Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah

mengusahakan pengadaan sarana dan prasarana pendididikan, Seperti buku-buku paket, alat peraga dan penyesuaian kurikulum. Dilain pihak pemerintah telah membuat seperangkat garis-garis besar pedoman pengajaran (GBPP) sebagai pedoman untuk para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Proses pembelajaran harus mampu melibatkan siswa belajar secara aktif, hal ini sangat ditentukan oleh kemampuan guru menggunakan metode yang sesuai dengan materi pelajaran. Dalam kegiatan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), khususnya biologi, diharapkan seorang guru memiliki strategi atau langkah-langkah yang digunakan dalam penyajian pelajaran, salah satunya adalah metode mengajar,

11

agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Menurut Suryosubroto (1997: 43) : Metode mengajar merupakan salah satu cara yang di gunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Metode belajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Guru dituntut untuk dapat melaksanakan proses pembelajaraan serta dapat menentukan metode yang tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga tercipta interaksi belajar antara guru dan siswa. Pengajar yang baik selalu berusaha dalam hal menggunakan metode yang tepat untuk menghadapi kelas dan mengubah hubungan antara guru dan siswa, sehingga siswa aktif belajar. Suatu pengajaran disebutkan berhasil baik, bilamana pengajaran tersebut membangkitkan proses belajar secara efektif (Ahmadi, 1987 : 110). Guru memegang peranan penting dalam menetapkan metode mengajar yang akan digunakan, semakin baik metode yang dipakai dalam pembelajaran, maka semakin efektif pula pencapaian tujuan. Dalam hal ini, salah satu keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh metode yang sesuai dengan lingkungan belajar dan materi yang disampaikan. Hododimoelyo (1995: 8) menyatakan : Penggunaan metode mengajar yang baik dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan adalah mutlak harus pendidik. Banyak metode megajar dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran, seperti metode ceramah, demonstrasi, eksperimen, tanya jawab, diskusi, derill dan dimiliki oleh guru atau

12

resitasi. Metode sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, disamping dari metode-metode yang telah disebutkan di atas, guru juga dapat menggunakan peta konsep sebagai alat untuk menyajikan materi pelajaaran. Susilo, (1999:30) mengatakan : Peta konsep dapat didefenisikan sebagai alat yang menggambarkan keterkaitan antar konsep. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk saling berkaitan (Dahar, 1988: 150). Dalam mempelajari biologi siswa diharapkan selain dapat menggunakan belajar hafalan, juga dapat menggunakan belajar bermakna. Belajar hafalan adalah belajar dimana siswa hanya mencoba menghafal informasi yang diperoleh dari guru mengenai materi pelajaran. Sedangkan belajar bermakna akan terjadi bilamana siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi yang diperoleh secara mandiri dalam bentuk konsep-konsep yang telah dimilikinya. "Salah satu alat pembelajaran yang berdasarkan belajar bermakna adalah peta konsep" (Zubaidah, 2000:3). Sebagai alat pembelajaran, peta konsep membantu siswa aktif berpikir dalam memusatkan perhatian pada sejumlah ide pokok berupa konsep-konsep dari suatu pokok bahasan, artinya siswa akan lebih aktif dalam mencari dan menemukan konsep-konsep dari materi pelajaran. Dengan melihat pada suatu peta konsep yang dibuat oleh siswa, guru dapat mengetahui panguasaan konsep-konsep pada siswa. "Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa dan faktor-faktor pembelajaran, serta dapat mengambil keputusan mengenai ruang lingkuup yang akan dibahas dalam suatu program pembelajaran" (Susilo, 1999 : 30). Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh penggunaan metode peta konsep terhadap prestasi belajar

13

siswa dalam mempelajari sistem transportasi manusia di SLTP Negeri 1 Seruway tahun pelajaran 2008/2009".

1.2. Perumusan Masalah Agar lebih terarahnya penelitian ini maka penulis akan menetapkan beberapa permasalahan yang sistematis untuk lebih relevansinya pembahasan terhadap penelitian yang telah ditetapkan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1.2.1. Apakah ada pengaruh penggunaan metode peta konsep terhadap prestasi belajar siswa dalam mempelajari sistem transportasi manusia di SLTP Negeri 1 Seruway tahun pelajaran 2008/2009. 1.2.2. Seberapa besar pengaruh penggunaan metode peta konsep terhadap prestai belajar siswa dalam mempelajari sistem transportasi manusia di SLTP Negeri 1 Seruway tahun pelajaran 2008/2009.

1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hasil penelitian sebagai berikut : 1.3.1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan metode peta konsep terhadap prestasi belajar siswa dalam mempelajari sistem transportasi manusia di SLTP Negeri 1 Seruway tahun pelajaran 2008/2009.

14

1.3.2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan metode peta konsep terhadap prestasi belajar siswa dalam mempelajari sistem transportasi manusia di SLTP Negeri 1 Seruway tahun pelajaran 2008/2009.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat bagi guru Sebagai bahan masukan bagi guru dalam usaha meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran pada materi sistem transportasi manusia serta memberikan informasi pada guru tentang pentingnya penggunaan metode mengajar yang sesuai untuk mencapai prestasi siswa yang lebih baik.

1.4.2. Manfaat bagi peneliti Memberikan bahan informasi dan data bagaimana pengaruh penggunaan metode peta konsep dalam mempelajari sistem transportasi manusia terhadap prestasi belajar siswa disuatu sekolah. Dan sebagai bahan persiapan bagi peneliti untuk menjadi seorang calon guru dimasa depan untuk dapat mencapai prestasi siswa yang lebih baik.

4. Sistem Pembelajaran Dengan Menggunakan Peta Konsep 2.4.1. Pengertian Peta Konsep Seorang Ahli psikologi pendidikan yaitu David Ausubel sangat menekankan agar para guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki para siswa supaya belajar bermakna dapat berlangsung. Tetapi Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara bagi guru yang dapat digunakan untuk mengetahui apa yang telah di

15

ketahui para siswa. (Novak dan Dahar, 1988 : 149) dalam bukunya Learning how to learn mengemukakan bahwa hal itu dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep atau pemetaan konsep. "Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi, proposisi merupakan dua atau lebih. Konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik" (Dahar, 1988 : 150). Dalam bentuknya yang paling sederhana, Peta Konsep hanya terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh suatu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi, Misalnya "padi itu hijau" akan merupakan suatu peta konsep yang sederhana sekali, terdiri atas dua konsep, yaitu padi dan hijau, dihubungkan oleh kata itu. Menurut Zubaidah (2000:3) "Peta konsep merupakan suatu teknik yang memberikan gambaran mengenai struktur Pengetahuan siswa dalam disiplin ilmu tertentu. Peta konsep merupakan suatu jaring-jaring pembelajaran yang menunjukan konsep apa saja yang perlu dipelajari siswa dan bagaimana keterkaitan konsep-konsep tersebut". Proses pembelajaran dengan menggunakan peta konsep akan lebih mudah berlangsung, bila konsep-konsep baru dikaitkan pada konsep yang lebih Inklusif, maka peta konsep harus disusun secara hirarki. Ini berarti, bahwa konsep yang lebih inklusif ada di puncak peta. Makin ke bawah konsep-konsep diurutkan makin menjadi lebih khusus. 2.4.2. Kegunaan Peta Konsep Dalam pendidikan peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan, yaitu : a. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa

16

Dengan menggunakan peta konsep guru dapat mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki siswa waktu pelajaran baru akan dimulai, sedangkan siswa dapat menunjukkan pemahaman atau konsep-konsep apa yang telah dimiliki dalam menghadapi pelajaran baru itu. b. Mengungkapkan konsepsi salah Peta konsep dapat mengungkapkan konsepsi salah yang terjadi pada siswa.konsepsi salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah. c. Memberi arah pembelajaran (seperti peta jalanan). d. Membantu membaca materi dari buku pelajaran. e. Membantu siswa mencapai hasil pembelajaran yang berkualitas tinggi serta bermakna, karena membantu siswa mengingat informasi dan melihat keterkaitan antar konsep. f. Membantu siswa menghubungkan ide yang satu dengan yang lainnya (Susilo, 1999:37). Siswa perlu menyusun peta konsep dalam proses pembelajaran karena peta konsep dapat di gunakan siswa sebagai salah satu alat belajar untuk membantu mereka belajar mengenai struktur pengetahuan dan proses menghasilkan

pengetahuan dari konsep-konsep materi pelajaran. Sebagai alat pembelajaran peta konsep membantu siswa aktif berpikir untuk memusatkan perhatian pada sejumlah ide pokok berupa konsep-konsep dari suatu pokok bahasan. Peta konsep dapat memberikan semacam peta jalanan bagi siswa yang menunjukan arah untuk mengaitkan dalam proposisi yang berarti. Dengan menyusun

17

peta konsep, siswa dapat menyadari bahwa dalam belajar tidak hanya mengingat fakta-fakta, tetapi juga memahami ilmu secara bermakna sehingga dapat mengaitkan konsep baru dengan konsep yang telah di pahami sebelum nya. Setelah selesai belajar peta konsep dapat berfungsi sebagai ringkasan skematis mengenai apa yang baru saja dipelajari. Selain itu, peta konsep dapat juga di buat lagi setelah siswa selesai belajar yaitu untuk memeriksa kembali pemahaman mereka sendiri secara keritis (Susilo, 1999 : 36). 2.4.3. Pengertian Konsep Konsep dapat didefenisikan dengan bermacam-macam rumusan. Salah satunya adalah defenisi yang dikemukakan Carrol dalam Kardi (1997: 2) bahwa konsep merupakan suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok obyek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain. Tidak ada satu pun definisi yang dapat mengungkapkan arti yang kaya dari konsep atau berbagai macam konsepkonsep yang diperoleh para siswa. Oleh karena itu konsep-konsep itu merupakan penyajian internal dari sekelompok stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat diamati, dan harus disimpulkan dari perilaku. Dahar menyatakan bahwa konsep merupakan dasar untuk berpikir, untuk belajar aturan-aturan dan akhirnya untuk memecahkan masalah. Dengan demikian konsep itu sangat penting bagi manusia dalam berpikir dan belajar. Pemetaan konsep merupakan suatu alternatif selain outlining, dan dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining dalam mempelajari hal-hal yang lebih

18

kompleks. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik (Novak dalam Dahar 1988: 150). George Posner dan Alan Rudnitsky dalam Nur (2001b: 36) menyatakan bahwa peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat. Peta konsep bukan hanya meggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep itu dapat digunakan dua prinsip, yaitu diferensiasi progresif dan penyesuaian integratif. Menurut Ausubel dalam Sutowijoyo (2002: 26) diferensiasi progresif adalah suatu prinsip penyajian materi dari materi yang sulit dipahami. Sedang penyesuaian integratif adalah suatu prinsip pengintegrasian informasi baru dengan informasi lama yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu belajar bermakna lebih mudah berlangsung, jika konsep-konsep baru dikaitkan dengan konsep yang inklusif. Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ideide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan sebab akibat. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar (1988: 153) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut: 1) Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsepkonsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika,

19

kimia, biologi, matematika dan lain-lain. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa melihat bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna. 2) Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubunganhubungan proposisional antara konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari belajar dengan cara mencatat pelajaran tanpa

memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep. 3) Ciri yang ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsepkonsep. Tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep lain. 4) Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut. Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di dalam permasalahanya. Peta konsep yang dibuat murid dapat membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa dan untuk memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri dan disiplin ilmunya. Selain itu peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru (Arends, 1997: 251). 2.4.4. Cara Menyusun Peta Konsep

20

Menurut Dahar (1988:154) peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh karena itu siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah belajar bermakna. Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti untuk menciptakan suatu peta konsep. Langkah 1: mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. Langkah 2: mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama. Langkah 3: menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut

Langkah 4: mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai berikut: 1) Memilih suatu bahan bacaan 2) Menentukan konsep-konsep yang relevan 3) Mengelompokkan (mengurutkan ) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif 4) Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya merupakan, dengan, diperoleh, dan lain-lain. c. Peta Konsep sebagai Alat Ukur Alternatif Tes seperti pilihan ganda yang selama ini dipandang sebagai alat ukur (uji) keberhasilan siswa dalam menempuh jenjang pendidikan tertentu, bukanlah satu-

21

satunya alat ukur untuk menentukan keberhasilan siswa. Tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap pengetahuan sangat beragam, maka diperlukan alat ukur yang beragam. Peta konsep adalah salah satu bentuk penilaian kinerja yang dapat mengukur siswa dari sisi yang berbeda. Penilaian kinerja adalah bentuk penilaian yang digunakan untuk menilai kemampuan dan keterampilan siswa berdasarkan pada pengamatan tingkah lakunya selama melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa selama kegiatan. Menurut Tukman dalam Sutowijoyo (2002: 31) penilaian kinerja adalah penilaian yang meliputi hasil dan proses, yang biasanya menggunakan material atau suatu peralatan (equipment). Penilaian kinerja dapat digunakan terutama untuk mengukur tujuan pembelajaran yang tidak dapat diukur dengan baik bila menggunakan tes obyektif. Penilaian kinerja mengharuskan siswa secara aktif mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui. Yang paling penting, penilaian kinerja dapat memberi motivasi untuk meningkatkan pengajaran, pemahaman terhadap apa yang mereka perlu ketahui dan yang dapat mereka kerjakan. Berdasarkan teori belajar kognitif Ausubel, Novak dan Gowin (1984) dalam Dahar (1988: 143) menawarkan skema penilaian yang terdiri atas: Struktur hirarki, perbedaan progresif, dan rekonsiliasi integratif. Struktur hirarkis, yaitu struktur kognitif yang diatur secara hirarki dengan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang lebih inklusif, lebih umum, superordinat terhadap konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus. Perbedaan progresif menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang kontinyu, dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan bentuk lebih banyak kaitan-kaitan proporsional. Jadi konsep-konsep tidak pernah

22

tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif. Rekonsiliasi integratif menyatakan bahwa belajar bermakna akan meningkat bila siswa menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara kumpulan-kumpulan konsep atau proposisi. Dalam peta konsep, rekonsiliasi integratif ini diperlihatkan dengan kaitan-kaitan silang antara kumpulan-kumpulan konsep (Dahar,1988: 162) Selanjutnya Novak dan Gowin memberikan suatu aturan untuk mengikuti penilaian numerik jika skoring dipandang perlu. Pertama, skoring didasarkan atas preposisi yang valid. Kedua, untuk menghitung level hirarkis yang valid dan untuk menskor tiap level sebanyak hubungan yang dibuat. Ketiga, crosslink yang menunjukan hubungan valid antara dua kumpulan (segmen) yang berbeda adalah lebih penting daripada level hirarkis, karena mungkin saja ini pertanda adanya penyesuaian yang integratif. Keempat, diharapkan siswa dapat memberikan contoh yang spesifik dalam beberapa kasus untuk meyakinkan bahwa siswa mengetahui peristiwa atau obyek yang ditunjukan oleh label konsep. 2.4.5. Jenis-jenis Peta Konsep Menurut Nur (2000) dalam Erman (2003: 24) peta konsep ada empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map). 1) Pohon Jaringan. Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu.

23

Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu. Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal: - Menunjukan informasi sebab-akibat - Suatu hirarki - Prosedur yang bercabang Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubunganhubungan. 1) Rantai Kejadian. Nur dalam Erman (2003:26) mengemukakan bahwa peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memerikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen. Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal: Memerikan tahap-tahap suatu proses - Langkah-langkah dalam suatu prosedur - Suatu urutan kejadian 2) Peta Konsep Siklus Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu menhubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok

24

diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang. Gambar 2.5 memperlihatkan siklus tentang hubungan antara siang dan malam. 3) Peta Konsep Laba-laba Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan memisah-misahkan dan mengelompokkan istilahistilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah itu menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal: a) Tidak menurut hirarki, kecuali berada dalam suatu kategori b) Kategori yang tidak paralel c) Hasil curah pendapat Proses mengajarkan strategi belajar digunakan dua pendekatan pengajaran utama, yaitu pengajaran langsung dan pengajaran terbalik (Nur 2000b: 45). Pengajaran langsung merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Dalam melatihkan strategi belajar secara efektif memerlukan pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional tentang strategistrategi belajar. Pengetahuan deklaratif tentang strategi-strategi tertentu termasuk bagaimana strategi itu didefinisikan, mengapa strategi itu berhasil, dan bagaimana

25

strategi itu serupa atau berbeda dengan strategi-strategi lain. Siswa juga memerlukan pengetahuan prosedural, sehingga mereka dapat menggunakan berbagai macam strategi secara efektif. Di samping itu juga menggunakan pengetahuan kondisional untuk mengetahui kapan dan mengapa menggunakan strategi tertentu. Salah satu alasan menggunakan pengajaran langsung dalam mengajarkan strategi belajar adalah karena pengajaran langsung diciptakan secara khusus untuk mempermudah siswa dalam mempelajari pengetahuan deklaratif dan prosedural yang telah direncanakan dengan baik serta dapat mempelajarinya selangkah demi selangkah (Arends 1997) dalam Nur (2000b: 46). Sintaks pengajaran langsung yang diadaptasikan untuk mengajarkan strategi belajar, dan dilengkapi dengan teori yang mendukung sebagai landasan pelaksanaan pengajaran strategi belajar. Tahap-tahap Pengajaran Langsung dalam Melatihkan Strategi Belajar Tahap 1 : a. Menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Memotivasi siswa. Tahap 2: a. Secara klasikal menjelaskan strategi menggarisbawahi dan pemetaan konsep. b.Memodelkan strategi Mengarisbawahi dan membuat peta konsep. Tahap 3:a.Melatihkan siswa menggunakan strategi menggarisbawahi dan pemetaan konsep dibawah bimbingan guru. Tahap 4 : a. Memeriksa pemahaman siswa terhadap strategi menggarisbawahi dan pemetaan konsep, b.Memberi umpan balik hasil pemahaman siswa terhadap strategi menggarisbawahi konsep. Tahap 5. a.Melatih sisawa untuk menerapkan dan pemetaan strategi belajar

menggarisbawahi dan membuat peta konsep secara mandiri. Tahap 6 :a.1. Mengevaluasi tugas latihan menggarisbawahi dan membuat peta konsep. b.2. Membimbing siswa untuk merangkum pelajaran

26

27

Anda mungkin juga menyukai