Anda di halaman 1dari 14

7

B. Strategi “Concept mapping”

1. Pengertian Concept mapping

Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor

yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang

telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi

bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep

yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel belum menyediakan

suatu alat/cara yang sesuai yang digunakan guru untuk mengetahui apa

yang telah diketahui oleh para siswa. Dahar (dalam Prihanta, 2008).

Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin (dalam Prihanta, 2008)

mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah

dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan

dengan pertolongan concept mapping (peta konsep).

Peta konsep terdiri atas kata peta yang artinya adalah representasi

melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan sifat-sifat seperti

batas daerah, sifat permukaan, dan sebagainya. Sedangkan kata konsep

merupakan ide tentang sesuatu (benda, peristiwa, hal-hal) yang ada

didalam pikiran yang mengandung penilaian dan penafsiran. Konsep juga

dapat membantu kita dalam melakukan pembedaan, penggolongan, atau

penggabungan fakta di sekeliling kita. Jadi pengertian peta konsep adalah

suatu proses berfikir manusia yang dituangkan dalam gambar atau tulisan

yang menghubungkan ide yang satu dengan ide yang lain untuk menjadi

pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan lebih

mudah difahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.


8

Menurut Martin (dalam Trianto, 2007:159), yang dimaksud peta

konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana

sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori

yang sama. Sedangkan istilah peta konsep menurut Novak dan Grawith

(dalam Prihanta, 2008) adalah strategi untuk membantu siswa

mengorganisasikan konsep pelajaran yang telah dipelajari berdasarkan

arti dan hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.

Kemudian pengertian peta konsep menurut Dahar (dalam Sujianto, 2008)

adalah alat yang digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna

antar konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi.

Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa

pengertian peta konsep adalah menyatakan hubungan-hubungan yang

bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi.

Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang

dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Peta konsep yang

dibuat terdiri dari satu kata yang dapat dihubungkan antara satu dengan

lainnya sehingga membentuk proposisi.

2. Ciri – ciri Concept mapping

Ciri-ciri peta konsep menurut Dahar (dalam Trianto, 2007:159)

adalah sebagai berikut :

1) Peta konsep adalah bentuk dari konsep-konsep atau proposisi-

proposisi suatu bidang studi agar lebih jelas dan bermakna.


9

2) Peta konsep merupakan suatu gambar yang berbentuk dua dimensi

dari bidang studi atau bagian dari bidang studi yang memperlihat

tata hubungan antara konsep-konsep.

3) Setiap konsep memiliki bobot yang berbeda antara satu dengan

lainnya, ia dapat berbentuk aliran, air, cabang pohon, urutan-urutan

kronologis, dan lain sebagainya.

4) Peta konsep terbentuk hirarkis, manakala suatu konsep dibawahnya

terdapat beberapa konsep, maka konsep itu akan lebih terurai secara

jelas sehingga apapun yang berkaitan dengan konsep tersebut akan

timbul.

3. Cara Membuat Concept Mapping

Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian

visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu

topik tertentu dihubungkan satu sama lain. George Posner dan Alan

Rudnitsky, (dalam Trianto, 2007:160) menulis, bahwa “peta konsep

mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan

antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat”.

Arends (dalam Trianto, 2007:160), memberikan langkah-langkah

dalam membuat peta konsep sebagai berikut :

Langkah 1 mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi

sejumlah konsep.

Langkah 2 mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang

menunjang ide utama.


10

Langkah 3 tempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta

tersebut.

Langkah 4 kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang

secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut

dengan ide utama.

Berdasarkan pendapat di atas, dapatlah dikemukakan langkah-

langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut: (1) memilih suatu

bahan bacaan, (2) menentukan konsep-konsep yang relevan, (3)

mengurutkan konsep-konsep dari yang inklusif ke yang kurang inklusif,

(4) menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep yang

inklusif diletakkan di bagian atas atau puncak peta lalu dihubungkan

dengan kata penghubung misalnya “terdiri atas”,”menggunakan” dan

lain-lain.

4. Fungsi dan Manfaat Concept Mapping

Fungsi peta konsep menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

(1) menyajikan ide-ide / konsep yang sulit, (2) menunjukkan hubungan,

perkembangan, proses, klasifikasi, dan organisasi, (3) untuk

mempresentasikan poin-poin yang penting (4) memberikan ringkasan

butir-butir penting dari suatu presentasi. Dari uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa fungsi peta konsep adalah untuk menyajikan pesan

atau ide secara visual yang ringkas dan jelas dari suatu objek baik berupa

hubungan, perkembangan, proses, klasifikasi, dan organisasi.


11

Selain fungsi, peta konsep juga memiliki manfaat yaitu : (1)

merangkum suatu keterangan secara sederhana, (2) memperlihatkan

hubungan antara data yang satu dengan yang lain secara jelas dan mudah,

(3) mendorong siswa berfikir kritis / analisis. Dari uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa manfaat peta konsep adalah suatu rangkuman secara

jelas dan mudah untuk mendorong siswa supaya dapat berfikit secara

kritis / analisis.

C. Pembelajaran IPS di SD

Belajar merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk

mengubah tingkah lakunya yang cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat

relatif tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali

setiap menghadapi situasi baru. Gagne (dalam Rahmawati, 2007:8).

Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (dalam Rahmawati,

2007:8) sebagai berikut:

1. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan

pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali secara

berturut-turut.

2. Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang atau dipraktekkan

agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.

3. Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk

mempertahankan dan menguatkan respon itu.

4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.


12

5. Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-

anak.

6. Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar,

seperti apersepsi dalam mengajar.

7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.

8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam

pengajaran.

Tiga butir pertama disebut Gagne sebagai faktor-faktor ekstern yang

mempengaruhi hasil belajar, sedangkan sisanya adalah sebagai faktor-faktor

intern. Faktor-faktor ekstern lebih banyak dapat ditangani oleh pendidik,

sementara itu faktor-faktor intern dikembangkan sendiri oleh anak-anak di

bawah arahan dan strategi mengajar atau pendidik.

Mengajar merupakan penciptaan suatu sistem lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari

komponen-komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan instruksional

yang ingin dicapai, guru dan siswa yang memainkan peranan senada dalam

hubungan sosial tertentu, materi yang diajarkan, bentuk kegiatan yang

dilakukan serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia. T. Raka

Joni (dalam Rahmawati 2007:9).

Jadi mengajar merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa

pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap-sikap tertentu guru kepada

siswa dengan tujuan tertentu.

Sedangkan istilah pembelajaran sendiri menurut undang-undang RI

Nomer 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang secara legal
13

formal memberi pengertian tentang pembelajaran. Dalam pasal 1 butir 20

pembelajaran diartikan sebagai “proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran

sebagai suatu konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya

sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial

menghasilkan proses belajar yang bermuara pada perkembangannya potensi

individu sebagai peserta didik.

IPS adalah bidang studi yang merupakan suatu fusi atau paduan dari

sejumlah mata pelajaran ilmu sosial. Dapat juga dikatakan bahwa IPS

merupakan mata pelajaran yang menggunakan bagian-bagian tertentu dari

ilmu sosial. Nasution (dalam Rahmawati, 2007 : 10).

Menurut kurikulum 2006, IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji

seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan

isu sosial, di mana dalam pembelajaran IPS di SD memuat materi Geografi,

Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik

diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan

bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Berdasarkan kurikulum 2006, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan

sosial.
14

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.

Mengenai tujuan dari aspek keterampilan, Fraenkel (dalam Rahmawati,

2007:11) mengemukakan ada 3 kelompok keterampilan yang perlu dilatihkan

kepada siswa dalam proses pembelajaran IPS ialah :

1. Keterampilan berpikir, misalnya melakukan pengamatan, menjelaskan,

membandingkan dan mempertentangkan, mengembangkan konsep,

membedakan, merumuskan definisi, dan sebagainya.

2. Keterampilan akademik, misalnya membaca, melakukan observasi,

mendengarkan, merumuskan garis besar, membuat catatan, membaca

dan menafsirkan peta, membuat diagram, membuat tabulasi, dan

sebagainya.

3. Keterampilan sosial, misalnya merencanakan bekerja dengan orang lain,

mengambil bagian dalam proyek penelitian, memimpin diskusi

kelompok, dan sebagainya.

D. Hasil Belajar Siswa

Unsur utama yang terdapat dalam proses belajar mengajar adalah

tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Penilaian adalah upaya atau

tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan

tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat
15

untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Proses

adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan

pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. How ward

Kingsley (dalam Sudjana, 2007:22) membagi tiga macam hasil belajar

yakni:

a. Keterampilan dan kebiasaan

b. Pengetahuan dan pengertian

c. Sikap dan cita-cita.

Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang

telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne dalam Sudjana

membagi lima katagori hasil belajar, yakni:

a. informasi verbal

b. keterampilan intelektual

c. strategi kognitif

d. sikap, dan

e. keterampilan motoris.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,

baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan

klasifikasi hasil belajar dari benyamin bloom yang garis besar

membaginya menjadi tiga ranah, yakni:

1. Ranah kognitif

Hasil belajar ini terdiri dari enam aspek, yakni

a. Tipe hasil belajar pengetahuan


16

Istilah pengetahuan dimaksidkan sebagai terjemahan dari

kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Mada beberapa cara

untuk dapat mengingat dan menyimpannya dalam ingatan seperti

teknik memo, jembatan keledai, mengururtkan kejadian, membuat

singkatan yang bermakana. Tipe hasil belajar pengetahuan

termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun tipe

hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi pemahaman

b. Tipe hasil belajar pemahaman

Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami

setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Pemahaman

dibedakan menjadi tiga katagori, yaitu (1) tingkat rendah adalah

pemahaman terjemaha, mulai dalam arti sebenarnya, misalnya

bahasa inggris ke bahasa Indonesia, (2) tingkat kedua adalah

pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian

terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, dan (3) pemahaman

tingkat ketiga adalah pemahan ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi

diharapkan seseorang mampu melihat dibalik tertulis, dapat

membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas

perspsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalahnya.

c. Tipe hasil belajar Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret

atau situasi khusus. Absraksi tersebut biasa berupa ide, teori atau

petunjuk teknis. merepkan abstraksi di dalam situasi baru disebut

aplikasi.
17

d. Tipe hasil belajar Analisis

Analisis adalah usaha untuk memilah suatu integritas

menjadi unsur-unsur atau bagian sehingga jelas hierarkinya dan

atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks,

yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya

e. Tipe hasil belajar sintesis

Penyatuan bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh

disebut sintesis. Berfikir sintesis adalah berfikir divergen. Dalam

berfikir divergen pemecahan dan jawabanya belum dapat

dipastikan.

f. Tipe hasil belajar evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu

yang memungkinkan dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara keja,

pemecahan, metode, materil, dll.

2. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberpa ahli

mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya,

bila sesorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Jadi

guru banyak menilai ranah kognitif. saja Tipe hasil belajar afektif

tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya

terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru,

kebiasaan belajar dan hubungan sosial.

3. Ranah psikomotorik
18

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan

(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan

keterampilan yakni :

a. Gerak refleks (keterampilan pada gerakkan tidak sadar)

b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

c. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan

visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.

d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan

ketepatan

e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai

pada keterampilan kompleks

f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive

seperti gerkan ekspresive dan interpretative.

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar.

Masalah yang dihadapi adalah sampai mana tingkat prestasi (hasil) belajar

yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses

mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan.

1. Istimewa / maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang

diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

2. Baik sekali / optimal : apabila sebagian besar (76% s/d 99%) bahan

pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

3. Baik / minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya

60% s/d 75% saja yang dikuasai siswa.


19

4. Kurang : apabila bahan pelajaran yang disajikan kurang dari

60% dikuasa oleh siswa. (Djamarah, dkk., 2002 : 121)

Dengan melihat data yang terdapat dalam format, daya serap siswa

dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran tersebut dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar

mengajar yang telah dilakukan oleh siswa dan guru.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bahri, Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain.2002. Strategi Belajar Mengajar.


Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas


RI.

Kusuma, Anis dan Sunarso. 2004. Pengetahuan Sosial untuk SD kelas 5.


Surakarta: Grahadi.

Rahmawati, Roosy. 2007. Penerapan Strategi “Chain of True or False” dalam


pembelajaran IPS untuk Memotivasi Belajar Siswa kelas IV SDN
Lakarsantri II Surabaya. Surabaya: D2 PGSD FIP UNESA.

Sudjana, nana dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.

Tim. 2004. Pengetahuan Sosial untuk SD kelas 5. Jakarta: Erlangga.

Tjipto, Waspodo dan Suhanadji. 2003. Pendidikan IPS. Surabaya: Insan


Cendekia.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstkruktivitis.


Jakarta: Prestasi Pustaka.
20

Winataputra, S.U, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :


Universitas Terbuka.

Prihanta, Wahyu. Pengaruh penggunaan peta konsep terhadap hasil


pembelajaran di perguruan tinggi (online).
(http://pkab.wordpress.com/2008/08/20/, diakses pada tanggal 20
September 2008).

Sujianto. Akorelasi tingkat kesulitan belajar matematika dengan prestasi belajar


matematika di smu (online). (http://www.bpgupg.go.id/index.php?
view=article&id=137% &option=com_content&Itemid=144, diakses
pada tanggal 8 November 2008).

Anda mungkin juga menyukai