Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nasional merupakan salah satu sektor pembangunan

nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi

mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan

berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang

menjadi manusia yang berkualitas. Perbaikan dari segi sarana prasarana,

kualitas guru, dan perubahan kurikulum terus diupayakan dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan. Perbaikan ini diharapkan dapat

menghasilkan sumber daya manusia yang siap dan mampu bersaing dalam

menghadapi tantangan pada abad 21.

Kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan

kebudayaan untuk menghadapi tantangan abad 21 salah satunya adalah

melakukan perbaikan kurikulum secara berkala dengan menonjolkan aspek

yang dipandang lebih baik dan meminimalisasi kelemahan dari kurikulum

sebelumnya, diantaranya dengan penerapan Kurikulum 2013. Fadlillah

(2014:8) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 yang dikembangkan ditujukan

untuk mempersiapkan siswa agar memiliki kompetensi sebagai bekal

menghadapi tantangan abad 21, sehingga diharapkan dapat meraih

kesuksesan, serta mampu membawa negara Indonesia menjadi negara yang

lebih baik, maju, makmur, dan sejahtera. Kompetensi yang perlu

1
2

dikembangkan antara lain mengembangkan kemampuan berpikir siswa

(Permendikbud Nomor 104, Tahun 2016:4).

Kualitas pendidikan di Indonesia dibandingkan negara-negara lain di

dunia kenyataannya masih rendah, salah satunya dapat dilihat dari hasil survey

yang dilakukan Programme for International Student Assessment 2012

terhadap siswa usia 15 tahun menunjukkan bahwa keterampilan berpikir siswa

dalam bidang sains di Indonesia masih sangat rendah. Indonesia berada pada

peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam mengikuti tes.

Penilaian tersebut dipublikasikan oleh the Organization for Economic

Cooperation and Development (OECD), Rabu 4 Desember 2013. Rata-rata

skor anak-anak Indonesia untuk sains sebesar 382. Padahal, rata-rata skor rata-

rata internasional sebesar 501. Lebih dari 60% siswa di Indonesia memiliki

kemampuan kecakapan dasar sains di bawah level 2. Berarti secara umum

siswa di Indonesia baru dapat menjawab pertanyaan atau permasalahan-

permasalahan yang sudah dikenal, dengan informasi pendukung yang sudah

tersedia, mampu mengidentifikasi informasi, tetapi untuk menggunakannya

secara prosedural memerlukan arahan yang eksplisit, serta mampu melakukan

suatu tindakan jika diberikan stimulus yang jelas (Wasis, 2015:8-10).

Siswa di Indonesia belum dipersiapkan secara maksimal untuk bersaing

menghadapi abad 21, karena kurang dilatih untuk mengembangkan

keterampilan berpikir kritisnya. Siswa sering bergantung pada guru dan buku

teks sebagai sumber belajar yang tersedia, menghafal informasi, dipaksa

mengingat dan menyimpan berbagai informasi tanpa dilibatkan untuk


3

mengetahui proses dan memahami informasi yang diingatnya dan

menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2012; Ifeoma &

Oge, 2013:208).

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan kognitif untuk

memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai

pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan kemampuan untuk

memecahkan masalah secara divergen (dari berbagai sudut pandang).

McIlvenny (2013) menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan

untuk menghasilkan dan menerapkan ide baru dalam konteks tertentu, melihat

situasi yang ada dengan cara baru, mengidentifikasi penjelasan alternatif, dan

melihat atau membuat hubungan baru yang menghasilkan hasil yang positif.

Coughlan (2007) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kreatif melibatkan

berbagai pendekatan diantaranya menggunakan pemikiran dan mencari

banyak kemungkinan jawaban lebih dari satu.

Pembelajaran berbasis aktivitas dalam pengetahuan sains akan lebih

efektif jika didasari rasa ingin tahu. Tugas guru adalah menentukan cara-cara

untuk memberikan pengalaman kepada siswa sehingga mereka dapat

membangun pemahaman mereka tentang dunia disekitar mereka (Smaldino, et

al, 2014:30). Salah satu model pembelajaran yang sedang berkembang dan

mampu memberikan pengalaman kepada siswa adalah model inkuiri

terbimbing. Inkuiri terbimbing merupakan salah satu model mengajar dimana

guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk

memahami topik tersebut. Model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan


4

keterampilan berpikir kritis, menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa

sehingga dapat lebih memahami konsep melalui masalah yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari (Wulandari, 2013:25).

Model pembelajaran inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara

maksimal untuk mencari dan menentukan jawaban sendiri dari suatu yang

dipertanyakan, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan

intelektualnya secara optimal, yaitu kemampuan berpikir secara sistematis,

logis, kritis, dan kreatif. Olsom & Loucks-Horsley menyatakan bahwa inkuiri

disebut ilmiah jika keberagaman cara dalam menemukan jawaban dilakukan

melalui proses ilmiah dan berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Tahap-tahap dalam

inkuiri yang serupa dengan metode ilmiah, meliputi: (a) orientasi dan

identifikasi masalah, (b) merumuskan hipotesis, (c) merancang eksperimen,

(d) melakukan eksperimen, (e) menganalisis data, dan (f) merumuskan

kesimpulan. Tahap-tahap dalam model inkuiri berpotensi melatih

keterampilan berpikir kritis siswa (Wasis, 2015:17).

Arends (2013:50-51) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri

dapat mengajarkan siswa berpikir, dan meningkatkan sikap positif seperti rasa

ingin tahu, dan bekerja sama. Proses berpikir merupakan prosedur yang

memungkinkan siswa berlatih mengeksplorasi gagasan dan merefleksikan

proses pemikiran mereka sendiri. Model inkuiri dapat membimbing siswa

secara aktif dalam proses belajar-mengajar dengan merumuskan pertanyaan,

melakukan penelitian, dan membangun pemahaman suatu konsep. Chiappetta

(1997:22) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri akan membantu


5

siswa membangun konsep ilmu dasar yang akan membantu siswa lebih

memahami diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Bakke and

Kennetha (2013:139) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa

yang diajarkan menggunakan pengajaran metode inkuiri terbimbing memiliki

nilai prestasi lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan metode

konvensional.

Berdasarkan data yang diambil dari angket guru dan siswa di SMAN 1

Balongpanggang Gresik menunjukkan ketuntasan belajar siswa pada materi

fluida statis dibandingkan dengan materi lainnya. Data guru menunjukkan, dua

tahun terakhir siswa yang tuntas dalam ulangan harian materi tersebut kurang

dari 50%. Hasil wawancara dengan guru fisika SMAN 1 Balongpanggang,

diketahui bahwa selama ini pembelajaran yang melibatkan berpikir kreatif

siswa kurang berjalan secara maksimal. Salah satu penyebabnya adalah

keterbatasan waktu guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang

dapat meningkatkann kemampuan berpikir kreatif siswa. Guru belum

maksimal dapat melaksanakan pembelajaran berbasis inkuiri, sehingga siswa

kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Guru beranggapan bahwa

keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh hasil belajar pada aspek

kognitif saja, sedangkan aspek yang lain cenderung diabaikan. Padahal, proses

pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher center) akan menyebabkan

siswa menjadi cepat bosan mengikuti proses pembelajaran, sehingga proses

pembelajaran menjadi tidak efektif dan efisien.


6

Pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing ini diharapkan

dapat menjadi suatu inovasi dalam pembelajaran yang dapat diterapkan dalam

mengajarkan materi fluida statis pada siswa kelas XI semester ganjil. Materi

ini dikaji pada Kompetensi Dasar 3.3 yaitu Menerapkan hukum-hukum pada

fluida statik dalam kehidupan sehari-hari. Materi fluida statis merupakan yang

sulit dipahami karena materi ini bersifat abstrak, artinya proses yang terjadi

tidak dapat diamati secara langsung. Materi yang bersifat abstrak biasanya

menyebabkan siswa kurang tertarik, tidak berminat dan kurang menyukai

materi tersebut, sehingga siswa tidak dapat memahami materi yang

dipelajarinya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis mencoba melakukan

penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fluida Statis

Menggunakan Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan

Berpikir Kreatif Siswa”. Perangkat pembelajaran Fluida Statis yang

dikembangkan terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Buku Ajar Siswa (BAS), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berorientasi

model inkuiri terbimbing dan Lembar Penilaian yang berorientasi pada soal

berpikir kreatif siswa.


7

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang di

atas secara umum adalah Bagaimana kelayakan perangkat pembelajaran

model inkuiri terbimbing untuk melatih keterampilan berpikir kreatif siswa?

Permasalahan di atas dapat dirinci secara lebih operasional menjadi

pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana validitas perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing yang

dikembangkan berdasarkan kriteria penyajian, kriteria isi, kriteria kebahasaan

dan kriteria untuk melatih keterampilan berpikir kreatif siswa?

2. Bagaimana kepraktisan perangkat perangkat pembelajaran model inkuiri

terbimbing yang dikembangkan ditinjau dari:

a. Keterlaksanaan RPP (Rencana Pelaksanaan pembelajaran) selama proses

pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran model inkuiri

terbimbing yang dikembangkan?

b. Kendala-kendala apa saja yang ditemui selama pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan?

3. Bagaimana keefektifan perangkat pembelajaran Fluida Statis model inkuiri

terbimbing yang dikembangkan, ditinjau dari:

a. Keterampilan berpikir kreatif siswa setelah menerapkan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan?

b. Respon siswa terhadap perangkat pembelajaran dengan model inkuiri

terbimbing yang dikembangkan?


8

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat

pembelajaran Fluida Statis model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif siswa yang valid, praktis, dan efektif. Berdasarkan

tujuan umum tersebut, maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan validitas perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing

yang dikembangkan berdasarkan kriteria isi, kriteria kebahasaan, kriteria

penyajian dan kriteria untuk melatih keterampilan berpikir kreatif siswa.

2. Mendeskripsikan kepraktisan perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing

yang dikembangkan, ditinjau dari:

a. Keterlaksanaan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) selama proses

pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

b. Kendala-kendala apa saja yang ditemui selama pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan.

3. Mendeskripsikan keefektifan perangkat pembelajaran Fluida Statis dengan

menggunakan model inkuiri terbimbing yang dikembangkan, ditinjau dari:

a. Keterampilan berpikir kreatif siswa setelah menerapkan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan.

b. Respon siswa terhadap perangkat pembelajaran dengan model inkuiri

terbimbing yang dikembangkan.

D. Manfaat Penelitian
9

Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti lainnya, hasil-hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya

dan melengkapi penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya serta

dijadikan sebagai bahan pembanding bagi penelitian yang akan dilakukannya.

2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam mengembangkan

perangkat pembelajaran fisika model inkuiri terbimbing untuk melatih

keterampilan berpikir kreatif siswa.

3. Bagi siswa, dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir salah

satunya adalah keterampilan berpikir kreatif siswa, sehingga memudahkan

siswa dalam membangun penguasaan konsep materi yang dipelajari dan dapat

digunakan dalam membantu menyelesaikan masalah.

E. Asumsi

Hal-hal yang menjadi asumsi dasar dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Validator memberikan penilaian secara objektif terhadap perangkat

pembelajaran yang dikembangkan.

2. Observer memberikan penilaian secara objektif dan mandiri terhadap keaktifan

siswa maupun kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

3. Siswa memberikan informasi secara jujur dan benar tentang respon terhadap

kegiatan belajar mengajar dengan melihat jawaban atas pertanyaan yang

diajukan dalam bentuk angket.

F. Definisi Istilah
10

Istilah-istilah penting yang menjadi kajian utama sesuai dengan judul dan

tujuan penelitian ini adalah perangkat pembelajaran, model pembelajaran, inkuiri

terbimbing, dan berpikir kreatif. Istilah-istilah tersebut dapat dijadikan sebagai

sebagai pedoman dalam penyusunan alat pengumpulan data sehingga perlu

didefinisikan.

1. Perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan

proses yang memungkinkan guru dan siswa melakukan kegiatan pembelajaran

(Prasetyo, 2011:16). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan sesuai

dengan Permendikbud No. 65 (2013:5) tentang Standar Proses Pendidikan

Dasar dan Menengah meliputi silabus dan RPP yang mengacu pada standar isi,

Buku Ajar Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berorientasi model

inkuiri terbimbing dan Lembar Penilaian yang berorientasi pada soal

berpikir kreatif siswa.

2. Model pembelajaran adalah kerangka berpikir yang menuntun seseorang untuk

merancang dan melaksanakan pembelajaran. Setiap model memiliki komponen

yang menjadi karakteristik sebuah model, seperti tujuan, dukungan teoritis,

sintaks, lingkungan belajar, dan peranan guru (Ibrahim dan Sukartiningsih,

2014:68).

3. Inkuiri terbimbing merupakan suatu model pembelajaran melalui kegiatan

penyelidikan yang dibimbing dan direncanakan guru secara hati-hati

dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi, mengembangkan

pemahaman, dan melatih siswa belajar secara mandiri (Kuhlthau,

2007:28).
11

4. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan kognitif untuk

memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai

pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan kemampuan

untuk memecahkan masalah secara divergen (dari berbagai sudut

pandang)

Anda mungkin juga menyukai