Anda di halaman 1dari 19

1.

Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

a. Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Menurut (Priansa, 2015: 157) “Pembelajaran berbasis proyek atau


disebut dengan project based learning adalah salah satu upaya
menjadikan pembelajaran yang selama ini berpusat kepada guru
menjadi pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik”.

Thomas, dkk dalam (Made, 2011: 144) Mengemukakan


“Pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning) memberikan
kesempatan kepadaguru untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan
melibatkan kerja proyek. kesempatan kepada siswa untuk bekerja
mandiri, tujuannya ialah agar siswa mempunyai kemandirian dalam
menyelesaikan tugas yang dihadapi”.
Adapun menurut Padiya dalam (Tineti, 2018: 3) “Pembelajaran
berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya dapat mengajarkan siswa untuk menguasai
keterampilan proses dan penerapan nya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga membuat proses pembelajaran menjadi bermakna”.

Thomas dalam menyatakan “pembelajaran berbasis proyek, model


pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja
proyek dimaksud adalah menyajikan tugas-tugas yang kompleks bagi
peserta merangsang kemampuan keputusan, melakukan kegiatan
investigasi, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerja secara mandiri.Serta diharapkan dapat menjadikan
pembelajaran yang dilakukan menjadi efektif, sehingga tujuan
pembelajaran tersebut tercapai”.

Menurut Boud dan Felleti dalam (Priansa, 2015: 167)


mengemukakan bahwa “pembelajaran berbasis proyek adalah cara yang
konstruktif dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai
stimulus dan berfokus kepada aktifitas pelajar”.

Purnawan dalam (Priansa, 2015: 168) mengatakan bahwa


“pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan
antara informasi teoritis dan praktik, namun juga memotivasi peserta
didik untuk merefleksi apa yang mereka pelajari dalam pembelajaran
dalam sebuah proyek nyata”.

Menggunakan proyek atau kegiatan sebagai bahan pembelajaran,


pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu bentuk model
pembelajaran (Daryanto, 2014: 42). Metode pendidikan yang dikenal
dengan Project Based Learning (PjBL) mengharuskan siswa untuk
mengerjakan proyek yang memiliki manfaat sosial atau lingkungan.
Mereka menuntut pemahaman menyeluruh tentang banyak konsep dan
materi pelajaran untuk ditangani. Proyek ini mungkin merupakan karya
seorang guru atau hasil dari upaya gabungan dari beberapa pendidik
dari
berbagai bidang. Setelah menganalisis masalah yang ada, siswa
diajarkan untuk menyelidiki, memperoleh informasi, menafsirkan dan
mengevaluasi temuan mereka saat mengerjakan proyek yang berkaitan
dengan tema yang dibahas. Jenis pembelajaran ini dapat membantu
anak- anak meningkatkan kreativitas mereka dengan memungkinkan
mereka membuat dan membangun proyek yang dapat digunakan untuk
memecahkan kesulitan di kemudian hari. Berdasarkan filosofi
konstruktivis, pembelajaran berbasis proyek mendorong siswa untuk
mengambil peran aktif dalam pendidikan mereka sendiri. Guru dapat
“belajar dari siswa” dan “belajar bersama siswa” menggunakan strategi
pembelajaran berbasis proyek. Kapasitas siswa untuk mengatur,
berkomunikasi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan
semuanya dapat ditingkatkan melalui penggunaan pembelajaran
berbasis proyek (Sani, R. A., 2014: 172).

Menurut (Istarani, 2012: 156) pembelajaran berbasis proyek adalah


“suatu model atau pendekatan pembelajaran inovatif yang menekankan
pembelajaran kontekstual melalui kegiatan yang kompleks, melibatkan
peserta didik dalam penyelidikan pemecahan masalah dan kegiatan
tugas bermakna lainnya, memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk bekerja secara mandiri untuk mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri, dan berpuncak pada menghasilkan suatu produk” Akibatnya,
model proyek berfungsi sebagai metode untuk memperkenalkan siswa
pada situasi dunia nyata yang mengharuskan mereka untuk bekerja
sama. Pemberian tugas kepada siswa secara individu dan kelompok,
paradigma pembelajaran berbasis proyek menuntut siswa untuk
mengamati dan membaca serta melakukan penelitian (Aqib, 2013: 66)

Ada banyak cara untuk menggambarkan model pembelajaran


berbasis proyek, tetapi peneliti percaya bahwa ini adalah model
pembelajaran berbasis aktivitas di mana siswa bekerja sama untuk
memecahkan masalah dan mendapatkan pemahaman tentang prinsip
atau mata pelajaran yang penting. pembelajaran dapat dilakukan baik
sendiri maupun berkelompok, dan hasil akhirnya berupa produk.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan model pembelajaran
Project Based Learning merupakan tugas-tugas dari permasalahan
kompleks yang berasal dari siswa untuk melakukan investigasi
permasalahan secara berkelompok. Serta berinteraksi dengan peserta
didik lainnya dan memberikan kesempatan dalam pembelajaran siswa
lebih berperan aktif karena siswa didorong aktif dalam proses bertanya,
menjelaskan, berdiskusi dan memecahkan permasalahan. Kemudian
siswa diminta menghasilkan sebuah proyek dari hasil permasalahn
tersebut dan hasil tugas yang sudah mereka kerjakan dipresentasikan.

Dalam pelaksanaannya siswa dilibatkan dengan kegiatan untuk


memecahkan masalah, memberi kesempatan kepada siswa untuk
bekerja secara otonom, mengkonstruk belajar mereka sendiri dan pada
akhirnya menghasilkan hasil yang nyata yang bernilai dan realistik.

b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Pelaksanaan pembelajaran berbasis projek dikelas tidak untuk


memusatkan pengetahuan siswa terhadap tahapan ilmiah saja tetapi
siswa juga diminta untuk dapat membuat perencanaan, perancangan,
pelaksanaan dan melaporkan (Tineti, 2018: 5). Dengan demikian dapat
diungkapkan ciri-ciri model pembelajaran berbasis projek :

1. Dalam pelaksanaannya diawali dengan siswa membuat rencana,


yang harus dilakukan siswa ditahp ini ialah membuat keputusan, dan
membuat kerangka kerja terhadap masalah yang pemecahannya tidak
ditemukan sebelumnya.

2. Perencanaan dilakukan siswa, yang dilakukan siswa pada tahap ini


adalah merancang proses untuk mencapai hasil yang dapat
dipertangguang jawabkan.

3. Siswa melakukan pelaksanaan penyelidikan. Dimana yang dilakukan


siswa pada tahap ini:

a. Melakukan penyelidikian sesuai dengan proses yang telah


dirancang.
b. Melakukan evaluasi

c. Melihat kembali apa yang dikerjakan.

4. Siswa melaporkan, dimana siswa melakukan pelaporan hasil tugas


yang dapat dilaporkan secara lisan maupun tulisan.

Peneliti menggunakan pembelajaran berbasis projek karena dapat


meningkatkan pembelajaran yang aktif dan belajar secara kerja sama
secara kelompok.

Menurut (Made, 2011: 108–117) “dalam pembelajaran berbasis proyek


ada beberapa tahap yang harus dilakukan supaya pelaksanaan proses
kegiatan pembelajaran dapat berhasil”. strategi pembelajaran
pembelajaran berbasis proyek terdiri dari :

1. Perencanaan, Tahap perencanaan penting dalam setiap proses


pembelajaran. Karena tahap perencanaan sangat mempengaruhi
kualitas hasil belajar yang akan dilakukan.

Mengingat kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran


berbasis proyek harus disusun secara sistematis supaya proses
pembelajaran berlangsung secara maksimal. langkah-langkah
perencanaan tesebut sebagai berikut :

1) Membuat tujuan pembelajaran atau proyek.


2) Mengamati karakter peserta didik.
3) Menetapkan strategi pembelajaran.
4) Merancang lembar kerja (job sheet)
5) Menetapkan sumber belajar.
6) Membuat alat evaluasi

2. Pelaksanaan, Agar belajar menggunakan pembelajaran berbasis


proyek ini dapat berjalan dengan efektif, berikut langkah yang harus
dilakukan:

1) Persiapan Bahan Ajar


Sebelum kegiatan pembelajar dilakukan terlebih dahulu guru
memilih bahan ajar yang tepat untuk pokok bahasan yang akan
diajarkan.

2) Menjelaskan Proyek

Menjelaskan apa yang harus dilakukan siswa dengan proyeknya.

3) Pembagian Kelompok

Pembagian kelompok dilakukan berdasarkan kemampuan masing-


masing siswa dan dibagi secara merata.

4) Pengerjaan Proyek

Setelah tahap-tahap diatas sudah dilakukan, kemudian siswa


mulai mengerjakan proyek dengan kelompoknya sesuai dengan
tugas nya masing- masing. Tugas guru adalah mengawasi dan
memberi bimbingan selama siswa mengerjakan tugasnya.

3. Evaluasi, Tahap ini dilakukan untuk mengetahui hasil kegiatan


pembelajaran yang sudah dilakukan.

c. Langkah-Langkah Model Project Based Learning (PjBL) Berikut


langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan
oleh The George Lucas Educational Foundation dalam (Priansa,
2015: 176–177) adalah sebagai berikut :

1. Dimulai dengan Pertanyaan Esensial


Pertanyaan yang dapat mengeksplorasi pengetahuan awal peserta
didik serta memberi penugasan peserta didik dalam
melaksanakan suatu aktivitas.
2. Mendesain Rencana Proyek
Dalam langkah ini, guru dan peserta didik berkolaborasi dalam
perencanaan proyek dan menentukan aturan main pengerjaan
proyek.
3. Membuat Jadwal
Disini guru dan peserta didik secara kolaboratif membuat jadwal
aktivitas dalam menyelesaikan proyek.
4. Memonitor Peserta Didik dan membantu Perkembangan Proyek
Tanggung jawab guru adalah melakukan monitor terhadap
aktivitas peserta didik selama penyelesaikan proyek.
5. Menilai Hasil
Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standard dan
tujuan belajar.
6. Mengevaluasi Pengalaman
Guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktifitas dan
hasil akhir proyek yang sudah dijalankan. Pada akhir proses
pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan proses evaluasi
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta
didik mengungkapkan dan mengembangan hasil diskusi dengan
melaporkan hasil proyek yang dikerjakan. Kemudian guru
memberi penegasan atas Pengungkapan peserta didik untuk
menjawab permasalahan yang telah diajukan pada tahap
pembelajaran.

Jadi dalam pembelajaran berbasis proyek yang dilakukan siswa yaitu


terlibat langsung dalam kegiatan kelompok tidak bekerja
sendiri.kemudian, kegiatan peserta didik dalam pembelajaran
berbasis proyek dibagi menjadi tiga kategori, yaitu aktivitas
individu, kelompok dan antar kelompok. Dimana dapat membentuk
kemandirian siswa dalam berpikir serta menambah pengetahuan.

d. Manfaat Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Menurut (Priansa, 2015: 170) bahwa pembelajaran berbasis proyek


memiliki sejumlah manfaat yang penting bagi peserta didik, antara lain
: Merangsang keaktifan peserta didik, pembelajaran Interaktif, Berfokus
pada peserta didik, Guru menjadi fasilitator, Membuat peserta didik
berpikir lebih kritis dan Pengetahuan peserta didik menjadi mendalam.
e. Kelebihan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Menurut Railsback dalam (Priansa, 2015: 171). Penggunaan model


pembelajaran berbasis projek dapat memberikan sejumlah kelebihan
bagi peserta didik, guru dan perrkembangan kualitas sekolah. Kelebihan
tersebut adalah :

1. Mempersiapkan peserta didik menghadapi kehidupan nyata yang


terus berkembang.

2. Meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar dan mendorong


kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting.

3. Menghubungkan pembelajaran di sekolah dengan dunia nyata.

4. Membentuk sikap kerja sama peserta didik. Dalam mengerjakan


proyek peserta didik diajak untuk saling mendengarkan pendapat dan
bernegoisasi untuk mencari solusi.

5. Meningkatkan kemampuan komunikasi dan sosial peserta didik.

6. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan berbagai


masalah yang dihadapi.

7. Meningkatkan keterampilan peserta didik untuk menggunakan


informasi dengan beberapa disiplin ilmu yang dimiliki.

8. Meningkatkan kepercayaan diri peserta didik.

9. Meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan teknologi


dalam belajar.

f. Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Beberapa kelemahan yang dimiliki pembelajaran berbasis projek yaitu


sebagai berikut:

1. Untuk menyelesaikan dan memecahkan masalah membutuhkan


waktu yang banyak.
2. Beberapa guru dengan kelas tradisional sudah merasa nyaman,
dimana guru berperan penting dikelas.

3. Peserta didik yang mengalami kesulita dalam percobaan dan


pengumpulan informasi.

4. Kemungkinan terdapatdalam kegiatan kelompok ada peserta didik


yangkurang aktif.

5. Ketika pemberian topik kepada masing-masing kelompok berbeda,


dikhawatirkan peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami
topik secara keseluruhan.

2. Kemampuan Berpikir Kreatif

a. Hakikat Kemampuan Berpikir

Berpikir adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian


pengetahuan kita. Bagian-bagian pengetahuan kita yaitu segala sesuatu
yang telah kita miliki, yang berupa pengertian-pengertian dan dalam
batas tertentu juga tanggapan-tanggapan. Berpikir adalah memanipulasi
atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori.Ini
seringkali dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar dan berpikir
secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif dan memecahkan
masalah (John, 2002: 357).

Situasi belajar dan mengajar yang dapat mendorong proses-proses


yang menghasilkan mental yang diinginkan dari suatu kegiatan disebut
kemampuan berpikir. Pernyataan tersebut diperkuat dengan penilaian
bahwa campur tangan seorang guru dapat meningkatkan pemikiran
serta dengan mensyaratkan adanya penggunaan proses mental untuk
merencanakan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi proses berpikir dan
belajar. Keterampilan berpikir ini menjadi modal untuk dapat
memecahkan masalah yang terjadi di dalam kehidupan. Keterampilan
berpikir manusia terdiri atas empat tingkat, yaitu:
a) Menghafal (recall thinking) yang merupakan tingkat berpikir paling
rendah. Keterampilan ini sifatnya hampir otomatis atau reflektif
dimiliki oleh setiap orang.

b) Dasar (basic thinking) yang meliputi pemahaman konsep-konsep.

c) Kritis (critical thinking) yakni kemampuan untuk memecahkan


masalah yang dihadapi oleh seseorang. Agar mampu memecahkan
masalah dengan baik dituntut kemampuan analisis, sintesis, evaluasi,
generalisasi, membandingkan, mendeduksi, mengklasifikasi
informasi, menyimpulkan dan mengambil keputusan.

d) Kreatif (creative thinking) adalah penggunaan dasar proses berpikir


untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli
(orisinil), estetis, konstruktif yang berhubungan dengan pandangan,
konsep, yang penekanannya ada pada aspek berpikir intuitif dan
rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk
memunculkan atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir
(Sofiatun, 2013).

b. Hakikat Berpikir Kreatif

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu


dalam bentuk ide, langkah, atau produk. Keterampilan berpikir kreatif dalam
memecahkan suatu permasalahan ditunjukkan dengan pengajuan ide yang
berbeda dengan solusi pada umumnya. Pemikiran kreatif masing-masing
orang akan berbeda dan terkait dengan cara mereka berpikir dalam
melakukan pendekatan terhadap permasalahan. Berpikir kreatif terkait
dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan relevan dengan ide
atau upaya kreatif yang diajukan (Sani, A., 2013: 13).

Keterampilan berpikir kreatif (creative thinking skill) yang sering juga


disebut dengan keterampilan berpikir divergen adalah keterampilan berpikir
yang bisa menghasilkan jawaban bervariasi dan berbeda dengan yang telah
ada sebelumnya serta suatu proses penyelesaian masalah yang menghasilkan
solusi-solusi kreatif untuk masalah yang ada.

(Susanto, 2013: 111) mengatakan Tes Torrance secara terpisah mengukur


aspek berpikir kreatif populer seperti fluency (kelancaran), flexibility
(keluwesan), originality (kebaruan), dan elaboration.

Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kreatif

Aspek Kemampuan Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif


Berpikir Kreatif
Fluency a. Menjawab dengan sejumlah jawaban
jika ada pertanyaan
b. Lancar mengungkapkan gagasan-
gagasannya
Flexibility a. Memberikan bermacam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita, atau masalah.
b. Dapat melihat masalah dari sudut
pandang yang berbeda
c. Menggolongkan hal-hal menurut
pembagian (kategori) yang berbeda
Originality a. Menyelesaikan permasalahan dengan
gagasan sendiri
b. Mampu menciptakan ungkapan yang
baru dan unik
c. Mempunyai kemauan keras untuk
menyelesaikan soal-soal IPA
Elaboration a. Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkah-
langkah yang terperinci
b. Mengembangkan atau memperkaya
gagasan orang lain
c. Kritis dalam memeriksa hasil
jawaban dan juga dalam bertanya
d. Mencari cara atau metode yang
praktis

c. Dimensi Kreatif

(Yani, 2014: 82–83), mengemukakan ada empat dimensi dalam


kreativitas antara lain person, process, press, dan product.

1) Dimensi Person
Kreativitas dikembangkan dari bakat. Kreativitas merupakan
kecerdasan yang berkembang dalam diri individu, dalam bentuk sikap,
kebiasaan dan tindakan dalam melahirkan sesuatu yang baru dan
orisinal untuk memecahkan suatu masalah.

2) Dimensi Process
Dalam dimensi process, kreativitas adalah proses berpikir sehingga
memunculkan ide-ide yang unik atau kreatif.
3) Dimensi Press (dorongan)
Merupakan kreativitas yang muncul dari faktor internal dan
eksternal. Dorongan berupa keinginan atau hasrat seseorang untuk
mencipta adalah kreativitas yang muncul dari faktor internal, sedangkan
dorongan dari lingungan sosialnya adalah kreativitas yang muncul dari
faktor eksternal.
4) Dimensi Product
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-
kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari definisi ini
menunjukkan bahwa produk tidak harus baru, tetapi dapat dilihat dari
kombinasinya.
d. Ciri-Ciri Sikap Kreatif

Tabel 2.2 Karakteristik Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif

Tingkat Karakteristik
Kemampuan
Tingkat 4 Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan lebih
(Sangat Kreatif) dari satu solusi dan dapat mengembangkan cara lain
untuk menyelesaikannya. Salah satu solusi memenuhi
aspek originality (kebaruan). Beberapa masalah yang
dibangun memenuhi aspek originality, flexibility,
fluency dan elaboration.
Tingkat 3 Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan lebih
(Kreatif) dari satu solusi, tetapi tidak bisa mengembangkan cara
lain untuk menyelesaikannya. Satu solusi memenuhi
aspek originality. Pada tingkat ini juga siswa dapat
mengembangkan cara lain untuk memecahkan
permasalahan (flexibility), kemampuan menyatakan
gagasan (elaboration), namun tidak memiliki cara
yang berbeda dari yang lain (originality).
Tingkat 2 Siswa dapat memecahkan permasalahan dengan
(Cukup Kreatif) satu solusi yang sifatnya berbeda dari yang lain
(originality) namun tidak memenuhi aspek fluency,
flexibility dan elaboration atau siswa dapat
menyelesaikan permasalahan dengan mengembangkan
solusinya (flexibility) namun bukan hal yang baru dan
bukan pula jawaban lancar.
Tingkat 1 Siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan lebih
(Kurang Kreatif) dari satu solusi (fluency) tetapi tidak dapat
mengembangkan solusinya dan tidak memenuhi aspek
kebaruan
Tingkat 0 Siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan
(Tidak Kreatif) dengan lebih dari satu solusi dan tidak dapat
mengembangkan cara lain untuk menyelesaikannya.
Dia juga tidak bias menimbulkan solusi baru.
(Siswono, 2011: 551)

Anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai
kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Berikut ciri-ciri sikap kreatif menurut
(Munandar, 2012: 51) :

1) Pribadi kreatif memiliki kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka


bekerja berjam-jam dengan konsentrasi, tetapi mereka juga bisa tenang dan
rileks, tergantung situasinya.

2) Pribadi kreatif cerdas dan cerdik, mereka juga mampu berpikir divergen dan
kovergen.

3) Kreativitas memerlukan kerja keras, keuletan, dan ketekunan.

4) Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap
bertumpu pada realitas.

5) Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi.

6) Dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama

7) Menunjukkan kecenderungan androgini psikologis, yaitu dapat melepaskan diri


dari stereotip gender (maskulin-feminin).

8) Cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi dilain pihak mereka bisa
tradisional dan konservatif.

9) Kebanyakan pribadi kreatif sangat bersemangat bila menyangkut karya mereka.

10) Sikap keterbukaan dan sensitivitas pribadi kreatif sering membuat mereka
menderita jika mendapat banyak kritikan terhadap hasil jerih payah mereka,
namun disaat yang sama mereka juga merasakan kegembiraan yang luar biasa.
Karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut:

1 ) Memiliki dorongan yang tinggi, 2) Memiliki keterlibatan yang tinggi, 3)


Memilki rasa ingin tahu yang besar, 4) Memiliki ketekunan yang tinggi, 5)
Cenderung tidak puas terhadap kemampuan, 6) Percaya diri, 7) Memilki
kemandiriran yang tinggi, 8) Bebas mengambil keputusan, 9) Menerima diri
sendiri, 10) Senang humor, 11) Memiliki intuisi yang tinggi, 12) Cenderung
tertarik pada hal-hal yang kompleks, 13) Toleran terhadap ambiguitas, 14)
Bersifat sensitif (Ali, 2006: 52).

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap kreatif seseorang


dapat diketahui dari aspek kognitif dan afektif, dimana kedua aspek tersebut
sangat erat kaitannya dan saling mendukung antar satu sama lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2006). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi


Aksara.

Aqib, Z. (2013). Model-Model Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual


(Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Bono, E. De. (2017). Revolusi berpikir Edward De Bono: Belajar Berpikir


Canggih dan Kreatif dalam Memecahkan Masalah dan Memantik Ide-Ide
Baru. Bandung: Penerbit Kaifa.

BSNP. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI. Journal of Education, 53(9),
1689–1699.

Darmawan, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Gava Media.

Dwi, R. (2016). PeningkatanKemampuan Berpikir Kreatif Matematis Melalui


Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas XI MIA 1 SMA
Negeri Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Proceeding
Biology Education Conference, 13.

Fathurroman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif, Alternatif, Desain


Pembelajaran yang Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Florida, R., Mellander, C., & King, K. (2015). The Global Creativity Index 2015.
Martin Prosperity Institute, 1–64. Diambil dari
http://martinprosperity.org/media/Global-Creativity-Index-2015.pdf

Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media

Persada. John. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.


Kurnia Hidayat, A. (2016). Siklus Air, 2(2), 121–126.

Made, W. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi


Aksara.

Munandar, U. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Noor. (2011). Metode Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Priansa. (2015). Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran. Bandung:


Alfabeta.

Riduan. (2012). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:


Alfabeta.

Ronny, K. (2003). Metode Penelitian : Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta:
PPM.

Ruhimat, T. (2016). Kurikulum dan Pembelajaran. Depok: PT. Rajagrafindo


Persada.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk


Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung:
Alfabeta.

Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Indeks.

Samatowa, U. (2016). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Indeks.

Sani, A. (2013). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.


Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sani, R. A. (2014). Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013.


Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan. Bandung: Kencana Prenada Media


Group.

Siswono. (2011). Level Of Student’s Creative Thinking in Classroom Mathematic.


(jurnal online) Surabaya : Universitas Negeri Surabaya, 06 no.7.55. Diambil
dari https://academicjournals.org/journal/ERR/article-abstrct/5D46EBC6243.com

Sofiatun, I. (2013). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui


Model Pembelajaran Inkuiri pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
(jurnal online) Surabaya : Universitas Negeri Surabaya, 01 No 01. Diambil
dari https://jurnal-penelitian-pgsd/article/view/3160/1850/

Sudarma. (2013). Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Sudaryono. (2013). Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru


Algensindo Offset.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta: Bumi Aksara.

Sumanto. (2014). Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta: Center of


Academic Publishing Service.

Suranti. (2016). Pengaruh Model Project Based Learning Berbantuan Media


Virtual Terhadap Penguasaan Konsep Peserta Didik pada Materi Alat-Alat
Optik. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 2.

Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Kharisma Putra Utama.

Taniredja, T. (2012). Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar). Bandung:


Alfabeta.

Tineti. (2018). Model Pembelajaran Berbasil Proyek (PBP). Yogyakarta: CV.


Budi Utama.
Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prenada
Media Group.

Triwiyanto. (2017). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wisudawati, A. W. (2015). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.

Yani, A. (2014). Mindset Kurikulum 2013. Bandung: CV. Alfabeta.

Zulela. (2012). Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra Di Sekolah


Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai