Anda di halaman 1dari 17

INOVASI PEMBELAJARAN PAI BERBASIS PROYEK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Orientasi Baru Inovasi Pembelajaran PAI”

Dosen Pengampu : Rudini.M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Rendi Yunanda (2211124)

2. Sija Etikasari (2211120)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH KELAS D

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

TAHUN AJARAN

2024/2025

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini yang berjudul,“Inovasi
Pembelajaran PAI Berbasis Proyek” dapat kami selesaikan dengan baik. Penulis
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karunia kepada kami
sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui
kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah
ini. Terimakasih kami sampaikan kepada Bapak Rudini.M.Pd.I selaku dosen mata
kuliah ini yang telah membimbing dan memberikan materi demi kelancaraan dan
terselesaikan masalah ini.

Semoga makalah ini dapat menjadi bahan, pedoman dan tuntutan bagi generasi
muda dalam mempelajari bahasa indonesia, semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Aamiin.

Petaling, 30 Februari 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………2

DAFTAR ISI……………………………………………………………......3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………......4

A. Latar Belakang…………………………………………………………... 4

B. Rumusan Masalah………………………………………………………...5

C. Tujuan…………………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………......6

A. Konsep Dasar Pembelajaran PAI Berbasis Proyek


……………………………………………………………………………….6

B. metode pembelajaran berbasis proyek dapat memfasilitasi pengalaman belajar


yang lebih aktif………………………………………………………………9

C.Implementasi Pembelajaran Dalam PAI………………………………….13

BAB III PENUTUP………………………………………………………. 16

A. Kesimpulan ……………………………………………………………..16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...17

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan awal mula landasan nilai-nilai peradaban


kebudayaan manusia di dunia dan tujuannya membentuk kepribadian manusia
sebagai individu dan makhluk sosial yang mengabdikan dirinya kepada Sang
Pencipta Allah SWT (Nur Asiyah, 20014: 1). Pendidikan merupakan upaya
untuk menanamkan pengetahuan dan membentuk kecakapan hidup pribadi dan
sosial dalam kehidupan anak berkembang hingga dewasa (Fuad Ihsan, 2011: 4).
Dalam hal reformasi kurikulum, ada tiga topik utama yang harus ditekankan,
yaitu reformasi kurikulum, peningkatan mutu pendidikan dan efektivitas
metode pengajaran, khususnya reformasi di bidang pendidikan agama Islam.
Menurut Zuhairin, pendidikan agama Islam adalah suatu upaya sadar dan
terencana untuk membimbing secara sistematis dan pragmatis pengembangan
kepribadian peserta didik sesuai ajaran Islam, sehingga bermuara pada
kebahagiaan dunia dan akhirat (Fuad Ihsan, 2011: 4).

Siswa masih beranggapan bahwa mempelajari ilmu agama Islam


merupakan mata pelajaran sekunder yang tidak memerlukan banyak waktu
untuk mempelajari dan mengkajinya. Kedudukan ini menimbulkan beberapa
akibat negatif dalam latar belakang pendidikan agama Islam, yang pertama
adalah melemahnya semangat belajar siswa dan semangat guru dalam
mengajar. Kedua, dampak permasalahan tersebut mempengaruhi implementasi
strategi dan metode pembelajaran yang tentunya bersifat kontingen. Tiga siswa
bosan dengan PAI, sehingga pembelajaran ini tidak ada gunanya. Oleh karena
itu, diperlukan solusi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan semangat
dan kinerja siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Sebagai guru,
guru harus mampu menyajikan pembelajaran. menyenangkan dan
menimbulkan rasa tanggung jawab pada siswa. Bahan ajar pendidikan agama
Islam bersifat kompleks, sehingga guru dapat menerapkan metode yang

4
berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
Dilihat dari sudut pandang obyektif yang mengarah pada tiga ranah yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor, salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah model pembelajaran berbasis proyek.
Model pembelajaran ini mendidik dan mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah yang berorientasi pada permasalahan otentik kehidupan
nyata siswa untuk merangsang keterampilan berpikir tingkat tinggi. Syarat
yang harus dijaga adalah suasana demokrasi yang kondusif, terbuka, negosiasi,
suasana nyaman dan menyenangkan agar peserta didik dapat berpikir maksimal
(Ngalimun, 2017:330).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Konsep Dasar Pembelajaran PAI Berbasis Proyek?
2. Bagaimana metode pembelajaran berbasis proyek dapat memfasilitasi
pengalaman belajar yang lebih aktif?
3. Bagaimana Implementasi Pembelajaran Dalam PAI?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Dan Memahami Konsep Dasar Pembelajaran PAI
Berbasis Proyek
2. Untuk Mengetahui Dan Memahami metode pembelajaran berbasis
proyek dapat memfasilitasi pengalaman belajar yang lebih aktif
3. Untuk Mengetahui Dan Memahami Implementasi Pembelajaran Dalam
PAI

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pembelajaran PAI Berbasis Proyek


Pengertian pembelajaran proyek adalah model pembelajaran yang
menitikberatkan pada konsep dan prinsip sentral (sentral) disiplin ilmu, melibatkan
siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja mandiri dalam membangun
dirinya. pembelajaran dan pada akhirnya menghasilkan produk karya siswa yang
bernilai dan realistis (Ngalimun, 2017:330). Pembelajaran berbasis proyek merupakan
pembelajaran inovatif yang menekankan pembelajaran kontekstual melalui aktivitas
yang kompleks. Memberikan kesempatan kepada guru untuk memandu pembelajaran
di kelas melalui pembelajaran berbasis proyek. kreativitas dan motivasi siswa dapat
meningkat (Ridwan Abdullah Sani, 2015: 21). Menurut Robert Capraro1,
pembelajaran berbasis proyek adalah model pengajaran berbasis hasil di mana siswa
memecahkan masalah nyata, masalah yang bermakna untuk mengatasinya dan
kemudian bekerja sama untuk menciptakan solusi terhadap permasalahan yang
menciptakan karya (William N Bender, 2012: 1).
Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, model pembelajaran berbasis
proyek adalah metode pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk bekerja secara
mandiri dalam konstruksi pembelajaran dan berujung pada produk nyata (Nanang
Hanafiah dan Cucu Suhana, 2009: 30).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis
proyek adalah pembelajaran inovatif yang menitikberatkan pada penyelesaian masalah
siswa, pengambilan keputusan dan melakukan kegiatan penelitian sedemikian rupa
sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan motivasi siswa. Dalam hal ini guru
sebagai pengawas memunculkan permasalahan nyata.

1
Siminto and others, ‘Pembelajaran Berbasis Proyek: Mengembangkan Kreativitas Dan
Kemampuan Kolaboratif’, Tarbiyatul Ilmu: Jurnal Kajian Pendidikan, 2.2 (2024), 104–15.

6
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memprovokasi, memotivasi dan
memberikan materi pembelajaran, ruang-ruang yang dibutuhkan siswa untuk
memecahkan masalah, dan mendukung upaya meningkatkan hasil belajar dan
perkembangan intelektual siswa2.
1. Ciri-ciri model pembelajaran berbasis proyek Pembelajaran berbasis
proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau
kegiatan sebagai sumber dayanya. Guru sebagai supervisor memberikan
tugas kepada siswa untuk memperoleh hasil belajar yang berbeda-beda.
Model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalaman kehidupan nyata. Pembelajaran berbasis proyek
ini mempunyai potensi besar untuk memberikan pengalaman belajar yang
menarik dan bermakna kepada siswa (M. Hosnan, 2016: 319-321).
2. Landasan Teori Model Pembelajaran Berbasis Proyek Adapun teori
pembelajaran model pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai
berikut:
a. Pembelajaran berbasis proyek didukung oleh teori pembelajaran
konstruktivis, yang dengannya siswa mengkonstruksi pengetahuan.
pemahaman, keterampilan dan pengalaman sendiri, sedangkan peran guru
adalah memfasilitasi proses perolehan pengetahuan. Catatan Dukungan
empiris terhadap pembelajaran berbasis proyek Pengaruh model
pembelajaran berbasis proyek terhadap pembelajaran adalah model ini
memungkinkan siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna, yaitu
pembelajaran berbasis konstruktivisme/desain diri masyarakat (Departemen
Pendidikan Nasional, 2003: 88-90).
Pembelajaran di kelas adalah pembelajaran aktif. Guru sebagai fasilitator
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan brainstorming

2
Faisal, Marhamah Syarif, and Muh Asy’ari Akbar, ‘Penerapan Model Pembelajaran PAI Berbasis
Proyek Dalam Meningkatkan Nilai Karakter Dan Sikap Religius Siswa’, Hartaki: Journal of Islamic
Education, 2.1 (2023), hlm 1–12.

7
secara individu atau kelompok untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa.

A. Kelebihan dan Kekurangan

Menurut Made Wena,3 model pembelajaran berbasis proyek memiliki


beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut (Made Wena,
2014:147):

a. Keuntungan model pembelajaran berbasis proyek


1. Meningkatkan motivasi siswa untuk aktivitas yang menantang.
2. Meningkatkan keterampilan pemecahan masalah di dunia nyata
melalui aktivitas proyek.
3. Tingkatkan kolaborasi dan dapatkan lebih banyak kebebasan untuk
menyelesaikan proyek.
4. Meningkatkan keterampilan pengelolaan sumber daya melalui
pemikiran kritis.
5. Keterampilan pengelolaan sumber daya yang lebih baik
b. Kelemahan model pembelajaran berbasis proyek
1. Ini membutuhkan banyak waktu, karena operasi yang cukup
kompleks harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan pemahaman materi yang lebih mendalam, sehingga
siswa harus berpikir kreatif dan menciptakan kegiatan atau karya
mandiri.
3. Perlengkapannya pasti banyak sehingga memerlukan biaya
yang cukup besar.

3
Ramsah Ali and others, Urgensi Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar, 2016.

8
B. Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Dapat Memfasilitasi
Pengalaman Belajar Yang Lebih Aktif

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pembelajaran


berbasis proyek dalam mendorong penerapan nilai-nilai keagamaan, mengetahui
pengaruh motivasi belajar, dan mengetahui bagaimana metode pembelajaran
berbasis proyek dapat mendorong pembelajaran lebih aktif4.

Berdasarkan hasil tersebut, informasi yang diperoleh dianalisis dengan


analisis sintesis literatur. Kesimpulan penelitian ini ada tiga yang terbagi dalam
tiga subtema yaitu: kontribusi metode pembelajaran berbasis proyek dalam
mendorong penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, metode
pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan belajar siswa, motivasi dalam
pendidikan, agama Islam, metode pembelajaran berbasis proyek dapat mendorong
pembelajaran lebih aktif.

Lukman Ali menjelaskan bahwa metode adalah cara yang teratur dan
dipikirkan matang-matang untuk mencapai suatu tujuan, suatu rangkaian tindakan
yang sistematis yang memudahkan pelaksanaan suatu tindakan untuk mencapai
tujuan tertentu. Pada dasarnya setiap proses pembelajaran bertujuan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam proses pembelajaran terjadi
interaksi antar komponen yang berbeda-beda, komponen pembelajaran tersebut
dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu: guru, materi pembelajaran dan
siswa. Peran guru sangat penting, karena berperan sebagai guru yang
menyampaikan dan menyampaikan pembelajaran. bahan. Materi pembelajaran
merupakan informasi atau pesan yang harus dipelajari siswa untuk dipahami,
dievaluasi, dan diterapkan agar siap menyelesaikan studinya di masa depan.

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan model pembelajaran


yang membantu siswa meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan di era
globalisasi saat ini. Pembelajaran berbasis masalah (PBL) pertama kali

4
Ani Ramayanti, Bambang Qomaruzzaman, and Qiqi Yuliati Zaqiah, ‘Implementasi Inovasi
Pembelajaran PAI Berbasis Multiple Intelligences Di Sekolah Menengah Kejuruan’, Jurnal
Educatio FKIP UNMA, 9.4 (2023), 1910–15.

9
dikembangkan oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an belajar
kedokteran di Universitas McMaster di Kanada.

Model pembelajaran ini menyajikan kepada siswa suatu masalah nyata pada
awal pembelajarannya dan kemudian menyelesaikan masalah tersebut dengan
meneliti dan menerapkan suatu metode untuk memecahkan masalah tersebut.
Metode pembelajaran berbasis proyek (MPBP) mempunyai kontribusi penting
dalam penerapan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Kepercayaan terhadap nilai-nilai agama

Islam merupakan “suatu proses atau tindakan penanaman beberapa point


kehidupan beragama, yang menjadi pedoman dalam berperilaku beragama. Dalam
pendidikan anak, tidak cukup hanya meningkatkan kemampuan intelektual anak,
namun harus mencakup semua aspek tumbuh kembang anak5 nilai-nilai agama
pada anak merupakan suatu cara atau kaidah bagaimana anak bersikap dan
bertingkah laku. Agama mengajarkan nilai-nilai positif dan berguna dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini menunjukkan perlunya mengembangkan
pendidikan agama yang diterapkan dengan baik. Salah satu aspek pembangunan
yang paling penting adalah nilai-nilai agama dan moral. Dikatakan bahwa nilai
agama dan moral tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran anak usia dini,
sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Standar Nasional Pendidikan
Anak Usia Dini No.137 Tahun 2014 Permendikbud No. 137 Tahun 2014, bahwa
pendidikan karakter dilaksanakan pada pendidikan anak usia dini (Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini6. Namun yang terpenting adalah standar nasional
pendidikan anak usia dini. anak usia dini pendidikan anak harus sangat digalakkan
dalam pembinaan agama dan akhlak anak.

5
Atin Risnawati, & Dian Eka Priyantoro. Pentingnya Penanaman Nilai-Nilai Agama Pada
Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Perspektif Al-Quran | As-Sibyan: Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini. As-Sibyan, 6(1), (2021): 1–16.
6
Haerudin, D. A. (2021). Implementasi Nilai Agama Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Golden
Age, 5(02), (2021): 147–154.

10
Tugas pendidikan Islam adalah mendorong cita-cita hidup sebagai bentuk
implementasi untuk melestarikan, mendorong dan mentransformasikan nilai-nilai
Islam bagi generasi penerus, sehingga agar nilai-nilai keagamaan menjadi
fungsional dan berkembang sesuai dengan waktu dan teknologi7 Metode
pembelajaran Proyek mencakup relevansi kontekstual, dimana MPBP
memungkinkan konsep-konsep keagamaan dikaitkan dengan situasi dan konteks
nyata.

Dalam proyek yang dilaksanakan bersama siswa, siswa dapat menerapkan


nilai-nilai agama dalam memecahkan masalah, resolusi konflik dan pengambilan
keputusan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Eksperiensial
Melalui MPBP, siswa dilibatkan dalam pengalaman belajar secara langsung dan
nyata8. Mereka berpartisipasi dalam proyek-proyek yang berfokus pada nilai-nilai
agama, seperti membantu masyarakat, menyumbangkan waktu, dan mereka
sendiri. upaya filantropis atau mengembangkan solusi kreatif terhadap tantangan
sosial yang dihadapi umat manusia. Dengan cara ini siswa dapat memahami secara
langsung bagaimana nilai-nilai agama dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.
Pada dasarnya pengembangan nilai-nilai agama adalah menanamkan landasan
nilai-nilai agama pada anak dan mengembangkannya agar menjadi suatu
kebiasaan di kemudian hari9.

Teori motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
motivasi belajar yang dikembangkan oleh Hamzah B. Uno. Dikatakannya bahwa
motivasi belajar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu. motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Ciri-ciri masing-masing kelompok motif (disebut indikator dalam
skripsi ini) adalah: (a) keinginan dan keinginan untuk berhasil, (b) keinginan dan
kebutuhan untuk belajar, (c) harapan dan harapan di masa depan, (d))

7
Atin Risnawati & Dian Eka Priyantoro, Pentingnya…18
8
Ramadayanti, N., Muderawan, I. W., & Tika, I, N. Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Siswa.
Prosiding Seminar Nasional MIPA, 3(2), (2016): 194–204.
9
Ananda, R.. Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1),
(2017): 19.

11
pembelajaran dihargai . , (e) keinginan belajar yang menarik dan (f) lingkungan
belajar yang mendukung. Tiga indikator pertama termasuk dalam motivasi
internal, sedangkan tiga indikator terakhir termasuk dalam motivasi eksternal10.

Teori motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
motivasi belajar yang dikembangkan oleh Hamzah B. Uno. Dikatakannya bahwa
motivasi belajar dibagi menjadi dua kelompok yaitu. motivasi intrinsik dan
ekstrinsik.

Ciri-ciri masing-masing kelompok motif (disebut indikator dalam tesis ini)


adalah:
(a) keinginan dan keinginan untuk berhasil,
(b) keinginan dan kebutuhan untuk belajar,
(c) harapan dan harapan masa depan,
(d)) pembelajaran yang bernilai.
(e) keinginan belajar yang menarik dan
(f) lingkungan belajar yang mendukung.

Tiga indikator pertama termasuk dalam motivasi intrinsik, sedangkan tiga


indikator terakhir termasuk dalam motivasi ekstrinsik.

C. Penelitian: Siswa melakukan penelitian tentang topik proyek mereka.


Mereka mengumpulkan informasi dari sumber lain seperti buku, internet, atau
wawancara dengan para ahli.
d. Desain: Siswa merancang solusi atau produk yang akan diproduksi dalam
proyek. Mereka mengidentifikasi langkah-langkah yang harus diambil untuk
mencapai tujuan proyek. Implementasi.
f. Kolaborasi: Siswa bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan
proyek. Mereka berbagi ide, bertukar informasi dan saling mendukung dalam
pembelajaran. Evaluasi.

10
Rahman, S. Pentingnya Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar. Merdeka
Belajar Dalam Menyambut Era Masyarakat 5.0, November, (2021): 289–302.

12
h. Presentasi: Siswa mempresentasikan hasil proyek mereka di depan kelas
atau audiens lainnya. Mereka berbagi pengamatan, pengalaman dan apa yang
mereka pelajari selama proyek berlangsung.
C. Implementasi Pembelajaran Dalam PAI

Proses pembelajaran dan praktik PAI di kelas biasanya belum dapat


berfungsi secara maksimal. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih
berpusat pada guru atau guru kurang melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran di kelas. Metode pengajaran yang digunakan guru lebih pada
penyampaian informasi atau penggunaan metode ceramah. Dalam model
pembelajaran ini biasanya siswa bersikap pasif dan tidak berani mengemukakan
pendapatnya (Eka Wahyuni, 2021: 326).

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya suatu proses pembelajaran adalah model pembelajaran yang digunakan.
Karena model pembelajaran adalah suatu model atau langkah dalam
merencanakan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Selain
itu, model pembelajaran juga merupakan model desain yang digunakan sebagai
pedoman dalam merancang pembelajaran di kelas. Seperti yang dikatakan Joyce,
setiap model pembelajaran selalu membimbing guru dalam merencanakan
pembelajarannya agar siswa mempunyai minat dan mudah memahami pelajaran
(Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, 2015: 23).

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang


menitikberatkan pada kreativitas dan kebutuhan bermakna siswa. Model
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek atau
kegiatan sebagai kegiatan utama proses pembelajarannya.

Pada model pembelajaran proyek, beberapa tahapan pembelajaran PAI


adalah sebagai berikut. Sebagai Identifikasi pertanyaan kunci Fase ini diawali
dengan mengajukan pertanyaan kunci yaitu untuk mendapatkan informasi,
jawaban, kritik dan ide dari siswa terhadap topik proyek yang akan diangkat.
Catatan Membuat Rencana Desain Produk Pada langkah ini, siswa membuat

13
rencana untuk usulan proyek yang sedang mereka kerjakan. Proses ini dilakukan
secara kolaboratif berdasarkan kesepakatan antara guru dan siswa. Perencanaan
ini dapat berupa aturan permainan, pemilihan kegiatan yang mendukung
menjawab pertanyaan-pertanyaan penting serta mengetahui alat dan bahan yang
akan digunakan untuk menyelesaikan proyek.

Perencanaan produk Di sini guru dan siswa dapat bekerja sama membuat
jadwal kegiatan untuk menyelesaikan proyek. Memantau kinerja siswa dan
kemajuan proyek Pada tahap ini, guru memegang peranan yang sangat penting
dalam memantau kinerja siswa selama penyelesaian proyek. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa guru adalah pengawas atau pengajar kegiatan siswa. Untuk
memudahkan pelacakan siswa, guru dapat membuat rubrik yang dapat mencatat
seluruh aktivitas yang dilakukan siswa. mereka. Evaluasi Kinerja Langkah ini
dilakukan guru untuk mengukur standar kinerja dan menilai kemajuan siswa
melalui penilaian. Selain itu, penilaian ini membantu memberikan umpan balik
terhadap pemahaman siswa dan membantu guru menyusun strategi pembelajaran
selanjutnya. Evaluasi pengalaman belajar Tahap ini diakhiri dengan beberapa
refleksi di akhir proses pembelajaran mengenai hasil kegiatan dan proyek yang
dilaksanakan oleh guru dan siswa. Proses ini dapat dilakukan secara individu atau
kelompok. Dimana siswa diminta mengungkapkan perasaan dan pengalamannya,
seperti menyelesaikan proyek yang dibuatnya (Novyanti Dwiastuti, 2019: 176-
177).

Penerapan model pembelajaran project based learning (PjBL) dalam


proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena siswa
menerima informasi baru, mengikuti kegiatan pembelajaran, diajarkan tentang
tanggung jawab, berpikir kreatif dan pemecahan masalah. Penerapan model
pembelajaran ini umumnya lebih banyak digunakan pada pendidikan fiqh di
sekolah. Karena materi ini memerlukan latihan segera agar memudahkan siswa
dalam memahami materi. Dalam hal ini proses pembelajaran dapat dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penyelesaian.

14
Tahap pertama adalah pendahuluan, pada tahap ini guru memulai
pembelajaran dengan memberi salam, kemudian mengkondisikan kelas untuk
menyegarkan lingkungan belajar siswa. Setelah itu guru membimbing siswa untuk
memulai pembelajaran dengan membacakan Basmalah secara bersama-sama.

Kemudian guru menyampaikan materi yang akan diajarkan beserta


tujuannya. Misalnya saja materi yang dijelaskan disini adalah tentang zakat. Jadi
dalam proses ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran materi tersebut agar siswa
dapat memahami maksud dan tujuannya. Tahap kedua merupakan kegiatan inti
yang diawali dengan penjelasan singkat materi, dilanjutkan dengan pembahasan
proyek yang akan dilaksanakan.

Pembelajaran fiqh tentang materi zakat, guru dapat mengawali


pembelajaran dengan memberikan penjelasan singkat tentang materi zakat atau
menampilkan uraian singkat dan beberapa pertanyaan terkait yang dapat
memandu siswa dalam menyelesaikan kegiatan. Oleh karena itu, siswa dan guru
bersama-sama mengembangkan proyek yang ingin diwujudkan yaitu
pengumpulan dan pendistribusian zakat. Pada tahap ini guru dan siswa juga
merencanakan kapan kegiatan akan dilakukan. Di sini guru harus memantau
aktivitas siswa sehingga jika terjadi situasi bermasalah siswa dapat langsung
bertanya kepada guru.

Terakhir, guru mengevaluasi dan menganalisis hasil belajar siswa untuk


mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Terakhir, guru dapat mengevaluasi aktivitas siswa. Proses ini sangat penting
karena tujuan utama model pembelajaran ini adalah mengembangkan siswa
berpikir kritis dan memahami materi berdasarkan pengalaman langsung. Selain
metode Fiqih, model pembelajaran ini juga dapat diterapkan pada semua mata
pelajaran PAI seperti Akhlak Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Alquran
Hadits. Berikut contoh rencana pelaksanaan kajian pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam materi dakwah nabi Muhammad SAW.

15
BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran inovatif yang
menitikberatkan pada siswa memecahkan suatu masalah dengan cara
menghasilkan suatu produk, mengambil keputusan, melakukan kegiatan
penelitian, sehingga tumbuh kreativitas siswa. dan motivasi meningkat. Guru
sebagai supervisor memberikan tugas kepada siswa untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Pembelajaran PAI memiliki beberapa tahapan dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut. 1).
Menentukan pertanyaan pokok, 2) Membuat rencana desain produk, 3) Membuat
jadwal pembuatan produk, 4) Memantau kinerja siswa dan kemajuan proyek, 5)
Evaluasi hasil Dan 6) Evaluasi pengalaman belajar.

Penerapan model pembelajaran berbasis proyek ini dapat digunakan pada


materi PAI yang meliputi Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Al-
Qur'an Hadits. Tujuan pembelajaran ini adalah agar siswa mampu menarik
kesimpulan dari materi berdasarkan pengalaman langsung. Namun terdapat
beberapa kendala dalam proses implementasinya. Dengan demikian, guru
diharapkan menjadi fasilitator dan fasilitator dalam proses pembelajaran.

16
DAFTAR PUSTAKA
Asiah, Nur. 2014. Inovasi pembelajaran. Bandar Lampung: Anugrah Raharja.
Ihsan, Fuad. 2011. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Zuhairini. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang: UIN
Pers.
Ngalimun. 2017. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Perana Ilmu.
Wena, Made. 2 0 1 4 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontenporer. Jakarta: Bumi
Aksara
Sani, Ridwan Abdullah. 2015. Pembelajaran Saintifik untuk implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Bender, William N. 2012. Project based learning: Differentiating Instruction for the
21st Century. California: Corwin.
Cucu Suhana, Nanang Hanafiah. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Fauzi, A., Siregar, H., & Meilya, I. R. Penerapan Model Pembelajaran Project
Based Learning dalam Pembelajaran Mandiri pada Pendidikan Kesetaraan Paket C.
Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 3(1), (2019)
Hulaimi, A. Model Pembelajaran Problem Based Introduction dalam Meningkatkan
Hasil Belajar (Pendekatan Pembelajaran Pada Pendidikan Agama Islam di
Sekolah). Jurnal Penelitian Tarbawi, 6(2), (2021).
Anggraini, Putri Dewi, dan Siti Sri Wulandari. “Analisis Penggunaan Model
Pembelajaran Project Based Learning Dalam Peningkatan Keaktifan Siswa.” Jurnal
Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP) 9, no. 2 (2021)

17

Anda mungkin juga menyukai