1. 173402-ID –none.pdf
Judul : Implementasi Digital-Age Literacy Dalam Pendidikan Abad 21 Di Indonesia
Disini saya mengambil referensi mengenai penerapan kurikulum abad 21.
- Mempelajari penerbitan dokumen BNSP tahun 2010 tentang paradigma
pendidikan abad 21, kejelasan mengenai pelaksanaan dokumen tersebut.
“ Pendidikan nasional abad XXI bertujuan untuk mewujudkan cita-cita
bangsa , yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia,
dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam
dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya
manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan
berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya.”
- Berdasarkan (Soh, Arsyad & Osman,2010) didalam jurnal (Afandi, Tulus
Junanto & Rachmi Afriani, 2016) menyatakan bahwa abad 21 dapat
dikatakan sebagai abad pengetahuan – sebuah abad yang ditandai dengan
terjadinya transformasi besar-besaran dari masyarakat agraris menuju
masyarakat industri dan berlanjut ke masyarakat berpengetahuan.
Jadi saya mengambil referensi mengenai ketrampilan abad 21
Daftar pustaka :
- Arsad, N., Osman, K& Soh, T. (2011). Instrumen development for 21st
century skills in Biology. Procedia Sosial and Behavioral Sciences 15; 1470-
1474
- Badan Nasional Standar Pendidikan. (2010). Paradigma pendidikan nasional
abad XXI. Badan Standar Nasional Pendidikan Versi 1.0. Retrieved
November 21, 2018, from http://www.bsnp-indonesia.org/id/wp-
content/uploads/2012/04/Laporan-BSNP-2010.pdf
2. 177-330-1-SM.pdf
Isi Abstrak
Tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan
komunikasi matematis siswa setelah menerapkan model pembelajaran penemuan
terbimbing.
Penelitian kuasi eksperimen : Kuasi eksperimen (populasi seluruh siswa SMP
jumlah 350 siswa)
Sampel dua kelas jumlah 100 siswa (teknik random sampling)
Kesimpulan hasil penelitian :
- Terdapat peningkatan kemampuan pemahaman hasil pembelajaran dengan
penemuan terbimbing dibanding pembelajaran langsung
- Kemampuan komunikasi
- Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal siswa dan model
pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemahaman
Menurut Tran (2014) “In the 21st century, the creation is one of crucial factors
of the process of teaching and learning. In order to create in the process of
teaching and learning, teacher usually uses a familiar method being discovery
learning. This method proves the activity of students.” Ketika siswa aktif dalam
proses pembelajaran dan mampu mengkonstruksi pengetahuannya, maka siswa
akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi terhadap pelajaran matematika.
(Tran, T. (2014). Discovery Learning with the Help of the GeoGebra Dynamic
Geometry Software. Internasional Journal of Learning, Teaching and
Educational Research Vol. 7, No.1, pp.44-57, August.2014.)
Penemuan terbimbing merupakan proses untuk didorong untuk menemukan
kembali, mencoba untuk memberikan pengetahauan melalui penemuan dan
penemuan orang lain.
Buku
3. 173402-ID-none.pdf-Foxit Reader
Menurut dokumen Badan Nasional Standar Pendidikan tahun 2010 yang
menyatakan bahwa “ Pendidikan Nasional abad XXI bertujuan untuk
mewujudkan cita cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang
sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan
bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang
terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang
mandiri ,berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita
bangsanya”
Dengan era pasar bebas tersebut, setiap orang dituntut agar dapat
menghadapi persaingan bebas. Untuk dapat bersaing di era globalisasi
seperti ini, seorang ekonomi Alan Bidder (dalam Levy & Murnane, 2004),
mengungkapkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, kemampuan membuat
keputusan dan kemampuan untuk berkomunikasi menjadi kunci agar kebal
terhadap berkembangnya otomatis dan globalisasi.
Dalam kerangka pendidikan abad 21st Century Skills, ketrampilan digital
age literacy merupakan salah satu domain utama yang perlu mendapatkan
perhatian di dunia pendidikan saat ini. Domain ini mencakup 8 aspek, yakni
: basic, scientific, information, visual, technological, multicultural, dan
global awarness
.
4. 273-1427-1-PB.pdf
Dalam PP Nomor 19 tahun 2005, diisyaratkan bahwa pendidik diharapkan
mengembangkanmateri pembelajaran. Kemudian, Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Pemendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar
proses pembelajaran juga mensyaratkan bagi pendidik pada satuan
pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Salah satu komponen RPP adalah bahan ajar
5. Abstrak
Judul :Bahan Ajar Berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and
Mathematics) untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siwa SMA
Hasil studi TIMSS tahun 2011 hasil belajar siswa dalam bidang matematika
sains terutama masih rendah.
Pembelajaran berbasis STEM dapat meningkatkan hasil belajar (penguasaan
konsep)
Hanya diujicobakan terbatas yaitu satu kelas saja, lalu bagaimana dengan
kelas kontrol dan eksperimennya? Cari diperpus !!!!
Indikator berpikir kritis yang dikembangkan adalah menghipotesis,
menginterprestasi data, menganalisis, menyimpulkan dan mengevaluasi
(Mencari di perpus skirpsinya Ika Kurnia Pangesti 2017) !
Prosedur penelitian ini dibagi 4 tahap : Pendahuluan, perencanaan,
pengembangan dan uji coba bahan ajar
Desain uji coba menggunakan One Group Pretest-Posttest Design
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis yang
meliputi tes rumpang dan uraian.
o Tes rumpang = menguji tingkat keterbacaan bahan ajar
o Tes uraian = menguji penguasaan konsep
o Angket = mengukur kelayakan bahan ajar
o Tingkat kelayakan, keterbacaan dan peningkatan penguasaan konsep
siswa dihitung dengan mencari presentase skor yang diperoleh
dibandingkan dengan skor maksiamal
Hasil dan pembahasan :
Menurut Prastowo (2015: 217), ukuran kertas untuk mencetak bahan ajar
sebaiknya dapat mengkomodasi kebutuhan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Tipografi penulisan bahan ajar menggunakan huruf Times New
Roman ukuran 12 pt.
Menurut Mudzakir (2009; 34-46) salah satu komponen penyempurna bahan
ajar cetak adalah ukuran huruf 12-14 untuk jenis Times New Roman
7. 248-679-1-pb.pdf
Judul : Analisis Proses Ketrampilan Proses Sains Mahasiswa Berdasarkan Gaya
Berpikir dan Kecerdasan Jamak Pada Praktikum Fisika Modern Di Universitas
Muhammadiyah Makassar
Ketrampilan proses sains sangat diperlukan agar siswa mampu memecahkan
masalah
Salah satu esensi dari kurikulum 2013 adalah mengajarkan peserta didik
dengan menggunakan pendekatan scientific.
Pada pendekatan ini, proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep
8. 1064-1980-2-PB.pdf
10. 664-1257-1-PB.pdf
Saat ini berbagai negara termasuk didalamnya kanada dan amerika serikat
sedang mempersiapkan generasi muda mereka dengan pembelajaran
berbasis pendekatan STEM. Bahkan di Amerika Serikat berbagai lembaga
didirikan untuk memfokuskan diri terhadap pengembangan STEM.
Pendidikan STEM pada saat ini menjadi salah satu isu penting dalam
perkembangan dunia pendidikan (Syukri, Halim, & Meerah, 2013:1).
Villavicencio, (2011) mengungkapkan bahwa ketika siswa terlibat dalam
berpikir kritis, prestasinya dapat meningkat dalam pengembangan STEM
menuntut siswa dalam pembelajarannya menggunakan pola berpikir kritis,
terkait dengan dengan pemikiran kritis. Johnson (2002) mendefinisikan
bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil
keputusan, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah.berpikir
kritis adalah metode berpikir yang digunakan untuk memeriksa, menilai dan
merevisi pengetahuan sebelumnya untuk memecahkan suatu masalah.
Mustafa (2016) mendifinisikan pendidikan STEM terintegrasi sebagai
pendekatan pembelajaran yang menggabungkan teori dan praktik dari ilmu
pengetahuan dan matematika ke dalam teknologi dan rekayasa.
Tessmer mengungkapkan tahapan evaluasi formatif suatu produk yakni
dimulai dari self-evaluation atau evaluasi mandiri, dimana peneliti
menemukan sendiri kesalahan-kesalahan dari produk yang
dikembangkannya kemudian direvisi. Tahap selanjutnya yaitu expert review
atau validasi pakar dalam bidang content atau isi, desain, dan kualitas
teknik. Dari validasi pakar, tahap selanjutnya adalah uji pemakaian atau
kepraktisan One-to-One atau perorangan dan Small Group atau 10
kelompok kecil. Pada uji one-to-one, prototipe dari produk yang
dikembangkan biasanya diujikan kepada 2-4 siswa yang mewakili karakter
subjek penelitian. Pada uji small group, banyaknya subjek/siswa yang
digunakan dalam tahap ini menurut Nethenson dan Henderson dalam
(Tessmer, 1998) adalah sekurang-kurangnya 4 sampai 5 orang, dan
sebanyak-banyaknya 40 sampai 50 orang. Banyaknya subjek untuk uji small
group ditentukan dari keseimbangan antara para perwakilan dan seluruh
subjek penelitian, dimana diperlukan jumlah yang cukup sehingga tiap
karakter dari subjek penelitian dapat terwakilkan. Tahap terakhir adalah uji
lapangan atau Field Test yang dilakukan terhadap subjek penelitian untuk
menguji efektivitas dari produk yang dikembangkan (Tessmer, 1998).
11. 1099-1971-1-SM
(folder pendekatan STEM) Menurut Nenny Soemawinata, “Sekitar 47%
SDM Indonesia didominasi mereka yang hanya mengenyam pendidikan
sekolah dasar, kondisi ini sangat rawan mengingat Indonesia telah tergabung
dalam pasar bebas ASEAN (SINDO, 2014). Merujuk data Badan Pusat
Statistik 2010, sumber daya manusia Indonesia masih didominasi tenaga
kerja kurang terampil (sebanyak 88 juta), dan diprediksi 2020 akan ada 50%
kekurangan tenaga kerja untuk mengisi lowongan jabatan di struktur
lapangan kerja (Kompas, 2015). Memperhatikan keadaan tersebut,
diperlukan reformasi di bidang pendidikan yang dapat meningkatkan SDM
(SumberDaya Manusia) di era teknologi dan informasi ini, salah satunya
dengan memberlakukan pembelajaran STEM (Science, Technology,
Engineering, and Mathematics) (Roberts, 2012).
STEM merupakan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan empat
bidang yaitu sains, teknologi, engineering, dan matematika menjadi satu
kesatuan yang holistik (Roberts, 2012; Bybee, 2013). Tujuan STEM dalam
dunia pendidikan sejalan dengan tuntutan pendidikan abad 21, yaitu agar
peserta didik memiliki literasi sains dan teknologi nampak dari membaca,
menulis, mengamati, serta melakukan sains, serta mampu mengembangkan
kompetensi yang telah dimilikinya untuk diterapkan dalam menghadapi
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang terkait bidang ilmu STEM
(Bybee, 2013; National STEM Education Center, 2014)
16. 7670-16878-1-SM
(JURNAL KEREN, KARENA ADA METODE PENELITIAN YANG BISA
DIGUNAKAN BELAJAR)
Pengembangan LKS STEM dalam meningkatkan motivasi belajar siswa (materi
pada induksi elektormagnetik, subjek penelitian siswa SMA kelas 3)
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi awal yaitu mengumpulkan
data nilai ujian semester IV siswa, angket untuk mengetahui motivasi
belajar siswa dan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama
proses belajar mengajar. Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan
bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Uji X2 untuk motivasi
menunjukkan X2 hitung (29,2) X2 tabel (7.81) yang berarti dengan
menggunakan LKS STEM dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
sedangkan untuk aktivitas belajar siswa menunjukkan nilai 24,9>5,99 yang
artinya dengan menggunakan LKS STEM juga dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa.
Jadi disini pendahuluan menggunakan hasil observasi dulu, jadi dibahas
keadaan dilingkungan sekolah. Karena sekolah tersebut termasuk sekolah
terpencil maka itu digunakan masalah dalam latar belakangnya
Praktikum dilakukan jika alat tersedia saja, jika tidak ada guru hanya
memberikan ceramah saja (dg alasan membuat media atau alat lain
membutuhkan waktu, tenaga dan pemikiran yang ekstra)
Hasil belajar fisika yang rendah seringkali diatasi dengan cara kegiatan
remedial, sehingga siswa hanya paham dengan konsepnya saja tapi belum
bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
Oleh karena itu STEM menjadi salah satu altenatif untuk mengatasi
permasalahan pembelajaran ini. STEM merupakan gabungan ilmu
pengetahuan yang sudah dipadu seperti ilmu sains, teknologi, matematika
serta pemilihan alat yang dipakai mudah terjangkau (Morrison, 2006)
Metode dengan dibagi 2 kelas setiap kelas 30an, 1 kelas ,menggunakan LKS
konvensional dan 30 siswa lain dengan LKS STEM. Subjek dipilih dari nilai
ujian semester 5
Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan motivasi belajar siswa antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dilakukan uji Kai-Kuadrat
(X2). Peningkatan motivasi belajar siswa antara dua kelas diketahui sebelum
ataupun sesudah melakukan pembelajaran baik dengan menggunakan LKS
STEM di kelas eksperimen ataupun dengan menggunakan LKS
Konvensional dikelas kontrol. Melalui perolehan kategori motivasi belajar
kita juga bisa mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa pada masing-
masing kelas.
Menurut Jogiyanto (2008: 237) Pengujian Kai-Kuadrat (chi-square test)
digunakan untuk menguji perbedaan yang signifikan antara distribusi data
yang diobservasi dengan distribusi yang diharapkan untuk beberapa
kategori. Pengujian ini dilakukan untuk tipe data nominal sebagai berikut
(dengan degree of freedom, d.f = n-1):
Hasil uji t dari hasil angket kelas kontrol dan eksperimen
Cari tau cara perhitungannya
Asghar, A. (2012). Supporting STEM Education in Secondary Science Contexts.
Interdisciplinary Journal of Problem based Learning, ( Online)Jilid 6, no
2:(http://dx.doi.org/10.7771/1541-5015.1349 diakses tanggal 21 Juli 2012).
Becker. K dan Park. K. 2011. Effect of Integrative Approaches Among
Science,Technology, Engineering and Mathematics (STEM) subjects on Students
Learning: a Preliminary motaanaalisis. Journal of STEM Education,12 (5-6), 23-
25
Jones, R.B. 2008. Science, Technology, Engineering and Math (Online)
(http://www. Learning.com. diakses tanggal 8 Juni 2014.
Ostler, K. 2012. Century STEM Education: A Tectical Model for Long Range
Succes. International Journal of Applied Science and Technology. 2(1): 15-17.
Marrison, J. S. 2006. Attribute of STEM Education (Online) (http://www.psea.org.
diakses tanggal 12 November 2013.
Suryabrata, S.2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
18. 8561-31336-3-PB.pdf
STEM dalam pembelajaran diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran
yang bermakna bagi siswa melalui integrasi pengetahuan, konsep, dan
keterampilan secara sistematis. Beberapa manfaat dari pendekatan STEM
membuat siswa mampu memecahkan masalah menjadi lebih baik, inovator,
inventors, mandiri, pemikir logis, dan literasi teknologi (Morrison dalam
Stohlmann, Moore, & Roehrig, 2012, p. 29).
Cara yang lebih komprehensif untuk menanamkan keempat disiplin ke satu
sama lain dengan mengajarkannya sebagai subjek yang terintegrasi.
Misalnya, ada konten teknologi, teknik, dan matematika dalam sains,
sehingga guru sains akan mengintegrasikan T, E, dan M ke dalam S
(Dugger, 2010, p. 5; Firman, 2015, p.5).
Pembelajaran STEM perlu menekankan beberapa aspek dalam proses
pembelajaran (NRC, 2011, pp.3-5) diantaranya: (1) mengaju-kan
pertanyaan (science) dan mendefinisikan masalah (engineering); (2)
mengembangkan dan menggunakan model; (3) merencanakan dan
melakukan investigasi; (4) menganalisis dan me-nafsirkan data
(mathematics); (5) menggunakan matematika; teknologi informasi dan
komputer; dan berpikir komputasi; (6) membangun eksplanasi (science) dan
merancang solusi (engi-neering); (7) terlibat dalam argumen berdasar-kan
bukti; (8) memperoleh, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi.
National Research Council (2011, p.17) menyatakan bahwa dalam
pembelajaran STEM siswa memiliki kesempatan untuk belajar sains,
matematika, dan teknik dengan mengatasi masa-lah yang memiliki aplikasi
di dunia nyata.