Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 25

Volume 9 Nomor 1 2019 ISSN : 2089-6158

Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa


Pada Materi Fluida Dinamis Di SMA Batik 2 Surakarta
H. Affandy1, N. S. Aminah2, A. Supriyanto3

1,2
Physics Education Program, 3 Physics Program
Postgraduate, Sebelas Maret University,
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan, Jebres, Surakarta, 57126, Indonesia
E-mail : 1harryaffandy93@gmail.com

Abstrak

Proses pembelajaran berdasarkan tuntutan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik, dalam pendekatan saintifik
siswa diharapkan memiliki berbagai keterampilan salah satunya keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis sangat
penting untuk dilatih selama pembelajaran dikelas, karena siswa dengan kemampuan berpikir yang baik memberi dampak pada
kemampuannya dalam merencanakan strategi dan taktik untuk meraih kesuksesan di abad 21. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran mengenai profil keterampilan berpikir kritis siswa SMA Batik 2 Surakarta pada materi fluida dinamis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data mengenai ketercapaian
keterampilan berpikir kritis dengan memberikan instrumen soal berbentuk uraian, yang diadobsi dari soal-soal Ujian Nasional
(UN) sebanyak 4 item. Penyebaran instrumen diberikan di kelas XI MIA sebanyak 99 siswa. Berdasarkan hasil analisis data,
keterampilan berpikir kritis siswa pada indikator Focus (23%), Reason (22%), Inference (15%), Situation (16%), Clarity (14%),
and Overview (10%). Hasil analisis data menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa di SMA Batik 2 Surakarta
masih tergolong rendah.

Kata Kunci : Analisis, Keterampilan Berpikir Kritis, Fluida Dinamis

1. Pendahuluan ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama


dalam upaya memecahkan masalah-masalah
Permulaan abad 21 ditandai dengan pergantian kehidupan yang dihadapinya (Zubaidah, 2010).
tahun, dari tahun 2000 ke 2001, yang disebut dengan Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang
abad Millenium. Perubahan abad 21 di bidang ilmu bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi
pengetahuan dan teknologi, percepatan sistem yang terjadi antara guru dengan siswa. Dalam
informasi dan komunikasi menjadikan dunia seakan- pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru akan
akan dalam genggaman. Kemajuan teknologi menemukan berbagai permasalahan, baik
informasi memungkinkan beragam informasi permasalahan siswa, permasalahan metodologi,
mengalirnya dengan cepat, sehingga menuntut permasalahan akademis maupun permasalahan non
keterampilan berpikir kritis dalam menilai sebuah akademis lainnya. Semua permasalahan yang ada
informasi yang diterima. Disisi lain perubahan zaman tentu berimplikasi langsung atau tidak langsung
di abad 21, secara nyata membawa dampak bagi terhadap pencapaian hasil belajar.
sumber daya manusia. Belajar membutuhkan interaksi, hal ini
Pendidikan merupakan aspek penting dalam suatu menunjukkan bahwa proses pembelajaran merupakan
bangsa untuk kemajuan bangsa tersebut. Hal ini proses komunikasi, artinya didalamnya terjadi proses
dikarenakan kualitas mutu pendidikan suatu bangsa penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan)
menentukan kualitas sumber daya manusianya. kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima
Dewasa ini, pendidikan di Indonesia semakin pesan) (Susilana & Riyana, 2007). Penyampaian
mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Sistem pesan ini diperlukan saluran berupa media
pendidikan terus dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran. Penggunaan media secara kreatif akan
prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk belajar
salah satu indikator keberhasilan dalam proses belajar lebih banyak, mengecamkan materi yang dipelajari
mengajar. Prestasi belajar adalah hasil belajar meliputi lebih baik, dan meningkatkan penampilan dalam
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. melakukan sesuai dengan yang menjadi tujuan
Pendidikan memegang peranan strategis dalam pembelajaran.
membangun sumber daya manusia, yang berkualitas Pendidikan adalah investasi jangka panjang,
dan mampu berkolaborasi. Kemampuan seseorang karena hasil dari proses pendidikan dapat dirasakan
untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain baik untuk saat ini maupun untuk waktu yang akan

Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa... H. Affandy


Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 26
Volume 9 Nomor 1 2019 ISSN : 2089-6158

datang. Kondisi yang akan datang dapat dibentuk kualitas berpikirnya melalui proses mengambil alih
melalui pendidikan yang sedang dilaksanakan, artinya struktur yang melekat dalam proses berpikir dan
bahwa pendidikan harus dapat menyiapkan dan menanamkan standar intelektual kepada dirinya
menjawab tantangan dan kebutuhan di masa yang (Antika, et al. 2017).
akan datang. Untuk dapat sukses hidup di abad 21 Siswa yang dibekali dengan keterampilan berpikir
yang syarat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi kritis dapat mencermati pendapat orang lain
dalam masyarakat global, maka pendidikan harus berdasarkan data, kebenaran dan pengetahuan.
dapat membuat siswa tidak hanya berpengetahuan Sehingga siswa tanpa ragu ketika memutuskan atau
tetapi juga memiliki karakter yang baik, kritis, logis, menilai pendapat orang lain benar atau salah. Salah
dan inovatif. satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia
Keterampilan abad 21 yang harus dimiliki siswa, untuk memberdayakan keterampilan berpikir kritis
yaitu dalam hal Creativity and Innovation, Critical adalah dengan melakukan perubahan-perubahan pada
thinking and problem solving, Communication, dan kurikulum, perubahan kurikulum 2013 ke kurikulum
Collaboration yang dapat disingkat keterampilan 4C. 2013 revisi 2017.
Keterampilan 4C tersebut dapat dilatih secara intensif Kurikulum 2013 (K13) telah diberlakukan oleh
melalui kegiatan pembelajaran dikelas, yang pemerintah mulai pada tahun ajaran 2014/2015 di
bermanfaat untuk memahami konsep, menganalisis, seluruh Indonesia. Tantangan bagi guru dalam
dan menciptakan. Sumber daya manusia melalui mengimplementasikan pembelajaran dalam konteks
pendidikan yang berkualitas dengan memberdayakan K13 adalah guru harus mengajarkan siswa agar
keterampilan berpikir dapat menjadi solusi untuk mampu mengkonstruksi makna (Abidin, 2014). Hal
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh ini berarti bahwa guru harus mampu melaksanakan
siswa dimasa depan. Mengingat pada abad 21, pendidikan dengan berorientasi pada aktivitas siswa
persaingan dalam berbagai bidang kehidupan sangat dalam menemukan dan menetapkan makna secara
membutuhkan berbagai keterampilan yang harus mandiri sehingga proses pembelajaran akan mampu
dimiliki seseorang. membentuk kemampuan berpikir kritis siswa.
Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu Perbedaan mencolok antara K13 dengan kurikulum
kecakapan hidup yang harus dimiliki siswa, dengan sebelumnya adalah penekanan ranah pembelajaran.
memiliki keterampilan berpikir kritis akan membantu K13 menekankan pada proses pendidikan yang
siswa untuk menyelesaikan masalah baik yang holistik sehingga menyentuh pada cakupan yang lebih
sederhana atau kompleks. Berpikir kritis luas yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran di Pembelajaran dalam konteks K13 harus mampu
tengah kejadian dan informasi yang terjadi setiap hari menghasilkan lulusan yang relevan dengan tuntutan
(Antika, et al. 2017). Keterampilan berpikir kritis belajar abad ke-21 yakni terampil belajar dan
merupakan kemampuan yang sangat diperlukan berinovasi. Keterampilan ini berkenaan dengan
seseorang agar dapat menghadapi berbagai kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan pemecahan masalah, kemampuan berkomunikasi dan
bermasyarakat maupun personal (Nuryanti, et al. berkolabirasi, dan kemampuan untuk berkreativitas
2018). dan berinovasi (Abidin, 2014). Pembelajaran fisika
Keterampilan berpikir kritis merupakan disekolah, nampaknya belum banyak guru yang
pengaturan diri dalam memutuskan sesuatu yang menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan
terdiri dari interpretasi, analisis, evaluasi, dan siswa untuk mengembangan proses berpikir kritis.
inferensi, maupun pemaparan menggunakan suatu Selama proses belajar mengajar guru menjelaskan
bukti, konsep, metodologi, kriteria, atau pertimbangan materi yang telah disiapkan dan memberikan soal
kontekstual yang menjadi dasar penarikan latihan yang bersifat rutin dan prosedural. Kegiatan
kesimpulan/pernyataan (Facione, 2011). siswa hanya mencatat dan cenderung menghafal
Keterampilan berpikir kritis adalah potensi intelektual rumus-rumus fisika tanpa makna dan pengertian.
yang dapat dikembangkan melalui proses Pemberlakuan K13 ditujukan untuk menjawab
pembelajaran (Zubaidah, 2010). tantangan zaman terhadap pendidikan yakni
Upaya pembentukan kemampuan berpikir kritis menghasilkan lulusan yang kompetitif, inovatif
siswa yang optimal mensyaratkan adanya kelas yang kreatif, kolaboratif dan berkarakter. Pembelajaran
interaktif, siswa dipandang sebagai pemikir bukan pada abad 21 diarahkan agar membekali siswa untuk
seorang yang diajar, dan guru berperan sebagai mampu berinteraksi secara efektif dengan orang lain
mediator, dan mampu bekerja dalam kelompok yang berbeda
fasilitator, dan motivator yang membantu siswa dalam (Abidin, 2014: 11). Bertemali dengan tuntutan
belajar bukan mengajar (Nuryanti, et al. 2018). kompetensi berpikir abad 21 semakin berkembang.
Berpikir kritis merupakan metode berpikir tentang (Morocco, et al. 2012) mengatakan bahwa pada abad
berbagai subyek, isi, ataupun masalah, di mana orang ke-21 minimal ada 4 kompetensi belajar yang harus
yang melakukan proses berpikir meningkatkan dikuasai yaitu kemampuan pemahaman yang tinggi,

Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa... H. Affandy


Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 27
Volume 9 Nomor 1 2019 ISSN : 2089-6158

kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkolaborasi Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam
dan berkomunikasi. kegiatan belajar mengajar dalam konteks K13,
Pembelajaran dalam konteks K13 berdasarkan kemampuan minimal yang diharapkan guru agar
standar nasional pendidikan sebagai kualitas minimal dimiliki oleh siswa relevansi dengan penggunaan
yang harus dimiliki oleh warga negara yang terdiri suatu metode yang sesuai saat kegiatan belajar
dari standar isi, standar proses, standar kompetensi mengajar dikelas. Metode yang dapat digunakan oleh
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, guru dapat bermacam-macam, dimana penggunaan
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan metode tersebut disesuaikan dengan tujuan belajar
tenaga kependidikan. Orientasi pendidikan dalam yang hendak dicapai oleh guru. Empat masalah pokok
konteks K13 yakni standar kompetensi lulusan yang dapat dan harus dijadikan pedoman untuk
pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil
acuan utama dalam pengembangan standar isi, standar sesuai dengan yang diharapkan adalah (Djamrah &
proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik Aswan, 2010):
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan
prasarana, standar pengelolaan, dan standar tingkah laku yang bagaimana diinginkan sebagai hasil
pembiayaan. Fungsi standar nasional pendidikan belajar mengajar. Artinya apa yang dijadikan sebagai
adalah untuk penjaminan dan pengendalian mutu tujuan dari kegiatan belajar mengajar harus jelas,
pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan terarah dan dirumuskan dengan konkret, sehingga
(Abidin, 2014:55) mudah dipahami oleh siswa. Jika tidak, maka kegiatan
Standar kompetensi lulusan memberikan kerangka belajar mengajar tidak memiliki arah dan tujuan yang
konseptual mengenai sasaran pembelajaran yang jelas. Sehingga perubahan yang terjadi pada siswa
harus dicapai. Sasaran pembelajaran mencakup sulit diketahui karena penyimpangan-penyimpangan
pengembangan ranah sikap, pengetahuan dan dari kegiatan belajar mengajar.
keterampilan. Sedangkan standar isi memberikan Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar
kerangka konseptual mengenai proses belajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai
mengajar yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan sasaran. Bagaimana cara guru dalam memandang
ruang lingkup materi. Perbedaan mencolok antara K13 suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori yang
dengan kurikulum sebelumnya adalah penekanan digunakan oleh guru dalam memecahkan suatu kasus
pada ranah pembelajaran dan penilaian. Ranah akan mempengaruhi hasilnya. Satu masalah yang
pembelajaran K13 harus diimplementasikan melalui dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan yang
aktivitas yang berbasis pendekatan ilmiah (scientific). berbeda akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan
Pendekatan ilmiah adalah ide untuk mencapai yang berbeda.
suatu tujuan yang dapat digunakan oleh siapa saja, Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur,
dimana saja dan kapan saja (Subagia, 2013). Dengan metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap
pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan palinh tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian
ilmiah dapat digunakan pada semua mata pelajaran untuk memotivasi siswa agar mampu menerapkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan pengetahuan dan pengalamannya dalam memecahkan
ilmiah dimaksudkan untuk memberikan pemahaman masalah, berbeda dengan cara atau metode agar siswa
kepada siswa dalam mengnal, memahami berbagai terdorong dan mampu berpikir bebas dan cukup
materi menggunakan pendekatan ilmiah, informasi keberanian untuk mengemukakan pendapatnya
bisa berasal darimana saja, kapan saja, tidak sendiri. Suatu metode mungkin hanya cocok dipakai
bergantung pada informasi dari guru (Hosnan, 2014). untuk mencapai tujuan tertentu, sehingga guru
Pendekatan ilmiah yang diterapkan pada K13 hendaknya menggunakan teknik penyajian materi
menuntut siswa agar memiliki keterampilan, salah yang berbeda-beda disesuaikan dengan karakteristik
satunya keterampilan berpikir kritis. Sehingga, materi yang akan diajarkan.
pendekatan pembelajaran secara tradisional yang Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria
menekankan pada hafalan atau penerapan prosedur keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan
sederhana tidak akan mengembangkan keterampilan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai
berpikir kritis atau kemandirian siswa (Zubaidah, sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah
2016). dilakukan. Suatu program baru bisa diketahui
Mengimplementasikan pembelajaran dalam keberhasilannya, setelah dilakukan evaluasi. Sistem
konteks K13 bahwa guru harus mengajar agar siswa penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan
mampu mengkonstruksi makna (Abidin, 2014: 27). salah satu strategi yang tidak dapat dipisahkan dengan
Hal ini berarti bahwa guru harus mampu strategi lainnya.
menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada Berdasarkan wawancara dengan 2 guru fisika
aktivitas siswa dalam menemukan dan menetapkan SMA Batik 2 Surakarta, menyatakan bahwa materi
makna pembelajaran sehingga dapat membentuk fluida dinamis cenderung disajikan dalam bentuk
kemampuan berpikir tingkat tinggi pada diri siswa. ceramah dan diskusi disertai dengan latihan soal

Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa... H. Affandy


Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 28
Volume 9 Nomor 1 2019 ISSN : 2089-6158

pemahaman konsep, dan kerja kelompok. Fluida dan Ennis (1989), mengelompokkan indikator
Dinamis merupakan materi fluida yang bergerak, aktivitas berpikir kritis ke dalam lima besar aktivitas,
merupakan materi yang paling kompleks sehingga yang dalam prakteknya dapat membentuk sebuah satu
membutuhkan pemahaman mengenai model, prinsip kesatuan kegiatan atau terpisah-pisah hanya beberapa
dan hukum-hukum dasar seperti hukum Newton dan indikator.
kekekalan energi (Young & Fredman, 2012).
Ilmu pengetahuan alam dibangun atas dasar Tabel 1. Indikator dan sub indikator keterampilan berpikir kritis
produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Fisika No Indikator Sub Indikator
merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Memberikan Memfokuskan pertanyaan,
Alam, dan merupakan ilmu yang lahir dan penjelasan menganalisis pertanyaan dan
berkembang lewat langkah-langkah observasi, 1 sederhana bertanya, serta menjawab
perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian (elementary pertanyaan tentang suatu penjelasan
hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, clarification) atau pernyataan.
serta penemuan teori dan konsep (Trianto, 2010). Mempertimbangkan apakah sumber
Langkah-langkah tersebut dapat dikatakan sebagai Membangun
dapat dipercaya atau tidak dan
metode ilmiah, dimana langkah-langkah yang keterampilan
2 mengamati serta
dasar
ditempuh dalam menjawab pertanyaan atas masalah mempertimbangkan suatu laporan
yang terjadi sehingga dihasilkan jawaban yang akurat (basic support)
hasil observasi
dan obyektif. Mendeduksi atau
Soal-soal yang disajikan oleh guru diambil dari mempertimbangkan hasil deduksi,
internet secara random, akibatnya soal yang diberikan Penarikan
meninduksi atau
belum teruji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen 3 kesimpulan
mempertimbangkan hasil induksi,
dikatakan valid apabila instrumen dapat dengan tepat (inference)
dan membuat serta menentukan nilai
mengukur apa yang akan diukur (Widoyoko, 2016). pertimbangan
Sedangkan reliabilitas dalam Bahasa Inggris berasal Memberikan Mengidentifikasi istilah-istilah dan
dari kata reliable artinya dapat dipercaya. Instrumen penjelasan lebih definisi pertimbangan dan juga
tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil 4 lanjut dimensi, serta mengidentifikasi
yang tetap atau konsisten apabila diteskan berkali – (advance asumsi
kali (Widoyoko, 2016: 252). Reliabilitas berhubungan clarification)
dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat Mengatur Menentukan tindakan dan
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi strategi dan berinteraksi dengan orang lain
jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap 5 tektik
(Arikunto, 2013). (strategies and
Guru tidak terbiasa dalam membuat soal evaluasi tactics)
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
Untuk memberdayakan keterampilan berpikir kritis Terdapat 6 indikator dasar dalam berpikir kritis
siswa dapat dibiasakan dengan memberikan soal-soal (Ennis, 1996) yaitu focus, reason, inference, situation,
yang menuntut kemampuan siswa berfikir kritis, salah clarity dan overview. Focus yaitu memfokuskan
satunya dengan memberikan soal-soal keterampilan pertanyaan yang terdapat dalam soal untuk membuat
berpikir kritis melalui penilaian formatif. Penilaian keputusan tentang apa yang diyakini. Reason adalah
formatif adalah proses yang digunakan oleh guru dan mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau
siswa setelah kegiatan belajar mengajar dengan menolak keputusan yang dibuat berdasarkan fakta
memberikan umpan balik untuk meningkatkan yang terdapat dalam soal. Inference adalah membuat
pencapaian siswa dari hasil pembelajaran (Bennett, kesimpulan yang beralasan atau meyakinkan.
2011). Situation adalah memahami situasi dan menjaga
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk situasi dalam berpikir untuk membantu memperjelas
menganalisis keterampilan berpikir kritis siswa yang pertanyaan dan mengetahui makna sebagai
ditinjau dari unsur-unsur keterampilan berpikir kritis, pendukung keputusan yang diambil. Clarity adalah
pada materi fluida dinamis di SMA Batik 2 Surakarta. menjelaskan arti atau istilah yang digunakan, dan
Hal ini penting dilakukan sebagai masukan bagi guru Overview adalah meninjau ulang dan meneliti secara
agar dapat merancang kegiatan pembelajaran yang menyeluruh keputusan yang diambil.
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Facione (2011), mengidentifikasi enam
keterampilan kognitif sebagai pusat dari konsep
1.1. Landasan Teori berpikir kritis, yang terdiri dari interpretasi, analisis,
1.1.1. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis penjelasan, penyimpulan, dan pengaturan diri.
Facione menjelaskan lima keterampilan kognitif
Terdapat berbagai teori yang mengemukakan sebagai berikut:
indikator berpikir kritis, salah satunya menurut Norris

Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa... H. Affandy


Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 29
Volume 9 Nomor 1 2019 ISSN : 2089-6158

1) Interpretasi adalah memahami dan  Tata Bahasa tidak baik


mengekspresikan makna, situasi, data, peristiwa,  Secara keseluruhan tidak memenuhi tetapi ada
penilaian, keyakinan, aturan atau kriteria. Sub jawaban
bagian interpretasi yaitu: keterampilan 0  Tidak ada jawaban
kategorisasi, kode bermakna, dan memperjelas
makna. 1.1.2. Materi Fluida Dinamis
2) Analisis adalah mengidentifikasi hubungan
inferensial yang dimaksudkan dan aktualisasi Materi Fluida Dinamis dalam kurikulum 2013
antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) terdiri
atau bentuk representasi lain yang dimaksudkan dari fluida ideal, persamaan kontinuitas, persamaan
untuk mengekspresikan keyakinan, penilaian, Bernoulli dan penerapan persamaan kontinuitas dan
informasi atau opini. Sub bagian analisis meliputi Bernoulli dalam kehidupan.
memeriksa ide, mendeteksi argumen dan
menganalisis argumen. 1.1.2.1. Fluida Ideal
3) Evaluasi adalah menilai kredibilitas pernyataan
atau deskripsi tentang persepsi, pengalaman, Fluida ideal adalah tanpa gesekan serta tak
situasi, penilaian, keyakinan atau pendapat termampatkan (Streeter & Wylie, 1999). Empat
seseorang. Sub bagian evaluasi meliputi menilai asumsi yang digunakan untuk memudahkan dalam
klaim dan menilai argumen. mempelajari gerakan atau aliran fluida terdiri dari
fluida tidak kental, aliran tunak, fluida tidak dapat
4) Kesimpulan adalah untuk mengidentifikasi dan
ditekan, alirannya tidak berputar (Serway & Jewett,
mengamankan unsur-unsur yang diperlukan untuk
2009).
menarik kasimpulan yang masuk akal, untuk
membentuk hipotesis, untuk mempertimbangkan
1.1.2.2. Persamaan Kontinuitas
informasi yang relevan. Sub bagian kesimpulan
meliputi menduga alternatif dan
Apabila zat cair tak termampatkan mengalir secara
mengklasifikasikan bukti. konstan melalui pipa atau saluran terbuka, dengan
5) Penjelasan adalah untuk menyatakan hasil penampang aliran konstan maupun tidak konstan,
penalaran seseorang untuk membenarkan alasan maka volume zat cair yang melewati tiap satuan waktu
berdasarkan bukti, pertimbangan konseptual, adalah sama di semua penampang (Triatmodjo, 1993:
metodologi, dan kontekstual. Sub bagian 136). Persamaan kontinuitas untuk zat cair tak
penjelasan meliputi menyatakan hasil, termampatkan adalah:
membenarkan prosedur, dan menyajikan argumen. 𝑣1 𝐴1 = 𝑣2 𝐴2 = konstan (1)
Kecepatan aliran pada 𝑣2 dapat meningkat
Rubrik penilaian keterampilan keterampilan apabila luasan pipa diperkecil.
berpikir kritis pada penelitian ini diadobsi dari Finken
dan Ennis (1993), sebagai berikut: 1.1.2.3. Persamaan Bernoulli

Tabel 2. Rubrik Keterampilan Berpikir Kritis Ketika fluida bergerak melewati sebuah bagian di
Skor Deskripsi mana kelajuan dan atau ketinggiannya di atas
 Semua konsep benar, jelas dan spesifik permukaan Bumi berubah, maka tekanan pada fluida
 Alur berpikir jelas, konsep saling berkaitan berubah bersamaan dengan perubahannya (Serway &
5
 Ejaan Yang Disempurnakan, Baik Jewett, 2004). Persamaan Bernoulli dapat ditulis:
1 1
 Bukti, fakta-fakta jelas 𝑃1 + 𝜌𝑣12 + 𝜌𝑔𝑦1 = 𝑃2 + 𝜌𝑣22 + 𝜌𝑔𝑦2 (2)
2 2
 Hanya sebagian konsep yang benar Persamaan Bernoulli menyatakan bahwa kerja
4  Sebagian alur berpikir jelas yang dilakukan pada suatu volume fluida oleh fluida
 Ejaan sebagian baik (kesalahan kecil) sekitarnya adalah sama dengan jumlah perubahan
 Sebagian kecil konsep benar dan jelas energi kinetik dan energi potensial tiap satuan volume
 Sebagian kecil uraian benar, tetapi alasan tidak tepat yang terjadi selama aliran (Young & Freedman, 2012:
3
 Alur berpikir cukup jelas 386).
 Tata bahasa cukup
 Konsep berlebihan, tidak didasarkan data 1.1.2.4. Penerapan Persamaan Kontinuitas dan
 Uraian tidak didukung fakta Persamaan Bernoulli dalam Kehidupan
2  Tata Bahasa cukup Sehari-hari
 Secara keseluruhan hanya sebagian kecil aspek
terlihat benar Azas Bernouli banyak dimanfaatkan dalam
 Semua konsep tidak benar kehidupan sehari – hari, salah satunya adalah
1
 Uraian tidak benar

Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa... H. Affandy


Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 30
Volume 9 Nomor 1 2019 ISSN : 2089-6158

menghitung kecepatan air (𝑣1 ) yang mengalir keluar


dari keran yang terletak di dasar sebuah penampungan Tabel 4. Statistik Deskriptif Keterampilan Berpikir Kritis Kelas XI
(tandon). Contoh lain penerapan persamaan Bernoulli MIA 1
dapat ditemukan pada fluida yang mengalir secara No Indikator Frekuensi Persentase
horizontal (alat penyemprot nyamuk dan parfum).
1 Focus 12 34.29%

1.2. Metode Penelitian 2 Reason 9 25.71%


3 Inference 7 20.00%
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif yang diharapkan mampu menganalisis 4 Situation 4 11.43%
keterampilan berpikir kritis siswa. Penelitian 5 Clarity 1 2.86%
dilakukan di SMA Batik 2 Surakarta, pada materi
6 Overview 2 5.71%
fluida dinamis di kelas XI MIA semester genap tahun
ajaran 2017/2018. Penelitian deskriptif yang Total 35 100%
dimaksudkan adalah untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan Hasil analisis deskriptif keterampilan berpikir
gejala menurut “apa adanya” pada saat penelitian kritis siswa pada tiap indikator sangat variatif, pada
dilakukan (Arikunto, 2005). indikator Focus, kategori sangat tinggi di kelas XI
Jumlah sampel seluruh siswa kelas XI yang terdiri MIA 1. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah
dari 99 siswa. Instrumen yang digunakan untuk mampu memfokuskan apa yang ditanyakan pada soal.
menganalisis keterampilan berpikir kritis Di kelas XI MIA 1 pada indikator Clarity sangat
menggunakan soal essay pada materi Fluida Dinamis rendah, hanya 1 siswa yang mampu menjawab pada
sebanyak 4 item yang diadobsi dari soal-soal Ujian indikator ini. Clarity adalah menjelaskan arti atau
Nasional Sekolah Menengah Atas (UN SMA). istilah yang digunakan
Adapun keterampilan berpikir kritis yang diukur pada
penelitian ini terdiri dari 6 indikator, yaitu focus, 2.2. Analisis Deskriptif Kelas XI MIA 2
reason, inference, situation, clarity dan overview.
Hasilnya di skor dengan rubrik penilaian keterampilan Siswa kelas XI MIA 2 sebanyak 31 siswa, hasil
berpikir kritis. analisis data pada kelas tersebut disajikan dalam Tabel
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 5 sebagai berikut:
data keterampilan berpikir kritis melalui teknik tes dan
data hasil wawancara melalui teknik non-tes. Data
Tabel 5. Statistik Deskriptif Keterampilan Berpikir Kritis Kelas XI
keterampilan berpikir kritis dianalisis secara
MIA 2
kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif,
sehingga dapat dianalisis keterampilan berpikir kritis No Indikator Frekuensi Persentase
siswa pada materi Fluida Dinamis. Kemudian data 1 Focus 11 35.48%
dikategorikan tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan 2 Reason 7 22.58%
Tabel 3 berikut:
3 Inference 6 19.35%
Tabel 3. Kriteria penggolongan data 4 Situation 3 9.68%
No Kategori Kriteria
1 Tinggi X > M + 1*SD 5 Clarity 2 6.45%
2 Sedang M - 1*SD ≤ X ≤ M + 1*SD 6 Overview 2 6.45%
3 Rendah X < M – 1*SD
Keterangan: Total 31 100%
X = Skor Siswa
M = Mean Hasil analisis deskriptif keterampilan berpikir
SD = Standar Deviasi kritis siswa pada tiap indikator sangat variatif, pada
Data hasil penelitian dianalisis dengan bantuan indikator Focus, kategori sangat tinggi di kelas XI
program Microsoft Office Excel. MIA 2. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah
mampu memfokuskan apa yang ditanyakan pada soal.
2. Pembahasan Di kelas XI MIA 2 pada indikator Clarity dan
Overview sangat rendah, hanya ada 2 siswa pada
2.1. Analisis Deskriptif Kelas XI MIA 1 masing-masing indikator yang mampu menjawab
pada indikator ini.
Siswa kelas XI MIA 1 sebanyak 35 siswa, hasil
analisis data pada kelas tersebut disajikan dalam Tabel
4 sebagai berikut:

Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa... H. Affandy


Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 31
Volume 9 Nomor 1 2019 ISSN : 2089-6158

2.3. Analisis Deskriptif Kelas XI MIA 3 2.4.2. Indikator Reason

Siswa kelas XI MIA 3 sebanyak 33 siswa, hasil Reason adalah mengetahui alasan-alasan yang
analisis data pada kelas tersebut disajikan dalam Tabel mendukung atau menolak keputusan yang dibuat
6 sebagai berikut: berdasarkan fakta yang terdapat dalam soal, hasil
analisis statistik deskriptif pada indikator Reason
Tabel 6. Statistik Deskriptif Keterampilan Berpikir Kritis Kelas XI disajikan pada Tabel 8 sebagai berikut:
MIA 3
No Indikator Frekuensi Persentase Tabel 8. Statistik Deskriptif Indikator Reason
Kelas Reason Kategori
1 Focus 12 36.36%
MIA 1 9 Tinggi
2 Reason 8 24.24%
MIA 2 7 Rendah
3 Inference 5 15.15%
MIA 3 8 Sedang
4 Situation 3 9.09%
5 Clarity 2 6.06%
Presentase indikator Reason di kelas MIA 1
6 Overview 3 9.09% (25.71%), MIA 2 (22.58%) dan MIA 3 (24.24%). Skor
Total 33 100% rata-rata pada indikator Reason adalah 8.00, dengan
standar deviasi 0.82. Artinya terdapat 1 kelas (MIA 1)
dengan kategori tinggi, 1 kelas (MIA 3) dengan
Hasil analisis deskriptif keterampilan berpikir kategori sedang, dan 1 kelas (MIA 2) dengan kategori
kritis siswa pada tiap indikator sangat variatif, pada rendah.
indikator Focus, kategori sangat tinggi di kelas XI
MIA 3. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah
2.4.3. Indikator Inference
mampu memfokuskan apa yang ditanyakan pada soal.
Di kelas XI MIA 3 pada indikator Clarity sangat
rendah, hanya ada 2 siswa yang mampu menjawab Inference adalah membuat kesimpulan yang
beralasan atau meyakinkan, hasil analisis statistik
pada indikator ini. Clarity adalah menjelaskan arti
deskriptif pada indikator Inference disajikan pada
atau istilah yang digunakan. Hasil analisis data tiap
kelas menunjukkan bahwa, data didominasi pada Tabel 9 sebagai berikut:
indikator Focus, sedangkan pada indikator lainnya
Tabel 9. Statistik Deskriptif Indikator Inference
sangat bervariatif tiap kelas.
Kelas Inference Kategori
2.4. Analisis Deskriptif Kelas XI MIA SMA Batik 2 MIA 1 7 Tinggi
Surakarta Pada Tiap Indikator
MIA 2 6 Sedang
2.4.1. Indikator Focus
MIA 3 5 Rendah
Focus yaitu memfokuskan pertanyaan yang
terdapat dalam soal untuk membuat keputusan tentang Presentase indikator Inference di kelas MIA 1
apa yang diyakini, hasil analisis statistik deskriptif (20.00%), MIA 2 (19.35%) dan MIA 3 (15.15%). Skor
pada indikator Focus disajikan pada Tabel 7 sebagai rata-rata pada indikator Inference adalah 6.00, dengan
berikut: standar deviasi 0.82. Artinya terdapat 1 kelas (MIA 1)
dengan kategori tinggi, 1 kelas (MIA 2) dengan
Tabel 7. Statistik Deskriptif Indikator Focus kategori sedang, dan 1 kelas (MIA 3) dengan kategori
Kelas Focus Kategori rendah.
MIA 1 12 Sedang
2.4.4. Indikator Situation
MIA 2 11 Rendah
MIA 3 12 Sedang Situation adalah memahami situasi dan menjaga
situasi dalam berpikir untuk membantu memperjelas
pertanyaan dan mengetahui makna sebagai
Presentase indikator Focus di kelas MIA 1
(34.29%), MIA 2 (35.48%) dan MIA 3 (36.36%). Skor pendukung keputusan yang diambil, hasil analisis
statistik deskriptif pada indikator Situation disajikan
rata-rata pada indikator Focus adalah 11.67, dengan
pada Tabel 10 sebagai berikut:.
standar deviasi 0.47. Artinya terdapat 2 kelas (MIA 1
dan 3) dengan kategori sedang, dan terdapat 1 kelas
(MIA 2) dengan kategori rendah.

Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa... H. Affandy


Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 32
Volume 9 Nomor 1 2019 ISSN : 2089-6158

Tabel 10. Statistik Deskriptif Indikator Situation 3. Kesimpulan


Kelas Situation Kategori
MIA 1 4 Tinggi
Berdasarkan hasil analisis data, keterampilan
berpikir kritis siswa kelas XI MIA di SMA Batik 2
MIA 2 3 Sedang Surakarta pada indikator Focus (23%), Reason (22%),
MIA 3 3 Sedang Inference (15%), Situation (16%), Clarity (14%), and
Overview (10%). Presentase indikator Focus di kelas
MIA 1 (34.29%), MIA 2 (35.48%) dan MIA 3
Presentase indikator Situation di kelas MIA 1
(36.36%). Artinya pada indikator Focus terdapat 2
(11.43%), MIA 2 (9.68%) dan MIA 3 (15.15%). Skor
kelas (MIA 1 dan 3) dengan kategori sedang, dan
rata-rata pada indikator Situation adalah 3.33, dengan terdapat 1 kelas (MIA 2) dengan kategori rendah.
standar deviasi 0.47. Artinya terdapat 1 kelas (MIA 1)
Presentase indikator Reason di kelas MIA 1
dengan kategori tinggi, dan 2 kelas (MIA 2 & MIA 3)
(25.71%), MIA 2 (22.58%) dan MIA 3 (24.24%).
dengan kategori sedang. Artinya pada indikator Reason terdapat 1 kelas (MIA
1) dengan kategori tinggi, 1 kelas (MIA 3) dengan
2.4.5. Indikator Clarity kategori sedang, dan 1 kelas (MIA 2) dengan kategori
rendah. Presentase indikator Inference di kelas MIA 1
Clarity adalah menjelaskan arti atau istilah yang (20.00%), MIA 2 (19.35%) dan MIA 3 (15.15%).
digunakan, hasil analisis statistik deskriptif pada Artinya pada indikator Inference terdapat 1 kelas
indikator Clarity disajikan pada Tabel 11 sebagai (MIA 1) dengan kategori tinggi, 1 kelas (MIA 2)
berikut: dengan kategori sedang, dan 1 kelas (MIA 3) dengan
kategori rendah.
Tabel 11. Statistik Deskriptif Indikator Clarity Presentase indikator Situation di kelas MIA 1
Kelas Clarity Kategori (11.43%), MIA 2 (9.68%) dan MIA 3 (15.15%).
MIA 1 1 Rendah
Artinya pada indikator Situation terdapat 1 kelas (MIA
1) dengan kategori tinggi, dan 2 kelas (MIA 2 & MIA
MIA 2 2 Sedang 3) dengan kategori sedang. Presentase indikator
MIA 3 2 Sedang Clarity di kelas MIA 1 (2.86%), MIA 2 (6.45%) dan
MIA 3 (6.06%). Artinya pada indikator Clarity
terdapat 2 kelas (MIA 2 & MIA 3) dengan kategori
Presentase indikator Clarity di kelas MIA 1
sedang, dan 1 kelas (MIA 1) dengan kategori rendah.
(2.86%), MIA 2 (6.45%) dan MIA 3 (6.06%). Skor
Presentase indikator Overview di kelas MIA 1
rata-rata pada indikator Clarity adalah 1.67, dengan
(5.71%), MIA 2 (6.45%) dan MIA 3 (9.09%). Artinya
standar deviasi 0.47. Artinya terdapat 2 kelas (MIA 2
pada indikator Overview terdapat 1 kelas (MIA 3)
& MIA 3) dengan kategori sedang, dan 1 kelas (MIA
dengan kategori tinggi, 2 kelas (MIA 1 dan MIA 2)
1) dengan kategori rendah.
dengan kategori sedang. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis
2.4.6. Indikator Overview siswa di SMA Batik 2 Surakarta masih tergolong
rendah.
Overview adalah meninjau ulang dan meneliti
secara menyeluruh keputusan yang diambil, hasil
Daftar Pustaka
analisis statistik deskriptif pada indikator Overview
disajikan pada Tabel 12 sebagai berikut:
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran
Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika
Tabel 12. Statistik Deskriptif Indikator Overview
Aditama.
Kelas Overview Kategori
Antika, Linda Tri. A. D. Corebima & Siti Zubaidah.
MIA 1 2 Sedang
2017. Hubungan Antara Keterampilan Berpikir
MIA 2 2 Sedang
Kritis Dengan Hasil Belajar Biologi Dengan
MIA 3 3 Tinggi
Model Reading-Concept Map-Think Pair Share
(REMAP TPS). Prosiding Science Education
Presentase indikator Overview di kelas MIA 1 National Conference 2017-Pendidikan IPA.
(5.71%), MIA 2 (6.45%) dan MIA 3 (9.09%). Skor Arikunto, Suharsimi. 2005. Management Penelitian.
rata-rata pada indikator Overview adalah 2.33, dengan
Jakarta: Rineka Cipta.
standar deviasi 0.47. Artinya terdapat 1 kelas (MIA 3)
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi
dengan kategori tinggi, 2 kelas (MIA 1 dan MIA 2)
dengan kategori sedang. Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bennett, Randy Elliot. 2011. Formative Assessment: A
Critical Review. Assessment in Education:

Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa... H. Affandy


Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 33
Volume 9 Nomor 1 2019 ISSN : 2089-6158

Principles, Policy & Practice. Routledge Taylor & Zubaidah, S. 2016. Keterampilan Abad Ke-21:
Francis Group. Keterampilan Yang Diajarkan Melalui
Djamrah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2010. Strategi Pembelajaran. Makalah disampaikan pada
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Seminar Nasional Pendidikan. Pendidikan Biologi
Ennis, R. H. 1996. Critical Thinking. Upper Saddle STKIP Persada Khatulistiwa Sintang –
River, NJ: Prentice-Hall. Kalimantan Barat.
Facione, Peter A. (2011). Critical Thinking: What It Is
and Why It Counts. Millbrae: Measured Reasons
and The California Academic Press.
Finken, Marguerite & Ennis R. H. 1993. Illinois
Critical Thinking Essay Test. University of
Illinois: Champaign.
Hosnan, Muhammad. 2014. Pendekatan Saintifik dan
Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Morocco, Catherine Cobb. Cynthia Mata Aguilar.
Carol Bershad. Andrea Winokur Kotula. Alisa
Hindin. 2012. Supported Literacy for Adolescents:
Transforming Teaching and Content Learning for
the Twenty-First Century. San Francisco: Jossey-
Bass A Wiley Imprint.
Nuryanti, Lilis. Siti Zubaidah. & Markus Diantoro.
2018. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
SMP. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan
Pengembangan.
Norris, S. P. & Ennis R. H. 1989. Evaluating critical
thinking. Pacific Grove, CA: Midwest
Publications.
Serway, Raymond A. & Jhon W. Jewett. 2004.
Physics for Scientists and Engineers: 6th Edition.
Singapore: Thomson Books.
Strager, Victor L. & E. Benjamin Wylie. 1999.
Mekanika Fluida; Edisi Delapan. Terjemahan
Arko Prajono. Jakarta: Erlangga.
Susilana, Rudi. & Riyana, Cepi. 2007. Media
Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Subagia, I Wayan. 2013. Implementasi Pendekatan
Ilmiah Dalam Kurikulum 2013 Untuk
Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional. Artikel
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Triatmodjo, Bambang. 1993. Hidraulika I.
Yogyakarta: Beta Offset.
Widoyoko, E. Putro. 2016. Penilaian Hasil
Pembelajaran Di Sekolah; Edisi Revisi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Young, H. D. & Roger A. Fredman. 2012. Sears and
Zemansky’s University Physics with Modern
Physics. 13th Edition. Addison-Wesley.
Zubaidah, S. 2010. Berpikir Kritis: Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi yang Dapat
Dikembangkan melalui Pembelajaran Sains.
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Sains. Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa... H. Affandy

Anda mungkin juga menyukai