Anda di halaman 1dari 27

TUGAS ARTIKEL

IMPLEMENTASI MODEL PROJECT BASED LEARNING


DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF

Mata Kuliah :
Pengembangan Profesi Pendidik

Dosen Pengampu:
Dr. Tity Kusrina

Disusun oleh:
NATIQOH NURKHASANAH
NPM 7321800047
NO. 20

MAGISTER PEDAGOGI
UNIVERSITAS PANCA SAKTI TEGAL
PROGRAM PASCASARJANA
TAHUN 202
IMPLEMENTASI MODEL PROJECT BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
Oleh : Natiqoh Nurkhasanah
Guru SMP Negeri 1 Pangkah, Mahasiswa Magister Pedagogi, UPS Tegal
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana Implementasi model Project Based Learning
dalam meningkatkan Kemampuan Berfikir kreatif. Metode diskusi ditempuh melalui studi pustaka
dengan berbagai referensi yang berkaitan dengan bagaimana Implementasi model Project Based
Learning dalam meningkatkan Kemampuan Berfikir kreatif. Pembelajaran di kelas memerlukan
banyak inovasi agar siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran yang
diselenggarakan oleh guru. Pada masa sekarang perlu diadakannya pembelajaran yang menuntut
siswa lebih aktif bergerak mencari informasi yang diperlukan, sebaliknya guru pada masa
sekarang harusnya hanya sebagai fasilitator untuk siswanya. Tetapi masih banyak saja
pembelajaran yang belum membuat siswa menjadi aktif dan kreatif. Berpikir kreatif merupakan
salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi yang mengharuskan siswa untuk berpikir bukan
hanya satu pemikiran melainkan harus memiliki berbagai pemikiran untuk memecahkan masalah
yang dihadapai. Oleh karena itu, keterampilan berpikir kreatif sangat perlu ditingkatkan untuk
menyiapkan siswa untuk terbiasa memecahkan masalah tidak hanya dengan satu cara melainkan
dengan beberapa cara bila sudah terjun di masyarakat. Untuk mewujudkan siswa lebih aktif dan
kreatif dalam belajar, perlu diadakannya pembelajaran yang dapat mendorong siswa memiliki
kemampuan tersebut salah satunya yaitu denga nmenerapkan model pembelajaran project based
learning. Model pembelajaran project based learning yaitu model pembelajaran yang berpusat
pada pembuatan proyek sebagai pusat pembelajarannya. Model pembelajaran ini dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif karena model
pembelajaran ini menuntut siswa untuk berpikir memutuskan sendiri pilihan untuk merancang dan
menyelesaikan proyeknya sendiri.

Kata kunci : Model Pembelajaran Project Based Learning, Kemampuan berpikir kreatif

IMPLEMENTATION OF THE PROJECT BASED LEARNING MODEL IN


IMPROVING CREATIVE THINKING ABILITY

Abstract
This article aims to explain how the implementation of the Project Based Learning model in
improving the ability to think creatively. The discussion method is taken through a literature study
with various references related to how the implementation of the Project Based Learning model in
improving the ability to think creatively. Learning in the classroom requires a lot of innovation so
that students become more active in participating in the learning organized by the teacher. At this
time it is necessary to hold learning that requires students to be more active in looking for the
information needed, on the contrary, teachers at this time should only be facilitators for their
students. But there are still many lessons that have not made students active and creative. Creative
thinking is one of the higher-order thinking skills that requires students to think not just one
thought but must have various thoughts to solve the problems they face. Therefore, creative
thinking skills really need to be improved to prepare students to get used to solving problems not
only in one way but in several ways when they are involved in society. To make students more
active and creative in learning, it is necessary to hold learning that can encourage students to
have these abilities, one of which is by applying a project-based learning model. Project based
learning learning model is a learning model centered on making projects as the center of learning.
This learning model can be used to improve students' ability to think creatively because this
learning model requires students to think and decide for themselves the choice to design and
complete their own projects.

Keywords: Project Based Learning Model, Creative Thinking Ability

PENDAHULUAN
Pembelajaran yang baik terjadi jika ada interaksi multi arah antara guru dan siswa
adanya komunikasi multi arah memungkinkan suasana pembelajaran lebih
kondusif sehingga pembelajaran lebih bermakna sebaiknya pembelajaran
menggunakan media dan model yang cocok sesuai dengan yang dipelajari.
Dengan model yang cocok maka akan dapat meningkatkan hasil belajar dan
kemampuan berfikir kreatif siswa.
Pendidikan diharapkan bangsa ini dapat mengikuti perkembangan dalam bidang
sains dan teknologi yang semakin berkembang paada masa abad 21 yang
seringkali disebut abad ilmu teknologi yang banyak memerlukan kemampuan dan
keahlian. Terkait dengan pembelajaran, tuntutan abad ke -21 menuntut perubahan
reorientasi dalam pembelajaran yaitu dari ; (1) menggeser paradigma
pembelajaran dari berpusat pada guru (teacher centered learning) menuju
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning), self-
directed learning (belajar mandiri), dan pemahaman diri ( metakognisi ) karena
dirasa pembelajaran ini dirasa lebih memberdayaakan peserta didik dalam segala
aspek; (2) menggerser dari belajar menghafal konsep menuju belajar menemukan
dan membangun ( mengkontruksi) konsep sendiri yang terbukti meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam berfikir tingkat tinggi, kreatif dan terampil
memecahkan masalah; ( 3) menggeser dari pembelajaran individual klasikal
menuju membelajaran kelompok kooperatif yang tidak hanya mengajari
ketrampilan berfikir saja namun juga mampu mengajari peserta didik ketrampilan
– ketrampilan lainnya ( Minkhatul.M,dkk, 2014).
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif , mandiri , dan menjadi warga negara yang
demokratis, serta bertanggung jawab. Sehingga peserta didik mencapat berbagai
kompetensi dengan penerapan HOTS atau Ketrampilan Berfikir Tingkat Tinggi
yaitu berfikir kritis (Criticial thingking), kreatif dan inovasi (creative and
innovative), kemampuan berkomunikasi (communication skill), kemampuan
bekerja sama (collaboration) dan kepercayaan diri (convidence)(Kusadi N.M.R,
dkk, 2020).
Pengembangan diri, kreativitas dan bakat pada diri anak perlu dikembangkan
karena dengan adanya kreativitas dan bakat yang dimiliki dapat menjadikan
pribadi yang kreatif. Dengan menjadi pribadi yang kreatif bukan hanya
meningkatkan pribadi tetapi juga dapat meningkatkan kualitas kehidupan bangsa
dan negara. Pendidikan bertanggungjawab untuk memandu serta memupuk bakat
untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik serta dapat
mengembangkan kemampuan kreativitas yang dimiliki peserta didik.
Perkembangan Pendidikan ini di Indonesia saat ini cenderung hanya memperkuat
kekuatan dalam otak kiri ( intelektualitas), sementara dalam pengembangan orak
kanan (kreativitas) masih kurang, berdasarkhan hasil observasi pembelajaran IPA
di SMP N 1 Pangkah, khususnya kelas VII terbiasa dengan urutan Langkah –
Langkah pemebalajaran sebagai berikut ; (1) diajarkan teori/ definisi / teotema; (2)
diberikan contoh – contoh ; (3) diberikan Latihan soal. Dengan kondisi yang
demikian, kemampuan kreatif peserta didik krang berkembang. Indonesia sangat
membutuhkan tenaga – tenaga kreatif yang mampu kreatif yang mampu
memberikan sumbangan yang bermakna bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi demi kesejahteraan bangsa ini. Oleh karena itu sepatutnya
Pendidikan yang diselenggarakan tertuju pada pengembangan kreativitas peserta
didik agar kelak mampu memenuhi kebutuhan pribadinya, serta kebutuhan
masyarakat dan bangsa ( Hesti Noviana, 2017).
Sementara itu beberapa pelajaran yang paling dipandang oleh masyarakat adalah
Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan Matematika. Kelima mata pelajaran tersebut
menjadi acuan keberhasilan peserta didik di sekolah. Salah satu yang paling
menonjol kesulitannya adalah mata pelajaran IPA. Penyebab dari kurangnya
keberhasilan apada mata pelajaran IPA dalam pembelajaran adalah peserta didik
bosan mengikuti pembelajaran IPA dengan model ceramah . Sampai saat ini
model pembelajaran yang digunakan masih belum mengaktifkan peserta didik,
guru masih banyak berceramah dalam materi – materi yang seharusnya membuat
peserta didik kreatif dan inovatif. Apalagi pada materi yang seharusnya
melibatkan siswa seperti praktikum akan tetapi pada kenyataanya guru dalam
menggunakan model pembelajaran hanya menggunakan model ceramah sehingga
dengan model yang kurang tepat tersebut peserta didik akan mudah cepat bosan.
Ketika model ceramah masih digunakan dalam materi – materi yang seharusnya
mengaktifkan dan mengkreatifkan peserta didik hanya akan mendapatkan
pengetahuan mengenai materi yang disampaikan tanpa mendapatkan pengalaman
dan ketrampilan. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model
ceramah saja apalagi pada mata pelajaran IPA lebih banyak materi yang
seharusnya mengaktifkan dan mengkreatifkan peserta didik saat proses
pembelajaran oleh karena itu membutuhkan model pembelajaran yang dapat
menumbuhkan pemahaman dan ketrampilan peserta didik.
Dari beberapa fakta yang ada, kualitas Pendidikan memang harus dibenahi secara
serius agar kualitas kita mengalami perkembangan . Salah satu komponen yang
harus diperhatikan adalah secara terus menerus dalam meningkatkan Pendidikan
adalah guru ( Jananwi,2013). Disamping guru juga model maupun strategi yang
digunakan supaya pembelajaran berlangsung efektif . sekarang banyak terobosan
– terobosan baru di dunia Pendidikan , model – model baru dan strategi – strategi
baru banyak yang sudah mulai diterapkan.
Project Based Learning menjadi salah satu model pembelajaran yang dianjurkan
untuk diterapkan dalam pembelajaran di Kurikulum Merdeka
Paparan Mendikbudristek tentang Merdeka Belajar Episode Kelimabelas
Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar menyatakan bahwa
Pembelajaran melalui kegiatan projek memberikan kesempatan lebih luas kepada
peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual misalnya isu lingkungan,
kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi
Profil Pelajar Pancasila
Pembelajaran berbasis project ini belum banyak diterapkan di sekolah – sekolah atau
madrasah – madrasah terutama SMP/MTs. Model pembelajaran Project based Learning
adalah pembelajaran yang berfokus pada proses relative berjangka waktu, berfokus pada
masalah dan suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk
memecahkan masalah melalui tahap – tahap model ilmiah.
Model project based Learning ini merupakan salah satu model pembelajaran yang
disarankan dalam kurikulum Merdeka yaitu bertujuan untuk mendorong kemampuan
peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individu maupun kelompok.
Fokus pembelajaran melibatkan peserta didik dalam investigasi pemecahan masalah
memberi kesempatan peserta didik bekerja secara otonom dalam mengkontruksi
pengetahuan. Mereka sendiri dan mencapai puncak untuk menghasilkan produk nyata
( Wena, 2010). Pembelajaran Project based Learning selain sebagai model pembelajaran
juga sebagai Teknik penilaian. Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap
tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode waktu tertentu. Ada tiga
hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru yaitu 1. Ketrampilan peserta didik
dalam memilih topik , 2, kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dan yang ke 3
originalitas atau keaslian sebuah proyek pembelajaran ( Hosnan, 2014).
Harapan dari pengembangan model pembelajaran yang sesuai adalah agar peserta didik
dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, pembelajaran berjalan dengan lancer
sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif, tetapi masih banyak guru
yang belum menggunakan model pembelajaran yang pas sehingga kemampuan berfikir
kreatif belum meningkatkan secara signifikan.
Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap guru kelas VII A dan VII B di SMP N 1
Pangkah, model pembelajaran Project Based Learning belum sepenuhnya diterapkan .
Model Ceramah masih digunakan dalam materi yang seharusnya mengaktifkan dan
mengkreatifkan pesertda didik dan melibatkan aktivitas peserta didik secara langsung
maka dari itu timbul berbagai faktor – faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran
yaitu model pembelajaran model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi,
antusias siswa dalam belajar rendah, kondisi pembelajaran yang kurang mendukung
peserta didik dalam belajar rendah, kondisi pembelajaran yang kurang pendukung peserta
didik dalam belajar dan kurang terdorongnya ide – ide baru dari peserta didik. Model
pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran IPA melalui model
pembelajaran Project based Learning kemampuan berfikir kreatif peserta didik dapat
meningkat. Pembelajaran Berbasis project lebih berpengaruh dalam meningkatkan
kemampuan berfikir kreatif, tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis project
umumnya sangat baik, lebih menyenangkan dalam belajar, bisa mengubah sikap dan
persepsi, meningkatkan kreativitas siswa ( susanti, 2011) . Namun realitas menunjukkan
bahwa di SMP/MTs khususnya di SMP Negeri 1 Pangkah belum sepenuhnya
mengembangkan model pembelajaran Project Based Learning dalam pembelajaran IPA.
Maka dari itu uraian diatas penulis terdorong untuk melaksanakan penelitian ini dengan
judul “ implementasi model project based learning dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif”

MATERI DAN METODE

Artikel ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan
dalam artikel ini adalah studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan suatu metode
penelitian yang lebih menitik beratkan dan membatasi kegiatannya hanya pada bahan-
bahan perpustakaan tanpa perlu untuk melakukan riset lapangan (Zed, 2008).
mengumpulkan data-data yang relevan, membaca, dan mengkaji literatur yang relevan
dan pada akhirnya merumuskan suatu kesimpulan. yang dilakukan dengan cara mengkaji
kembali temuan terdahulu berkaitan implementasi model Project Based Learning dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini data
sekunder yang bersumber dari beberapa penelitian terdahulu. Adapun metode analisis
data menggunakan teknik analsiis diskriptif kualitatif yang bertujuan menganalisis
permasalahan implementasi model Project Based Learning dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Model Project Based Learning

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang


sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran
( nuraeni, 2012).

Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan


kebosanan, kurang dipahami, dan monoton sehingga siswa kurang termotivasi.
Syaiful dan Aswan mengatakan bahwa, "Penggunaan metode yang tidak sesuai
dengan tujuan pembelajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang
telah dirumuskan". Oleh karena itu variasi model pembelajaran sangat dibutuhkan
(syaiful dan aswan, 2006)

Model pembelajaran merupakan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman


dalam merencanakan pembelajaran. Model pembelajaran mengarah pada
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pengajaran,
tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
pengelolaan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce pada tahun 1992
bahwa "Each model guides us as we design instruction to help students achieve
various objective. Pada kutipan tersebut dijelaskan bahwa setiap model
pembelajaran mengarahkan pendidik dalam merancang pembelajaran untuk
membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran juga merupakan bentuk dari implikasi suatu pendekatan,


metode dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran memiliki kelompok: (1)
model interaksi sosial (2) model pengolahan informasi (3) model personal-
humanistik dan (4) model modifikasi tingkah laku ( trianto 2010 ).Adapun ciri• ciri
model pembelajaran adalah (1) rasional teoritis logis disusun oleh para
pengembang model pembelajaran (2) memiliki landasan pemikiran yang cukup
kuat mengenai tujuan pembelajaran yang akan dicapai (3) tingkah laku
mengajar yang dibutuhkan agar model pembelajaran tersebut dilaksanakan
dengan baik dan benar (4) lingkungan belajar yang kondusif dibutuhkan agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai." Ciri-ciri tersebut mendeskripsikan bahwa
model pembelajaran ditentukan berdasarkan pertimbangan ilmiah dan menggunakan
prosedur yang sistematik. ( fathurohma, 2015)

Boaler (1998) berpendapat bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat menjadi


pemicu bagi peserta didik dalam penggunaan kecerdasan ganda. Pendekatan
pembelajaran ini mempertibangkan teori pembelajaran kontruktivis (Savery &
Duffy, 1995), di mana peserta didik menjadi konstruktor aktif dari
pengetahuan mereka. Strategi ini memaksa siswa untuk melakukan pemikiran
reflektif yang berguna untuk meningkatkan kompetensi siswa. Langkah-
langkah Pembelajaran tentang pembelajaran berbasis proyek difokuskan
pada pertanyaan atau masalah yang mendorong siswa untuk menemukan
konsep dan prinsip utama dari suatu disiplin ilmu. Proyek ini melibatkan siswa
dalam penyelidikan konstruktif (Thomas 2000). Perasaan positif guru ketika
menerapkan pembelajaran berbasis proyek (pengembangan kompetensi siswa,
kolaborasi antara guru dan siswa, pengembangan professional guru)
menciptakan kondisi untuk realisasi diri profesional dan peningkatan
berkelanjutan (Lasaukiene & Rauduvaite, 2015). Project-Based Learning
(PBL) adalah pendekatan inovatif untuk pembelajaran yang mengajarkan
banyak strategi penting untuk kesuksesan di abad kedua puluh satu. Siswa
mendorong pembelajaran mereka sendiri melalui inkuiri, serta bekerja secara
kolaboratif untuk meneliti dan membuat proyek yang mencerminkan
pengetahuan mereka (Bell, 2010). Hasil penelitian yang dilkukan oleh
Hasani et al (2017) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek
adalah strategi pengajaran yang efektif untuk memaksa siswa melakukan
pemikiran reflektif yang berguna untuk meningkatkan kompetensi siswa.
Senada dengan hasil tersebut, Gerhana et al (2017 menyatakan bahwa model
pembelajaran berbasis proyek lebih efektif untuk menghasilkan prestasi
belajar matematika siswa yang model klasik dengan pendekatan ilmiah. Hal ini
dikarenakan di dalam model project based learning, siswa lebih bisa
untuk berpikir aktif dan kreatif. Siswa dihadapkan pada suasana yang
menyenangkan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari- hari.
Menurut Doppelt (2003), pembelajaran berbasis proyek memungkinkan
siswa untuk memecahkan masalah dengan partisipasi aktif. Siswa dapat
menjadi aktif dalam proses pencarian dan pengambilan keputusan dengan
meningkatkan keterampilan berpikir praktis mereka (Harris, 2002). Jadi
pembelajaran berbasis proyek berkontribusi pada prestasi akademik siswa
dengan menciptakan lingkungan belajar yang sama (Solomon, 2003). Rais
(2010) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model PjBL (project based
learning) merupakan pembelajaran konstektual melalui sebuah kegiatan
yang kompleks berupa memberi kebebasan kepada peserta didik dalam
melakukan eksplorasi untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan
proyek secara kolaboratif dan menghasilkan sebuah produk. Sedangkan
menurut Farah R.J. dkk (2017), menyatakan bahwa model pembelajaran
PjBL adalah pembelajaran berdasarkan pertanyaan dan permasalahan yang
sangat menantang dan menuntun peserta didik dalam merancang, memecahkan
masalah, membuat keputusan melakukan investigasi, dan memberikan
kesempatan peserta didik bekerja secara mandiri.

Model pembelajaran PjBl adalah suatu pendekatan Pendidikan yang


efektif yang berfokus pada kreatifitas berfikir, pemecahan masalah, dan
interaksi antara siswa dengan teman sebaya untuk menciptakan dan
menggunakan pengetahuan baru, Asan, (2005). Dengan adanya pengetahuan
baru tentunya peserta didik mampu menyelesaikan masalah nyata berdasarkan
pengalaman yang pernah dilakukan dalam kegiatan praktik, sehingga dapat
meningkatkan efektifitas, pembelajaran bermakna, dan menunjang karir di
masa depan, Tseng, dkk. (2011)

Sunardi (2017) menyebutkan langkah-langkah kegiatan yang harus


dilakukan dalam PjBL sebagai berikut.
1. Penentuan projek
2. Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek
3. Penyusunan jadwal pelaksanaan projek
4. Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru
5. Penyusunan laporan dan presentasi hasil projek
6. Evaluasi proses dan hasil projek
Dari beberapa kajian teori diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
model pembelajaran PjBL (project based learning) merupakan pendekatan
pembelajaran dalam berfikir kreatif dan inovatif melalui tahapan kegiatan
yaitu merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif
dan menghasilkan sebuah produk.

B. Kemampuan Berfikir Kreatif

Keterarnpilan berpikir kreatif adalah keterarnpilan kognitif untuk


rnernunculkan dan rnengernbangkan gagasan barn, ide barn sebagai
pengernbangan dari ide yang telah lahir sebelurnnya dan keterarnpilan untuk
rnernecahkan rnasalah secara divergen (dari berbagai sudut pandang).
( Mahfud, 2007). Menurut Hendri Handoko dalam artikelnya mengatakan
"Keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan individu dalarn
rnenggunakan proses berpikimya untuk rnenghasilkan gagasan yang barn,
konstrnktif, berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional
rnaupun persepsi, dan intuisi indifidu? ( Winny, 2011) Sementara rnenurnt
Edi Sulistiyono dkk., "Keterarnpi lan berpikir kreatif rnernpakan
kernarnpuan rnernbuat sesuatu yang barn, yang belurn pemah ada

sebelumnya".( Edi, dkk, 2017) Jadi keterarnpilan berpikir kreatif adalah


keterarnpilan yang dirniliki oleh individu untuk rnenghasilkan sesuatu
yang barn baik itu bernpa

gagasan, pokok pikiran, maupun ide-ide yang belum ada sebelumnya


ataupun pengembangannya.
Keterampilan berpikir ini, penting dimiliki oleh setiap orang. Dengan
dimilikinya keterampilan berpikir yang baik, seseorang akan memiliki
modal untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupannya.
Seseorang yang memiliki keterampilan berpikir, akan dapat memecahkan
masalah kelompoknya, baik di tempat bermain maupun di rumah. Salah satu
yang termasuk keterampilan berpikir adalah keterampilan berpikir kreatif

1. Jenis-Jenis Keterampilan berpikir Kreatif

Orang yang kreatif harus memiliki sejumlah keterampilan yang


membedakannya dari orang lain. Selain itu, dengan berpikir kreatif
dapat menjadikan orang tersebut memiliki sejumlah keterampilan yang
membuatnya kreatif dan istimewa. Keterampilan-keterampilan tersebut
yaitu:

a. Keterampilan berkonsentrasi

Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan untuk mendefinisikan


berbagai masalah dan memetakan masalah. Keterampilan ini meliputi
kemampuan untuk merumuskan tujuan dan kejelasan dari tujuan
tersebut, serta berhubungan dengan proses menentukan berbagai pendapat
dan mendapatkan solusi bagi masalah-masalah tersebut.

b. Keterampilan mengumpulkan data

Keterampilan ini merupakan keterampilan untuk mendapatkan data, dengan


satu atau lebih pancaindra, mencari data baru dengan membentuk dan
meransang otak melalui berbagai pertanyaan.

c. Keterampilan mengingat

. Keterampilan mengingat

Keterampilan ini merupakan kemampuan untuk menggunakan rumus,


maksudnya merumuskan dan menyimpan data di dalam memori otak
dalam waktu yang lama, serta melakukan memorisasi yang berarti
mengingat kembali data-data yang tersimpan di kartu memori otak dalam
waktu yang lama. Banyak orang mengetahui bahwa proses menyimpan data
dalam otak manusia dilakukan dalam dua jangka waktu, yaitu jangka waktu
panjang dan jangka waktu pendek.

d. Keterampilan menyusun data

Keterampilan ini mencakup sejumlah keterampilan, di antaranya adalah


keterampilan untuk memadukan dan membandingkan aspek-aspek persamaan
atau perbedaan antara dua hal atau lebih.

e. Keterampilan menganalisis

Keterampilan menganalisis merupakan keterampilan berkreasi terpenting


dalam proses berpikir kreatif, yang mencakup penentuan dan elemen-
elemen pembentuk ide kreatif

f. Keterarnpilan produktif

Keterarnpilan produktif rnerupakan keterarnpilan yang rnernbukakan pintu


berpikir kreatif dan rnengandung penyirnpulan dari hasil.

g. Keterarnpilan rnengintegrasi dan rnengornbinasi

Keterarnpilan ini rneliputi rangkurnan, Ini rnerupakan proses rneringkas


terna atau rnernbersihkannya dari pikiran-pikiran tidak penting, dengan cara
yang efektif dan praktis, lalu rnernberikan ringkasan konsep dan pernikiran
dalarn bentuk kata-kata yang ringkas.

h. Keterarnpilan rektifikasi

Keterarnpilan rektifikasi rnerupakan sekelornpok keterarnpilan yang


berhubungan dengan kernarnpuan rnengestirnasi berbagai hal secara tepat
dan sesuai dengan ukurannya, rnenernukan sisi-sisi kelebihan dan
kekurangan, rnenguatkannya, serta rnenentukan keputusan yang tepat.

1. Keterarnpilan rnernbuat rencana


Keterarnpilan ini rneliputi penentuan tujuan dan rnernilih strategi pelaksanaan
yang tepat, rnenyusun kronologi proses atau langkah, rnenentukan
harnbatan atau kesalahan yang rnungkin ada, rnernprediksikan hasil yang
diinginkan atau yang diharapkan.

j. Keterampilan rnengawasi dan rnengorganisasi

Keterarnpilan yang bekerja selarna rnelaksanakan langkah-langkah yang


perlu dilakukan untuk rnerealisasikan tujuan. Keterarnpilan ini rneliputi
rnernpertahankan tujuan dalarn skala prioritas, rnenjaga kesinarnbungan
prosesatau langkah, dan mencari tahu kapan dapat merealisasikan tujuan
tambahan serta kapan beralih pada proses berikutnya.

k. Keterampilan mengevaluasi

Keterampilan ini mengatur sejauh mana realisasi tujuan yang bisa dilakukan,

hasil-hasil yang tepat, dan sejauh mana kesesuaian cara yang digunakan.

Keterampilan ini meliputi evaluasi terhadap sejauh mana tujuan dapat

diraih, menjustifikasi ketepatan hasil dan kualitasnya, mengevaluasi

sejauh mana kesesuaian metode yang digunakan, dll.

2. Hambatan Keterampilan Berpikir Kreatif

Ada sejumlah gangguan yang menghambat pengembangan keterampilan

berpikir kreatif, di antaranya hambatan yang berhubungan dengan

pribadi seseorang secara langsung (gangguan personal) dan hambatan

yang berkaitan dengan lingkungan. Traffanger dan Saxson

menggambarkan hambatam keterampilan berpikir kreatif yaitu:

a. Gangguan personal
Gangguan personal merupakan gangguan yang berhubungan dengan pribadi

orang kreatif yang mempengaruhi cara berpikir dan perilakunya. Gangguan

tersebut seperti:

1) Lemahnya kepercayaan diri


2) Kecenderungan untuk meniru
3) Semangat yang berlebihan
4) Cepat merasa puas
5) Berpikir secara umum dan wajar

6) Mengambil metode yang biasa dilakukan

b. Gangguan tradisional

Gangguan tradisional merupakan jenis hambatan yang menghalangi


kreativitas, seperti:

1) Berontak terhadap perubahan


2) Tidak seimbang antara kompetisi dan korporasi (Dian , ).
3. Tahapan Keterampilan Berpikir Kreatif
Menurut Hendri Handoko (2017) terbentuknya keterampilan

berpikir kreatif melalui empat tahapan yaitu:

a. Persiapan adalah siswa mempersiapkan diri untuk memecahkan

masalah dengan cara mengumpulkan data yang relevan. ( Yusup, 2011)"

b. Inkubasi adalah kegiatan mencari dan menghimpun data/informasi

tidak dilanjutkan. Pada tahap ini individu seakan-akan melepaskan diri

untuk sementara dari masalah tersebut dalam arti bahwa ia tidak

memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi menyimpannya dalam


alam prasadar. Tahap inkubasi penting artinya dalarn proses

tirnbulnya inspirasi yang rnerupakan titik rnula dari suatu penernuan.

c. Ilurninasi adalah tahap rnuncul aspirasi atau gagasan untuk

rnernecahkan rnasalah.

d. Verifikasi adalah tahap rnunculnya aktivitas evaluasi terhadap

gagasan secara kritis yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan

nyata.

4. Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif


Menurut Hadrna Yuliani dkk., dalarn artikelnya rnernbagi indikator

keterarnpilan berpikir kreatif kedalarn 4 aspek yang diarnbil dari

indikator berpikir kreatif yaitu:

a. Fluency (keterarnpilan berpikir lancar), indikatomya

rnengajukan banyak pertanyaan, kernarnpuan rnengernukakan ide-ide

yang serupa untuk rnernecahkan suatu rnasalah.

b. Flexibility (keterarnpilan berpikir luwes), indikatomya rnernberikan


bermacarn-rnacarn penafsiran (interpretasi) terhadap suatu garnbar.

c. Originality (keterarnpilan berpikir orisinil), indikatomya


rnernberikan bermacarn-rnacarn penafsiran (interpretasi terhadap suatu
rnasalah),

d. Elaboration (keterarnpilan rnerinci), indikatomya rnernikirkan hal-


hal yang tidak pemah dipikirkan orang lain, rnengernbangkan
atau rnernperkaya gagasan orang lain, dan rnenyusun langkah-
·
langkah secara terperm ncil ( Hadma , dkk, 2017)

Sernentara Winny Liliati juga rnernbagi indikator keterarnpilan

berpikir kreatif kedalarn 4 aspek dengan indikator yang berbeda, yaitu:

a. Fluency, indikatomya rnenjawab dengan sejurnlah jawaban jika

ada pertanyaan, lancar rnengungkapkan gagasan-gagasanya, dan dapat

dengan cepat rnelihat kesalahan dan kelernahan dari suatu objek atau

situasi.

b. Flexibility, indikatomya rnernberikan bermacarn-rnacarn penafsiran

terhadap suatu garnbar, cerita atau rnasalah, jika diberi suatu rnasalah

biasanya rnernikirkan berbagai rnacarn cara yang berbeda untuk

rnenyelesaikannya, rnenggolongkan hal-hal rnenurut pernbagian

(kategori) berbeda.

c. Originality, indikatomya setelah rnernbaca atau rnendengar


gagasan gagasan, bekerja untuk rnenyelesaikan yang baru

d. Elaboration, rnencari arti yang lebih rnendalarn terhadap jawaban


atau pernecahan rnasalah dengan rnelakukan lanngkah-langkah yang
terperinci, rnengernbangkan atau rnernperkaya gagasan orang lain

5. Tingkatan Kemampuan Berpikir Kreatif

Menurut Siswono, T. Y. E tingkatan kemampuan berpikir kreatif ada 5

tingkatan yaitu:

a. Tingkat kemampuan berpikir kreatif 4 (sangat kreatif)


Siswa mampu menyelesaikan suatu masalah dengan lebih dari satu

altematif jawaban maupun cara penyelesaiannya yang berbeda (baru)

dengan lancar (fasih) dan fleksibel atau siswa hanya mampu mendapat

satu jawaban yang "baru tetapi dapat menyelesaikan dengan berbagai

earn yang lain lebih sulit pada mencari jawaban yang lain.""

b. Tingkat kemampuan berpikir kreatif 3 ( kreatif)

Siswa mampu membuat suatu jawaban yang "baru" dengan fasih,

tetapi tidak dapat menyusun cara berbeda (fleksibel) untuk

mendapatkannya atau siswa dapat menyusun cara yang berbeda untuk

mendapatkan jawaban yang beragam, meskipun jawaban itu tidak

baru. Siswa cenderung mengatakan bahwa mencari cara lain lebih

sulit daripada mencari jawaban ( Numita sari, 2017)


c. Tingkat kemampuan berpikir kreatif 2 (cukup kreatif
Siswa mampu membuat satu jawaban yang berbeda dari kebiasaan

umum (barn) meskipun tidak dengan fleksibel ataupun fasih, atau

siswa mampu menyusun berbagai cara penyelesaian yang berbeda

meskipun tidak fasih dalam menjawab dan jawaban yang diberikan tidak

"baru". Cara lain dipahami siswa sebagai bentuk rumus lain yang ditulis

"berbeda.

d. Tingkat kemampuan berpikir kreatif 1 ( kurang kreatif)


Siswa mampu menjawab yang beragam, tetapi siswa tidak mampu membuat

jawaban yang berbeda, dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan


cara berbeda-beda. Cara lain dipahami siswa sebagai bentuk rumus lain

yang ditulis "berbeda

e. Tingkat kemampuan berpikir kreatif O (tidak kreatif)


Siswa tidak mampu membuat alternatif jawaban maupun cara
penyelesaian yang berbeda dengan lancar dan fleksibel. Kesalahan
penyelesaian suatu masalah disebabkan karena konsep yang terkait
dengan masalah tersebut tidak dipahami atau diingat dengan benar. Cara
yang lain dipahami siswa sebagai bentuk rumus lain yang ditulis
"berbeda

2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Adapun indikator kernarnpuan berpikir kreatif rnenurut

Yatirn Rianto terdapat tiga indikator kernarnpuan berpikir kreatif,

yaitu; a) Originalitas/keaslian (Originality) adalah kernarnpuan untuk

rnenghasilkan gagasan-gagasan sebagai hasil pernikiran sendiri, B)

Kelancaran (Fluency) adalah kernarnpuan untuk rnencetuskan banyak

gagasan/ide, dan c) Elaborasi (Elaboration) adalah kernarnpuan

rnernperinci detai-detail suatu objek/gagasan."Sedangkan menurut

Said, dkk., dalarn artikelnya rnenyebutkan terdapat 4 indikator

kernarnpuan berpikir kreatif tiga diantaranya sarna dengan yang

dikatakan oleh Yatirn Rianto sernentara satunya lagi adalah Fletian

in penelitixibility (kelenturan) rnerupakan kernarnpuan untuk

rnengernukakan bermacarn-rnacarn pernecahan.( Said, 2017)

Sernentara Ida Bagus, rnernbagi indikator kernarnpuan berpikir

kreatif rnenjadi 5 indikator, yaitu; a) kernarnpuan berpikir lancar

(Fluency) adalah kernarnpuan untuk rnencetuskan banyak gagasan


atau ide-ide, b) kernarnpuan berpikir luwes (Fexibility) adalah

kernarnpuan rnenghasilkan ide-ide yang berfariasi, c) kernarnpuan

berpikir orisinil (Originality) adalah kernarnpuan rnenghasilkan ide

baru/ide sebelurnnya tidak ada, d) kemampuan merinci

(Elaboration) adalah kernarnpuan

rnengernbangkan/rnenarnbahkan ide-ide..

PENUTUP
A. Simpulan
Pembelajaran di kelas memerlukan banyak inovasi agar siswa menjadi lebih aktif
dalam mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru. Pada masa sekarang
perlu diadakannya pembelajaran yang menuntut siswa lebih aktif bergerak mencari
informasi yang diperlukan, sebaliknya guru pada masa sekarang harusnya hanya
sebagai fasilitator untuk siswanya. Tetapi masih banyak saja pembelajaran yang belum
membuat siswa menjadi aktif dan kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu
keterampilan berpikir tingkat tinggi yang mengharuskan siswa untuk berpikir bukan
hanya satu pemikiran melainkan harus memiliki berbagai pemikiran untuk
memecahkan masalah yang dihadapai. Oleh karena itu, keterampilan berpikir kreatif
sangat perlu ditingkatkan untuk menyiapkan siswa untuk terbiasa memecahkan
masalah tidak hanya dengan satu cara melainkan dengan beberapa cara bila sudah
terjun di masyarakat. Untuk mewujudkan siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar,
perlu diadakannya pembelajaran yang dapat mendorong siswa memiliki kemampuan
tersebut salah satunya yaitu denga nmenerapkan model pembelajaran project based
learning. Model pembelajaran project based learning yaitu model pembelajaran yang
berpusat pada pembuatan proyek sebagai pusat pembelajarannya. Model pembelajaran
ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif
karena model pembelajaran ini menuntut siswa untuk berpikir memutuskan sendiri
pilihan untuk merancang dan menyelesaikan proyeknya sendiri.
B. Saran
Setelah membaca artikel ini sebaiknya pembaca mempelajari-mempelajari buku
ataupun artikel- artikel yang lainnya. Guna lebih menambah wawasan dan tidak hanya
cukup dengan satu buku.

Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna menjadikan lebih
baik di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Abu, Yusuf Alhajjaj. 2010. Kreatifatau Mati. Surakarta: Al-Jadid.

Arends, Richardi. 2008. Learning To Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Aris Shoimin, 2014 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013,


(Yogyakarta: ArRuzz Media, 2014), hlm. 24.
,Astuti, Rini. 2015." Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pengolahan
Limbah Menjadi Trash Fashion Melalui PjBL. Jurnal Bioedukas, Vol.
8. No. 2.

Asan, A 2005. "Implementing Project Based Learning In Computer


Classroom".The Turkish Online Journal of Educational
Technology - TOJET, volume 4 Issue 3.
http://www.tojet.net/articles/ 4310.doc.Diakses 15 Maret 2019

Bagus, Ida Putu A. 2006. "Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif


pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa SMA". Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
Singaraja. Vol. 1. No. 3.

Bell, S.2010. Project Based Learning for the 21st century: Skills for the Future. The
Clearing House, 83: 39-43. Taylor & Francis, Ltd.
Https://www.jstor.org/stable/20697896

Boaler, J. 1998. Open and closed mathematics: Student experiences and understandings,
J. Res. Math. Educ., vol. 29, no. 1, pp. 41–62, 1998

Damayanti, N. K. A., Martha, I. N., & Gunatama, G. 2014. Pembelajaran Menulis Teks
Anekdot Berpendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Berbasis
Proyek (Project Based Learning) pada Siswa Kelas X Tata Kecantikan Kulit
1 di SMK Negeri 2 Singaraja. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Undiksha, 2(1), 1-10.

Doppelt, Y. 2003. Implementation and assessment of project-based learning in a flexible


environment. International Journal of Technology and Design Education, 13,
255-27

Daryanto, Syaiful Karim, Pembela}aran Abad 21, (Yogyakarta:Gava Media 2017) hlm 1
Faturrahman, Muhammad. 2016. Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.

Firman. 2015. Pendidikan sains berbasis STEM: Konsep, Pengembangan dan Peranan
Riset Pascasarjana. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA
dan PLKH Universitas Pakuan, Agustus 2015. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia

Fitri, Dian Argarini. "Karakteristik Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII SMP
N 1 Kragan dalam Memecahkan dan Mengajukan Masalah
Matematika Materi Perbandingan Ditinjau dari Gaya Kognitif'.
Jurnal JMEE. Vol. 4. No. 2.
Handoko, Hendri. 2017. "Pernbentukan Keterarnpilan Berpikir Kreatif pada
Pernbelajaran Maternatika Model SAVI Berbasis Discovery Strategy
Materi Dirnensi Tiga Kelas X". Jurnal EduMa. Vol. 6. No. 1.

Hosnan, 2 0 1 4 . Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembela}aran Abad 21,


Bogor: Ghalia Indonesia, 2014

Ibnu, Trianto Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajarn Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual. Jakarta: Prenada Media Group.
Jananwi, 2013, Metodologi dan Pendekatan Pembela}aran, (Yogyakarta Ombak, 2013),

Liliawati, Winny. 2011. "Pernbekalan Keterarnpilan Berpikir Kreatif Siswa SMA


Melalui Pernbelajaran Fisika Berbasis Masalah", Jurnal Pengajaran
MIPA. Vol. 16. No. 2

Lasaukiene, J & Rauduvaite, A. 2015. Project-Based Learning at University: Teaching


Experiences of Lecturers. 7th World Conference on Educational Sciences,
(WCES-2015), 05-07 February 2015, Novotel Athens Convention Center,
Athens, Greece. Procedia Social and Behavioral Sciences 197 : 788-792

Mahfud. 2007. "Berpikir dalam Belajar; Mernbentuk Karakter Kreatif Peserta Didik",
Jurnal Al-Tarbawi Al-Haditsah. Vol. 1. No. 1.
Rianto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembela}aran. Jakarta: Kencana.

Savery, J.R & Duffy, T.M. 1995. Problem based learning: An Instructional model and its
constructivist framework. Educ. Technol, vol. 35, no. 5, pp. 31–38.

Sari, Nurmita, dkk. 2017. "Tingkat Berpikir Kreatif MTs pada Bangun Datar
Ditinjau dari Jenis Kelamin. Jurnal Edumath. Vol. 3. No. 2

Siswono. T. Y. E. 2008. Model Pembela}aran Matematika Berbasis Penga}uan dan


Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan berpikir Kreatif.
Surabaya: Unesa Press.
Sudarma, Momon. 2016. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada

Sulistiyono, Edi, dkk. 2017. "Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif dan


Hasil Belajar Kognitif Melalui Pembelajaran Biologi Berbasis
Speed Reading Mind Mapping (SR-MM)". Jurnal Pendidikan. Vol. 2.
No. 9.

Susanti, 2011.Pengaruh Pembela}aran berbasis Proyek terhadap kemampuan berfikir


kreatif dan sikap ilmiah pada materi nutrisi, Terbit 2011 (online)
tersedia http//fmipa. Upi. Edu/journal/IV/ indek-php/pmipa/artide

Supardi. 2015. "Pe ran Berpikir Kreatif dalam Proses Pembelajaran


Matematika".Jurnal Formatif. Vol. 2. No. 3.

Thomas, J. W. 2000. A Review of Research on Project Based Learning. California.


Retrieved from:http://www.bie.org/ index.php/site/RE/pbl_ researc/2019.

Wenna, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu


Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Yuliani, Hadrna, dkk:. 2017. "Keterarnpilan Berpikir Kreatif pada Siswa
Sekolah Menengah di Palangka Raya Menggunakan Pendekatan
Saintifik". Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan. Vol. 3. No.1.

.
.

Anda mungkin juga menyukai