Anda di halaman 1dari 120

RANCANGAN

MODEL PEMBELAJARAN
DISCOVERY-INQUIRY
LEARNING
YANG MEMANFAATKAN SUMBER BELAJAR
UNTUK JENJANG SMP

Oleh:
Andamsari
Eni Susilawati
Purwanto

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN


DAN KEBUDAYAAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2018

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tantangan pendidikan di abad 21, yaitu membangun


keterampilan abad 21, yang meliputi: keterampilan melek
teknologi informasi dan komunikasi, keterampilan beprikir kritis
dan sistemik, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan
berkomunikasi efektif dan keterampilan berkolaborasi.
Perkembangan Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) di
Indonesia, memiliki potensi yang sangat besar sebagai sarana atau
alat untuk membangun keterampilan tersebut dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pendidikan modern di abad
21, guru dituntut untuk mampu menerapkan model pembelajaran
modern yang disertai dengan pengintegrasian TIK dalam proses
pembelajaran. Artinya, guru harus memiliki pengetahuan tentang
model-model pembelajaran modern dan keterampilan dalam
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
mengintegrasikan TIK dan menerapkan model pembelajaran
modern di dalamnya.

Disisi lain, permasalahan di bidang pendidikan di Indonesia


yang banyak diperbincangkan saat ini adalah rendahnya mutu
pendidikan yang tercermin dari rendahnya prestasi peserta didik.
Masalah ini dikarenakan kurangnya kemampuan para pendidik
dalam menentukan karakteristik proses pembelajaran terhadap
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir
holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, untuk
ketuntasan belajar secara individual. Pembelajaran merupakan
jantungnya aktivitas pendidikan, sehingga proses pembelajaran
1
menempati posisi dan peranan yang sangat penting. Di dalam
kegiatan pembelajaran inilah terjadi proses transmisi dan
transformasi pengalaman belajar kepada peserta didik sesuai
kurikulum yang berlaku. Salahsatu solusi permasalahan tersebut
adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran yang
disesuaikan dengan tuntutan perkembangan abad 21.
Diantaranya yaitu dengan pendekatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi (high
order thinking/HOT). Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini
merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses
pembelajaran yang wajib dimiliki oleh setiap peserta didik, yaitu
kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving),
berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking),
berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan (decision
making). Salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan HOTS adalah pembelajaran Discovery-Inquiry.
Model pembelajaran discovery-inquiry merupakan pembelajaran
yang menitik beratkan pada proses pemecahan masalah, sehingga
siswa harus melakukan eksplorasi berbagai informasi agar dapat
menentukan konsep sendiri dengan mengikuti petunjuk guru
berupa pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan rekomendasi hasil analisis kebutuhan model
pembelajaran discovery-inquiry learningdan dalam rangka
memfasilitasi guru SMP di sekolah model pembelajaran inovatif
Pustekkom, maka Pustekkom Kemendikbud perlu
mengembangkan beberapa model rancangan pembelajaran
modern, diantaranya yaitu model pembelajaran discovery-inqury
learning yang memanfaatkan sumber belajar pada Portal Rumah
Belajar.

2
B. Tujuan
Kegiatan merancang model pembelajaran discovery-inquiry
learning yang memanfaatkan sumber belajar pada Portal Rumah
Belajarini bertujuan untuk:
1. Memudahkan guru dalam merancang proses pembelajaran yang
dapat membudayakan siswa untuk berpikir tingkat tinggi (high
order thinking/HOT), ilmiah, kreatif, kritis dan mandiri;
2. memberikan gambaran pola penerapan model pembelajaran
discovery-inquiry learning yang memanfaatkan sumber belajar
pada Portal Rumah Belajar.

C. Sasaran
Sasaran rancangan model pembelajaran discovery-inquiry learning
yang memanfaatkan sumber belajar pada Portal Rumah Belajar
ini adalah guru dan siswa.

3
BAB II
DESKRIPSI MODEL DISCOVERY-INQUIRI LEARNING
A.Apakah Model Discovery-Inquiri Learning?
Model pembelajaran discovery-inquiri learning merupakan
gabungan dari model discovery learning dan inquiry (Amien, 1979).
Kedua metode ini memiliki tujuan yang sama yaitu mengarahkan
dan membimbing siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari
permasalahan yang diberikan. Penggunaan
istilah discovery dan inquiry para ahli terbagi ke dalam dua
pendapat, yaitu: 1) Istilah-istilah discovery dan inquiry dapat
diartikan dengan maksud yang sama dan digunakan saling
bergantian atau keduanya sekaligus; dan 2) Istilah discovery,
sekalipun secara umum menunjuk kepada pengertian yang sama
dengan inquiry, pada hakikatnya mengandung perbedaan
dengan inquiry. Moh. Amin (Sudirman N, 1992 ) menjelaskan
bahwa pengajaran discovery harus meliputi pengalaman-
pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat
mengembangkan proses-proses discovery. Inquiry dibentuk dan
meliputi discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata
lain, inquiry adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang
digunakan dalam cara lebih dewasa. Sebagai tambahan pada
proses-proses discovery, inquiry mengandung proses-proses
mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan
problema sendiri, merancang eksperimen, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik
kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin
tahu, terbuka, dan sebagainya.
Pembelajaran inquiry-discovery selain relevan dengan langkah-
langkah metode ilmiah, juga relevan dengan teori-teori belajar

4
seperti teori kognitif Piaget, kondisioning dan konstruktif
(Nirwana, 2013). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar
penemuan (discovery) memungkinkan pengetahuan itu bertahan
lama atau lebih mudah diingat. Beberapa penelitian menunjukan
bahwa model discovery-inquiry sangat unggul dan efektif
digunakan dalam pembelajaran terutama untuk pembelajaran IPA.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdisa (2012) mengenai pengaruh
pembelajaran guided discovery dalam pembelajaran fisika
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pembelajaran
guided discovery, demonstrasi dan ekspositori dalam materi gerak
rotasi dalam perkuliahan. Atas dasar signifikansi yang didapatkan
dari ketiga itu taraf pencapaiannya tinggi, menengah dan rendah.
Ini diperkuat oleh beberapa hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa model discovery-inquiry terbukti efektif digunakan dalam
pembelajaran (Yusnita.R et al, 2014, Istikomah dkk, 2013,

B. Mengapa Model Discovery-Inquiri Learning?


Pembelajaran merupakan jantungnya aktivitas pendidikan,
sehingga proses pembelajaran menempati posisi dan peranan
yang sangat penting. Di dalam kegiatan pembelajaran inilah
terjadi proses transmisi dan transformasi pengalaman belajar
kepada peserta didik sesuai kurikulum yang berlaku. Salahsatu
solusi permasalahan tersebut adalah dengan meningkatkan
kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan
perkembangan abad 21. Diantaranya yaitu dengan pendekatan
pembelajaran yang dapat meningkatkan peserta didik untuk
berpikir tingkat tinggi (high order thinking/HOT). Kemampuan
berpikir tingkat tinggi ini merupakan salah satu komponen yang
penting dalam proses pembelajaran yang wajib dimiliki oleh
setiap peserta didik, yaitu kemampuan untuk memecahkan

5
masalah (problem solving), berpikir kritis (critical thinking),
berpikir kreatif (creative thinking), berargumen (reasoning), dan
mengambil keputusan (decision making). Salah satu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan HOTs adalah
pembelajaran discovery-inquiry.
Model pembelajaran discovery-inquiry merupakan
pembelajaran yang menitik beratkan pada proses pemecahan
masalah, sehingga siswa harus melakukan eksplorasi berbagai
informasi agar dapat menentukan konsep sendiri. Inti dari proses
pembelajaran adalah mengkondisikan keterlibatan peserta didik
secara aktifdan dominan dalam memahami suatu konsep
pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
memfasilitasi aktivitas yang mengarah pada kolaborasi,
pembelajaran berbasis proyek, integrasi teknologi, dan diskusi
antara peserta didik dan pendidik tentang pembelajaran (Barness,
2013). Masih menurut Barness, pembelajaran yang berpusat pada
siswa dapat diciptakan melalui 5 aktivitas: 1) pemberian proyek/
tugas yang berkelanjutan; 2) mengintegrasikan teknologi; 3)
melibatkan peserta didik dalam aktivitas kelas dan luar kelas
sebagai pengganti PR; 4) menghilangkan peraturan dan
konsekuensinya, fokus pada aktivitas peserta didik, dan 5)
melibatkan peserta didik dalam evaluasi.

C. Kapan Model Discovery-Inquiri Learning dapat diterapkan??


Model pembelajaran ini dapat digunakan ketika pendidik ingin
mengkondisikan siswa untuk membudayakan berpikir tingkat
tinggi (high order thinking/HOT), berpikir ilmiah, mandiri dantidak
hanya mengembangkan keterampilan bernalarnya/kognitif dalam
menyelesaikan permasalahan.Sehingga diharapkan pembelajaran
menjadi lebih berpusat pada siswa bukan guru.

6
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir
kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013
juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang
mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi,
mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari
HOTS yaitu analisis yang merupakan kemampuan berpikir dalam
menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks
tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam
mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi;
dan mengkreasi merupakan kemampuan berpikir dalam
membangun gagasan/ide-ide.

D. Bagaimana Karakteristik Materi Pembelajaran Yang Sesuai


dalam penerapan Model Discovery-Inquiri Learning??
Metode Discovery-inquiry dipandang mampu untuk memenuhi
tuntutan pembelajaran yang berorientasi kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang.
Sehingga model ini cocok untuk materi/topik pembelajaran di
jenjang SMP yang memiliki karakteristiksebagai berikut:
 Memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat dan
mengenal kembali semua aturan yang ada dan harus dipenuhi.
Misalnya Bahasa Inggris, mempelajari kalimat simple
present tenses.
 Memerlukan interaksi dan kolaborasi antara siswa dengan
guru dan antarsiswa dalam memahami proses dalam
penemuan konsepnya.
Misalnya IPA melalui praktikum untuk membedakan jenis
lensa

7
 Memiliki hubungan dengan lingkungan dan social.
Misalnya IPS,mempelajari sumber daya alam
 Materi yang memiliki banyak teori-teori dan rumus-rumus.
Misal Matematika, menentukan untung/rugi dengan
aritmatika sosial.
Tanpa pemahaman terhadap teori-teori dan rumus-rumus ada,
siswa akan kesulitan dalam penerapan rumus dalam kehidupan
sehari-hari

E. Apa saja sarana Dan prasarana Yang Diperlukan?


Modelpembelajaran discovery-inquiry akan dapat diterapkan
secara optimal apabila tersedia fasilitas dan sumber belajar yang
cukupdi sekolah. Fasilitas yang perlu disediakan sekolah,
diantaranya internet, laptop atau laboratotium komputer,
perpustakaan, LCD projector untuk presentasi siswa di kelas. Tiap
sekolah pasti memiliki tingkat ketersediaan sarana dan prasarana
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, guru dapat mengidentifikasi
terlebih dahulu ketersediaan fasilitas dan sumber belajar yang
tersedia di setiap di kelas, Sehingga guru dapat mengelompokkan
siswa secara heterogen agar semua siswa memiliki kesempatan
yang sama untuk belajar sesuai kemampuannya.

F. Bagaimana Tahapan Umum Penerapan Model Pembelajaran


Discovery-Inquiry?
Tahapan umum model pembelajaran discovery-inquiry meliputi
beberapa langkah (sintaks) sebagai berikut:

8
Tahapan umum/langkah/sintaks model discovery-inquiry learning
diatas bertujuan mengarahkan peserta didik secara aktif
menemukan ide dan mendapatkan makna dari suatu konsep,
siswa menjadi pelaku utama dalam aktivitas belajar.

1) Stimulasi(Stimulation), dalam tahapan ini guru mengidentifikasi


ketersediaan konten di sumber belajar yang sesuai dengan materi
yang dibahas, untuk dipelajari oleh siswa atau dirumuskan
beberapa pertanyaan terkait konten tersebut untuk jadi acuan
siswa dalam membuat persoalan sendiri.
2) Identifikasi Masalah (Problem statement ): memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi berbagai
persoalan yang ada dalam konten materi tersebut,
3) Mengumpulkan informasi/data (Data collection) : memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menggali lebih luas persoalan
yang telah dibuat berdasarkan pemahaman dari konten tersebut,
melalui perngumpulan berbagai informasi yang relevan dengan
cara membaca literatur baik secara online maupun offline,
mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber atau
melakukan uji coba sendiri dan lain-lain oleh siswa,
4) Pengolahan informasi/data (Data prossesing): berikutnya siswa
secara kelompok ataupun mandiri melakukan pengolahan,
pengacakan, pengklasifikasian, pentabulasian bahkan
penghitungan data pada tingkat kepercayaan tertentu,

9
5) Verifikasi hasil (Verification): guru mengarahkan siswa untuk
melakukan pembuktian dari hipotesis atau pernyataan yang telah
dirumuskan berdasarkan hasil pengolahan informasi yang telah
ada. Setelah itu mempresentasikan di depan guru dan siswa yang
lain untuk mendapat masukan.
6) Generalisasi (Generalization ): siswa menarik kesimpulan atau
generalisasi tertentuberdasarkan hasil verifikasi dan masukan dari
guru dan siswa lainnya.

G. Siapa Saja Yang Terlibat Saat Penerapan Model Discovery-


Inquiri Learning Dan Bagaimana Perannya?
Keberhasilan penerapan Model pembelajaran discovery-inquiry ini
bergantung pada beberapa pihakyang terlibat yaitu pendidik,
siswa dan lingkungan. Dalam hal ini pendidik sebagai fasilitator
dan pembimbing pembelajaran. Siswa sebagai subyek utama
dalam penerapan model ini, karena aktivitas siswa dalam
pembelajaran lebih dominan. Lingkungan dalam hal ini berperan
sebagai sumber belajar bagian dari aneka sumber belajar yang
akan diakses siswa pada saat mengeksplorasi materi
pembelajaran. Secara detail peran guru dan siswa dapat
dijabarkan sebagai berikut:

Peran Guru
1. Sebagai fasilitator, guru harus dapat mengkondisikan proses
pembelajaran yang menarik, mengarahkanke HOTs, dan
berpusat pada siswa sampai dapat memahami konsep sesuai
tujuan pembelajaran. Untuk itu guru melalukan persiapan
denganmemberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh pengenalan mengenai portal Rumah Belajar,

10
registrasi dan pemanfaatannya. Sehingga siswa sudah
memahami dan bisa mengakses rumah belajar dengan baik.
2. Guru mengidentifikasi topik pada konten sumber belajar yang
pembelajarannya dapat dikemas dengan model
pembelajaran discovery-inqury learning.Konten dari sumber
belajar disesuaikandengan karakteristik topik /materi pelajaran
yang menuntut pembentukan ketrampilan berpikir tingkat
tinggi(HOTs).
3. Guru merumuskan stimulus untuk diberikan kepada siswa
dalam mengawali/ mengantar siswa mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran discovery-inqury learning. Dalam
merumuskan stimulus ini guru bisa menggunakan konten
sumber belajar, baik materi atau katalog medianya untuk
dikemas sesuai kebutuhan guru.
4. Guru menentukan aneka sumber belajar yang tersedia di
sekolah yang bisa dimanfaatkan siswa dalam melakukan sintaks
pengumpulan data sebagai bahan merumuskan kesimpulan.
Aneka sumber belajar ini bisa berupa buku, internet,
alam/linkungan sekitar, perpustakaan, laboratorium dsb
5. Guru mengidentifikasi ketersediaan sarana prasarana TIK di
sekolah (laptop, LCD, dsb)
6. Guru mengidentifikasi konten-konten pada sumber belajar
yang dapat diintegrasikan ke dalam langkah-langkah (sintaks)
model Pembelajaran discovery-inquiry learning, kemudian
menjabarkannya dalam RPP
7. Guru membagi kelompok siswa dengan menggabungkan semua
level kognitif (rendah, sedang, dan tinggi).
8. Guru memfasilitasi berlangsungnya diskusi yang berpusat pada
siswa. Dalam sesi ini guru dapat melakukan evaluasi proses
untuk menilai ketrampilan sikap, Jika ada siswa yang tidak aktif
dalam diskusi, guru perlu memotivasi dan menstimulus agar
11
bisa aktif berpendapat dalam diskusi dan presentasi hasil
diskusi kelompok
9. Setelah presentasi kelompok berakhir, Guru mentsimulus siswa
untuk merumuskan bersama. Jika masih ada pemahaman siswa
yang belum tepat terhadap konsep yang sedang dibahas, guru
memberikan review untuk meluruskan pemahaman tersebut.
10. Guru memberikan evaluasi diakhir pembelajaran. Bentuk
evaluasi bisa variatif dalam penerapannya sesuai dengan
kebutuhan. Untuk lebih interaktif guru bisa memanfaatkan
simulasi atau soal latihan pada sumber belajar atau game
kahoot.

Peran Siswa
1. Siswa berpartisipasi secara aktif dalam mengambil prakasa
dalam menemukan masalah dan merancang
alternatif pemecahan masalah.
2. Siswa aktif mencari informasi dari aneka sumber yang tersedia
dilingkungan sekolah, membaca literature (buku, internet,
konten sumber Belajar), praktikum atau observasi,agar dapat
menjawab permaslahan yang telah dirumuskan.Dengan
demikian siswa bisa memahami konsep/materi, dan
memperoleh pengetahuan yang cukup tentang topik yang
sedang dipelajari.
3. Siswa, baik secara mandiri maupun kelompok, aktif melakukan
eksplorasi untuk memecahkan masalah; dan Jika terjadi
kebuntuan, maka siswa aktif mencari alternative untuk
memecahkan masalah yang telah dirumuskan tersebut.
4. Siswa aktif dalam diskusi kelompok untuk analisis data dan
menyimpulkan,serta menyiapkan bahan untuk presentasi hasil
kelompok.

12
5. Siswa aktif dalam mempresentasikan hasil kelompok dan
mendengarkan masukan dari kelompok lain untuk diakomodir.
jika masih ada yang belum dipahami maka siswa aktif
bertanya/mengklarifikasi ke guru sebagai fasilitator diskusi.
6. Siswa mengikuti evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh
guru.

H. Apa Kompetensi Yang Harus Dimiliki Oleh Guru Dan Siswa?


Kompetensi yang harus dimiliki guru dalam menerapkan
pembelajaran discovery-inquiry diantaranya adalah: a. guru
harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan
kepada kelas (personal bersumber dari bahan pelajaran yang
menantang siswa/problematik) dan sesuai dengan daya nalar
siswa; b. guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar
siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan; c.
guru bisa memberikan kebebasan siswa untuk berpendapat,
berkarya, dan, berdiskusi. Peran guru dalam model
pembelajaran discovery-inquiry adalah sebagai fasilitator dan
pembimbing pembelajaran yang harus dapat menciptakan
susasana untuk memberi peluang pada peserta didik berpikir
bebas dalam bereksplorasi untuk ‘menemukan’, ‘memecahkan
masalah’, ‘melakukan penelitian’ ‘berdiskusi dalam pemecahan
masalah’.
Disisi lain, keberhasilan penerapan model pembelajaran
discovery-inquiry juga bergantung pada kompetensi/peran
siswa sebagai pusat kegiatan pembelajaran dalam model ini.
Diantaranya yaitu: berpartisipasi secara aktif dalam mengambil
prakasa dalam menemukan masalah dan merancang
alternatif pemecahan masalah; aktif mencari informasi dan
sumber-sumber belajar; aktif dalam menyimpulkan dan analisis

13
data; melakukan eksplorasi untuk memecahkan masalah; dan
aktifmencari alternatif masalah bila terjadi kebuntuan. Dari
semua aktivitas/peran siswa diatas, guru tidak boleh ikut
campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.
Kompetensi lainnya yang idealnya dimiliki pendidik dan
siswa untuk dapat menerapkan model discovery-inquiry ini
adalah kompetensi literasi TIK, khususnya terkait komputer dan
internet, termasuk pemanfaatan rumah belajar untuk
pembelajaran. Dalam penyusunan aktivitas belajar dengan
langkah-langkah model discovery-inquiry learning diatas, guru
perlu mengoptimalkan integrasi TIK dalam RPP nya.
Pengintegrasian TIK dalam pembelajaran perlu dirancang dan
dituangkan di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Menurut Fryer (2001) dalam modul “Rencana Pembelajaran
yang Mengintegrasikan TIK” yang ditulis oleh Chaeruman,
menjelaskan dua pendekatan yang dapat dilakukan guru dalam
menyusun RPP yang mengintegrasikan TIK, yaitu: 1)
pendekatan Idealis (theme-centered approach); dan 2)
pendekatan software (software-centered approach). Pada
pendekatanidealis, tujuan pembelajaran dijadikan sebagai
acuan. Sedangkan pendekatan software, ketersediaan sarana
prasarana TIK yang dijadikan acuan.

14
BAB III

POLA PENERAPAN MODEL DISCOVERY-INQUIRI


LEARNING YANG MEMANFAATKAN RUMAH
BELAJAR

Pada dasarnya pola penerapan model discovery-inquiry


learningyang memanfaatkan rumah belajar dapat digambarkan
dengan skema langkah-langkah berikut:

Evaluasi
Literasi

Selanjutnya untuk menerapkan model discovery-inquiry learning


yang memanfaatkan rumah belajar dapat diuraikan dalam tiga
tahapan penerapan berikut:

15
A.Tahap Persiapan
Model ini dapat dipahami sebagai suatu bentuk penerapan model
pembelajaran Discovery-inquiry Learning yang mengintegrasikan
konten-konten yang terdapat dalam sumber belajar portal rumah
belajar. Berdasarkan prosedur model pembelajaran Discovery-
inquiry Learning yang memanfaatkan sumber Belajar, maka guru
harus melakukan persiapan sebelum pembelajaran di kelas
dimulai. Adapun beberapa persiapan yang harus dilakukan
pendidik, sebagai berikut:
1. Guru memberikan pengenalan ke siswa mengenai portal Rumah
Belajar, registrasi dan pemanfaatannya. Sehingga siswa sudah
memahami dan bisa mengakses rumah belajar dengan baik.
2. Guru mengidentifikasi topik pada konten sumber belajar yang
pembelajarannya dapat dikemas dengan model
pembelajaran discovery-inqury learning. Konten dari sumber
belajar disesuaikan dengan karakteristik topik/materi pelajaran
yang menuntut pembentukan ketrampilan berpikir tingkat tinggi
(HOTs).
3. Guru merumuskan stimulus untuk diberikan kepada siswa dalam
mengawali/mengantar siswa mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran discovery-inqury learning. Dalam
merumuskan stimulus ini guru bisa menggunakan konten sumber
belajar, baik materi atau katalog medianya untuk dikemas sesuai
kebutuhan guru. Apabila materi yang terdapat di sumah Belajar
belum mencukupi untuk kebutuhan guru dalam merumuskan
stimulus, maka guru dapat mencari dari sumber lain yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
4. Guru menentukan aneka sumber belajar yang tersedia di sekolah
yang bisa dimanfaatkan siswa dalam melakukan sintaks
pengumpulan data sebagai bahan merumuskan kesimpulan.

16
Aneka sumber belajar ini bisa berupa buku, internet,
alam/lingkungan sekitar, perpustakaan, laboratorium dsb.
5. Guru mengidentifikasi ketersediaan sarana prasarana TIK di
sekolah (laptop, LCD, dsb) yang bisa dimanfaatkan dalam
pembelajaran
6. Guru mengintegrasikan langkah-langkah (sintaks) model
Pembelajaran discovery-inquiry learning dalam RPP
7. Guru membagi kelompok siswa dengan menggabungkan semua
level kognitif (rendah, sedang, dan tinggi).

B.Tahap Implementasi Model

Guru mengawali dengan menyampaikan topik bahasan dan


tujuan pembelajaran, dilanjutkan dengan pemberian stimulus ke
siswa (sintaks 1: stimulus). Kemudian mengarahkan siswa untuk
berkelompok sesuai dengan pembagian kelompok yang telah
disiapkan guru. Guru mengarahkan tahapan aktivitas belajar ke
siswa.

KEGIATAN INTI
(SISWA)
Sintaks 2: PENUTUP
PENDAHULUAN problem statement
Sintaks 3:data (GURU)
(GURU) collection
Sintaks 4:data Review dan
Sintaks 1: proceesing evaluasi
Sintaks 5:verification pembelajaran
stimulation Sintaks
6:Generalization

Aktivitas belajar siswa meliputi:


1. Siswa membahas stimulus yang telah diberikan gurunya di
masing-masing kelompok, lalu diskusi mengidentifikasi berbagai

17
persoalan/menemukan masalah yang ada dalam materi tersebut
(sintaks 2: probem statement).
2. Siswa berbagi tugas dalam kelompoknya untuk mengumpulkan
data dan informasi untuk menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan, dari aneka sumber belajar yang tersedia dilingkungan
sekolah (sintaks 3: data collection). Siswa dapat membaca
literature (buku, internet, konten sumber Belajar), praktikum atau
observasi untuk memperoleh data dan informasi untuk menjawab
permaslahan yang telah dirumuskan, sehingga bisa memahami
konsep/materi, dan memperoleh pengetahuan yang cukup
tentang topik yang sedang dipelajari. Dalam hal ini siswa diberi
keleluasaan untuk menggali lebih luas persoalan yang telah dibuat
berdasarkan pemahaman dari konten tersebut, melalui
perngumpulan berbagai informasi yang relevan dengan cara
membaca literatur baik secara online maupun offline, mengamati
obyek, wawancara dengan nara sumber atau melakukan uji coba
sendiri dan lain-lain oleh siswa.
3. Siswa mendiskusikan data/informasi yang telah diperoleh masing-
masing anggota kelompok kemudian mengolah, menganalisis dan
menarik kesimpulan untuk memecahkan masalah (sintaks 4:
Data prossesing). Jika terjadi kebuntuan, maka siswa aktif
mengeksplorasi untukmencari alternative solusi terhadap masalah
yang telah dirumuskan masing-masing kelompok.Guru memantau
diskusi setiap kelompok dan memberikan arahan jika diperlukan.
4. Siswa secara berkelompok melakukan pembuktian dari
pernyataan/permaslahan yang telah dirumuskan (berdasarkan
hasil pengolahan informasi yang telah ada) dengan cara kerja yang
dirumuskan siswa, kemudian mendokumentasikan langkah-
langkah dan hasil pembuktian (sintaks 5: Verification). Kemudian
mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas dan
mendengarkan masukan dari kelompok lain untuk diakomodir,
18
jika ada yang masih belum dipahami maka siswa aktif
bertanya/mengklarifikasi ke guru sebagai fasilitator diskusi.
Sebelum mempresentasikan hasil diskusi kelompok ini, siswa
mengetik bahan presentasi di laptop, kemudian menggunakan
LCD proyektor dalam pemaparannya.
5. Siswa secara berkelompok melakukan penarikan kesimpulan atau
generalisasi berdasarkan hasil verifikasi yang telah
dipresentasikan dan masukan dari kelompok lain. (sintaks 6:
Generalization)

Aktivitas belajar pada model pembelajaran discovery-inquiri ini


dominan dilaksanakan oleh siswa yaitu sintaks 2 s/d sintaks 6. Hal
ini sesuai dengan tujuan dari model pembelajaran yaitu
mengkondisikan siswa untuk aktif dalam menemukan sendiri
jawaban dari permasalahan yang dirumuskan,sehingga
pembelajaran menjadi berpusat pada siswa bukan pada guru.
Guru hanya sebagai fasilitator pembelajaran.

C. Evaluasi Dan Tindak Lanjut


Setelah siswa berhasil melakukan generalisasi atau penarikan
kesimpulan dari suatu permasalahan sesuai tujuan pembelajaran,
maka guru perlu melakukan evaluasi untuk mengukur
pemahaman (kompetensi pengetahuan)yang telah diperoleh
siswa. Bentuk evaluasi yang diterapkan beragam sesuai
karakteristik topik pembelajarannya. Dalam evaluasi ini, guru
dapat menggunakan simulasi dan latihan dalam sumber belajar,
https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/( jika topiknya
tersedia di sumber belajar. Guru juga dapat menyusun soal
evaluasi sendiri sesuai dengan kebutuhan guru, kemudian
memanfaatkan aplikasi kuis online (seperti Kahoot.it dsb) sebagai
variasi dalam mengkondisikan evaluasi belajar yang lebih

19
menyenangkan bagi siswa. Evaluasi dalam penerapan model
pembelajaran discovery-inqury learning ini tidak hanya dilakukan
pada akhir proses pembelajaran suatu topik materi untuk melihat
hasil belajarnya, namun juga dapat dilakukan selama proses
aktivitas belajar siswa berlangsung khususnya evaluasi terkait
penilaian sikap dan ketrampilan siswa. Sebagai contoh guru
menilai kompetensi keterampilan siswa dengan menilai keaktifan
siswa saat berdiskusi dalam kelompoknya dan saat melaksanakan
presentasi kelompok. Penilaian yang diberikan dapat berupa
penilaian kelompok atau penilaian individu siswa. (contoh form
terlampir)
Sebagai tindaklanjut, guru dapat merangkum dan mereview
kembali pemahaman materi pembelajaran bersama-sama dengan
melibatkan siswa. Jika ada pemahaman konsep yang ditemukan
siswa melebar dan tidak benar, guru dapat meluruskan
pemahaman konsep yang benar.

20
BAB IV
RENCANA KERJA DAN KRITERIA KEBERHASILAN

A. RENCANA KERJA
Guna mempermudah penerapan model pembelajaran discovery-
inqury learning yang memanfaatkan sumber belajar di kelas, maka
perlu dibuat rencana kerja sebagai berikut:

Nama guru :
Mata Pelajaran :
Kelas :
Semester :

Uraian Kerja Tanggung Waktu Sumber Belajar Sarana TIK Rencana


Jawab A. Yang dimiliki A. Yang dimiliki
B. Yang dibutuhkan B. Yang dibutuhkan

Langkah 1:
Kelompok Kelompok Awal Buku siswa, A. Lab Komputer, (untuk
guru mata guru Semes Konten dari B. Laptop sekolah memenuhi
pelajaran mata ter pela Sumber Belajar, perpustakaan, kebutuhan
(IPA, IPS, pelajaran jaran ..... ..... sumber
Bahasa dimulai (tuliskan semua (tuliskan semua belajar
Inggris, topik materi yang sarana yang dan
Matematika) telah sudah tersedia) sarana
melakukan tersedia di belajar
identifikasi KD sumber C. Wifi dan LCD di yang
dan indikator belajar) D. masing-masing diperlukan
pencapaian E. kelas tetapi
kompetensi Katalog media belum
berdasarkan untuk menst (tuliskan semua tersedia,
silabus. imulus siswa, sarana yang apa saja
dibutuhkan dan rencana
Petunjuk belum tersedia) yang akan
Aktivitas dilakukan
belajar, ?)

21
.....
(tuliskan semua
sumber belajar
yang dibutuhkan
dan belum
tersedia)

Langkah 2:
guru Sebelum Topik materi pelajaran . Sarana yang
guru mata pelajar mata awal yang sesuai dengan . tersedia untuk guru:
mengidentifikasika pelajaran tahun karakter model laptop/komputer
kteristik topik pelajaran pembelajaran printer
materi yang dimulai discovery-inquiry LKS
...
yang sudah ada
sesuai
untuk Identifikasi sintaks . Sarana yang
penerapan model pembelajaran . dibutuhkan
model discovery-inquiry yang ….
pembelajaran bisa integrasikan ke
discovery-inquiry kegiatan inti dalam
RPP
Langkah 2:
guru mata Sebelum Buku Paket
guru Laptop sekolah,
pelajaran jadwal referensi online
menyiapkan mata wifi
pelajaran pelajaran
RPPyang untuk
mengintegrasi Sarana yang
topik Bahan belajar lainnya
kan sintaks materi yang belum terdapat di belum ada di
yang sekolah sekolah
model
pembelajaran telah dipilih
discovery-inquiry
sesuai dengan
topik yang
sudah di
identifikasi

Langkah 4 :
guru mata
guru
pelajaran setelah
mata RPP
menyiapkan
pelajaran dibuat
bahan
stimulus dan
sebelum
untuk
jadwal
memulai pelajaran
penerapan dimulai
model pembelajar
discovery-inquiry
dan
referensi
lainnya

22
tentang topik
yang akan
dibahas
untuk
mengantisipasi
kalau
pertanyaan
siswa
melebar
dengan hal-hal
yang baru

Langkah 5.
Guru
mengidentifikasi guru Setelah
aktivitas bela mata RPP
dibuat
(sintaks mod pelajaran
dan
yang har sebelum
dikerjakan sisw jadwal
disekolah pelajaran
dimulai

Langkah 6.
Guru
menyiapkan guru Setelah
instrument mata RPP
evaluasi pelajaran dibuat
dan
untuk
sebelum
mengukur jadwal
pencapaian pelajaran
kompetensi dimulai
pengetahuan,
sikap
dan ketrampilan

B.KRITERIA KEBERHASILAN
Kriteria keberhasilan dalam mengimplementasikan model
pembelajaran discovery-inquiry yang memanfaatkan sumber
belajar, sebagai berikut:
1. Tingkat dominasi aktivitas belajar oleh siswa
model pembelajaran discovery-inquiry yang memanfaatkan
sumber belajar seperti yang dijelaskan dalam bab sebelumnya,

23
digunakan untuk mengkondisikan pembelajaran yang berpusat
pada siswa, dimana siswa akan diarahkan untuk mampu berpikir
tingkat tinggi (high order thinking/HOT), berpikir ilmiah secara
kreatif, kritis dan mandiri. Olehkarena itu dalam penerapan model
ini prosentase peran aktivitas belajar siswa di kelas harus lebih
besar dan lebih dominan daripada peran guru, dengan
perbandingan minimal 80%:20%
2. Optimalisasi peran guru sebagai fasilitator bukan pusat sumber
belajar
Bergesernya peran guru sebagai satu-satunya sumber belajar
dikelas menjadi peran guru hanya sebagai fasilitator merupakan
salah satu factor penentu keberhasilan penerapan model
pembelajaran discovery-inquiry. Bagaimana guru memberi
keleluasaan siswa dalam melakukan aktivitas belajar di sekolah,
sehingga siswa bisa lebih leluasa mengeksplore dan memahami
konsep sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan
menjadi salahsatu indicator dalam penerapan model ini. Semakin
besar peran guru sebagai fasilitator di kelas maka peluang tingkat
keberhasilan model pembelajaran discovery-inquiry semakin
besar. Peran guru sebagai fasilitator: sebagai pengajar minimal
80%:20%.
3. Pemanfaatan lebih banyak aneka sumber belajar
Salahsatu sintaks model pembelajaran discovery-inquiry yang
menjadi kunci keberhasilan dalam penerapan model ini adalah
keleluasaan dalam mengeksplore aneka sumber belajar yang
tersedia di sekolah(Sintaks: Data collection). Sehingga semakin
banyak aneka sumber belajar yang dipakai siswa dalam aktivitas
belajar, menjadi salahsatu indicator keberhasilan dalam
penerapan model ini, minimal menggunakan 3 macam sumber
belajar.
4. Ketuntasan belajar siswa dalam memahami konsep
24
Inti dari model pembelajaran discovery-inquiry iniadalah
mengkondisikan keterlibatan peserta didik secara aktif dan
dominan dalam memahami suatu konsep pembelajaran.
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa hasil belajar siswa
yang menerapkan model ini lebih baik, karena tingkat
pemahaman siswa lebih besar. Olehkarena itu belajar siswa
dalam memahami konsep menjadi salahsatu indicator
keberhasilan. Ketuntasan belajar dalam hal ini diukur dengan
evaluasi yang dibuat oleh guru. Nilai ketuntasan minimal 80
dengan penilaian acuan normal(sesuai standar masing-masing
guru)
5. Keaktifan siswa dalam menerapkan sintaks model pembelajaran
discovery-inquiry yang memanfaatkan sumber belajar.
Keberhasilan penerapan model pembelajaran discovery-inquiry ini
juga dapat dilihat dari tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti
aktivitas belajar yang berpusat pada siswa. Pemahaman konsep
akan dicapai dengan baik, jika siswa berperan aktif dalam aktivitas
belajar menggunakan langkah-langkah (sintaks) model
pembelajaran discovery-inquiry. Untuk mengukur ini, guru bisa
menggunakan evaluasi proses terutama untuk mengukur
kompetensi sikap dan ketrampilan siswa selama mengikuti semua
aktivitas belajarnya. Nilai evaluasi proses siswa minimal 70
dengan penilaian acuan normal(sesuai standar masing-masing
guru)

25
ACUAN PUSTAKA
Abdisa, G. 2012. The Effect of Guided Discovery on Students
Physics Achievement. Journal Physics Education, (Online), 6(4):
193- 199

Istikomah dkk. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Metode Discovery Learning untuk Pemahaman Sains pada
Anak TK B. Laporan Penelitian. Prodi Pendidikan Dasar
Program Pasa Sarjana. Universitas Negeri Semarang.

Nirwana. 2013. Penggunaan Model Inquiry Berbasis ICT untuk


Meningkatkan Hasil Belajar pada Mata Kuliah Sejarah Fisika
Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA.
FKIP: Universitas Bengkulu. Prosiding Seminar

Susilawati, E dkk. 2018. Laporan Analisis Kebutuhan Model


Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning Yang Memanfaatkan
Sumber Belajar. Pustekkom:Dokumen tidak diterbitkan.
Framework For 21st Sentury Learning. http://www.p21.org/about-
us/p21-framework diakses 19 Maret 2017.
Aryanti dkk. Perbandingan Penerapan Metode Discovery-Inquiry
Terbimbing Dengan Metode Ceramah Bervariasi Terhadap
Hasil Belajar Siswa SMA Kelas
X http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/viewFil
e/3037/2074 diakses 18 Januari 2018

26
STANDAR LAYANAN
MODEL PEMBELAJARAN

DISCOVERY-INQUIRY
MEMANFAATKAN RUMAH BELAJAR
JENJANG SMP

Oleh:
Andamsari

Eni Susilawati

Arief Darmawan

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2018

1
DAFTAR ISI

BAB I STANDAR LAYANAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan
2. Sasaran
3. Ruang Lingkup
4. Perencanaan
5. Pelaksanaan
6. Tindak Lanjut
7. Kriteria Layanan Minimal

BAB II STANDAR LAYANAN ADMINISTRASI


1. Tujuan
2. Sasaran
3. Ruang Lingkup
4. Perencanaan
5. Pelaksanaan
6. Tindak Lanjut
7. Kriteria Layanan Minimal

BAB III STANDAR LAYANAN PERSONAL


1. Tujuan
2. Sasaran
3. Ruang Lingkup
4. Perencanaan
5. Pelaksanaan
6. Tindak Lanjut
7. Kriteria Layanan Minimal

2
BAB I
STANDAR LAYANAN AKADEMIK

1. Tujuan
Tujuan standar layanan akademik adalah memberikan Standar
Operasional Prosedur pengajaran dengan model pembelajaran
discover inquiry yang memanfaatkan portal Rumah Belajar pada
jenjang pendidikan SMP. Model pembelajaran discovery-
inquiry merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada
proses pemecahan masalah, sehingga siswa harus melakukan
eksplorasi berbagai informasi agar dapat menentukan konsep
sendiri. Inti dari proses pembelajaran adalah mengkondisikan
keterlibatan peserta didik secara aktif dan dominan dalam
memahami suatu konsep pembelajaran

2. Sasaran
a. Guru kelas VII
b. Siswa kelas VII

3. Ruang Lingkup
Standar Layanan ini mencakup Standar Operasional Prosedur
pembelajaran dengan model pembelajaran discovery inquiry
yang memanfaatkan portal Rumah Belajar pada jenjang SMP
kelas VII yang menggunakan kurikulum 2013. Pengguna standar
layanan ini adalah guru dan siswa SMP VII pada matapelajaran
IPA Fisika

4. Perencanaan
Keberhasilan penerapan model pembelajaran discovery-inquiry
salah satunya bergantung pada guru sebagai

3
fasilitator/pembimbing pembelajaran. Sebelum memulai proses
belajar mengajar di dalam kelas, guru diminta untuk dapat:
a. mengkondisikan proses pembelajaran yang menarik,
mengarahkan ke HOTs, melakukan persiapan dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengenalkan
portal Rumah Belajar, membimbing siswa untuk registrasi
(mendaftar) pada portal Rumah Belajar) dan membimbing
pemanfaatannya.
b. mengidentifikasi topik pada konten fitur sumber belajar yang
pembelajarannya dapat dikemas menggunakan model
pembelajaran discovery-inqury learning.
c. merumuskan stimulus berupa contoh, tugas, pertanyaan,
kasus, dll untuk diberikan kepada siswa dalam mengawali/
mengantar siswa mengikuti pembelajaran.
d. mengidentifikasi aneka sumber belajar (buku cetak,
buku/sumber online, lingkungan sekitar, laboratorium, dll)
yang tersedia di sekolah yang bisa dimanfaatkan siswa dalam
melakukan sintaks/langkah pembelajaran.
e. mengidentifikasi ketersediaan sarana prasarana TIK di
sekolah (laptop, LCD, dsb)
f. mengidentifikasi konten-konten pada fitur sumber belajar
yang dapat diintegrasikan ke dalam langkah-langkah (sintaks)
model Pembelajaran discovery-inquiry learning, kemudian
menjabarkannya dalam RPP.

5. Pelaksanaan
Pada awal pembelajaran, guru sudah mengidentifikasi topik di
fitur Sumber Belajar. Standar Layanan Pembelajaran ini
merupakan contoh untuk materi belajar Cahaya. Pada topik

4
materi ini guru dan siswa melakukan sintaks/langkah
pembelajaran sebagai berikut:

TOPIK LANGKAH PEMBELAJARAN MEDIA/ WAKTU


‘CAHAYA’ BAHAN
Sub topik 1: Langkah pembelajaran dalam Buku referensi 4
Pemantulan model discovery inquiry di jampel
cahaya adalah sebagai berikut: perpustakaan,
aneka sumber
Sub topik 2: -Siswa diberi permasalahan lain ofline dan
pemantulan atau kasus, misal pada topik online,
cahaya pada cahaya, peserta didik sumber
cermin melakukan berbagai kegiatan belajar dari
datar, dengan semua anggota portal Rumah
cekung, dan kelompok misal dengan Belajar
cembung mengungkapkan pendapat,
ide, tanggapan terhadap
Sub topik 3: permasalahan secara bebas,
Hukum sehingga dimungkinkan
pembiasan muncul berbagai macam
cahaya alternatif pendapat dari siswa
mengenai stimulus yang
Sub topik 4: diberikan guru, misalnya guru
Hukum bertanya tentang sumber
pembiasan cahaya (Stimulus)
cahaya
-Siswa mengidentifikasi tugas
yang diberikan guru, misal
siswa mengidentifikasi
sumber cahaya, seperti
matahari, lilin, lampu, senter,
dll. (Problema Statement)

-Siswa diberi kesempatan


menggali lebih luas materi
yang telah diidentifikasi
berdasarkan pemahaman dari
konten tersebut, melalui
5
pengumpulan berbagai
informasi yang relevan
dengan cara membaca
referensi, mencari aneka
sumber lain, baik secara
online maupun offline,
mengamati obyek, melakukan
percobaan dalam kelompok,
misalnya untuk membuktikan
sifat-sifat cahaya bahwa
cahaya merambat lurus,
cahaya menembus benda
bening, cahaya dapat
dipantulkan atau dibiaskan.
Pada tahapan ini siswa dapat
mengeksplor portal Rumah
Belajar pada fitur
Laboratorium Maya. (Data
collection)

-Siswa secara kelompok


melakukan pengolahan,
pengklasifikasian berdasarkan
apa yang mereka dapatkan
dari percobaan/ujicoba yang
dilakukan, misalnya siswa
menjelaskan hukum
pemantulan yang diperoleh
dari percobaan yang
dilakukan dalam kelompok.
(Data prossesing)

-Siswa diarahkan untuk


melakukan pembuktian dari
hipotesis atau pernyataan
yang telah dirumuskan
berdasarkan hasil pengolahan
informasi yang telah ada,
misal siswa merumuskan atau

6
mendeskripsikan tentang sifat
pemantulan cahaya untuk
membuktikan cahaya
merambat lurus, cahaya
menembus benda bening,
cahaya dapat dipantulkan
atau dibiaskan. Setelah itu
siswa mempresentasikan hasil
pembuktiannya di depan
kelompok lain dan guru, untuk
mendapat masukan.
(Verification)

- Siswa diminta menarik


kesimpulan atau generalisasi
tertentu berdasarkan hasil
verifikasi/masukan/review
dari guru dan kelompok siswa
lain. (Generalization)

6. Tindak lanjut
Model Pembelajaran Discovery Inquiry memadukan penilaian
(evaluasi belajar) pada tiga aspek, yaitu pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian
terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR,
dokumen, dan laporan percobaan. Penilaian terhadap
kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan
perancangan dan pengujian.
Model pembelajaran Discovery Inquiry pada materi ‘Cahaya’ ini
dapat ditindak lanjuti dengan rangkaian proses pembelajaran
7
yang dikaitkan dalam kehidupan sehari hari yang siswa temui,
sehingga siswa mampu menceritakan, memahami, menganalisis
dan berfikir kritis mengenai penerapan materi yang ada
dilingkungannya, dengan memahami komponen, hubungan, dan
bagaimana menerapkan materi tersebut.

7. Kriteria Layanan Minimal


Model pembelajaran Discovery Inquiry pada topik Cahaya ini
dianggap berhasil jika memenuhi kriteria minimal sebagai
berikut:
a. Tingkat dominasi aktivitas belajar siswa, prosentase peran
aktivitas belajar siswa di kelas harus lebih besar dan lebih
dominan daripada peran guru, dengan perbandingan
minimal 80%:20%
b. Optimalisasi peran guru sebagai fasilitator, bagaimana guru
memberi keleluasaan siswa dalam melakukan aktivitas
belajar di sekolah, sehingga siswa bisa lebih leluasa
mengeksplor dan memahami konsep sesuai dengan tujuan
belajar yang telah ditetapkan menjadi salah satu indikator
dalam penerapan model ini. Semakin besar peran guru
sebagai fasilitator di kelas maka peluang tingkat
keberhasilan model pembelajaran discovery-inquiry semakin
besar.
c. Pemanfaatan berbagai sumber belajar, semakin banyak
aneka sumber belajar yang dipakai siswa dalam aktivitas
belajar, menjadi salahsatu indicator keberhasilan dalam
penerapan model ini.
d. Ketuntasan belajar siswa dalam memahami konsep
pembelajaran. Beberapa hasil penelitian menyebutkan
bahwa hasil belajar siswa yang menerapkan model ini lebih
8
baik, karena tingkat pemahaman siswa lebih besar. Belajar
dengan memahami konsep menjadi salah satu indikator
keberhasilan. Ketuntasan belajar diukur dengan evaluasi
belajar dengan nilai ketuntasan minimal 80 dengan penilaian
acuan normal (sesuai standar masing-masing guru).
e. Keaktifan siswa dalam menerapkan sintaks model
pembelajaran discovery-inquiry yang memanfaatkan sumber
belajar juga merupakan evaluasi proses terutama untuk
mengukur kompetensi sikap dan ketrampilan siswa selama
mengikuti semua aktivitas belajarnya. Nilai evaluasi proses
siswa minimal 70 dengan penilaian acuan normal (sesuai
standar masing-masing guru).

9
BAB II
STANDAR LAYANAN ADMINISTRASI

1. Tujuan
Tujuan standar layanan administrasi adalah memberikan
Standar Operasional Prosedur layanan administrasi penerapan
model pembelajaran Discovery Inquiry untuk menerapkan
pembelajaran IPA jenjang SMP berdasarkan kurikulum 2013.

2. Sasaran
a. Guru kelas VII
b. Siswa kelas VII

3. Ruang Lingkup
Pengguna standar layanan administrasi ini adalah guru dan
siswa jenjang SMP dalam penerapan model discovery inquiry
pada mata pelajaran IPA Fisika dengan topik materi
pembelajaran ‘Cahaya’ berdasarkan Kurikulum 2013.

4. Perencanaan
a. Persiapan personnel (guru dan siswa)
b. Persiapan media, alat, bahan belajar, lingkungan belajar,
sumber belajar, dll.

5. Pelaksanaan

10
ALUR DOKUMEN MEDIA/BAHAN WAKTU

1. Guru Silabus, Perangkat Aneka sumber 4 jampel


memberikan pembelajaran belajar, fitur
pengenalan ke berupa Sumber Belajar,
siswa mengenai permasalahan/ portal Rumah
portal Rumah kasus/tugas yang Belajar, laptop,
Belajar, berhubungan LCD.
registrasi dan dengan materi
pemanfaatannya belajar, dan hasil
2. Siswa dapat ujicoba/percobaa
mendaftar/regist n kelompok, hasil
rasi dan log in presentasi
untuk kelompok.
mengakses
Rumah Belajar.
3. Guru
mengidentifikasi
topik pada
konten sumber
belajar atau
portal Rumah
Belajar yang
pembelajaranny
a dapat dikemas
dengan model
pembelajaran
discovery-inqury
yang menuntut
pembentukan
ketrampilan
berpikir tingkat
tinggi (HOTs).

4. Guru
menentukan
aneka sumber
belajar yang
tersedia di
11
sekolah berupa
buku, internet,
alam/linkungan
sekitar,
perpustakaan,
laboratorium
dsb.
5. Guru
mengidentifikasi
ketersediaan
sarana prasarana
TIK di sekolah
(laptop, LCD,
dsb).
6. Guru membagi
kelompok siswa
dengan
menggabungkan
semua level
kemampuan
kognitif (rendah,
sedang, dan
tinggi).

6. Tindak Lanjut
Setiap hasil karya siswa berupa percobaan/ujicoba/presentasi
didokumentasikan dengan memajang di dalam kelas.
7. Kriteria Layanan Minimal
a. Guru mendokumentasikan karya siswa
b. Guru mendokumentasi perangkat pembelajaran

12
BAB III
STANDAR LAYANAN PERSONAL

1. Tujuan
Tujuan standar layanan personal adalah memberikan Standar
Operasional Prosedur layanan personal pada siswa dalam
penerapan model pembelajaran Discovery Inquiry untuk
menerapkan pembelajaran IPA jenjang SMP berdasarkan
kurikulum 2013.

2. Sasaran
a. Guru kelas VII
b. Siswa kelas VII

3. Ruang Lingkup
Pengguna standar layanan personal ini adalah guru dan siswa
jenjang SMP dalam penerapan model discovery inquiry pada
mata pelajaran IPA Fisika dengan topik materi pembelajaran
‘Cahaya’ berdasarkan Kurikulum 2013. Optimalisasi standar
layanan ini akan terlihat dalam bentuk cakupan materi dan
penggunaan waktu secara efektif. Materi pembelajaran dan
langkah pembelajaran menggunakan waktu yang tersedia
secara efektif dan efisien. Artinya semua sintaks/langkah
pembelajaran discovery inquiry dilakukan secara bertahap dan
tidak ada tahapan yang ertinggal karena kekurangan waktu/jam
pelajaran.

4. Perencanaan
a. Persiapan personnel (guru dan siswa)

13
Pada perencanaan standar layanan ini, guru harus dapat
mengelompokkan siswa berdasarkan kategori. Di dalam satu
kelompok atau kelas siswa terdapat sekurang-kurangnnya
tiga varian kemampuan. Ada 16 – 20% siswa berada pada
posisi lambat belajar, lebih kurang 60 % normal belajar, dan
16 – 20 % berada pada posisi cepat belajar. Variasi yang tiga
itu berada dalam suatu ruang kelas dan berada pada satu
kesatuan waktu pembelajaran. Sehingga pembagian siswa
dalam satu kelompok harus mengakomodir 3 kelompok siswa
tersebut. Dalam 1 kelompok harus terdiri dari siswa kategori
lamabt, norma, dan cepat belajar. Ketiga kelompok itu harus
mendapat pelayanan yang adil. Masing-masing siswa dilayani
sesuai dengan potensinya.

b. Persiapan bahan pembelajaran secara personal


Perencanaan standar layanan ini akan terlihat dalam bentuk
cakupan materi dan penggunaan waktu secara efektif. Materi
pembelajaran dan langkah pembelajaran menggunakan
waktu yang tersedia secara efektif dan efisien. Artinya semua
sintaks/langkah pembelajaran discovery inquiry dilakukan
secara bertahap dan tidak ada tahapan yang tertinggal
karena kekurangan waktu/jam pelajaran.

5. Pelaksanaan

14
ALUR DOKUMEN MEDIA/BAHA WAKTU
N

Guru melatih Silabus, Aneka sumber 4 jampel


siswa Perangkat belajar, fitur
mendaftar/regist pembelajaran Sumber
asi Rumah berupa Belajar, portal
Belajar. permasalaha Rumah
n/ Belajar,
Guru membagi kasus/tugas laptop, LCD.
kelompok siswa yang
dengan proporsi berhubungan
1 kelompok dengan
terdiri dari siswa materi
lambat, normal belajar, dan
dan cepat belajar hasil
ujicoba/perc
Guru obaan
memberikan kelompok,
permasalahan/ka hasil
sus/tugas yang presentasi
berbeda-beda kelompok.
tiap kelompok

Siswa berbagi
tugas dalam
kelompoknya
untuk
mengumpulkan
data/informasi
15
dalam menjawab
permasalahan/tu
gas/kasus yang
diberikan guru.

Guru mengukur
pemahaman
siswa dengan
melihat aktifitas
siswa
perorangan
dengan menilai
keaktifan siswa
saat melakukan
sintaks/langkah
pembelajaran,
missal keaktifan
mencari sumber
belajar,
berdiskusi dalam
kelompok,
melakukan
percobaan, dan
melaksanakan
presentasi.

16
6. Tindak Lanjut
Guru memberikan remedi/pengayaan, baik bagi siswa lambat
maupun siswa cepat belajar. Sebagai tindaklanjut, guru dapat
merangkum dan mereview kembali pemahaman materi
pembelajaran bersama-sama dengan melibatkan siswa. Jika
ada pemahaman konsep yang ditemukan siswa melebar dan
tidak benar, guru dapat meluruskan pemahaman konsep yang
benar.

7. Kriteria Layanan Minimal


a. Tingkat dominasi aktivitas belajar siswa, prosentase peran
aktivitas belajar siswa di kelas harus lebih besar dan lebih
dominan daripada peran guru, dengan perbandingan
minimal 80%:20%
b. Optimalisasi peran guru sebagai fasilitator, dalam
mendorong siswa melakukan aktivitas belajar di sekolah
c. Pemanfaatan berbagai sumber belajar, semakin banyak
aneka sumber belajar yang dipakai siswa dalam aktivitas
belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam
penerapan model ini.
d. Ketuntasan belajar siswa dalam memahami konsep
pembelajaran minimal 80% dengan penilaian acuan normal
(sesuai standar masing-masing guru).
e. Keaktifan siswa dalam menerapkan sintaks model
pembelajaran discovery-inquiry dengan nilai evaluasi proses
siswa minimal 70 dengan penilaian acuan normal (sesuai
standar masing-masing guru).

17
18
PEDOMAN
PENERAPAN/PENGELOLAAN
MODEL PEMBELAJARAN
DISCOVERY-INQUIRY LEARNING
YANG MEMANFAATKAN RUMAH BELAJAR
UNTUK JENJANG SMP

Oleh:
Eni Susilawati
Andamsari
Arief Darmawan

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2018
1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran

BAB II RUANG LINGKUP


A. Konsep Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning
yang memanfaatkan Rumah belajar
B. Pola Pemanfaatan Model Pembelajaran Discovery-
Inquiry Learning yang mengintegrasikan Rumah Belajar
C. Pola Pengintegrasian Rumah belajar dalam Penerapan
Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning yang
memanfaatkan Rumah belajar

BAB III STRATEGI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


DISCOVERY-INQUIRY LEARNING YANG
MEMANFAATKAN RUMAH BELAJAR
A. Persiapan
B. Pelaksanaan

BAB IV TINDAK LANJUT

BAB V PENUTUP

2
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tantangan pendidikan di abad 21, yaitu membangun


keterampilan abad 21, yang meliputi: keterampilan melek
teknologi informasi dan komunikasi, keterampilan beprikir kritis
dan sistemik, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan
berkomunikasi efektif dan keterampilan berkolaborasi.
Perkembangan Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) di
Indonesia, memiliki potensi yang sangat besar sebagai sarana atau
alat untuk membangun keterampilan tersebut dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pendidikan modern di abad
21, guru dituntut untuk mampu menerapkan model pembelajaran
modern yang disertai dengan pengintegrasian TIK dalam proses
pembelajaran. Artinya, guru harus memiliki pengetahuan tentang
model-model pembelajaran modern dan keterampilan dalam
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
mengintegrasikan TIK dan menerapkan model pembelajaran
modern di dalamnya.

Disisi lain, permasalahan di bidang pendidikan di Indonesia


yang banyak diperbincangkan saat ini adalah rendahnya mutu
pendidikan yang tercermin dari rendahnya prestasi peserta didik.
Masalah ini dikarenakan kurangnya kemampuan para pendidik
dalam menentukan karakteristik proses pembelajaran terhadap
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir holistik
(menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, untuk ketuntasan belajar
secara individual. Pembelajaran merupakan jantungnya aktivitas

3
pendidikan, sehingga proses pembelajaran menempati posisi dan
peranan yang sangat penting. Di dalam kegiatan pembelajaran
inilah terjadi proses transmisi dan transformasi pengalaman
belajar kepada peserta didik sesuai kurikulum yang berlaku.
Salahsatu solusi permasalahan tersebut adalah dengan
meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan
tuntutan perkembangan abad 21. Diantaranya yaitu dengan
pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan peserta didik
untuk berpikir tingkat tinggi (high order thinking/HOT).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini merupakan salah satu
komponen yang penting dalam proses pembelajaran yang wajib
dimiliki oleh setiap peserta didik, yaitu kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis (critical
thinking), berpikir kreatif (creative thinking), berargumen
(reasoning), dan mengambil keputusan (decision making). Salah
satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan HOTS adalah
pembelajaran Discovery-Inquiry. Pembentukan ketrampilan HOT
tersebut sangat relevan dengan karakteristik model pembelajaran
discovery-inquiry yang menitik beratkan pada proses pemecahan
masalah. Siswa harus melakukan eksplorasi berbagai informasi
agar dapat menentukan konsep sendiri dengan mengikuti petunjuk
guru berupa pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan
pembelajaran.
Sehubungan dengan pertimbangan di atas dan untuk
memfasilitasi guru dalam menerapkan model pembelajaran
discovery-inquiry yang terintegrasi TIK dalam pembelajaran, maka
perlu disusun pedoman pengelolaan/penerapan model
pembelajaran discovery-inqury learning yang memanfaatkan portal
rumah belajar di sekolah, khususnya untuk jenjang SMP.

4
B. Tujuan
Secara umum pedoman pemanfaatan model pembelajaran
discovery-inqury learning yang memanfaatkan sumber belajar pada
Portal Rumah Belajar ini bertujuan untuk bisa menjadi panduan
bagi guru dan siswa dalam menerapkan model tersebut dalam
pembelajaran di sekolah.

Secara khusus pedoman pemanfaatan ini bertujuan untuk:

1. Mempermudah guru dalam menerapkan model discovery-inqury


learning dalam pembelajaran di sekolah dengan
mengintegrasikan Rumah Belajar;
2. Menjadi pedoman siswa dalam mengikuti pembelajaran yang
menerapkan model menerapkan model pembelajaran discovery-
inqury learning yang memanfaatkan sumber belajar pada Portal
Rumah Belajar;
3. Memberi gambaran langkah-langkah penerapan model
pembelajaran discovery-inqury learning di sekolah.

C. Sasaran
Sasaran pedoman pemanfaatan model pembelajaran discovery-
inqury learning yang memanfaatkan sumber belajar Rumah Belajar
ini adalah guru dan siswa.

5
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Konsep Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning yang


memanfaatkan Rumah Belajar
Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning yang
memanfaatkan Rumah Belajar dapat dipahami sebagai suatu
bentuk penerapan model pembelajaran Discovery-Inquiry Learning
yang mengintegrasikan konten-konten yang terdapat dalam portal
rumah belajar yang dikembangkan oleh Pustekkom Kemdikbud.
Rumah belajar tersebut berisi berbagai konten pembelajaran yang
dapat dimanfaatkan secara online maupun offline.

Gambar 1.1. Tampilan fitur-fitur portal Rumah Belajar

6
Memanfaatkan konten rumah belajar (yang terdiri dari fitur sumber
belajar, lab maya, kelas maya, peta budaya, wahana jelajah ruang
angkasa, bank soal dan PKB) dapat memberikan pengalaman belajar
secara langsung dan lebih konkrit kepada siswa. Contohnya dalam
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam mengenai tata surya, dengan
menggunakan konten pada fitur sumber belajar dan wahana jelajah
angkasa, maka pembelajaran yang abstrak dapat dilangsungkan di
dalam kelas dengan lebih efektif, di mana dalam sumber belajar
tersebut ada animasi atau video bagaimana peredaran tatasurya
dalam bimasakti kita. Hal ini memberikan pembelajaran yang
konkrit pada siswa untuk menambah dan memperluas wawasan
terkait materi yang dipelajari di kelas.
Dalam penerapan model pembelajaran discovery-inquiry learning
ini, harus menerapkan semua sintaks model tersebut. Makmun
(2001:150) mengemukakan sintaks/langkah-langkah model
pembelajaran Discovery-Inquiry sebagai berikut:
1. Stimulation : guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan
atau menyuruh anak didik membaca ataupun mendengarkan
uraian yang membuat persoalan,
2. Problem statement: siswa mengidentifikasi berbagai persoalan,
3. Data collection: siswa melakukan perngumpulan berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati obyek,
wawancara dengan nara sumber atau melakukan uju coba sendiri
dan lain-lain,
4. Data prossesing: siswa melakukan pengolahan, pengacakan,
pengklasifikasian, pentabulasian bahkan penghitungan data pada
tingkat kepercayaan tertentu,
5. Verification atau pembuktian: siswa melakukan pembuktian dari
hipotesis atau pernyataan yang telah dirumuskan berdasarkan
hasil pengolahan informasi yang telah ada,
7
6. Generalization : berdasarkan hasil verifikasi, siswa menarik
kesimpulan atau generalisasi tertentu

Model pembelajaran discovery-inquiri learning merupakan


gabungan dari model discovery learning dan inquiry. Kedua metode
ini memiliki tujuan yang sama yaitu mengarahkan dan membimbing
siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang
diberikan. Model ini dipandang mampu untuk memenuhi tuntutan
pembelajaran yang berorientasi kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang dan dapat
digunakan untuk semua mata pelajaran, yang menuntut siswa untuk
tidak hanya mengembangkan keterampilan bernalarnya dalam
menyelesaikan permasalahan yang sifatnya kualitatif tetapi juga
menuntut peserta didik untuk membudayakan berpikir ilmiah
secara kreatif, kritis dan mandiri (Amien, 1987:13).
Pada pembelajaran discovery-inquiry siswa dirancang untuk
menemukan sendiri konsep ilmu yang akan dipelajari sehingga
diharapkan dari penemuan sendiri suatu konsep oleh siswa selain
lebih mudah dimengerti dan diingat, juga dapat menumbuhkan
motivasi intrinsik siswa karena siswa merasa puas atas hasil dari
penemuan mereka.

B. Pola Pemanfaatan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning


yang mengintegrasikan Rumah belajar
1) Pemanfaatan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning
untuk untuk memenuhi tuntutan pembelajaran yang berorientasi
kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sehingga model ini cocok untuk materi pembelajaran di jenjang
SMP yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

8
 memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat dan
mengenal kembali semua aturan yang ada dan harus dipenuhi.
Misalnya Bahasa Inggris, mempelajari kalimat simple present
tenses.
 memerlukan interaksi dan kolaborasi antara siswa dengan
guru dan antar sesama siswa dalam memahami proses
penemuan konsepnya
Misalnya IPA melalui praktikum untuk membedakan jenis
lensa
 memiliki hubungan dengan lingkungan dan sosial
Misalnya IPS,mempelajari sumber daya alam
 materi yang memiliki banyak teori-teori dan rumus-rumus,
Misal Matematika, menentukan untung/rugi dengan
aritmatika sosial.
Tanpa pemahaman terhadap teori-teori dan rumus-rumus yang
ada, siswa akan kesulitan dalam penerapan rumus dalam
kehidupan sehari-hari ................

2). Pemanfaatan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning


untuk mengoptimalkan peran aktif siswa dalam aktivitas belajar
Sintaks model pembelajaran Discovery-Inquiry Learning ini
dominan menuntut peran aktif siswa dalam aktivitas/kegiatan
belajar di kelas. Sehingga strategi pengajaran menjadi berubah
dari yang bersifat penyajian informasi oleh guru kepada siswa
(sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya
berkadar rendah), menjadi pengajaran yang menekankan kepada
proses pengolahan informasi di mana siswa yang aktif mencari
dan mengolah sendiri informasi yang kadar proses mentalnya
lebih tinggi atau lebih banyak. Dalam hal ini pembelajaran

9
menjadi terpusat pada siswa, sementara guru hanya sebagai
fasilitator.

4). Pemanfaatan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning


untuk mengoptimalkan siswa belajar dengan memanfaatkan
aneka sumber belajar
Salahsatu sintaks Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning
yaitu data collection dan problem statement , mensyaratkan
siswa untuk menggunakan aneka sumber belajar. Pengalaman
belajar siswa yang diperoleh dari penerapan model ini, sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan aneka sumber belajar. Siswa yang
belajar dengan aneka sumber belajar tentu akan berbeda
pengalamannya dengan siswa yang belajar dengan satu macam
sumber belajar. Aneka sumber belajar tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.2
Bagan interaksi siswa dengan aneka sumber belajar dalam
penerapan model discovery-inquiry learning
Sumber gambar: www.m-edukasi.web.id

10
5). Pemanfaatan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning
untuk membangun sikap inisiatif dan kolaboratif siswa dalam
belajar
Penerapan sintaks Model Pembelajaran Discovery-Inquiry
Learning yang aktivitas belajarnya dominan oleh siswa,
menuntut siswa bisa lebih mandiri untuk menemukan sendiri
jawaban dari permasalahan yang diberikan. Sehingga pada
akhirnya akan terbangun sikap inisiatif pada diri siswa setelah
mempraktekan sintaks Model Pembelajaran Discovery-Inquiry
Learning.
Pada sintaks data proceesing dan Verification , siswa banyak
melakukan diskusi dan kerjasama untuk mengolah data, secara
berkelompok menyiapkan presentasi untuk verifikasi hasil kerja,
dan menerima masukan dari kelompok lain, sehingga aktivitas
belajar ini akan dapat membangun sikap kolaborasi siswa dalam
belajar.

C. Pola Pengintegrasian Rumah belajar dalam Penerapan Model


Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning yang memanfaatkan
Rumah belajar

Penerapan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning yang


memanfaatkan Rumah Belajar sangat bergantung pada bagaimana
memaksimalkan integrasi konten-konten di rumah belajar ke dalam
sintaks model. Adapun pola Pengintegrasian Rumah belajar dalam
Penerapan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning yang
memanfaatkan Rumah belajar ini, sebagai berikut:

11
Liter
asi

Evaluasi

1). Konten rumah belajar sebagai media pembelajaran dalam sesi


literasi siswa pada kegiatan pendahuluan pembelajaran
Sumber belajar dapat dimanfaatkan guru dalam memberikan
pendahuluan pembelajaran. Guru dapat menskenariokan siswa
untuk 10 menit literasi dengan membaca konten-konten di fitur
sumber belajar maupun fitur-fitur lainnya sesuai dengan kesukaan
masing-masing siswa. Bagi siswa yang suka sejarah bisa literasi
dari fitur peta budaya, yang suka percobaan dapat mengakses
fitur laboratorium maya, yang suka pengetahuan populer dapat
12
mengakses sumber belajar, yang suka sastra dapat mengakses
fitur karya Bahasa dan sastra.

2). pola kedua pemanfaatan sumber belajar dalam penerapan


model discovery-inquiri learning, yaitu sumber belajar dan BSE
sebagai bahan/ sumber referensi dalam merumuskan apersepsi/
stimulasi pembelajaran ke siswa.
Dalam apersepsi ini guru bisa memulai langkah pertama
penerapan model discoveri-inquti learning yaitu Stimulation.
Dalam tahapan ini guru memberikan materi yang telah diambil
dari konten sumber belajar yang sesuai dengan materi yang
dibahas baik dalam bentuk file offline maupun online dari website
rumah belajar(tergantung ketersediaan peralatan TIK di kelas),
untuk dipelajari oleh siswa. Guru juga dapat memberikan
beberapa pertanyaan terkait konten materi tersebut untuk jadi
acuan siswa dalam membuat/merumuskan persoalan sesuai
pemahaman siswa sendiri.

3). pola ketiga, konten rumah belajar sebagai salah satu referensi
siswa dalam penerapan sintaks problem statement, yang
merupakan salahsatu dari kegiatan inti dalam pembelajaran.
Siswa secara kelompok mengidentifikasi berbagai persoalain
sesuai dengan stimulus yang telah disampaikan oleh guru,
kemudian menentukan referensi, salahsatunya mencari dari
konten materi yang terdapat dalam rumah belajar (sumber
belajar, BSE dsb) kemudian diskusi untuk merumuskan masalah.

4). pola keempat, rumah belajar sebagai salahsatu dari aneka


sumber belajar dalam penerapan sintaks data collection pada
model pembelajaran discovery-inquiry
13
Dalam Data collection, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menggali lebih luas persoalan yang telah dibuat
berdasarkan pemahaman dari konten rumah belajar, melalui
perngumpulan berbagai informasi yang relevan dengan cara
membaca literatur baik secara online maupun offline, mengamati
obyek, wawancara dengan nara sumber atau melakukan uji coba
sendiri dan lain-lain oleh siswa. Siswa diberi kesempatan untuk
belajar dengan aneka sumber yang tersedia di sekolah termasuk
diantaranya sumber belajar, laboratorium, perpustakaan dan
lingkungan sekolah.

5). pola kelima, mengoptimalkan integrasi TIK dalam melaksanakan


sintaks-sintaks model discovery-inqury learning, sebagai berikut:
 Data prossesing: berikutnya siswa secara kelompok ataupun
mandiri melakukan pengolahan, pengacakan,
pengklasifikasian, pentabulasian bahkan penghitungan data
pada tingkat kepercayaan tertentu. Dalam langkah ini siswa
perkelompok melakukan pengolahan data menggunakan
laptop dan menyajikan hasilnya dalam bentuk file (doc/ppt).
Verification atau pembuktian: guru mengarahkan siswa
untuk melakukan pembuktian dari hipotesis atau
pernyataan yang telah dirumuskan berdasarkan hasil
pengolahan informasi yang telah ada. Setiap kelompok
melakukan praktikum sesuai dengan cara kerja yang
dirumuskan siswa, perwakilan anggota kelompok
mendokumentasikan langkah-langkah dan hasil pembuktian
terhadap objek untuk mencari jawaban pertanyaan dari
guru. Setelah itu masing-masing perwakilan kelompok
mempresentasikan di depan guru dan siswa yang lain untuk
mendapat masukan.
14
generalization, dimana Siswa diarahkan oleh guru untuk
menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu berdasarkan
hasil verifikasi dan masukan dari guru dan siswa lainnya.
Kemudian Guru memberi penghargaan kepada hasil
kelompok. Selanjutnya guru mereview hasil kesimpulan dari
siswa, kemudian menjelaskan materi yang belum dipahami
oleh siswa dengan konsep yang benar, sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
6). Pola keenam, pemanfaatan bank soal dan evaluasi online
pada sumber belajar sebagai media evaluasi pembelajaran
dalam kegiatan penutup
Dalam kegiatan penutup, guru merangkum materi
pembelajaran bersama-sama dengan melibatkan siswa serta
memberikan evaluasi, menggunakan evaluasi yang tersedia
dalam sumber belajar, https://belajar.kemdikbud.go.id/
SumberBelajar/ ataupun fitur bank soal sesuai topik materi
yang diibahas.

15
BAB III
STRATEGI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
DISCOVERY-INQUIRY LEARNING
YANG MENGINTEGRASIKAN SUMBER BELAJAR

A. Persiapan
Dalam persiapan ini peran guru menjadi sangat penting, tergambar
dalam skema berikut meliputi:

5
1 2 3 4
6

Keterangan:

1. guru mengidentifikasi kesesuaian topik dengan karakteristik


pemanfaatan model discovery-inquiri dan ketersediaan konten di
rumah belajar.
Topik yang sesuai dan tersedia di rumah belajar tersebut akan
dijadikan guru sebagai bahan penerapan sintaks simulation. Guru
dapat merumuskan stimulus dengan bahan referensi topik
tersebut atau mengarahkan ke siswa agar dijadikan acuan dalam
membuat/ merumuskan persoalan.

16
contoh:
Pelajaran IPA klas VIII/ semester 2
NO POKOK KESESUAIAN JUDUL KONTEN/KATALOG
BAHASAN TOPIK DENGAN TOPIK DI MEDIA YANG BISA
DALAM 1 KARAKTERISTIK SUMBER DIMANFAATKAN
SEMESTER MODEL BELAJAR
YANG
SESUAI
1. Resultan gaya - - -
2. Energi dan - - -
perubahanny
3. Pesawat - - -
sederhana
4. Tekanan - - -
5. Getaran dan - - -
gelombang
6. Bunyi - - -
7. Cahaya Sesuai Topik Gambar/ animasi
Cahaya cermin dan lensa
dalam Animasi soal
sumber Percobaan dalam
belajar lab maya
8. Alat Optik Sesuai Alat Optik
(Akan diuraikan
oleh guru)

17
2. Mengidentifikasi ketersediaan aneka sumber belajar serta sarana
dan prasarana TIK dimasing-masing sekolah sesuai dengan
kebutuhan
NO POKOK JUDUL KETERSEDIAA KETERSEDI KETERANGAN
BAHASA TOPIK N AAN
DI
N ANEKA SARPRAS
SUMBE
DALAM 1 R SUMBER TIK
SEMESTE BELAJA BELAJAR
R R YANG
SESUAI
1 Cahaya Cahaya Perpustakaan: Laptop Sumberbelajar
Lingkungan: LCD dan media yang
(lapangan, Hp dibutuhkan
tempat parkir) Lab 1. Sumber
komputer pembelajaran:
a. Buku IPA Fisika
b. Buku referensi
yang relevan
c. Lingkungan
2. Media
pembelajaran
a. LCD, infokus
b. Foto-foto atau
gambar
c. Slide presentasi
2 Alat Alat
Optik Optik
(Akan
diuraikan
oleh
guru)

18
3. Mengidentifikasi konten-konten pada sumber belajar yang dapat
disisipkan ke dalam sintaks model Pembelajaran Discovery-
inquiry Learning lainnya, sebagai berikut:
N POKOK SINTAKS KONTEN/ KETERSEDIAA KETERANGA
O BAHASA MODEL KATALOG N N
N DISCOVERY- MEDIA DI ANEKA
DALAM 1 INQUIRY RUMAH SUMBER
SEMESTE LEARNING BELAJAR BELAJAR DAN
R YANG SARPRAS TIK
SESUAI
1 Cahaya Stimulation Gambar LCD
dan alat matahari Laptop
optic Lingkungan
Gambar
proses
pengeringa
n
Problem Konten
statement dalam
sumber
belajar
Data
collection
Data prossesi Topik Laptop
ng dalam Ppt
rumah
belajar
Verification Video dan Laptop
gambar di LCd
sumber
belajar
Generalizatio
n

19
4. Menjabarkan langkah-langkah/sintaks model Pembelajaran
Discovery-Inquiry Learning kedalam RPP terintegrasi TIK dan
konten rumah belajar, mulai dari kegiatan pendahuluan, inti dan
penutup.

NO POKOK URAIA SINTAKS MODEL WAK INTEGRASI INTEGR PERAN


BAHASAN N DISCOVERY- TU KONTEN/ ASI
DALAM 1 KEGIAT INQUIRY YANG KATALOG ANEKA
SEMESTER AN LEARNING DIBU MEDIA SUMBER
PEMBE TUHK RUMAH BELAJAR
LAJARA AN BELAJAR DAN
N YANG SARPRA
SESUAI S TIK
1 Cahaya Pendah Stimulation Guru
uluan Guru
memperlihatkan
gambar matahari
yang bersinar
Kemudian
memberikan
stimulasi dengan
pertanyaan: apa
yang
dimanfaakan oleh
manusia dari
matahari?”

Kegiata Problem Siswa


n inti statement
Siswa secara
kelompok
mencari jawaban
dengan
mengamati
matahari dan
membaca
buku,dan diskusi
kemudian

20
merumuskan
beberapa
pertanyaan
terkait manfaat
cahaya matahari

Data collection Guru Siswa


Siswa secara mengara
kelompok hkan
mengumpulkan siswa
informasi dan dalam
data untuk berdisku
menjawab/menje si.
laskan
pertanyaan yang
telah dirumuskan
Dalam langkah ini
siswa secara aktif
memanfaatkan
aneka sumber
yang ada di
sekolah.
1 kelompok :
mengumpulkan
informasi dari
sumber buku di
perpustakaan
1 kelompok:
mengumpulkan
informasi dari
sumber benda
yang ada di luar
kelas
1 kelompok :
mengumpulkan
informasi dari
sumber internet
1 kelompok :
mengumpulkan
informasi dari

21
konten portal
rumah belajar
1 kelompok :
mengumpulkan
informasi dari
sumber
wawancara
dengan orang lain
Data prossesing Siswa
Masing-masing
kelompok siswa,
mengolah data
dan informasi
yang telah
dikumpulkannya.
Kemudian
menyiapkan hasil
pengolahan data
tersebut dan
menyiapkan
untuk dipaparkan
di depan kelas
Verification Siswa
Melakukan
paparan hasil
kelompoknya dan
meminta
pendapat dari
kelompok lain.
Kelompok lain
akan
menanggapai
dan memberi
masukan
terhadap
paparannya
Generalization Siswa
Masing-masing
kelompok siswa
merumuskan
kembali hasil
22
kelompoknya
dengan
menambahkan
masukan-
masukan dari
kelompok lain,
kemudian
membuat
kesimpulan
terhadap
pemahaman Guru
mengenai cahaya
Guru
membimbing
peserta didik
dalam berdiskusi.
Guru menanggapi
hasil diskusi
kelompok peserta
didik dan
memberikan
informasi yang
sebenarnya.
Penutu Guru mereview Guru
p dan menanggapi
hasil diskusi
kelompok peserta
didik dan
meluruskan
informasi jika ada
kesimpulan/kons
ep yang belum
pas dipahami
oleh siswa
2 Alat Optik
(Akan
diuraikan
oleh guru)

23
5. Mengenalkan cara mengakses Rumah Belajar dan membimbing
siswa melakukan registrasi Rumah belajar
6. Merumuskan bahan stimulasi pembelajaran ke siswa dengan
memanfaatkan katalog media dalam rumah belajar

B. Pelaksanaan penerapan Model Pembelajaran Discovery-inquiry


Learning
(URAIAN JABARAN SECARA DETAIL PELAKSANAAN RPP DI KELAS)
Pada dasarnya pelaksanaan penerapan model ini merupakan
pelaksanaan dari RPP yang telah disusun dan dipersiapkan secara
khusus dengan mengintegrasikan konten rumah belajar ke dalam
sintaks model discovery-inquiry Learning. Yang menonjol dalam
pelaksanan penerapan model ini adalah dominasi peran/partisipasi
siswa dalam aktivitas pembelajaran di sekolah.

KEGIATAN INTI
PENUTUP
(SISWA)
PENDAHULUAN (GURU)
Sintaks 2:problem statement
(GURU) Review dan evaluasi
Sintaks 3:data collection
pembelajaran
Sintaks1:
Sintaks 4:data proceesing
stimulation
Sintaks 5:verification

Sintaks 6:Generalization

Penjelasan bagaimana pelaksanaan penerapan model Pembelajaran


Discovery-inquiry Learning di Sekolah ini akan diperjelas dengan
contoh penerapan RPP model discovery-inquiry learning untuk mata
pelajaran IPA kelas VIII di SMP Pesat Bogor sebagai berikut:

24
1) Topik materi Cahaya
Pendahuluan
Stimulation(Pemberian Stimulus)
Guru memperlihatkan gambar matahari yang bersinar menyinari
tumbuhan ( media dari topik fotosintesis Sumber belajar)
Kemudian memberikan stimulasi dengan pertanyaan: apa yang
dimanfaakan oleh manusia dari matahari?”
Kemudian guru membagi siswa menjadi 4 kelompok kerja,
dengan mempertimabngkan pemerataan tingkat kognitif siswa
dalam tiap kelompok.
Siswa: memperhatikan stimulus yang disampaikan oleh guru dan
kemudian bergabung sesuai dengan kelompok yang telah
ditentukan oleh guru.

Kegiatan Inti
Problem statement
Siswa secara kelompok mencari jawaban dengan mengamati
matahari dan membaca buku,dan diskusi kemudian merumuskan
beberapa pertanyaan terkait manfaat cahaya matahari dan sifat-
sifat cahaya....
Guru: sebagai fasilitator berkeliling ke masing-masing kelompok,
sambil mengamati/menilai kinerja kelompok

Data collection
Siswa secara kelompok mengumpulkan informasi dan data untuk
menjawab/menjelaskan pertanyaan yang telah dirumuskan
Dalam langkah ini siswa secara aktif memanfaatkan aneka
sumber yang ada di sekolah.
1 kelompok : mengumpulkan informasi dari sumber buku di
perpustakaan dan lab maya
25
1 kelompok: mengumpulkan informasi dari sumber benda yang
ada di luar kelas dan sumber belajar
1 kelompok : mengumpulkan informasi dari sumber internet dan
lab maya
1 kelompok : mengumpulkan informasi dari sumber wawancara
dengan orang lain dan sumber belajar
........................
Guru: sebagai fasilitator berkeliling ke masing-masing kelompok,
sambil mengamati/menilai kinerja kelompok

Data prossesing
Masing-masing kelompok siswa, mengolah data dan informasi
yang telah dikumpulkannya. Kemudian menyiapkan hasil
pengolahan data tersebut dan menyiapkan untuk dipaparkan di
depan kelas
........................
Guru: sebagai fasilitator berkeliling ke masing-masing kelompok,
sambil mengamati/menilai kinerja kelompok

Verification
Melakukan paparan hasil kelompoknya dan meminta pendapat
dari kelompok lain. Kelompok lain akan menanggapai dan
memberi masukan terhadap paparannya.
........................
Guru: sebagai fasilitator guru memandu berlangsungnya
presentasi dan diskusi antar kelompok, sambil
mengamati/menilai kinerja kelompok

26
Generalization
Masing-masing kelompok siswa merumuskan kembali hasil
kelompoknya dengan menambahkan masukan-masukan dari
kelompok lain, kemudian membuat kesimpulan terhadap
pemahaman mengenai cahaya
........................
Guru: sebagai fasilitator berkeliling ke masing-masing kelompok,
sambil mengamati/menilai kinerja kelompok
Guru membimbing peserta didik dalam berdiskusi.
Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan
memberikan informasi yang sebenarnya, serta menjawab
pertanyaan jika ada hal baru yang ditemukan siswa namun belum
dipahami oleh siswa.

Penutup
Guru mereview dan menanggapi hasil diskusi kelompok peserta
didik dan meluruskan informasi jika ada kesimpulan/konsep yang
belum pas dipahami oleh siswa
Guru memberikan latihan/kuis soal dengan menggunakan
quis/latihan soal yang ada di sumber belajar topik cahaya dengan
cara ditayangkan didepan kelas kemudian, siswa mengerjakan
dan dibahas bersama
Kemudian guru mengevaluasi pemahaman siswa secara online
dengan menggunakan soal yang tersedia di bank soal rumah
belajar, secara kelompok menggunakan hp/laptop yang
dibawa/tersedia di kelas ........................

2) Topik materi Alat Optik (akan diuraikan oleh guru)

..............................
27
BAB IV
TINDAK LANJUT

Sebagai tindaklanjut, setelah penerapan model pembelajaran


discovery-inquiry learning oleh guru perlu dievaluasi tingkat
keberhasilannya dengan membandingkan hasil penerapan dengan
kriteria keberhasilan seperti yang telah dijelaskan dalam rancangan
model, meliputi aspek sebagai berikut:

NO ASPEK NILAI PER KRITERIA KETERANGAN


KEBERHASILAN ASPEK KEBERHASILAN
PER ASPEK
1 Tingkat dominasi
........................ 80%: 20%
aktivitas belajar ........................
oleh siswa : guru

2 Optimalisasi peran
guru sebagai ......................... 80%:20%
.........................
fasilitator:pengajar
3 Pemanfaatan lebih
......................... Lebih dari 3
banyak aneka .........................
sumber belajar sumber belajar

4 Ketuntasan belajar
......................... >80
siswa dalam .........................
memahami konsep

5 Nilai kompetensi
sikap dan ......................... >70
.........................
ketrampilan siswa
dalam
menerapkan
sintaks model
pembelajaran

28
6 Dukungan Ketersediaan
komitmen kepala ......................... sarpras TIK
.........................
sekolah dan secara
orangtua siswa memadai

Keterangan:
1. Tingkat dominasi aktivitas belajar oleh siswa
penerapan model ini dikatakan berhasil jika, prosentase peran
aktivitas belajar siswa di kelas harus lebih besar dan lebih
dominan daripada peran guru, dengan perbandingan minimal
80%:20%
2. Optimalisasi peran guru sebagai fasilitator bukan pusat sumber
belajar
Semakin besar peran guru sebagai fasilitator di kelas maka
peluang tingkat keberhasilan model pembelajaran discovery-
inquiry semakin besar. Peran guru sebagai fasilitator: pengajar
dengan perbandingan minimal 80%:20%
3. Pemanfaatan lebih banyak aneka sumber belajar
Salahsatu sintaks model pembelajaran discovery-inquiry yang
menjadi kunci keberhasilan dalam penerapan model ini adalah
semakin banyak aneka sumber belajar yang dipakai siswa dalam
aktivitas belajar.
4. Ketuntasan belajar siswa dalam memahami konsep
Inti dari model pembelajaran discovery-inquiry ini adalah
mengkondisikan keterlibatan peserta didik secara aktif dan
dominan dalam memahami suatu konsep pembelajaran.
Ketuntasan belajar dalam hal ini diukur dengan evaluasi yang
dibuat oleh guru. Nilai ketuntasan minimal 80 dengan penilaian
acuan normal(sesuai standar masing-masing guru)

29
5. Keaktifan siswa dalam menerapkan sintaks model pembelajaran
discovery-inquiry yang memanfaatkan sumber belajar.
Keberhasilan penerapan model pembelajaran discovery-
inquiry ini dapat dilihat dari tingkat keaktifan siswa dalam
mengikuti aktivitas belajar yang berpusat pada siswa dengan
menggunakan evaluasi proses. Nilai evaluasi proses siswa
minimal 70 dengan penilaian acuan normal(sesuai standar
masing-masing guru)
6. Dukungan komitmen kepala sekolah dan orangtua siswa
Dukungan komitmen kepala sekolah dan orangtua, diantaranya
diukur dengan ketersedian sarpras TIK yang memadai untuk
keperluan belajar dari sekolah dan disupport oleh orangtua
siswa.

Hasil evaluasi tersebut dapat dijadikan masukan bagi guru dalam


meningkatkan kualitas keberhasilan penerapan model pembelajaran
discovery-inquiry learning di semester berikutnya.

30
BAB V
PENUTUP

Rumah belajar sebagai sistem manajemen pembelajaran, dapat


dimanfaatkan untuk variasi penerapan model pembelajaran discovery-
inquiry learning dalam proses pembelajaran di sekolah. Konten dan
katalog media yang tersedia di rumah Belajar baik yang berupa teks,
gambar, audio, video, animasi dan simulasi diharapkan dapat
membantu siswa dalam menemukan suatu konsep. Sekaligus dapat
membantu guru dalam mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan memaksimalkan partisipasi siswa dalam
aktivitas pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery-
inquiry learning.

Tersusunnya pedoman pengelolaan/penerapan model pembelajaran


discovery-inquiry learning yang memanfaatkan rumah belajar ini
diharapkan dapat mempermudah guru dalam mempraktekannya di
sekolah. Optimalisasi pemanfaatan rumah belajar yang dikemas dalam
penerapan model pembelajaran discovery-inquiry learning
diharapkan dapat mendorong pengembangan kreativitas baik guru
maupun siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dan
mengembangkan inovasi pembelajaran di abad 21 khususnya, dan
umumnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

31
DAFTAR PUSTAKA

Chaeruman, AU. 2004. Integrasi Teknologi Telekomunikasi dan


Informasi (TTI) ke dalam Pembelajaran, Makalah disajikan
dalam Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran,
“Menghadapi Tantangan Daya Saing SDM Nasional dan
Internasional”. Jakarta: UT. PUSTEKKOM. IPTPI: Tidak
diterbitkan.

Rusman, 2012, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer –


Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21, Bandung:
Alfabeta.
Sanjaya, Wina, 2008, Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Framework For 21st Sentury Learning.
http://www.p21.org/about-us/p21-framework diakses 19
Maret 2017.

Aryanti dkk. Perbandingan Penerapan Metode Discovery-Inquiry


Terbimbing Dengan Metode Ceramah Bervariasi Terhadap
Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/viewFile
/3037/2074 diakses 18 januari 2018

Susilawati, E dkk. 2018. Laporan Analisis Kebutuhan Model


Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning Yang
Memanfaatkan Rumah Belajar. Pustekkom:Dokumen tidak
diterbitkan.

32
Andamsari dkk. 2018. Rancangan Model Pembelajaran Discovery-
Inquiry Learning Yang Memanfaatkan Rumah Belajar.
Pustekkom:Dokumen tidak diterbitkan.

33
34
LAPORAN
ANALISIS KEBUTUHAN
MODEL PEMBELAJARAN
DISCOVERY-INQUIRY LEARNING
YANG MEMANFAATKAN SUMBER BELAJAR

Oleh:
Eni Susilawati
Andamsari
Purwanto

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2018
1
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
B. Tujuan
C. Hasil yang diharapkan

BAB II: KAJIAN TEORI


A. Pengertian Model Pembelajaran
B. Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning
C. Fitur Sumber Belajar pada Rumah Belajar
D. Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning yang
memanfaatkan Sumber Belajar

BAB III: METODOLOGI


A. Metode dan Pendekatan
B. Teknik Analisis dan Pengolahan data

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Diskripsi Hasil Pengambilan Data Kebutuhan
B. Hasil Analisis Kebutuhan dan Pembahasan

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tantangan pendidikan di abad 21, yaitu membangun


keterampilan abad 21, yang meliputi: keterampilan melek
teknologi informasi dan komunikasi, keterampilan beprikir kritis
dan sistemik, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan
berkomunikasi efektif dan keterampilan berkolaborasi.
Perkembangan Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) di
Indonesia, memiliki potensi yang sangat besar sebagai sarana
atau alat untuk membangun keterampilan tersebut dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pendidikan modern di abad
21, guru dituntut untuk mampu menerapkan model pembelajaran
modern yang disertai dengan pengintegrasian TIK dalam proses
pembelajaran. Artinya, guru harus memiliki pengetahuan tentang
model-model pembelajaran modern dan keterampilan dalam
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
mengintegrasikan TIK dan menerapkan model pembelajaran
modern didalamnya.

Disisi lain, permasalahan di bidang pendidikan di Indonesia


yang banyak diperbincangkan saat ini adalah rendahnya mutu
pendidikan yang tercermin dari rendahnya prestasi peserta didik.
Masalah ini dikarenakan kurangnya kemampuan para pendidik
dalam menentukan karakteristik proses pembelajaran terhadap
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir
holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, untuk
ketuntasan belajar secara individual. Pembelajaran merupakan

3
jantungnya aktivitas pendidikan, sehingga proses pembelajaran
menempati posisi dan peranan yang sangat penting. Di dalam
kegiatan pembelajaran inilah terjadi proses transmisi dan
transformasi pengalaman belajar kepada peserta didik sesuai
kurikulum yang berlaku. Salahsatu solusi permasalahan tersebut
adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran yang
disesuaikan dengan tuntutan perkembangan abad 21.
Diantaranya yaitu dengan pendekatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi (high
order thinking/HOT). Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini
merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses
pembelajaran yang wajib dimiliki oleh setiap peserta didik, yaitu
kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving),
berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking),
berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan (decision
making). Salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan HOTS adalah pembelajaran Discovery-Inquiry.
Model pembelajaran discovery-inquiry merupakan pembelajaran
yang menitik beratkan pada proses pemecahan masalah, sehingga
siswa harus melakukan eksplorasi berbagai informasi agar dapat
menentukan konsep sendiri dengan mengikuti petunjuk guru
berupa pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan
pembelajaran.
Sehubungan dengan pertimbangan di atas dan untuk
memfasilitasi guru dalam menerapkan model pembelajaran
modern yang terintegrasi TIK dalam pembelajaran, maka
Pustekkom Kemendikbud bermaksud menyusun rancangan model
pembelajaran discovery-inqury learning yang memanfaatkan
sumber belajar pada Portal Rumah Belajar. Untuk itu pelu diawali
dengan analisis kebutuhan untuk perancangan model discovery-
4
inquiry learning yang memanfaatkan sumber belajar pada Portal
Rumah Belajar.

B. Tujuan
Kegiatan analisis kebutuhan model pembelajaran discovery-
inquiry learning yang memanfaatkan sumber belajar pada Portal
Rumah Belajar ini bertujuan untuk:
1. mendapatkan data dan informasi tentang pemahaman model
pembelajaran discovery-inquiry learning serta sumber belajar
pada Portal Rumah Belajar.
2. mendapatkan data dan informasi tentang kebutuhan model
pembelajaran discovery-inquiry learning yang memanfaatkan
sumber belajar pada Portal Rumah Belajar.
3. mendapatkan data dan informasi tentang kebutuhan konten-
konten sumber belajar yang bisa diterapkan dengan model
pembelajaran discovery-inquiry learning
4. mengidentifikasi tentang infrastruktur TIK yang dibutuhkan
untuk pengembangan model pembelajaran discovery-inquiry
learning yang memanfaatkan sumber belajar pada Portal
Rumah Belajar
5. memberikan rekomendasi pola penerapan mendapatkan data
dan informasi tentang kebutuhan model pembelajaran
discovery-inquiry learning yang memanfaatkan sumber belajar
pada Portal Rumah Belajar.

C. Hasil yang diharapkan


Hasil yang diharapkan dari kegiatan analisis kebutuhan mendapatkan
data dan informasi tentang kebutuhan model pembelajaran
discovery-inquiry learning yang memanfaatkan sumber belajar pada
Portal Rumah Belajar ini adalah sebagai berikut:
5
1. data dan informasi tentang pemahaman model pembelajaran
discovery-inquiry learning serta sumber belajar pada Portal
Rumah Belajar.
2. data dan informasi tentang kebutuhan model pembelajaran
discovery-inquiry learning yang memanfaatkan sumber belajar
pada Portal Rumah Belajar.
3. data dan informasi tentang kebutuhan konten-konten sumber
belajar yang bisa diterapkan dengan model pembelajaran
discovery-inquiry learning
4. teridentifikasinya infrastruktur TIK yang dibutuhkan untuk
pengembangan model pembelajaran discovery-inquiry learning
yang memanfaatkan sumber belajar pada Portal Rumah Belajar
5. rekomendasi pola penerapan mendapatkan data dan informasi
tentang kebutuhan model pembelajaran discovery-inquiry
learning yang memanfaatkan sumber belajar pada Portal
Rumah Belajar.

6
BAB II
KAJIAN LITERATUR

A. Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain
(Trianto, 2011:22). Model pembelajaran memiliki empat ciri yang
tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri model
pembelajaran adalah: (a) rasional teoritis logis yang disusun oleh
para pencipta atau pengembangnya; (b) landasan pemikiran
tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan
pembelajaran yang akan di capai); (c) tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil; (d) lingkungan belajar yang diperlukan agar
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Trianto, 2011:23). Oleh
karena itu, model pembelajaran adalah pola yang meliputi contoh,
acuan, ragam atupun jenis dari sistematika pembelajaran atau
komponen-komponen yang dilaksanakan mulai dari kegiatan
kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
Model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merancang
dan melaksanakan proses pembelajaran. Model pembelajaran
dalam hal ini sebagai salah satu pendekatan dalam mensiasati
perubahan perilaku peserta didik secara adaftif maupun generatif,
sehingga model pembelajaran sangat terkait dengan gaya belajar
7
peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching
style). Model pembelajaran yang diterapkan pada bidang studi
hendaknya dikemas koheren dengan hakikat pendidikan bidang
studi tersebut.

B. Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning


Model pembelajaran disvovery-inquiri learning merupakan
gabungan dari model discovery learning dan inquiry learning
(Amien, 1979). Kedua metode ini memiliki tujuan yang sama yaitu
mengarahkan dan membimbing siswa untuk menemukan sendiri
jawaban dari permasalahan yang diberikan. Metode Discovery-
inquiry dipandang mampu untuk memenuhi tuntutan
pembelaajran yang berorientasi kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang. Metode ini
dapat digunakan untuk memenuhi tuntutan pembelajaran IPA
khusunya biologi yang menuntut siswa untuk tidak hanya
mengembangkan keterampilan bernalarnya dalam menyelesaikan
permasalahan yang sifatnya kualitatif tetapi juga menuntut
peserta didik untuk membudayakan berpikir ilmiah secara kreatif,
kritis dan mandiri.Hal ini dikemukakan oleh Jerome Bruner
(Amien, 1987:13).
Penggunaan istilah discovery dan inquiry para ahli terbagi ke
dalam dua pendapat, yaitu: 1) Istilah-
istilah discovery dan inquiry dapat diartikan dengan maksud yang
sama dan digunakan saling bergantian atau keduanya sekaligus;
dan 2) Istilah discovery, sekalipun secara umum menunjuk kepada
pengertian yang sama dengan inquiry, pada hakikatnya
mengandung perbedaan dengan inquiry. Moh. Amin (Sudirman N,
1992 ) menjelaskan bahwa pengajaran discovery harus meliputi
pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat
8
mengembangkan proses-proses discovery. Inquiry dibentuk dan
meliputi discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata
lain, inquiry adalah suatu perluasan proses-proses discovery,
inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi
tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri, merancang
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap
obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.

Pembelajaran discovery-inquiry dapat dilaksanakan apabila


dipenuhi syarat-syarat berikut: a. guru harus terampil memilih
persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (personal
bersumber dari bahan pelajaran yang menantang
siswa/problematik) dan sesuai dengan daya nalar siswa; b. guru
harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan
menciptakan situasi belajar yang menyenangkan; c. adanya
fasilitas dan sumber belajar yang cukup; d. adanya kebebasan
siswa untuk berpendapat, berkarya, dan, berdiskusi; e. guru tidak
ikut campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.
Sehingga peran guru dalam model pembelajaran adalah sebagai
fasilitator dan pembimbing pembelajaran yang harus dapat
menciptakan susasana untuk memberi peluang pada peserta didik
berpikir bebas dalam bereksplorasi untuk ‘menemukan’,
‘memecahkan masalah’, ‘melakukan penelitian’ ‘berdiskusi dalam
pemecahan masalah’. Sedangkan peranan siswa adalah:
mengambil prakasa dalam menemukan masalah dan merancang
alternatif pemecahan masalah; aktif mencari informasi dan
sumber-sumber belajar; menyimpulkan dan analisis data;
melakukan eksplorasi untuk memecahkan masalah; dan kelima,
mencari alternatif masalah bila terjadi kebuntuan.
9
Setiap model pembelajaran yang digunakan memiliki kelebihan
dan kelemahan masing-masing. Pada pembelajaran discovery-
inquiry siswa dirancang untuk menemukan sendiri konsep ilmu
yang akan dipelajari sehingga diharapkan dari penemuan sendiri
suatu konsep oleh siswa selain lebih mudah dimengerti dan
diingat, juga dapat menumbuhkan motivasi intrinsik siswa karena
siswa merasa puas atas hasil dari penemuan mereka. Pembelajaran
ini membutuhkan waktu yang cukup banyak, karena dalam
prosesnya siswa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan
yang harus dipecahkan dengan cara mengumpulkan data dan
informasi dari berbagai sumber serta melakukan uji coba sendiri.
Apabila selama proses penemuan konsep kurang terbimbing atau
kurang terarah, maka akan terjadi kekacauan dan kekaburan atas
konsep yang dipelajari.

Kelebihan metode penemuan/discovery-inquiry :


1. Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat
penyajian informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima
informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar rendah,
menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses
pengolahan informasi di mana siswa yang aktif mencari dan
mengolah sendiri informasi yang kadar proses mentalnya lebih
tinggi atau lebih banyak.
2. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik.
3. Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan dalam
rangka transfer kepada situasi-situasi proses belajar yang baru.
4. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya
sendiri.

10
5. Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai
jenis sumber belajar yang tida hanya menjadikan guru sebagai
satu-satunya sumber belajar.
6. Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang
dipelajari sehingga retensinya (tahan lama dalam ingatan)
menjadi lebih baik.

Kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry :


1. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang
menerima informasi dari guru apa adanya, ke arah membiasakan
belajar mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah
informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu yang
mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan.
2. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya
sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan
pembimbing siswa dalam belajar. Inipun bukan pekerjaan yang
mudah karena umumnya guru merasa belum puas kalau tidak
banyak menyajikan informasi (ceramah).
3. Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar,
tetapi tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun,
penuh aktivitas, dan terarah.
4. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru
yang lebih baik. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan
guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.

Menurut Jerome Bruner dalam Moh. Amien (1979 : 12) beberapa


keuntungan pembelajaran penemuan adalah: a. Siswa akan
mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide dengan lebih baik, b.
Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi-
situasi dalam proses belajar mengajar yang baru, c. Mendorong
11
siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, d.
Mendorong siswa untuk berpikir inklusif dan merumuskan
hipotesisnya sendiri, e. Memberikan kepuasan yang bersifat
intrinsik, f. Situasi proses belajar mengajar lebih merangsang.
Makmun (2001:150) mengemukakan sintaks atau langkah-langkah
model pembelajaran discovery-inquiry learning diuraikan sebagai
berikut:
1. Stimulation : guru mulai bertanya dengan mengajukan
persoalan atau menyuruh anak didik membaca ataupun
mendengarkan uraian yang membuat persoalan,
2. Problem statement : memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi berbagai persoalan,
3. Data collection : perngumpulan berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamabyek, wawancara dengan
nara sumber atau melakukan uju coba sendiri dan lain-lain oleh
siswa,
4. Data prossesing: pengolahan, pengacakan, pengklasifikasian,
pentabulasian bahkan penghitungan data pada tingkat
kepercayaan tertentu,
5. Verification atau pembuktian : pembuktian dari hipotesis atau
pernyataan yang telah dirumuskan berdasarkan hasil
pengolahan informasi yang telah ada,
6. Generalization : berdasarkan hasil verifikasi, siswa menarik
kesimpulan atau generalisasi tertentu

C. Fitur Sumber Belajar pada Rumah Belajar


Pembelajaran berbasis TIK dapat mendukung terjadinya proses
belajar yang: (1) active, yaitu memungkinkan siswa terlibat aktif
dikarenakan proses belajar yang menarik dan bermakna; (2)
constructive, yaitu memungkinkan siswa menggabungkan
12
konsep/ide baru ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya untuk memahami makna yang selama ini ada dalam
pikirannya; (3) collaborative, yaitu memungkinkan siswa dalam
suatu kelompok atau masyarakat untuk saling bekerja sama,
berbagi ide, saran dan pengalaman; (4) intentional, yaitu
memungkinkan siswa untuk aktif dan antusias berusaha mencapai
tujuan yang diinginkannya; (5) conversational, yaitu
memungkinkan siswa untuk melakukan proses sosial dan dialogis
di mana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi
tersebut, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah; (6)
contextualized, yaitu memungkinkan isswa untuk melakukan
proses belajar pada situasi yang bermakna (real-world); dan (7)
reflective, memungkinkan siswa untuk dapat menyadari apa yang
telah ia pelajari serta merengkannya sebagai bagian dari proses
belajar itu sendiri (Chaerumman, 2004). Dengan TIK
memungkinkan peserta didik untuk melatih kemampuan berpikir
tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan
dan lainnya) serta secara tidak langsung telah meningkatkan
keterampilan penggunaan TIK atau Information and
Communication Technology Literacy (Fryer, 2001).

Untuk mendukung pendayagunaan TIK dalam Pembelajaran,


Pustekkom mengembangkan portal Rumah Belajar yang berisi
berbagai layanan pembelajaran seperti kelas maya, laboratorium
virtual, layanan evaluasi (dalam bentuk bank soal), penyediaan
sumber belajar, konten budaya, peningkatan keprofesian
berkelanjutan untuk guru, dan lain-lain. Dengan semangat
menyebarkan konten pembelajaran yang baik dan bermanfaat
secara online, fitur Sumber Belajar dikembangkan di portal Rumah
Belajar.
13
Gambar 2.15. Tampilan fitur Sumber Belajar pada portal Rumah Belajar

Memanfaatkan sumber belajar memberikan pengalaman belajar


secara langsung dan konkrit kepada peserta didik. Diantaranya
dengan menggunakan sumber belajar untuk peserta didik, maka
kita dapat menyajikan materi ajar yang tidak mungkin atau sulit
diadakan, dikunjungi, atau dilihat secara langsung. Contohnya
dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, saat guru perlu
menjelaskan mengenai mikroorganisme atau mengajarkan tata
surya, akan lebih efektif bila melibatkan penggunaan konten
sumber belajar (materi atau katalog multi media)yang terkait
materi tersebut.
Dalam pemanfaatan sumber belajar pada penerapan model
pembelajaran discovery dan inquiri learning ini, bisa digunakan
sebagai:
1. bahan stimulus (sintaks pertama model pembelajaran discovery
dan inquiri learning),dimana guru bisa memanfaatkan secara
keseluruhan atau sebagian dari konten/ katalog media yang
tersedia di sumber belajar untuk dipelajari dankemudian

14
dijadikan bahan stimulus untuk pembelajaran model
pembelajaran discovery dan inquiri learning.
2. Salahsatu bahan /sumber belajar bagi siswa pada tahap
penerapan sintaks data collection, dimana dalam sintaks ini guru
mengarahkan siswa untuk belajar dari aneka sumber. Termasuk
diantaranya dari internet dan rumah belajar. Dengan
menggunakan ragam sumber belajar, Anda dapat mengajak
peserta didik Anda untuk menambah dan memperluas wawasan
terkait materi yang dipelajari di kelas. Selain itu, memberikan
informasi yang sifatnya lebih update. Contohnya pembelajaran
dengan memanfaatkan internet sebagai sumber belajar. Sains dan
teknologi yang berkembang pesat menyebabkan permasalahan
yang dihadapi peserta didik di masa sekarang ini berbeda dari
generasi di era sebelumnya. Masalah yang dihadapi peserta didik
di masa sekarang ini semakin kompleks, saling terkait, dan cepat
berubah. Dengan adanya perubahan permasalahan tersebut, maka
peserta didik perlu dipersiapkan dengan pengalaman belajar yang
sesuai. Pengalaman belajar yang dipersiapkan untuk peserta didik
juga terkait dengan sumber belajar.
Peserta didik yang belajar dengan beragam sumber belajar tentu
berbeda pengalamannya dengan peserta didik yang belajar dengan
satu macam sumber belajar atau sumber belajar yang terbatas.
Beragam sumber belajar itu dapat digambarkan sebagai berikut:

15
Gambar 1.3
Peserta didik yang berinteraksi dengan beragam sumber belajar
Sumber gambar: www.m-edukasi.web.id

Belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara


psikologis maupun secara fisiologis (Rusman, 2012). Aktivitas yang
bersifat psikologis yaitu aktivitas yang merupakan proses mental,
misalnya aktivitas berpikir, memahami, menyimpulkan,
menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan,
mengungkapkan, menganalisis, dan sebagainya. Sedangkan
aktivitas yang bersifat fisiologis yaitu aktivitas yang merupakan
proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen
atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuat karya
(produk), apresiasi dan sebagainya. Setelah belajar, maka akan
terjadi perubahan perilaku sebagai manifestasi pengalaman
belajar. Berdasarkan perkembangan TIK yang sedemikian pesat,
pemanfaatan sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi 2
(dua) macam, yaitu:

16
1). Sumber Belajar Online
Sumber belajar online adalah sumber belajar yang memerlukan
akses internet dalam menggunakannya. Artinya
pemanfaatannya tergantung pada koneksi internet. Contohnya
adalah pemanfaatan internet (mesin pencari) untuk mencari
beragam informasi dan referensi, atau televisi dan radio
streaming. Untuk dapat mengenali sumber belajar online,
alangkah baiknya kita mengenali nama domain. Nama domain
atau biasa disebut dengan Domain Name atau URL adalah
alamat unik di dunia internet yang digunakan untuk
mengidentifikasi sebuah website, atau dengan kata lain domain
name adalah alamat yang digunakan untuk menemukan sebuah
website pada dunia internet. Contoh : http://www.google.com,
http://belajar.kemdikbud.go.id dansebagainya

2). Sumber Belajar Offline


Sedangkan sumber belajar offline adalah kebalikan dari sumber
belajar online. Pemanfaatan sumber belajar tidak memerlukan
akses internet, sehingga waktu pemanfaatan menjadi lebih
fleksibel. Sebuah sumber belajar, misalnya: artikel, makalah,
buku dsb dengan format pdf/doc dsb yang berasal dari sebuah
sumber belajar online dapat menjadi sebuah sumber belajar
offline apabila telah diunduh (download) dari situs tersebut.
Setelah diunduh dari internet dan disimpat dalam perangkat
penyimpan data, maka artikel, makalah, buku dsb tersebut
menjadi sebuah sumber belajar offline yang bisa di baca kapan
saja tanya membutuhkan koneksi internet.
Sumber belajar pada portal rumah belajar yang dikembangkan
Pustekkom tersebut, saat ini telah bisa diakses secara online

17
dan offline. Dalam pemanfaatannya tergantung kebutuhan
masing-masing pengguna. Jika memiliki koneksi internet dapat
mengakses secara online, namun jika memiliki kendala terkait
ketersediaan jaringan internet dapat memanfaatkan sumber
belajar yang versi offline dari Pustekkom atau secara mandiri
mengunduh sumber belajar online kemudian disimpan dan
dimanfaatkan secara offline dalam pembelajaran.

D. Model Pembelajaran Discovery-inquiry Learning


yang memanfaatkan Sumber Belajar
Model ini dapat dipahami sebagai suatu bentuk penerapan model
pembelajaran Discovery-inquiry Learning yang mengintegrasikan
konten-konten yang terdapat dalam sumber belajar portal rumah
belajar. Model pembelajaran ini meliputi contoh, acuan, uraian
sistematika pembelajaran atau komponen-komponen yang
dilaksanakan mulai dari kegiatan kegiatan pendahuluan, inti dan
penutup.Sehingga untuk menggambarkan Model Pembelajaran
Discovery-inquiry Learning yang memanfaatkan Sumber Belajar ini
dapat dipahami dengan langkah-langkah berikut:
a. Mengidentifikasi konten-konten pada sumber belajar yang
dapat diintegrasikan ke dalam langkah-langkah dalam model
Pembelajaran Discovery-inquiry Learning.
1) Stimulation, dalam tahapan ini guru mengidentifikasi
ketersediaan konten di sumber belajar yang sesuai
dengan materi yang dibahas, untuk dipelajari oleh siswa
atau dirumuskan beberapa pertanyaan terkait konten
tersebut untuk jadi acuan siswa dalam membuat
persoalan sendiri.

18
2) Problem statement : memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi berbagai persoalan yang ada
dalam konten materi tersebut,
3) Data collection : memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menggali lebih luas persoalan yang telah dibuat
berdasarkan pemahaman dari konten tersebut, melalui
perngumpulan berbagai informasi yang relevan dengan
cara membaca literatur baik secara online maupun offline,
mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber atau
melakukan uji coba sendiri dan lain-lain oleh siswa,
4) Data prossesing: berikutnya siswa secara kelompok
ataupun mandiri melakukan pengolahan, pengacakan,
pengklasifikasian, pentabulasian bahkan penghitungan
data pada tingkat kepercayaan tertentu,
5) Verification atau pembuktian : guru mengarahkan siswa
untuk melakukan pembuktian dari hipotesis atau
pernyataan yang telah dirumuskan berdasarkan hasil
pengolahan informasi yang telah ada. Setelah itu
mempresentasikan di depan guru dan siswa yang lain
untuk mendapat masukan.
6) Generalization : Siswa diarahkan oleh guru untuk siswa
menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu
berdasarkan hasil verifikasi dan masukan dari guru dan
siswa lainnya.

b. Menjabarkan langkah-langkah dalam model Pembelajaran


Discovery-inquiry Learning diatas kedalam RPP terintegrasi TIK,
mulai dari kegiatan kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

19
Kegiatan Pendahuluan
Pengkondisian kelas
Guru mengucapkan salam, Guru mengecek kerapihan dan
kebersihan kelas serta seragam, Guru mempersilahkan ketua
kelas memimpin doa, serta membimbing siswa untuk
mempersiapkan pikiran dan hati sebelum belajar dengan ice
breaking.memberi kesempatan siswa untuk 10 menit literasi
dengan membaca konten-konten di rumah belajar sesuai
dengan kekusaan masing-masing.

Apersepsi, daalam apersepsi ini guru bisa memulai langkah


pertama penerapan model discoveri-inquti learning yaitu
Stimulation. Dalam tahapan ini guru memberikan materi yang
telah diambil dari konten sumber belajar yang sesuai dengan
materi yang dibahas baik dalam bentuk file offline maupun
online dari website rumah belajar(tergantung ketersediaan
peralatan TIK di kelas), untuk dipelajari oleh siswa. Guru juga
dapat memberikan beberapa pertanyaan terkait konten materi
tersebut untuk jadi acuan siswa dalam membuat/merumuskan
persoalan sesuai pemahaman siswa sendiri.
Motivasi, guru mengajak siswa untuk lebih cermat dalam
mempelajari dan merumuskan persoalan sesuai dengan materi
yang dibahas, serta menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti ini guru bisa mengawali dengan penerapan
sintaks/ langkah kedua yaitu Problem statement . Dimana guru
memberikan kesempatan kepada siswa secara kelompok untuk
mengidentifikasi berbagai persoalan yang ada dalam konten
materi tersebut. Dalam diskusi tersebut siswa memanfaatkan
20
laptop sebagai sarana untuk mengakses materi yang diberikan
oleh guru.
Langkah berikutnya, guru bisa menerapkan langkah 3,4, 5 dan 6
model pembelajaran discovery-inquiri learning berikut:
 Data collection : guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menggali lebih luas persoalan yang telah dibuat
berdasarkan pemahaman dari konten tersebut, melalui
perngumpulan berbagai informasi yang relevan dengan cara
membaca literatur baik secara online maupun offline,
mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber atau
melakukan uji coba sendiri dan lain-lain oleh siswa. Dalam
langkah ini siswa diberi kesempatan untuk belajar dengan
aneka sumber yang tersedia di sekolah.
 Data prossesing: berikutnya siswa secara kelompok ataupun
mandiri melakukan pengolahan, pengacakan,
pengklasifikasian, pentabulasian bahkan penghitungan data
pada tingkat kepercayaan tertentu. Dalam langkah ini siswa
perkelompok melakukan pengolahan data menggunakan
laptop dan menyajikan hasilnya dalam bentuk file (doc/ppt).
 Verification atau pembuktian : guru mengarahkan siswa
untuk melakukan pembuktian dari hipotesis atau pernyataan
yang telah dirumuskan berdasarkan hasil pengolahan
informasi yang telah ada. Setiap kelompok melakukan
praktikum sesuai dengan cara kerja yang dirumuskan siswa,
perwakilan anggota kelompok mendokumentasikan langkah-
langkah dan hasil pembuktian terhadap objek untuk mencari
jawaban pertanyaan dari guru. Setelah itu masing-masing
perwakilan kelompok mempresentasikan di depan guru dan
siswa yang lain untuk mendapat masukan.

21
 generalization, dimana Siswa diarahkan oleh guru untuk
menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu berdasarkan
hasil verifikasi dan masukan dari guru dan siswa lainnya.
Kemudian Guru memberi penghargaan kepada hasil
kelompok. Selanjutnya guru mereview hasil kesimpulan dari
siswa, kemudian menjelaskan materi yang belum dipahami
oleh siswa dengan konsep yang benar, sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.

Kegiatan Penutup
o Guru merangkum materi pembelajaran bersama-sama
dengan melibatkan siswa.
o Guru memberikan evaluasi, menggunakan evaluasi yang
tersedia dalam sumber belajar,
https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/ dan
siswa mengerjakan evaluasi dengan teliti dan jujur.
o Guru memberikan penghargaan terhadap hasil evaluasi
o Guru menutup pelajaran dan memberikan tugas
terstruktur (PR) untuk pengayaaan materi (optional)

Dalam penyusunan aktivitas belajar dengan langkah-langkah


model discovery-inquiry learning diatas, guru harus
mengoptimalkan integrasi TIK dalam RPP nya. Pengintegrasian
TIK dalam pembelajaran perlu dirancang dan dituangkan di
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut
Fryer (2001) dalam modul “Rencana Pembelajaran yang
Mengintegrasikan TIK” yang ditulis oleh Chaeruman,
menjelaskan dua pendekatan yang dapat dilakukan guru dalam
menyusun RPP yang mengintegrasikan TIK, yaitu: 1) pendekatan
Idealis (theme-centered approach); dan 2) pendekatan software

22
(software-centered approach). Dengan tidak mengurangi ide
Fryer, kedua pendekatan dapat kita analogikan denagn dengan
nama lain, yaitu pendekatan ”by design” untuk pendekatan
paragmatis dan pendekatan ”by utilization” untuk pendekatan
software. Pendekatan paragmatis, maka tujuan pembelajaran
dijadikan sebagai acuan. Secara sederhana langkah yang
dilakukan adalah: (1) menentukan paragmatis; (2) menentukan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; dan (3) menentukan
aktivitas pembelajaran dengan memanfaatkan TIK. Dalam
pendekatan software, berangkat dari ketersediaan perangkat
TIK yang dimiliki sekolah kemudian mengintegrasikannya ke
dalam aktivitas belajar sesuai dengan topik yang dituangkan
dalam RPP.
Setelah melakukan identifikasi konten, topik, dan media yang
akan digunakan, langkah selanjutnya guru menyusun jadwal
dan aktivitas pembelajaran yang akan dimasukkan ke dalam
RPP nya. Penjadwalan pemanfaatan konten disusun
berdasarkan ketersediaan perangkat, kesiapan guru, dan
ketersediaan konten di Rumah Belajar offline. Dalam
menentukan aktivitas pembelajaran berbasis TIK, guru harus
tetap beracuan pada tujuan belajar yang akan dicapai.

23
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode dan pendekatan


Metode pendekatan yang digunakan di dalam kegiatan
analisis kebutuhan model pembelajaran discovery-inquiry
learning yang memanfaatkan sumber belajar pada Portal Rumah
Belajar ini adalah pendekatan deskriptif-analitis. Bentuk metode
ini meliputi (a) library research dengan cara menelaah informasi
terkait model pembelajaran discovery-inquiry learning, (b) Focus
Group Discussion (FGD) dengan cara mendiskusikan secara
terfokus dengan ahli dan praktisi mengenai model pembelajaran
discovery-inquiry learning yang memanfaatkan sumber belajar
pada Portal Rumah Belajar ini bersama narasumber yang
kompeten dipandu oleh seorang moderator yang berpengalaman
di bidang pemanfaatan TIK untuk pembelajaran, dan (c)
penyusunan laporan analisis kebutuhan, serta (d) penyusunan
rancangan model pembelajaran berbasis TIK.

B. Teknik pengambilan data dan analisis


Pengambilan data untuk analisis kebutuhan model ini
menggunakan teknis FGD dan telaah literatur. Kegiatan analisis
kebutuhan model pembelajaran discovery-inquiry learning yang
memanfaatkan sumber belajar pada Portal Rumah Belajar ini
dilaksanakan melalui FGD pada tanggal 23 s.d 25 Januari 2018 di
Depok. Adapun peserta yang terlibat dalam FGD kegiatan analisis
kebutuhan model pembelajaran discovery-inquiry learning yang
memanfaatkan sumber belajar pada Portal Rumah Belajar ini
adalah: 1) guru 2) perwakilan dari ditjen GTK; dan 3) pejabat
24
fungsional PTP Bidang PTP Berbasis Multimedia & Web
Pustekkom.
Teknis analisis yang digunakan menggunakan metode
pendekatan matrik SWOT, sehingga data dikelompokkan
berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal, yang (meliputi:
Kekuatan(S), kelemahan(W), peluang(O) dan tantangan(T)) dan
dianalisis untuk merumuskan rekomendasi dalam menyusun
rancangan model pembelajaran discovery-inquiry learning yang
memanfaatkan sumber belajar pada Portal Rumah Belajar.

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Hasil Pengambilan Data Kebutuhan


Pengambilan data untuk menganalisis kebutuhan model ini
menggunakan teknis FGD dan kajian literatur. Sedangkan analisis
yang digunakan menggunakan metode pendekatan matrik SWOT,
sehingga data dikelompokkan berdasarkan faktor internal dan faktor
eksternal, yang meliputi: Kekuatan(S), kelemahan(W), peluang(O)
dan tantangan(T), sebagai berikut:
a. Kekuatan
- Proses mental pada siswa lebih lama melekat (long term
memory)
- Banyak guru yang sudah menerapkan model ini di sekolah
- Model ini sejalan dengan tuntutan kurtilas
- Strategi belajar menjadi berpusat pada siswa bukan guru
- Pembelajaran lebih menekankan pada pemahaman proses
- Membantu siswa menghubungkan pengetahuan sebelumnya
dengan situasi-situasi proses belajar yang baru.
- Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja lebih mandiri
(dengan inisiatifnya sendiri).
- Memberi kesempatan siswa belajar dengan memanfaatkan
berbagai jenis (aneka) sumber belajar yang tidak hanya
menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.

b. Kelemahan
- Sangat tergantung pada kemampuan guru dalam memberikan
stimulus
- Tidak mudah mengubah kebiasaan belajar yang biasa berpusat
kepada guru menjadi berpusat pada siswa
26
- penerapan model belajar ini menjamin bahwa siswa belajar
dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah
- Waktu belajar menjadi lebih lama
- Setelah melakukan sintaks data collection, pertanyaan siswa
seringkali melebar dari topik
- Model ini lebih efektif untuk kelas kecil
-

c. Peluang
- Perlu pengembangan konten pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan sintaks model discovery-inquiri
- Kemendikbud sudah menyediakan konten rumah belajar
sebagai sarana sumber belajar.
- Kemajuan TIK dan model pembelajaran di era modern yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran
- Kurtilas yang menuntut adanya integrasi TIK dalam
pembelajaran
- Guru dan siswa sudah memiliki kompetensi literasi IT.
- tersedianya sarana prasarana pendukung IT disekolah seperti
Laboratorium IPA dan labolatorium IT.
- Banyak guru yang sudah menerapkan Kurikulum 2013.
d. Tantangan
- Sumber belajar baru bisa dimanfaatkan oleh guru pada sintaks
stimulus, sehingga bisa diperluas pemanfaatannya
- Konten disumber belajar yang belum lengkap
- Desain instruksional untuk pengembangan konten sumber
belum mengacu pada kebutuhan dalam sintaks-sintaks model
- Kebutuhan server di sekolah untuk mempermudah aksesbilitas
ke rumah belajar baik secara online maupun offline
- Menyetarakan kemampuan awal siswa, dengan menentukan
standar passing grade siswa yang akan masuk ke sekolah.
27
- Peningkatan kompetensi guru yang uptodate dalam
menerapkan model pembelajaran modern dan penggunaaan
TIK.

B. Hasil Analisis Kebutuhan dan Pembahasan


Dari data identifikasi dan temuan diatas, kemudian diolah dan di
analisis, sebagai bahan untuk merumuskan rekomendasi model
pembelajaran discovery-inquiry learning yang memanfaatkan
sumber belajar pada Portal Rumah Belajar. Analisis dilakukan
dengan menggunakan pendekatan matrik SWOT. Hasilnya sebagai
berikut:

Matrik SWOT

Faktor
Internal Strengths (S) Weaknesses (W)
- Proses mental pada - Sangat tergantung
siswa lebih lama pada kemampuan
melekat (long term guru dalam
memory) memberikan
- Banyak guru yang stimulus
sudah menerapkan - Tidak mudah
model ini di sekolah mengubah
- Model ini sejalan kebiasaan belajar
dengan tuntutan yang biasa berpusat
kurtilas kepada guru
- Strategi belajar menjadi berpusat
menjadi berpusat pada siswa
Faktor Eksternal pada siswa bukan - penerapan model

28
guru belajar ini tidak
- Pembelajaran menjamin bahwa
menjadi lebih siswa belajar
menekankan pada dengan tekun,
pemahaman proses penuh aktivitas, dan
- Membantu siswa terarah
menghubungkan - Waktu belajar
pengetahuan menjadi lebih lama
sebelumnya dengan - Setelah melakukan
situasi-situasi proses sintaks data
belajar yang baru. collection,
- Mendorong siswa pertanyaan siswa
untuk berfikir dan seringkali melebar
bekerja lebih dari topik
mandiri (dengan - Model ini lebih
inisiatifnya sendiri). efektif untuk kelas
- Memberi kecil
kesempatan siswa
belajar dengan
memanfaatkan
berbagai jenis
(aneka) sumber
belajar yang tidak
hanya menjadikan
guru sebagai satu-
satunya sumber
belajar.

29
Opportunities (O) Strategi (S-O) Strategi (W-O)
- Perlu  Penerapan model  meningkatkan
pengembangan discovery -inquiri literasi guru
konten dapat lebih dalam
pembelajaran yang dioptimalkan merumuskan
sesuai dengan bersamaan dengan bahan stimulus
kebutuhan sintaks kebijakan pembelajaran
model discovery- penerapan kurtilas
 Mendorong guru
inquiri bagi guru.
untuk
- Kemendikbud  Mengarahkan
membiasakan
sudah guru-guru di
pembelajaran
menyediakan sekolah yang
berbasis TIK dan
konten rumah menerapkan
berfokus pada
belajar sebagai kurtilas untuk
siswa
sarana sumber menerapkan
 Mengarahkan
belajar. model ini dengan
dan
- Kemajuan TIK dan memanfaatkan
membimbing
model sumber belajar
siswa agar
pembelajaran di  Mengarahkan
belajar dengan
era modern yang memperbanyak
tekun, teliti,
dapat diterapkan pemanfaatan
penuh aktivitas,
dalam sumber belajar
dan terarah
pembelajaran pada beberapa
- Kurtilas yang sintaks model  Mengembangkan
menuntut adanya discovery -inquiri model discovery-
integrasi TIK dalam learning. inquiri learning
pembelajaran  Mengoptimalkan dengan
- Guru dan siswa kemampuan TIK memaksimalkan
sudah memiliki guru dan siswa pemanfaatan
kompetensi literasi untuk mendukung konten rumah
30
IT. penerapan model belajar dalam
- tersedianya sarana ini sintaksnya
prasarana  Melengkapi
pendukung IT konten sumber
disekolah seperti belajar sesuai
Laboratorium IPA kebutuhan
dan labolatorium penerapan model
IT. ini
- Banyak guru yang  Menyarankan
sudah menerapkan kepada siswa
Kurikulum 2013. untuk menjadikan
sumber belajar
menajdi salah satu
dari aneka sumber
belajarnya
Threats (T) Strategi (S-T) Strategi (W-T)
- Sumber belajar  Memanfaatkan  menyiapkan
baru bisa sumber belajar beberapa
dimanfaatkan oleh lebih optimal strategi untuk
guru pada sintaks dalam penerapan merancang
stimulus, sehingga model ini siswa belajar
bisa diperluas  Melakukan aktif dan
pemanfaatannya pengembangan mandiri dengan
- Konten disumber konten sumber model ini
belajar yang belajar yang  Mengusulkan
belum lengkap sesuai dengan tema atau topik
- Desain kebutuhan guru yang sesuai
instruksional untuk dalam dengan
pengembangan menerapkan karakteristik
konten sumber sintaks-sintaks model
31
belum mengacu model ini discovery-
pada kebutuhan  Mengoptimalkan inquiry yang
dalam sintaks- kemampuan TIK dibutuhkan
sintaks model siswa sebagai untuk produksi
- Kebutuhan server digital native kepada
di sekolah untuk untuk belajar pengelola
mempermudah mengutamakan rumah belajar
aksesbilitas ke proses  Menyetarakan
rumah belajar baik  Mengemas kemampuan
secara online pembelajaran awal siswa,
maupun offline menjadi berpusat dengan
- kompetensi guru pada siswa, berfikir menentukan
yang dalam dan bekerja lebih standar passing
menerapkan mandiri untuk grade siswa
model menemukan/mem yang akan
pembelajaran ahami suatu masuk ke
modern dan konsep sekolah.
penggunaaan TIK.  Peningkatan
- Kemampuan TIK kompetensi
siswa sebagai guru yang
digital native uptodate dalam
menerapkan
model
pembelajaran
modern dan
penggunaaan
TIK.

32
Berdasarkan kekuatan dan kelemahan (faktor internal) serta peluang
dan ancaman (faktor eksternal) yang ada, diperoleh empat set
alternatif strategi yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
a. Strategi Strengths–Opportunities

Penerapan model discovery-inquiri dapat lebih dioptimalkan


bersamaan dengan kebijakan penerapan kurtilas bagi guru. Untuk
itu perlu diupayakan: untuk mengarahkan guru-guru di sekolah
yang menerapkan kurtilas untuk menerapkan model ini dengan
memanfaatkan sumber belajar, menyarankan kepada siswa untuk
menjadikan sumber belajar menjadi salah satu dari aneka sumber
belajarnya. Disisi lain dalam penerapan model discovery-inquiri
yang memanfatkan sumber belajar ini, perlu diupayakan:
mengoptimalkan kemampuan TIK guru dan siswa dalam
pembelajaran, mengarahkan memperbanyak pemanfaatan
sumber belajar pada beberapa sintaks model discovery-inquiri
learning dan melengkapi konten sumber belajar sesuai kebutuhan
penerapan model ini

b. Strategi Weaknesses–Opportunities
 Dalam mengembangkan rancangan model pembelajaran
discovery-inquiri learning perlu dipertimbangankan
pengembangan konten sumber belajar yang dapat memenuhi
kebutuhan literasi guru untuk mendukung guru dalam
merumuskan bahan stimulus pembelajaran dalam penerapan
model ini. Selain itu juga perlu dirumuskan strategi yang
mendorong guru untuk membiasakan pembelajaran berbasis
TIK dan berfokus pada siswa, serta mampu menjadi fasilitator
pembelajaran yang baik. Dlam hal ini guru diharapkan mampu
mengarahkan dan membimbing siswa agar belajar dengan

33
tekun, teliti, penuh aktivitas, dan terarah. Selain hal tersebut,
yang perlu diupayakan adalah rancangan model
pembelajaran discovery-inquiri learning sebaiknya
dikembangkan dengan memaksimalkan pemanfaatan konten
rumah belajar dalam sintaks-sintak modelnya.

c. Strategi (S-T)
Hasil analisis startegi S-T ini, meliputi beberapa hal yang perlu
diupayakan dalam pengembangan rancangan model
pembelajaran discovery-inquiri learning, yaitu: strategi
memanfaatkan sumber belajar lebih optimal dalam penerapan
model ini, pengembangan konten sumber belajar yang sesuai
dengan kebutuhan guru dalam menerapkan sintaks-sintaks
model ini, optimalisasi kemampuan TIK siswa sebagai digital
native untuk mengikuti pola pembelajaran yang
mengutamakan proses, serta mengemas pembelajaran
menjadi berpusat pada siswa, berfikir dan bekerja lebih
mandiri untuk menemukan/memahami suatu konsep

d.Strategi (W-T)
Dalam pengembangan dan penerapan rancangan model
pembelajaran discovery-inquiri learning perlu menyiapkan
beberapa strategi untuk merancang siswa belajar aktif dan
mandiri dengan model ini, diantaranya dengan upaya
menyetarakan kemampuan awal siswa, dengan menentukan
standar passing grade siswa yang akan masuk ke sekolah.
Pengetahuan awal siswa penting dalam penerapan model
pembelajaran ini, karena untuk bisa merumuskan masalah,
menganalisis dan menyimpulkan suatu konsep sendiri akan
bergantung pada pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Dari
34
sisi guru sebagai fasilitator, perlu dilakukan upaya peningkatan
kompetensi guru yang uptodate dalam menerapkan model-
model pembelajaran modern dan penggunaaan TIK.
Kompetensi ini akan sangat mendukung keberhasilan guru
dalam penerapan model pembelajaran discovery-inquiri
learning. Dari sisi aplikasi sumber belajar, perlu dikembangkan
tema atau topik yang dibutuhkan dalam penerapan model
pembelajaran ini untuk segera produksi.

Dari hasil analisis diatas bisa dikelompokkan rekomendasi


kebutuhan rancangan model pembelajaran discovery-inquiry
learning yang memanfaatkan sumber belajar pada portal rumah
belajar sebagai berikut:

a. Aspek Kebutuhan rancangan Model pembelajaran

 Rancangan model discovery-inquiri learning yang


memanfaatkan rumah belajar perlu didukung dengan
penyediaan konten sumber belajar yang lebih lengkap
 Dalam penerapan rancangan model tersebut perlu dilengkapi
pedoman penerapan, petunjuk pemanfaatan model dan
standar layananan untuk menjadi panduan bagi guru
 Dalam rancangan model discovery-inquiri learning yang
memanfaatkan rumah belajar perlu dioptimalkan pemakaian
konten rumah belajar baik secara online dan offline, serta
dilengkapi dengan contoh integrasi sintaks model ke RPP
kurikulum 2013
 Memasukkan konten fitur rumah belajar menjadi salah satu
dari aneka sumber belajarnya
 Ketersediaan sarana prasarana yang memadai

35
b. Aspek kebutuhan peningkatan kompetensi guru terutama
terkait pemahaman model pembelajaran discovery-inquiry
learning
• Guru perlu meningkatkan kemampuan dalam merumuskan
stimulus yang efektif untuk mengawali penerapan model ini
 Guru perlu meningkatkan ketrampilan dalam memanfaatkan
konten rumah belajar.
 Mendorong guru untuk membiasakan pembelajaran berbasis
TIK dan berfokus pada siswa
 Peningkatan kompetensi guru yang uptodate dalam
menerapkan model pembelajaran modern dan penggunaaan
TIK.

c. Aspek Kebutuhan Konten-Konten dan Bahan Ajar yang tersedia


di sumber belajar
• Dalam penerapan model ini, guru bisa mengoptimalkan
konten di fitur rumah belajar lainnya, jika di fitur sumber
belajar tidak tersedia.
• Dalam penerapan model ini, guru membutuhkan lebih banyak
literatur dari sumber belajar yang mendukung kemampuan
guru dalam memberi feedback ke siswa pada saat siswa
menemukan hal-hal baru dalam rangka merumuskan konsep
• Konten sumber belajar dapat diterapkan secara partial untuk
bahan merumuskan stimulus. Misalnya dengan cara membuat
skema/ alur /prosedur atau mind map suatu topik dengan
sebagian di-hidden untuk menjadi stimulus.

36
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil analisis kebutuhan model pembelajaran discovery-
inquiry learning yang memanfaatkan sumber belajar pada Portal
Rumah Belajar dengan menggunakan pendekatan matrik SWOT
ini, dapat diambil beberapa simpulan bahwa terdapat empat
aspek kebutuhan yang telah dirumuskan dari 4 alternatif strategi
dalam SWOT, meliputi:
 Aspek Kebutuhan penerapan model pembelajaran
 Aspek kebutuhan peningkatan kompetensi guru dalam
penerapan model
 Aspek Kebutuhan Konten-Konten dan Bahan Ajar yang tersedia
di rumah belajar
Ketiga aspek kebutuhan tersebut, bisa dijadikan masukan dalam
penyusunan rancangan model pembelajaran discovery-inquiry
learning yang memanfaatkan Rumah Belajar.

B. Rekomendasi
Dari hasil analisis kebutuhan model pembelajaran discovery-
inquiry learning yang memanfaatkan Rumah Belajar ini, dapat
disampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Agar segera disusun rancangan model pembelajaran discovery-


inquiry learning yang memanfaatkan Rumah Belajar dengan
dilengkapi contoh pengintegrasian sintaks ke dalam RPP Kurtilas

2. Untuk mempermudah penerapan model pembelajaran diatas,


perlu didukung dengan ketersediaan pedoman penerapan,

37
petunjuk pemanfaatan model dan standar layananan untuk
menjadi panduan bagi guru

3. Perlu diupayakan peningkatan kemampuan guru dalam:


merumuskan desain rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang menerapkan sintaks model discovery-inquiry learning
dengan memanfaatkan rumah belajar baik secara online
maupun offline, dan kemampuan guru dalam mengkondisikan
pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana guru hanya
sebagai fasilitator.

38
DAFTAR PUSTAKA

Chaeruman, AU. 2004. Integrasi Teknologi Telekomunikasi dan


Informasi (TTI) ke dalam Pembelajaran, Makalah disajikan dalam
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran, “Menghadapi
Tantangan Daya Saing SDM Nasional dan Internasional”. Jakarta:
UT. PUSTEKKOM. IPTPI: Tidak diterbitkan.
Fryer . 2001. Strategy for Effective Elementary Technology
Integration, [On-line].
Mayer, RE. 2001. Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses Belajr
Mengajar, Mimbar Pendidikan.
Rahmat, AZ. 2008. Strategi Pembelajaran Berbasis TIK, Modul 5:
Pelatihan Pemanfaatan TIK untuk Pembelajaran, Tingkat
Nasional 2008. Depdiknas: Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Pendidikan.
Supriadi, D. 2002. Internet Masuk Sekolah: Pemberdayaan Guru dan
Siswa dalam Era Sekolah Berbasis E-Learning. Bandung: PT
Telkom.
Rusman, 2012, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer –
Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21, Bandung:
Alfabeta.
Framework For 21st Sentury Learning. http://www.p21.org/about-
us/p21-framework diakses 19 Maret 2017.
Aryanti dkk. Perbandingan Penerapan Metode Discovery-Inquiry
Terbimbing Dengan Metode Ceramah Bervariasi Terhadap Hasil
Belajar Siswa SMA Kelas X http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/
prosbio/article/viewFile/3037/2074 diakses 18 Januari 2018.

39
40

Anda mungkin juga menyukai