengkomunikasikan idea secara efektif, menyelesaikan masalah dan

menafsirkan solusi berdasarkan perhitungan dan data yang matematis.

Adapun langkah-langkah pendekatan pembelajaran STEM

menurut Laboy-Rush adalah sebagai berikut :

a. Reflection (Refleksi)

Pada tahap ini menghantarkan peserta didik pada kondisi masalah, lalu

disediakan gagasan penyelidikan oleh peserta didik, pengetahuan yang

diketahui peserta didik dikaitkan dengan pengetahuan yang penting

guna dipelajari peserta didik.

b. Research (Penelitian)
13

Langkah ini peserta didik diminta untuk mengamati serta

mengumpulkan informasi melalui berbagai sumber. Peserta didik

diharapkan untuk mengembangkan pemahaman konseptual proyek

serta konsep terkait.

c. Discovery (Penemuan)

Langkah ini meminta peserta didik untuk mengaitkan antara penelitian

dengan informasi yang diketahui berdasarkan apa yang dibutuhkan

untuk penelitian. Beberapa proyek STEM melibatkan peserta didik

yang bekerja dalam kelompok.

d. Aplication (Aplikasi)

Pada tahap ini, setelah peserta didik selesai melakukan survei dan

memperoleh data, mereka akan menganalisis data yang diperoleh

dengan menggunakan model untuk mendapatkan solusi yang tepat

guna menyelesaikan masalah.

e. Communication (Komunikasi)

Langkah terakhir, setelah peserta didik mendapatkan jawaban dari

model yang digunakan setelah itu dipresentasikan model dan solusi

yang didapat guna menyelesaikan permasalahannya. Pendekatan silo

merupakan pendekatan yang mengacu pada instruksi terisolasi, yaitu

masing-masinsg mata pelajaran STEM akan diajar dengan dipisah.

Pendekatan ini lebih menekankan di akuisisi atau pengetahuan yang

menjadi lawan dari kemampuan teknis atau engineering (Khairiyah N.

, 2019, p. 70).
14

Sedangkan menurut (Oktapiani & Hamdu, 2020, p. 110)

pembelajaran STEM disusun berdasarkan 5 tahapan dalam langkah-

langkah mengajar diantaranya menanya (mendefinisikan masalah dan

mengidentifikasi batasan), membayangkan (menggali gagasan dan

memilih yang terbaik), merencanakan (menggambar dan

mengumpulkan bahan), membuat (mengikuti rencana dan

mengujinya), dan meningkatkan (membahas kemungkinan perbaikan

dan ulangi tahap 1-5).

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa dalam penelitian ini

akan menggunakan tahap-tahap pembelajaran pendekatan STEM

menurut Laboy Rush dalam Khairiyah yang dimana terdapat 4 aspek

di dalamnya yaitu aspek sains, teknologi, engineering dan matematika,

dengan tahap-tahap pembelajaran meliputi Reflection (merumusakan

masalah), Research (penelitian mendesain pemecahan masalah),

Discovery (penemuan), Application (apliaksi), dan Communication

(komunikasi).

4. Manfaat Pendekatan STEM

Pendekatan STEM mempunyai manfaat agar bisa membantu

peserta didik dalam memahami materi yang dipelajarinya dan

disampaikan oleh pendidik sehingga dapat menyelesaikan masalah

pada kehidupan sehari-harinya. Hal ini berguna untuk menunjang

peserta didik agar mampu menghadapi persaingan global yang


15

semakin ketat di masa yang akan datang. Menurut (Zuryanty, 2020, p.

17) selain mempunyai tujuan STEM juga mempunyai manfaat yaitu:

a. Mempersiapkan SDM yang memiliki kontribusi dalam

menciptakan inovasi yang berhubungan dengan teknologi

sebagai wujud dalam memperbaiki dan membantu proses

kehidupan manusia.

b. Membentuk keterampilan berpikir kritis, logis dan sistematis

peserta didik yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-

harinya.

c. Mampu meningkatkan softskill pesertda didik.

d. Dari aspek sains peserta didik akan belajar mengenai konsep

alam yang dapat mengembangkan wawasannya.

e. Teknologi dalam STEM akan membentuk peserta didik untuk

bisa bersosialiasi, berorganisasi, dan mengembangkan

kreativitas sehingga dapat meningkatkanjiwa sosialdan

kekreativitasan peserta didik.

f. Engineering dalam STEM juga dapat melatih peserta didik

untuk dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

g. Matematika dalam STEM dapat melatih peserta didik untuk

sabar dan teliti.

Pendapat yang dikemukakan oleh Mulyani dalam (Subayani,

2022, p. 42) bahwa manfaat mengaplikasikan pendekatan STEM

dalam suatu pembelajaran dapat mendorong siswa mendesain,


16

mengembangkan dan memanfaatkan teknologi, mengasah kognitif,

afektif, serta mengaplikasikan pengetahuan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

masing-masing bidang ilmu STEM, jika diterapkan ke dalam proses

pembelajaran dapat membuat pengetahuan menjadi lebih berarti.

Penerapan pembelajaran STEM akan lebih mendorong peserta didik

untuk mendapatkan nilai terbaik serta menjadikan peserta didik lebih

aktif di dalam kelas sehingga kemampuan peserta didik bisa

meningkat.

5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran STEM

Ada beberapa kelebihan dalam pembelajaran STEM antara

lain adalah sebagai berikut :

a) Peserta didik diberi kesempatan untuk menghubungkan yakni

pengetahuan dengan keterampilan hal ini untuk membuat peserta

didik menjadi familiar.

b) Pendekatan interdisipliner dan menerapkannya berdasarkan

konteks dalam dunia nyata pembelajarannya pun berbasis masalah.

c) Pembelajaran dalam STEM mencakup beberapa proses yaitu

berpikir kritis, analisis dan kolaborasi.

Selain kelebihan tentunya dalam sebuah pendekatan

pembelajaran terdapat kekurangan. Kekurangan pada pembelajaran

STEM antara lain yaitu :


17

a) Adanya kemungkinan tidak tertariknya peserta idik terhadap salah

satu bidang pada STEM (Science, Technology, Engineering, and

Mathematics).

b) Gagalnya peserta didik untuk memahami terjadinya integrasi secara

alami yaitu antara dunia nyata sehingga pertumbuhan akademik

peeserta didik menjadi terhambat.

c) Pentingnya bagi guru untuk lebih paham benar mengenai integrasi

bidang STEM (Simatupang & Purnama, 2019, p. 36)

6. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah penerapan berpikir rasional tingkat

lanjut, yang melibatkan analisis, sintesis, identifikasi masalah dan

pemecahannya, memutuskan dan mengevaluasi (Susanto, 2019, p.

135). Berpikir kritis adalah disiplin berpikir mandiri yang memberikan

contoh kesempurnaan berpikir dengan ranah yang lebih terperinci dan

mudah di pahami (Kuswana, 2018, p. 19). Berpikir kritis adalah

proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi.

Informasi tersebut didapat dari hasil pengamatan, pengalaman, akal

sehat, atau komunikasi. Berpikir kritis adalah berfikir secara beralasan

dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang

apa yang harus di percayai atau dilakukan Ennis (Safitri, 2019, p. 2).

Jadi dari pengertian menurut para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah disiplin berpikir kritis yang

melibatkan analisis, sintesis, identifikasi masalah, evaluasi, dan


18

modifikasi informasi. Ini adalah proses mental untuk mengevaluasi

informasi dari sumber-sumber seperti pengalaman, pengetahuan, dan

komunikasi, dan melibatkan pemikiran reflektif.

7. Indikator Berpikir Kritis

Indikator merupakan suatu karakteristik yang harus mampu

dilakukan peserta didik untuk menunjukkan bahwa peserta didik telah

memiliki kompetensi dasar tersebut. Lau dalam (Abidin, 2018, p.

174), keterampilan berpikir kritis memiliki 8 indikator yaitu sebagai

berikut:

a) Mampu memahami hubungan logis antara ide-ide.

b) Mampu merumuskan ide secara ringkas dan tepat.

c) Mampu mengidentifikasi, membangun, dan mengevaluasi

argumen, keputusan dan hipotesis.

d) Mampu menganalisis inkosistensi dan kesalahan umum dalam

penalaran.

e) Mampu menganalisis masalah secara sistematis.

f) Mampu mengidentifikasi relevan dan pentingnya ide.

g) Mampu menilai keyakinan dan nilai-nilai yang dipegang

seseorang.

h) Mampu mengevaluasi kemampuan berpikir seseorang.


19

Bertolak dari pendapat tersebut, Beyer dalam (Belecina &

Ocampa, 2018, p. 110), mengemukakan bahwa terdapat enam

indikator dalam keterampilan berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:

a) Dispositions (watak)

Seseorang yang mampu berpikir kritis pada umumnya memiliki

sifat skeptis atau tidak mudah percaya terhadap sesuatu yang tidak

bersumber, open minded (berpikiran terbuka), menghargai

kejujuran dan pendapat orang lain, mencari pandangan-pandangan

lain yang berbeda, dan berubah sikap ketika terdapat sebuah

pendapat yang menurutnya baik.

b) Criteria (kriteria)

Berpikir kritis haruslah memiliki sebuah patokan atau kriteria,

agar ketika kita mempercayai suatu hal atau memutuskan sesuatu

haruslah benar-benar berdasarkan relevansi dan data-data yang

akurat dan berlandasan sumber yang kredibel.

c) Argument (argumen)

Argumen merupakan sebuah pernyataan yang dilandasi oleh data-

data. Argumen digunakan untuk memperkuat atau menolak suatu

gagasan. Keterampilan berpikir kritis dalam berargumen meliputi

kegiatan pengenalan, penilaian dan menyusun argumen.

d) Reasoning (pertimbangan atau pemikiran)


20

Keterampilan untuk merangkum dari satu atau beberapa premis

yang meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa

pernyataan atau data.

e) Point of view (sudut pandang)

Suatu cara memandang atau landasan yang digunakan untuk

menafsirkan sesuatu dan menetapkan konstruksi makna.

Seseorang yang mampu berpikir kritis akan memandang suatu

fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

f) Procedures for applying criteria (prosedur penerapan kriteria)

Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedur.

Prosedur tersebut meliputi merumuskan masalah, menentukan

keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi asumsi atau

perkiraan-perkiraan.

Sedangkan menurut (Ennis, 2018, p. 171), terdapat lima

kelompok dimensi keterampilan berpikir kritis yang terbagi menjadi

dua belas indikator yang akan diuraikan pada tabel di samping.

Tabel 1
Dimensi Keterampilan Berpikir Kritis
Dimensi Keterampilan Berpikir Kritis Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
1. Mengidentifikasi atau merumuskan
pertanyaan
Elementary Clarification (Memberikan 2. Menganalisis argumen atau sudut
penjelasan sederhana) pandang
3. Bertanya dan menjawab suatu
pertanyaan yang menantang
1. Menilai kredibilitas suatu sumber
Basic Support (Membangun Keterampilan
Dasar)
2. Observasi dan mempertimbang-kan
hasil observasi
Inferring (Menyimpulkan) 1. Mededukasi dan mempertimbngakan
dedukasi
21

2. Menginduksi dan mempertimbangkan


induksi
3. Membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil
pertimbangan
1. Mengidentifikasi istilah dan menilai
Advance Clarification (Memberikan
definisi
penjelasan lebih lanjut)
2. Mengidentifikasi asumsi
Strategies and Tactics (Mengatur strategi dan 1. Memutuskan suatu tindakan
taktik) 2. Berinteraksi dengan orang lain

i) Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Lipman (Siswono, 2018) menyampaikan ciri-ciri

orang yang berpikir kritis dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap,

dan kebiasaan dalam bertindak yaitu : (1) Menggunakan fakta-fakta

secara mahir dan jujur, (2) Mengorganisasi pikiran dan

mengartikulasinya dengan jelas, logis, atau masuk akal, (3)

Membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logik yang

valid dengan logika yang tidak valid, (4) Mengidentifikasi kecukupan

data, (5) Memahami perbedaan antara penalaran dan rasionalisasi, (6)

Mencoba untuk mengantisipasi kemungkinan konsekuensi dari

berbagai kegiatan, (6) Memahami ide sesuai dengan tingkat

keyakinannya, (8) Melihat persamaan dan analogi secara dangkal, (9)

Dapat belajar secara independen dan mempunyai perhatian yang tak

kunjung hilang dalam bekerjanya, (10) Menerapkan teknik Problem

Solving dalam domain lain yang dari yang sudah dipelajarinya, (11)

Dapat menyusun representasi masalah secara informal ke dalam cara

formal seperti matematika dapat digunakan untuk menyelesaikan

masalah, (12) Dapat menyatakan suatu argumen verbal yang tidak


22

relevan dan mengungkapkan argumen yang esensial, (13)

Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi

dari suatu pandangan, (14) Sensitif terhadap perbedaan antara

validitas dan intensitas yang dipegangnya, (15) Menyadari bahwa

fakta dan pemahaman seseorang selalu terbatas, banyak fakta yang

harus dijelaskan dengan sikap non-inkuiri, dan (16) Mengenali

kemungkinan keliru dari suatu pendapat, kemungkinan bisa dalam

pendapat, dan mengenali bahaya dari pembobotan fakta menurut

pilihan pribadi.

Dari ke 16 ciri-ciri orang yang berpikir kritis dalam penelitian

ini jika dilihat semuanya sudah mencakup pengetahuan, kemampuan,

sikap, dan kebiasaan dalam bertindak menyelesaikan sebuah

permasalahan sehingga peneliti menginginkan ke 16 ciri-ciri ini dapat

tercapai semuanya. Ini dikarenakan peneliti ingin peserta didik

setidaknya mampu mengenali, memahami dan menemukan solusi dari

sebuah permasalahan baik dalam proses pembelajaran di sekolah

maupun di kehidupan sehari-harinya.

b) Kajian Terdahulu yang Relevan

Peneliti merujuk beberapa penelitian terdahulu yang digunakan

sebagai acuan dalam melakukan kajian penelitian ini. Berikut beberapa

penelitian yang relevan, yaitu :


23

1. Peneliti (Adiwiguna, Dantes, & Gunamantha, 2019, p. 102) pada

penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning

(PBL) Berorientasi STEM Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan

Literasi Sains Peserta Didik Kelas V SD di Gugus I Gusti Pudja” yaitu

berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang menggunakan uji Manova

pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh bahwa nilai F kurang dari 0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Problem Based

Learning (PBL) berorientasi STEM berpengaruh terhadap kemampuan

berpikir kritis dan literasi sains.

2. Peneliti (Sukmana, 2018, p. 118) pada penelitian yang berjudul

“Implementasi Pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering,

Mathematics) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis

Peserta Didik SDN Griya Bandung Indah” yaitu hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari 26 peserta didik kelas IV yang menyatakan

sangat setuju (SS) bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan

STEM memberi ruang pada peserta didik untuk berpikir dalam

memecahkan suatu masalah sebanyak 13 orang. Sedangkan setuju (S)

sebanyak 8 orang. Sebanyak 16 orang yang menyatakan sangat setuju

(SS) sedangkan 6 orang peserta didik menyatakan setuju (S). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa lebih dari 80% peserta didik menyatakan

bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan STEM menarik dan

memberi ruang untuk berpikir dalam memecahkan masalah.


24

3. Peneliti (Davidi, Sennen, & Supardi, 2021) penelitian yang berjudul

“Integrasi Pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering,

Mathematics) Untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis

Peseerta Didik SD se-kecamatan Wae Ri’i” yaitu rerata nilai

keterampilan berpikir kritis pada kelas kontrol untuk pretest dan

posttest adalah 38 dan 79,5. Koefisien korelasinya adalah 0.676 dan

signifikan pada 0.000. Ini berarti koerelasinya positif. Nilai T yang

diperoleh adalah -36.254 dengan derajat bebasnya 102 dan signifikan 2

ekor pada 0.000 dengan interval kepercayaan 95%. Karena nilai t

hitung < -t tabel (-36.254 < 1.983), maka disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima. Berarti ada perbedaan signifikan keterampilan

berpikir kritis peserta didik kelompok kontrol antara sebelum dan

sesudah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STEM,

sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan

STEM terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir

kritis peserta didik sekolah dasar se-kecamatan Wae Ri’i.

4. Peneliti (Ilmi, Ratnawati, & & Subhan, 2021, p. 5982) penelitian yang

berjudul “Pengaruh Pendekatan Science, Technology, Engineering,

Mathematics (STEM) Terhadap Hasil Belajar Tematik Peserta Didik di

SD N 10 Pulau Punjung” yaitu hasil analisis uji-t menunjukkan

signifikansi pada level 0,005 adalah 0,000. Hasil hitung sig < a (0,000

< 0,0005), yang berarti bahwa uji t tidak berada dalam rentang Ho

yang dapat diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak


25

dan Ha diterima. Berdasarkan hal tersebut berarti pendekatan

pembelajaran STEM yang diikuti peserta didik VA SD N 10 Pulau

Punjung memiliki pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah

perlakuan.

Berdasarkan penelitian yang diambil oleh peneliti di atas

memiliki peran dalam penelitian yaitu sebagai dasar dan acuan bagi

peneliti. Penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti di atas

dengan menggunakan pendekatan STEM memiliki persamaan dan

perbedaan. Persamaannya terletak pada pendekatan pembelajaran

yang digunakan yaitu pendekatan STEM, sedangkan perbedaanya

terletak pada subjek yang diteliti, waktu, tempat penelitian dan jenis

penelitian.

c) Kerangka Berpikir / Konseptual

Kerangka berpikir digunakan untuk mengetahui bagaimana

keterkaitan antara variabel-variabel yang digunakan pada penelitian. Pada

abad 21 ini peserta didik diharapkan memiliki beragam keterampilan, yang

paling umum adalah berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan

salah satu komponen utama berpikir tingkat tinggi. Individu yang memiliki

kemampuan berpikir kritis akan mampu memahami permasalahan secara

efektif dan kemudia membuat rencana penyelesaiannya. Diperlukan

pendekatan pembelajaran yang tepat guna mengatasi kemampuan berpikir


26

kritis. Pendekatan pengajaran yang cocok untuk mengajarkan kemampuan

berpikir kritis adalah pendekatan STEM.

Kerangkan berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar

Rendahnya Kemampuan Berpikir Kritis Peserta

Didik dalam Pembelajaran IPA di SD

Salah Satu Upaya yang Dapat Dilakukan Dengan

Menerapkan Pendekatan STEM

Pretest
27

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Pendekatan STEM Pendekatan Berpusat Pada Guru

Posttest

Hasil

d) Anggapan Dasar

Anggapan dasar pada penelitian ini pendekatan STEM mampu

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

e) Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka, penelitian relevan serta kerangka

berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat pengaruh pendekatan STEM terhadap kemampuan

berpikir kritis kelas V SD Negeri 01 Rasuan.


28

Ho : Tidak ada pengaruh pendekatan STEM terhadap kemampuan

berpikir kritis kelas V SD Negeri 01 Rasuan.

6. Metodologi Penelitian

a) Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2017,

p. 60). Terdapat dua variabel pada penelitian ini, yaitu:

a. Variabel Bebas (X) : Pendekatan STEM

b. Variabel Terikat (Y) : Kemampuan berpikir kritis

2. Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan variabel di atas, maka dalam penelitian ini terdapat

definisi operasional variabel yaitu:

a. Pendekatan STEM

Pendekatan STEM dalam pendidikan adalah kurikulum yang

mengintegrasikan sains, teknologi, ilmu pengetahuan, dan

matematika untuk mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari

dan kehidupan profesional. Ini adalah pendekatan baru yang


29

direkomendasikan oleh para pendidik untuk semua tingkat

pendidikan, yang memungkinkan siswa untuk melakukan analisis

kritis, kerja kelompok, kreativitas, kolaborasi, inovasi, dan literasi

digital.

b. Kemampuan berpikir kritis

Berpikir kritis adalah disiplin berpikir kritis yang melibatkan

analisis, sintesis, identifikasi masalah, evaluasi, dan modifikasi

informasi. Ini adalah proses mental untuk mengevaluasi informasi

dari sumber-sumber seperti pengalaman, pengetahuan, dan

komunikasi, dan melibatkan pemikiran reflektif

b) Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar 01 Rasuan yang berlokasi di

Desa Rasuan Kecamatan Madang Suku I Kabupaten Ogan Komering Ulu

Timur.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2023/2024.
30

c) Populasi dan Sampel/ Objek Penelitian/ Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Menurut

(Hernaeny, 2021, p. 35) populasi adalah suatu kumpulan individu atau

objek yang berad apada suatu wilayah dengan karakteristik khas tertentu

yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian atau pengamatan. Adapun

populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri 01

Rasuan tahun ajaran 2023/2024 dengan jumlah populasi 59 peserta didik.

Dinyatakan dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Populasi Penelitian


Jumlah Siswa
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 VA 21 10 31
2 VB 15 13 28
Jumlah seluruh peserta didik kelas V 59
(Sumber : Guru Wali Kelas V SD Negeri 01 Rasuan)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan

menggunakan teknik tertentu. Menurut Sugiyono dalam (Hernaeny, 2021,

p. 36) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil dari populasi tersebut harus

benar-benar mewakili populasi yang diteliti. Teknik yang digunakan dalam

pengambilan sampel adalah teknik non probability sampling. Menurut


31

(Renggo, 2022, p. 43) sampel non probabilitas adalah suatu sampel yang

dipilih sedemikian rupa dari populasi sehingga setiap anggota tidak

memiliki probabilitas atau peluang yang sama untuk dijadikan sampel.

Penelitian ini menggunakna teknik non probability sampling dengan jenis

teknik purposive sampling atau teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu;. Sampel dalam penelitian ini adalah mengambil

keseluruhan peserta didik kelas V SD Negeri 01 Rasuan, dengan jumlah

peserta didik kelas V A 31 peserta didik dan peserta didik kelas V B

berjumlah 28 peserta didik.

d) Metode Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian

eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan

dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan (Arikunto, 2019,

p. 9). Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

eksperimen semu (quasi experiment design). Eksperimen semu merupakan

penelitian yang memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi

sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel dari luar yang

mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2017, p. 114).

Dengan ini hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena

dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberikan perlakuan.

Tabel 3. Desain Penelitian


Kelas Pretest Perlakuan Posttest
32

Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
Sumber : (Sugiyono, 2017, p. 79)

Keterangan:

X : Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakna pendekatan

STEM

O1 : Skor pre test pada kelas eksperimen

O2 : Skor post test pada kelas eksperimen

O3 : Skor pre test pada kelas kontrol

O4 : Skor post test pada kelas kontrol

e) Rancangan Perlakuan

Dalam penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pendekatan STEM terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Rancangan perlakuan pada penelitian ini adalah kelompok yang diberi

perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi

perlakuan disebut kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, pada kelompok

kelas kontrol tidak diberi perlakuan menggunakan pendekatan STEM

tetapi menggunakan pembelajaran konvensional. Tahap-tahap dari

rancangan perlakuan dalam penelitian ini adalah tahap pemberian

perlakuan pada kelas eksperimen (treatment) sedangkan kelas kontrol tidak

diberi perlakuan, dan terakhir tahap pemberian tes akhir (posttest).

f) Teknik Pengumpulan Data


33

Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah dengan

melakukan tes, observasi dan dokumentasi:

1. Tes

Tes merupakan sederetan pertanyaan serta alat yang digunakan

dalam rangka untuk pengukuran penilaian (Hermawan, 2019, p. 74).

Teknik tes ini digunakan peneliti dalam penelitian untuk mendapatkan

data mengenai kemampuan berpikir kritis peserta didik. Tes yang

diberikan dalam penelitian ini yaitu pretest (tes awal) dan posttest (tes

akhir). Tes yang digunakan dalam pretest sama dengan yang digunakan

dalam posttest yaitu soal yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan

indikator berpikir kritis.

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Tes

Kompetensi Jumlah
No Indikator Sub Indikator Nomor
Dasar Soal
3.6 Menerapkan Merumuskan
konsep keterampilan 1, 6 2
perpindahan dasar
kalor dalam 3.6.1 Menganalisis peran Menyimpulkan
kehidupan penghantar panas Mengatur
sehari-hari. dalam kehidupan strategi atau 2, 3, 4 3
sehari. teknik
Memberikan
penjelasan lebih 5, 7, 8 3
lanjut
Merumuskan
keterampilan
dasar
Menyimpulkan 10,11 2
3.6.2 Menganalisis
Mengatur
perubahan wujud
strategi atau 9, 12, 14 2
benda
teknik
Memberikan
penjelasan lebih 13 1
lanjut
3.6.3 Menganalisis Merumuskan
peranan perubahan keterampilan
wujud benda akibat dasar
perpindahan kalor Menyimpulkan 18, 20 2
34

15, 17,
Mengatur
19, 21,
strategi atau 8
22, 23,
teknik
24, 25
dalam kehidupan
Memberikan
sehari-hari.
penjelasan lebih 16 1
lanjut

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara melihat ke lapangan secara langsung terhadap objek yang

diteliti. Pengumpulan data melalui observasi ini dilakukan untuk

menggali dari sumber yang berupa kejadian, tempat, benda, gerak atau

proses (Sodik, 2015, p. 77). Observasi dalam penelitian ini dilakukan

agar dapat memperoleh informasi kondisi sekolah, penilaian dan

melihat aktivitas peserta didik saat proses pembelajaran.

3. Dokumentasi

Menurut (Sodik, 2015, p. 78) dokumentasi dalam penelitian ini

tidak diperoleh melalui sumber non manusia untuk mencari data

mengenai hal-hal atau variabel seperti dokumen, buku, catatan, notula

rapat, laporan berkala, jadwal kegiatan, rapor peserta didik, dan lain-

lain. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan gambar atau foto

peristiwa saat kegiatan penelitian berlangsung.

g) Teknik Validasi Instrumen

1. Validitas

Validitas sangat erat kaitannya dengan tujuan pengukuran suatu

penelitian. Valid berarti instrumen tersebut bisa dipakai untuk


35

mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang dipakai dalam

penelitian ini adalah validitas isi (content validity) yaitu validitas yang

didasarkan butir-butir item yang berguna untuk menunjukkan sejauh

mana instrumen tersebut sesuai dengan isi yang dikehendaki. Validitas

pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui kevalidan soal tes

yang nantinya akan diajukan kepada peserta didik untuk keperluan

penelitian. Untuk mengukur validitas, metode yang digunakan adalah

metode pearson correlation.

Berikut rumus korelasi product moment :

r xy = N ∑ XY −¿ ¿¿

Keterangan :

r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah responden

∑ XY =Total perkalian skor X dan Y

∑Y = Jumlah skor variabel Y

∑X = Jumlah skor variabel X

∑ X2 = Total kuadrat skor variabel X

∑Y2 = Total kuadrat skor variabel Y

Sumber : (Arikunto, 2019, p. 72)

Kriteria pengujian apabila r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka alat

ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung > r tabel

maka alat ukur tersebut tidak valid. Perhitungan uji validitas butir soal

menggunakna bantuan program Microsoft Office Excel.


36

2. Reliabilitas

Realibilitas merupakan ketetapan dan konsistensi hasil pengukuran

tes hasil belajar relatif tetap (Siyoto & Sodik, 2015, p. 24). Untuk

mencari uji realibilitas soal, peneliti menggunakan rumus Alpha

Cronbach, yaitu sebagai berikut :

[ ][ ∑
]
2
n ab
r 11 = 1−
(n−1) a 2b

Keterangan

r 11 = Realibilitas yang dicari

n = Jumlah butir soal

∑ σ 2b = Jumlah varians skor tiap butir


2
σ 1 = Varians total

h) Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini digunakan untuk

mengetahui pengaruh pendekatan STEM dalam pembelajaran IPA terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas V SD Negeri 01 Rasuan.

Data yang digunakan sebagai landasan dalam menguji hipotesis penelitian,


37

maka dari itu sebelum menguji hipotesis harus dilakukan analisis data uji

persyaratan terlebih dahulu.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

terkumpul berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas data

pada penelitian ini menggunakan rumus Chi-kuadrat (x2).

Berikut rumus Chi-kuadrat, menurut (Sugiyono, 2017, p. 241)

( fo−fh )2
x =∑
2
fh

Keterangan:

x2 : Chi-kuadrat/Normalitas sampel

fo : Frekuensi yang di observasi

fh : Frekuensi yang diharapkan

kriteria pengujian apabila x2 hitung > x2 tabel dengan α = 0,05 maka

data berdistribusi normal, dan seblaiknya apabila x2 hitung ≤ x2 tabel

maka data berdistribusi tidak normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa

sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen. Uji

homogenitas pada penelitian ini menggunakan Uji Fisher atau juga

disebut uji-F. Uji-F bertujuan untuk mencari apakah variabel


38

independen secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel

dependen. Rumus uji-F menurut (Sugiyono, 2017, p. 275), yaitu

sebagai berikut:

variansi terbesar
f hit =
variansi terkecil

3. Uji N-Gain

Uji N-Gain digunakan untuk mengetahuiefektivitas penggunaan

suatu metode atau perlakuan tertentu dalam suatu penelitian. Cara yang

digunakna yaitu dengan menghitung selisih antara nilai pretest dan

posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil

tersebut nantinya akan diketahui apakah penggunaan atau penerapan

suatu metode atau perlakuan tertentu efektif atau tidak. Rumus untuk

uji N-Gain adalah :

skor posttest−skor pretest


g=
skor maksimum−skor pretest

Tabel Klasifikasi Nilai N-Gain

Nilai N-Gain Interpretasi


g>0 , 7 Tinggi
0,3≤g≤0,7 Sedang
g<0 , 3 Rendah
i) Kriteria Pengujian Hipotesis

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

Jika thitung < ttabel maka Ho diterima

Jika thitung > ttabel maka Ha diterima


39

Dimana :

Ho = Tidak ada pengaruh signifikan dari pendekatan STEM terhadap

kemampuan berpikir kritis.

Ha = Ada pengaruh signifikan dari pendekatan STEM terhadap

kemampuan berpikir kritis.

j) Jadwal Kerja

Desember Januari Februari Maret April Mei


Uraian 2023 2024 2024 2024 2024 2024
No
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Usul
1.
Judul
Menyusun
2.
Proposal
Seminar
3.
Proposal
4. Bab I
5. Bab II
6. Bab III
7. Bab IV
8. Bab V
9. Abstrak
Ujian
10.
Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2018). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.


Bandung: Refika Aditama.
40

Adiwiguna, P. S., Dantes, N., & Gunamantha, I. M. (2019). Pengaruh Model


Problem Based Learning (PBL) Berorientasi STEM Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis dan Literasi Sains Peserta Didik Kelas V SD di Gugus I
Gusti Ketut Pudja. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 94-103.
Arikunto, S. (2019). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Belecina, R. R., & Ocampa, J. J. (2018). Effecting Change on Students Critical
Thinking in Problem Solving. Educare, 109-118.
Davidi, E. I., Sennen, E., & Supardi, K. (2021). Integrasi Pendekatan STEM
(Science, Technology, Engineering, Mathematics) Untuk Peningkatan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Scholaria: Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan, 11.
Ennis, R. H. (2018). Critical Thinking Across The Curriculum: A Vision. Journal
of CTAC, 165-184.
Giyanto, Eny, H., & Rubini, B. (2020). Sel Volta Dengan Pendekatan STEM-
Modeling. Bogor: CV Lindan Bestari.
Giyanto, L. H. (2020). Sel Vilta dengan Pendekatan STEM-MODELING. Bogor:
CV Lindan Bestari.
Hermawan, I. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan. Kuningan: Hidayatul
Quran Kuningan.
Hernaeny, U. (2021). Populasi dan Sampel. Bandung: CV Media Sains Indonesia.
Ilmi, S. A., Ratnawati, R., & & Subhan, M. (2021). Pengaruh Pendekatan Science,
Technology, Engineering, Mathematics (STEM) Terhadap Hasil Belajar
Tematik Peserta Didik di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5976-5983.
Khairiyah, N. (2019). Memahami Penelitian Tindakan Kelas Teori & Aplikasinya.
Upi Press.
Khairiyah, N. (2019). Pendekatan Science, Technology, Engineering And
Mathematics (STEM). Medan: Guepedia.
Kuswana. (2018). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja SD Karya.
Muncarno. (2017). Cara Mudah Belajar Statistik Pendidikan. Metro: Hamim
Group.
Nurlaili, D. H. (2020). Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Melalui Pembelajaran IPS MI. PREMIERE: Journal of Islamic
Elementary Education, 32.
Oktapiani, N., & Hamdu, G. (2020). Desain Pembelajaran STEM Berdasarkan
Kemampuan 4C di Sekolah Dasar. Journal of Islamic Elementary
41

Education, 110.
Putri, S. U. (2019). Pembelajaran Sains untuk Anak Usia Dini. UPI Sumedang
Press.
Renggo, Y. R. (2022). Populasi dan Sampel Kuantitatif. Bandung: CV Media
Sains Indonesia.
Rofiqoh, E. S. (2022). PENGARUH PENDEKATAN STEM (SCIENCE,
TECHNOLOGY, ENGINEERING, MATHEMATICS) TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS V. Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia, 18053.
Safitri, R. (2019). Bepfikir Kritis Menurut Para Ahli dan Penerapannya dalam
Asuhan Keperawatan. 2.
Simarmata, J., Simanihuruk, I., Ramadhani, R., Safitri, M., Wahyuni, D., &
Iskandar, A. (2020). Pembelajaran STEM Berbasis HOTS dan
Penerapannya. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Simatupang, H., & Purnama, D. (2019). Handbook Best Practice Strategi Belajar.
Surabaya: CV Pustaka Media Guru.
Siswono, T. Y. (2018). Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan
Pemecahan Masalah. Bandung: Rineka Rosdakarya.
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Jakarta: Literasi
Media.
Sodik, S. S. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing.
Subayani, N. W. (2022). Implementasi STEM (Science, Technology, Engineering,
Mathematics) dalam Kurikulum PGSD. Jurnal Pemikiran Pendidikan,
28(2), 49-59.
Sugiyono, D. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sukmana, R. W. (2018). Implementasi Pendekatan STEM Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Sekolah Dasar. Primaria
Educationem Journal, 113-119.
Susanto, A. (2019). Teori Belajar & Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Yampap, U. &. (2020). Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar.
Musamus Journal of Primary Education, 57.
42

Zuryanty, M. P. (2020). Pembelajaran STEM di Sekolah Dasar. Yogyakarta:


Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai