Anda di halaman 1dari 26

Pembelajaran sejarah

Pembelajaran adalah proses kerjasama antara guru dengan siswa dalam

memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik itu potensi yang bersumber dari

dalam siswa itu sendiri seperti bakat, minat, dan kemampuan dasar yang dimiliki

termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan,

sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Sejarah

merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah mengenai asal-usul dan

perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan

metodologi tertentu.

Menurut Suryadi (2012) “pembelajaran sejarah merupakan proses membantu

peserta didik agar memperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman akan peristiwa

masa lalu sehingga siswa dapat memahami, mengambil nilai-nilai serta mengaitkan

hubungan antara masalalu, masa kini, dan masa yang akan datang” (h.75). Sedangkan

menurut Santosa & Hidayat (2020) “pembelajaran sejarah merupakan cabang ilmu

pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

masyarakat pada masa lampau, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat

digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta

didik” (h.94).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran sejarah

adalah proses interaksi antara siswa dengan guru dalam kegiatan belajar mengajar yang

mengkaji tentang peristiwa masa lalu serta membawa pengaruh besar untuk masa kini dan

masa yang akan datang.

Tujuan pembelajaran sejarah

Menurut Moh. Ali (2005) pembelajaran sejarah nasional mempunyai tujuan:

1. Membangkitkan, mengembangkan serta memelihara semangat kebangsaan;

2. Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-cita kebangsaan dalam segala lapangan;


3. Membangkitkan hasrat-mempelajari sejarah kebangsaan dan mempelajarinya sebagai

bagian dari sejarah dunia;

4. Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional (Pancasila dan Undang-undang

Pendidikan) serta perjuangan tersebut untuk mewujudkan cita-cita itu sepanjang masa

(Susanto, 2014, h.57).

Pada tingkatan SMA/MA/SMK tujuan pembelajaran sejarah sudah berkembang mengarah

kepada pemahaman secara mendalam berbagai peristiwa sejarah yang dianggap penting

untuk membangun kemampuan berpikir kritis, kemampuan belajar, rasa ingin tahu,

kepedulian sosial, dan semangat kebangsaan.

Media pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin meduis yang merupakan bentuk jamak dari kata

“medium” yang secara harafiah berarti “perantara” yaitu perantara antara sumber pesan (a

source) dengan penerima pesan (Nitasari, 2021, h.11). Munadi (dalam Sintya, 2018)

menjelaskan Media merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan

menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar

yang kondusif dan dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif (h.18).

Menurut Arsyad (2005) Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar

mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk

menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (hasan,

2014, h.27). sejalan dengan pendapat diatas Basri & sumargo (2018) juga menjelaskan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan atau disediakan oleh

guru dimana penggunaannya diintegrasikan kedalam tujuan dan isi pembelajaran,

sehingga dapat membantu meninggkatkan kualitas kegiatan pembelajaran serta mencapai

kompetensi pembelajarannya (h.4). Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan

menunjukkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai

perantara atau penghubung dari pemberi informasi yaitu guru kepada penerima informasi

atau siswa yang bertujuan untuk menstimulus para siswa sehingga proses belajar lebih

efektif dan efesien agar tujuan pembelajaran tercapai dengan sempurna.

Manfaat media

Menurut Nasution (2013), manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar siswa.

2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami siswa,

serta memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan baik.

3) Metode pembelajaran lebih bervariasi, tidak semata-semata hanya komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, siswa tidak bosan, dan pengajar tidak

kehabisan tenaga.

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan

penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lainnya. (sari, 2021, h.12)

Fungsi

Sedangkan fungsi media pembelajaran menurut Rudi Susilana dan Cepi Riana (2009):
1) Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki

fungsi tersendiri yaitu sebagai sarana alat bantu pembelajaran yang lebih efektif

2) Media pembelajaran penggunaannya harus relevan dengan kompetensi yang ingin

dicapai. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media pembelajaran harus

selalu melihat kepada kompetensi dan bahan ajar.

3) Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar. Fungsi ini

mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan

pembelajaran dengan lebih mudah dan cepat.

4) Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar. Pada

umumnya hasil belajar siswa dengan bantuan media pembelajaran akan tahan lama

sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.

5) Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar konkret untuk berfikir, oleh karena itu

dapat mengurangi terjadinya verbalisme (oktiana, 2015, h.20).

Secara garis besar, macam-macam media pembelajaran dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1)

media visual, (2) media audio, dan (3) media audio visual. Media visual adalah perangkat

atau aset pembelajaran yang berisi berbagai macam gambar visual, sehingga dapat

ditangkap melalui penglihatan, contoh media visual adalah gambar atau foto, bagan,

diagram. Media audio umumnya adalah jenis media yang berhubungan dengan indera

pendengaran, contoh media suara adalah perekam dan tape. Media audio visual adalah

media yang dapat menampilkan komponen gambar dan suara sekaligus dalam

menyampaikan pesan atau data.

Dalam pengembangan media pembelajaran ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi

dalam pembuatannya. Menurut Hafiz (2008) media pembelajaran yang dibutuhkan warga

belajar meliputi kriteria-kriteria berikut ini:

1. Mudah dipahami, maka perlu mempertimbangkan judul, isi, ringkasan, outline,

penempatan dan pengunaan kotak, heading, pertanyaan, urutan, mengurutkan daftar,


nomor dalam teks, pemberian isyarat dan lain sebagainya. Selain mudah dipahami untuk

memahami pesan yang disampaikan, terdapat beberapa cara yang dierapkan seperti: 1)

memberikan garis bawah, 2) menempatkan sesuatu secara bersamaan

(mempertimbangkan jarak kedekatan), 3) mengikuti bentuk umum (konsisten menerapkan

bentuk/perlakuan) seperti kombinasi warna berdasarkan roda warna tradisional, dan 4)

menggunakan kombinasi warna yang harmonis dan gambar kontras dengan

backgroundnya.

2. Mudah untuk dibaca (ensure legability). Prinsip mudah dibaca perlu dipastikan yaitu

tulisan jelas, bisa terbaca, dan gambar jelas terlihat, dan menghilangkan gangguan dalam

transfer pesan. Terkait dengan hal tersebut, beberapa langkah yang dapat diterapkan

dalam media pembelajaran, yakni: 1) media pembelajaran

menggunakan petunjuk-petunjuk yang jelas, dan 2) menggunakan contoh-contoh yang

mudah dipahami oleh warga belajar.

3. Mendesain media yang menarik, memasukkan sesuatu yang baru, texture interaktif,

memilih style yang paling baik dan menggunakan warna yang menarik agar pembaca

memberikan perhatian dan memikirkan pesan yang disampaikan dalam media

pembelajaran. Untuk mendongkrak keterlibatan aktif warga belajar terhadap media

pemelajaran yang disajikan dapat dilakukan antara lain: 1) pattern, meliputi keputusan

tentative (berubahubah) salah satunya yang dianjurkan adalah “overall look” yaitu

bagaimana pandangan mata pembaca kepada tampilan. Faktor utama yang berpengaruh

pada overall look, yaitu: align (bentuk lurus dan penyatuan), bentuk, keseimbangan, style,

skema warna dan warna yang menarik, 2) alignment dimaksudkan dengan menempatkan

elemen utama pada sebuah tampilan sehingga jelas hubungan bagian satu dengan yang

lainnya, 3) shape berkenaan dengan pengaturan gambar dan verbal (teks), dan 4) balance

atau bentuk keseimbangan. Dalam memilih warna patut dipertimbangkan untuk

menumbuhkan respon emosi pembaca yaitu sebuah warna yang aktif, dinamis dan

menumbuhkan rasa kehangatan dan kesejukan. Kecenderungan terhadap warna yang


sejuk dan hangat dipengaruhi oleh usia bahkan bisa juga karena budaya pembaca

(Fahyuni, 2017, h.27-29).

Buku saku

Setyono, Sukarmin & Wahyuningsih (2013: 118) berpendapat buku saku bisa

diartikan sebagai “buku yang ukurannya kecil, ringan, mudah dibawa kemanamana, dan

bisa dibaca kapan saja” (oktiana, 2015, h.27). Definisi secara umum buku saku dari

pengertian tersebut adalah sebuah buku kecil yang berisi informasi dan dapat disimpan di

dalam saku sehingga tidak sulit untuk dibawa kemana-mana. Melalui pocket book, siswa

dapat memperoleh informasi tanpa harus menghabiskan waktu untuk mengetahui inti dari

sebuah informasi. Buku Saku dapat digunakan sebagai bahan ajar pendukung untuk

menarik perhatian dan minat siswa serta dapat mengembangkan potensi siswa untuk

menjadi pembelajar mandiri (Rahmandita, 2021, h.2).

Buku dapat memberikan informasi yang akurat, tetapi seiring perkembangan zaman

telah banyak buku yang diubah menjadi buku elektronik yang lebih masuk akal. Jika buku
pada umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang dapat berisikan teks atau gambar, maka

buku elektronik berisikan informasi digital yang juga dapat berwujud teks atau gambar.

Media pembelajaran berupa buku saku digital memiliki keunggulan-keunggulan yang

dapat memudahkan siswa untuk belajar seperti buku saku berbentuk digital yang dapat

memudahkan siswa untuk mengaksesnya dimana pun dan kapan pun, tidak mudah rusak

karena dalam bentuk software tidak dalam bentuk cetakan, menghemat tempat karena

tidak banyak membutuhkan ruang penyimpanan (Khumaidi & Sucahyo, 2018, h.155)

M-learning berbasis android

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di dalam dunia pendidikan terus

berkembang sebagai bentuk pembelajaran dengan memanfaatkan media digital salah

satunya adalah mobile learning. Istilah mobile learning mengacu kepada perangkat IT

genggam dan bergerak dapat berupa PDA (Personal Digital Assistant), telepon seluler,

laptop, tablet PC, dan sebagainya. Mobile learning dapat memudahkan pengguna untuk

mengakses konten pembelajaran di mana saja dan kapan saja, tanpa harus mengunjungi

suatu tempat tertentu pada waktu tertentu (oktiana, 2015, h.29 -30).

Menurut Gary Woodille (2011) Terdapat tiga fungsi Mobile Learning dalam kegiatan

pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai (suplemen) tambahan

yang sifatnya pilihan opsional, pelengkap (complemen), atau pengganti (substitusion).

1. Suplemen (tambahan)

Mobile Learning berfungsi sebagai suplement (tambahan), yaitu: peserta didik

mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi Mobile Learning atau

tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses

materi Mobile Learning. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang

memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.

2. Complemen (pelengkap)
Mobile Learning berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), yaitu: materinya

diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di

dalam kelas. Di sini berarti materi Mobile Learning diprogramkan untuk menjadi materi

reinforcement (penguatan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran konvensional.

3. Substitusi (pengganti)

Beberapa sekolah di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan

pembelajaran kepada para peserta didik /siswanya. Tujuannya agar para peserta didik

dapat secara fleksibel mengelola kegiatan belajar mengajar sesuai dengan waktu dan

aktifitas sehari-hari peserta didik (Yulida h.15-16).

Android

Android adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang untuk perangkat bergerak

layar sentuh seperti telepon pintar dan komputer tablet. Android awalnya dikembangkan

oleh Android, Inc., dengan dukungan finansial dari Google, yang kemudian membelinya

pada tahun 2005. Sistem operasi ini dirilis secara resmi pada tahun 2007, bersamaan

dengan didirikannya Open Handset Alliance, konsorsium dari perusahaan perusahaan

perangkat keras, perangkat lunak, dan telekomunikasi yang bertujuan untuk memajukan
standar terbuka perangkat seluler. Ponsel Android pertama mulai dijual pada bulan

Oktober 2008.

Sistem operasi Android ini sangatlah unik dan mampu memberikan kemudahan bagi para

pengguna karena nama sistem operasinya selalu berdasarkan nama makanan dan diawali

dengan abjad yang berurutan seperti:

Tabel 1. Versi Android

Versi Nama Rilis Catatan

Android pertama,
1.0 Android 1.0 23 September 2008 hanya untuk
smartphone

1.1 Android 1.1 9 Febuari 2008

Mulai pakai kode


1.5 Cupcake 30 April 2009
nama

1.6 Donut 15 September 2009

2.0 – 26 Oktober 2009 (2.0)


Eclair
2.1 12 Januari 2010 (2.1)

2.2 Froyo 20 Mei 2010

Digunakan pada
2.3 Gingerbread 6 Desember 2010 smartphone jenis
lama

3.0 – 22 Februari 2011 (3.0)


Hanya untuk
Honeycomb 10 Mei 2011 (3.1)
tablet
3.2 15 Juli 2011 (3.2)

ICS (Ice

4.0 Cream 19 Oktober 2011


Smartphone dan tablet
Sandwich)

4.1 – 9 Juli 2012 (4.1) Update untuk


Jelly Baen 13 November 2012 (4.2) memperbaiki dan
4.3 24 Juli 2013 (4.3) menambah fitur pada
ICS
4.4 Kit Kat 3 Sepetember 2013

Sumber: Satyaputra dan Aritonang (2014: 7)


Android merupakan sistem operasi yang dirancang oleh salah satu pemilik situs

terbesar di dunia. Seiring berjalannya waktu, Android telah berevolusi menjadi sistem

yang luar biasa dan banyak diminati oleh pengguna smartphone karena mempunyai

banyak kelebihan. Namun, dibalik popularitas platform Android yang disebut sebagai

teknologi canggih ini pastilah memiliki kekurangan. Berikut adalah kelemahan dan

kelebihan Android menurut Zuliana dan Irwan Padli (2013: 2):

1) Kelebihan Android

a) Lengkap (complete platform): para pengembang dapat melakukan pendekatan yang

komperhensif ketika sedang mengembangakan platform Android. Android merupakan

sistem operasi yang aman dan banyak menyediakan tools guna membangun software dan

menjadikan peluang untuk para pengembang aplikasi.

b) Android bersifat terbuka (Open Source Platform): Android berbasis linux yang bersifat

terbuka atau open source maka dapat dengan mudah untuk dikembangkan oleh siapa saja.

c) Free Platform: Android merupakan platform yang bebas untuk para pengembang.

Tidak ada biaya untuk membayar lisensi atau biaya royalti. Software Android sebagai

platform yang lengkap, terbuka, bebas, dan informasi lainnya dapat diunduh secara gratis

dengan mengunjungi website http://developer.android.com.

d) Sistem Operasi Merakyat. Ponsel Android tentu berbeda dengan Iphone Operating

System (IOS) yang terbatas pada gadget dari Apple, maka Android punya banyak

produsen, dengan gadget andalan masing masing mulai Evercross

hingga Samsung dengan harga yang cukup terjangkau.

2) Kelemahan Android

a) Android selalu terhubung dengan internet. Handphone bersistem Android ini sangat

memerlukan koneksi internet yang aktif.


b) Banyaknya iklan yang terpampang diatas atau bawah aplikasi. Walaupun tidak ada

pengaruhnya dengan aplikasi yang sedang dipakai tetapi iklan ini sangat mengganggu.

c) Tidak hemat daya baterai (oktiana, 2015, h.34 -35).

a. Modernisasi dan perkembangan Imperialisme Jepang

Sebelum Jepang memasuki era modern, Jepang merupakan sebuah negara

feodal, yang dipimpin oleh kaisar sebagai pemimpin tertinggi serta shogun dan

daimyo yang merupakan bawahan dari kaisar. Pada periode ini sering terjadi

perebutan antara shogun dan shogun maupun antar shogun dan kaisar. Shogun

sendiri merupakan komandan angkatan bersenjata yang menjalankan kekuasaan

atas restu kaisar. Lalu daimyo merupakan penguasa atau gubernur lokal.

Hubungan Jepang dengan dunia barat baru dimulai sejak abad XVI, ketika

para “Pedagang dan Misionaris Serikat Yesus dari Portugal datang ke Jepang”.

Namun setelah kedatangan para pedagang dan misionaris, Shogun Tokugawa

menjalankan kebijakan sakoku atau “negara tertutup” yang berlangsung cukup

lama (1639-1854) dan Jepang terisolasi dari dunia luar. Ada dua latar belakang

kebijakan sakoku yang pertama yaitu bersifat politis dimana Keshogunan

Tokugawa menuding para misionaris Katolik mendalangi Pemberontakan

Shimabara (1637- 1638) dan yang kedua adalah untuk mempertahankan

supremasi Tokugawa atas pesaingnya daimyo Tozama.

Kedatangan Komodor Matthew C. Perry dengan “Kapal Hitam” yang

dilengkapi persenjataannya yang lengkap yang jauh diatas teknologi yang dimiliki

oleh Jepang pada saat itu. Kemajuan Amerika Serikat memaksa Jepang

menandatangani konvensi Kanagawa yang akhirnya mengakhiri kebijakan sakoku

yang sudah berlangsung selama 200 tahun.

Banyak permasalahan yang timbul setelah adanya Konvensi Kanagawa

karena masyarakat Jepang merasa bahwa adanya Konvensi Kanagawa


menjatuhkan martabat mereka. Shogun Tokogawa juga dituding sebagai pihak

yang bertanggung jawab. Setelah itu pemerintahan shogun dihapuskan dan

kekuasaan berpindah ke tangan kaisar yaitu Kaisar Komei. Masuknya Amerika

Serikat serta kemajuan bangsa barat yang disaksikan oleh Jepang memaksa

mereka untuk mengejar ketertinggalan. Namun untuk mengejar ketertinggalan

tersebut baru bisa terealisasikan pada masa pemerintahan Kaisar Meiji. Banyak

sekali perubahan besar yang dilakukan oleh Jepang untuk mengejar ketertinggalan

mereka yang disebut Restorasi Meiji.

Pemimpin Restorasi Meiji bertindak atas nama pemulihan kekuasaan. Kata

“Meiji” berarti “Kekuasaan Pencerahan”. Pencerahan yang dimaksudkan disini

adalah kemajuan barat. Dengan visi inilah akhirnya Kaisar Meiji mengutus

beberapa pejabat ke Amerika Serikat dan Eropa yang dikenal dengan Misi

Iwakura. Tujuan dari Misi Iwakura adalah untuk mempelajari seluk-beluk

kemajuan bangsa barat dari berbagai aspek (Pendidikan, Teknologi, serta Ideologi

yang mendasari kemajuan. Misi Iwakura membuat Jepang mengadopsi sistem

politik, hukum dan militer dari Dunia Barat. Restorasi Meiji mengubah

Kekaisaran Jepang menjadi negara industri modern dan kekuatan militer dunia.

Dan pada tahun 1905 Jepang membuat slogan “Negara Makmur, Militer Kuat”.

b. Imperialisme Jepang

Jepang sadar bahwa menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan

dibutuhkan tiga hal yaitu pasokan bahan mentah yang stabil, jalur pelayaran yang

aman, pasar bagi hasil industrinya Jepang tidak memiliki sebagian besar bahan

mentah karena mereka harus mengimpor dari negara-negara di Asia. Jepang harus

menjaga keamanan jalur pelayaran yang membawa barang mentah. Faktor

ekonomilah yang mendorong imperialisme Jepang. Dampak positif dari

imperialisme terlihat dalam bentuk pertumbuhan ekonomi yang menimbulkan

kebanggaan sebagai bangsa.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang melesat Jepang ingin memperluas dan


menaklukkan banyak wilayah dengan tujuan untuk menjamin pasokan bahan baku

dan pasar. Untuk itu Jepang memperkuat angkatan bersenjata dan dalam waktu

singkat angkatan bersenjata Jepang sudah menyamai militer Barat. Pada tahun

1894-1895 Jepang terlibat perang dengan Tiongkok yang dikenal dengan “Perang

Sino-Jepang Pertama” yang bertujuan untuk menguasai Korea karena letak Korea

sangat strategis untuk perdagangan. Dengan adanya perjanjian Jepang-Korea

tahun

1876 Jepang memaksa Korea untuk membuka hubungan dagang dengan Jepang

dan melepas statusnya sebagai negara bawahan Tiongkok.

Kemenangan Jepang atas Tiongkok dan Jepang membentuk pemerintahan

Boneka. Perang berakhir dengan adanya Perjanjian Shimonoseki dimana

Semenanjung Liaodong dan Taiwan diserahkan pada Jepang serta Tiongkok

mengakui kemerdekaan Korea. Tetapi Rusia yang tadinya harus pergi

meninggalkan Semenanjung Liaodong, merasa bahwa Perjanjian Shimonoseki

tidak sah dan kembali menduduki Semanjung Liaodong. Tidak lama berselang

terjadi perang antara Jepang dan Rusia 1904 dan 1905, Rusia Kalah dalam

perjanjian Portsmouth yang diadakan Amerika Serikat.

Kemenangan Jepang atas Rusia merupakan kemenangan pertama bagi

Bangsa Asia. Jepang juga mendapatkan Pulau Sakhalin dan daerah Manchuria

yang kaya akan mineral. Kemenangan Jepang mampu membangkitkan harga diri

dan kepercayaan diri bangsa Jepang khususnya dan Asia. Ketika Prancis

menyerah terhadap pasukan Nazi Jerman sekitar tahun 1941, Jepang

memanfaatkan dengan menginvasi wilayah jajahan Prancis dan Indochina yang

meliputi Kamboja, Laos, dan Vietnam. Meski tidak ada kepentingan dengan

Indochina, Sikap Angresi Jepang ditentang Amerika Serikat dan pada tahun 1941

Amerika Serikat memprakarsai pembentukan ABDACOM (Amerika, British,

Dutch, Australia Command) untuk menghadapi Jepang.

Untuk menghentikan agresi Jepang, Amerika Serikat menerapkan embargo


minyak bumi karena Jepang sangat tergantung pada bahan dasar yang sangat

penting ini. AS membuat Jepang berfikir karena posisi Jepang sekarang antara

hidup dan mati. Jepang lalu memutuskan untuk menguasai sumber minyak baru

yang berada di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Daerah yang akan ditargetkan

Jepang merupakan daerah jajahan Hindia Belanda. Dengan Jepang melancarkan

serangan ke daerah jajahan Hindia Belanda dapat diartikan bahwa Jepang

melawan ABDACOM.

Sebelum Jepang bisa menguasai jajahan Hindia Belanda, Jepang terlebih

dahulu mengincar Amerika Serikat. Daerah kekuasaan AS paling dekat adalah

Pearl Harbour, tanpa pikir panjang Jepang menyerang Pearl Habour dan

memporandakan pangkalan militer AS tersebut. Setelah itu Jepang mulai

menguasai Filipina dan Burma. Setelah itu Jepang menguasai Indonesia dan

mendarat pertama kali di Tarakan (Kalimantan).

c. Kedatangan Jepang di Indonesia

Serangan Jepang di Hindia Belanda yang terjadi 11 Januari 1942, dengan

pertama kali di Tarakan (Kalimantan Timur). Pada Februari 1941, Jepang

menduduki Pontianak, Banjarmasin, Makassar, Palembang dan Bali. Pendudukan

Jepang di Palembang dianggap paling strategis karena berdekatan lokasinya

dengan Batavia yang merupakan menjadi pusat kekuasaan Hindia Belanda.

Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia Belanda adalah

menguasai sumber daya alam, terutama minyak bumi guna mendukung industri

dan kampanye perang Jepang. Pulau Jawa dirancang sebagai pusat seluruh operasi

militer di Asia Tenggara dan Sumatera sebagai sumber minyak utama.

Kedatangan Jepang yang menyerang secara tiba-tiba tidak bisa dibendung oleh

Hindia Belanda.
Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Subang, Jawa Barat pada tanggal 8

Maret 1942 kepada Letnan Jenderal Hitoshi Imamura (Jepang)

d. Pendudukan Jepang di Indonesia

Setelah Jepang menguasai Indonesia, pemerintah Jepang membagi wilayah

menjadi tiga daerah militer yang dikendalikan oleh Angkatan Darat (Rikugun),

lalu Angkatan Laut (Kaigun). Ketiga wilayah itu dikendalikan oleh komando

panglima besar tentara besar yang berada di Saigon (Vietnam). Berikut ini

pembagian tiga wilayah :

1. Pulau Jawa dan Madura berpusat di Batavia di bawah kendali Kaigun

2. Pulau Sumatera dan Semanjung Melayu berpusat di Singapura di bawah

kendali Rikugun

3. Pulau Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua dibawah

kendali Kaigun

Jepang memperkenalkan sistem baru disebut dengan Tonarigumi yang

sekarang bisa disebut rukun tetangga. Tonarigumi bertujuan untuk pertahanan

masyarakat yang dapat dilakukan secara gotong royong. Jepang juga membentuk

Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) yaitu lembaga yang bertugas

mengumpulkan dana, tidak hanya dalam bentuk uang tetapi dalam bentuk beras,

ternak, logam mulia.

Jepang juga membagi wilayah Indonesia menjadi sepuluh karesidenan (syu),

setiap karesidenan terdiri dari kota praja (syi), kabupaten (ken), kawedanan (gun),

kecamatan (son), kelurahan (ku). Jabatan tertinggi di pemerintahan dijabat oleh

orang-orang Jepang. Untuk mendapatkan tenaga Kerja Jepang membentuk

Romukyokai (panitia pengerah romusa/tenaga kerja) untuk membangun jalan

raya, pelabuhan, lapangan udara. Untuk sistem pertahanan Jepang membentuk

Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), Seinendan (Barisan Pemuda), Fujinkai

(Barisan Wanita), Heiho (Barisan Cadangan Prajurit), Peta (Pembela Tanah Air),

Putera (Pusat Tenaga Rakyat) Jawa Hokokai, Jibakutai (Pasukan Berani Mati),
Kempetai (Barisan Polisi Rahasia), Gakutai (Laskar Pelajar), dan Suishintai

(Barisan Pelopor) yang dipimpin oleh Soekarno. Lembaga-lembaga militer ini

dibuat untuk memenuhi kebutuhan tenaga perang Jepang yang akan membantu

Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.

e. Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia

Setelah Jepang menguasai Indonesia dan membuat propaganda-propaganda

yang sangat berdampak pada bidang politik, ekonomi, sosial, budaya.

1. Bidang Politik

Dalam bidang politik, langkah awal Jepang yaitu membubarkan lembaga-

lembaga kemasyarakatan serta organisasi-organisasi bentukan Hindia Belanda dan

hanya menyisakan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). Tetapi tidak lama

kemudian MIAI juga dibubarkan oleh Jepang dan digantikan oleh Majelis Syumi

Muslimin Indonesia (Masyumi) dengan K.H. Hasyim Asy’ri sebagai

pemimpinnya. Jepang juga melakukan pengawasan terhadap gerak-gerik tokoh

pergerakan Melalui polisi rahasia (Kempetai). Polisi rahasia ini juga disebarkan

ke tengah- tengah rakyat sehingga menimbulkan ketakutan. Jepang juga

menangkap, menginterogasi serta menghukum mati orang-orang yang anti-

Jepang. Untuk

menarik simpati bangsa Indonesia, Jepang juga melakukan beberapa hal


1. Mendorong penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan

melarang penggunaan bahasa Belanda

2. Membentuk kerja sama dengan tokoh pergerakan dengan membentuk

Gerakan 3A.

3. Membentuk organisasi masyarakat seperti Putera (Pusat Tenaga Rakyat)

yang dipimpin oleh Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas

Mansyur dengan tujuan yaitu memusatkan segala potensi rakyat Indonesia

membantu Jepang untuk melawan Sekutu

4. Membentuk Badan Pertimbangan Pusat (Chuo Sangi In) yang


beranggotakan 43 orang yang berasal dari Indonesia.

5. Mendirikan Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) yang dipimpin oleh

Gunseikan karena Jawa Hokokai merupakan organisasi resmi Pemerintah.

Kebaktian mengandung arti siap mengorbankan diri, mempertebal rasa

persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bukti. Tetapi Jawa

Hokokai bernasib sama dengan organisasi-organisasi lainnya yaitu tidak

diterima dengan baik oleh masyarakat di luar Pulau Jawa.

2. Bidang Ekonomi

Dampak pendudukan Jepang dalam bidang ekonomi tidak jauh berbeda

dengan negara imperialis lainnya karena adanya semboyan “Negara Makmur,

Militer Kuat”. Jepang menjadikan Indonesia sebagai tempat aktivitas

perekonomian mereka. Yang terjadi yaitu Jepang mengeksploitasi semua sumber

daya alam hanya untuk kepentingan perang mereka. Hal tersebut dapat terlihat

dengan penjelasan berikut ini:

a) Menyita aset-aset ekonomi yang penting, Jepang menyita seluruh hasil

perkebunan (teh, kopi, karet, tebu) pabrik, bank, serta perusahaan yang

penting. Akibat dari itu sektor pertanian terbengkalai karena hanya fokus

untuk ekonomi dan industri perang

b) Melakukan pengawasan yang ketat dalam bidang ekonomi. Pengawasan

Jepang sangat ketat dengan melibatkan sanksi pelanggaran yang berat jika

ada yang melanggar

c) Kebijakan self-sufficiency, maksud dari kebijakan ini yaitu wilayah yang

berada dalam kekuasaan Jepang harus dapat memenuhi kebutuhannya

sendiri. Dampak negatif dari kebijakan ini terputusnya hubungan ekonomi

antardaerah yang sangat berpotensi.

d) Setoran wajib, romusa, merosotnya produksi pangan, dan kelaparan.

Kondisi Jepang sudah mulai terdesak sehingga tuntutan akan kebutuhan


perang sangat tinggi. Pemerintahan Jepang mengadakan kampanye

penyerahan bahan pangan secara besar-besaran melalui Jawa Hokokai dan

Nagyo Kumtai (Koperasi Pertanian). Akibat dari sistem ini rakyat semakin

sulit dan kemauan kerja menurun, kekurangan pangan, gizi rendah.

e) Adanya masalah kekurangan pangan diperparah dengan kewajiban kerja

paksa (romusa) bagi banyak tenaga kerja usia produktif. Akibat dari adanya

romusa ini kemiskinan ada dimana-mana, penyakit karena kekurangan

makanan.

3. Bidang Sosial
Pada bidang sosial, selain perekonomian rakyat habis digunakan untuk

kepentingan perang. Perlakuan Jepang terhadap romusa sangat buruk. Banyak dari

mereka tidak kembali ke kampung halamannya karena meninggal dunia. Selain

merekrut pekerja romusa, Jepang juga merekrut para perempuan dari berbagai

negara Asia, Indonesia, Korea dan Tiongkok untuk dijadikan perempuan

penghibur bagi tentara Jepang atau yang biasa disebut Jugun ianfu.

Dampak pada bidang sosial, juga terlihat pada pendidikan masa

pendudukan Jepang. Kondisi pendidikan di Indonesia lebih buruk dari pada masa

pemerintahan Hindia Belanda. Sejumlah sekolah dan perguruan tinggi sempat

berhenti sementara. Lalu pada tahun 1943, kegiatan pendidikan di perguruan

tinggi dihidupkan kembali. Para pelajar saat itu juga diberikan slogan Hakko Ichiu

(Delapan Penjuru Dunia di Bawah Satu Atap). Hakko Ichiu merupakan slogan

persaudaraan universal yang digunakan Jepang untuk menciptakan Kawasan

Persemakmuran Bersama Asia Timur Raya dalam Perang Dunia ke II. Agar

slogan tersebut dapat tersampaikan kepada pelajar, Jepang terlebih dahulu

mendoktrin para guru. Krisis dalam pendidikan juga dapat terlihat dari kenyataan

bahwa banyak guru yang dipekerjakan sebagai pejabat pada pemerintahan Jepang

Dampak pada bidang sosial, juga terlihat dari bahasa dan stratifikasi sosial.

Yaitu penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Bahasa Indonesia


juga dijadikan sebagai mata pelajaran wajib .

4. Bidang Kebudayaan

Dampak pendudukan Jepang di Indonesia, juga berdampak pada bidang

kebudayaan dimana Jepang mendidik warga negaranya dengan keras dan disiplin

tinggi. Jepang sangat menghormati Kaisarnya, karena menurut mereka Kaisar

merupakan keturunan Dewa Matahari. Itulah alasan mengapa Jepang selalu

membungkukkan badan ke arah matahari terbit (Seikerei). Kebiasaan juga

diterapkan pada negara lain seperti Indonesia, hal itu menjadi alasan pecahnya

pemberontakan dikalangan pesantren di Tasikmalaya (Jawa Barat).

Pemerintah Jepang juga mendirikan pusat kebudayaan (Keimin Bunket

Shidoso) yang merupakan wadah pagi berkembangnya kesenian bangsa Indonesia.

Tetapi berdirinya pusat kebudayaan ini digunakan untuk mengawasi pada seniman

yang karya-karyanya menyimpang dari kepentingan Jepang. Contoh buku dan

karya-karya sastra yang sejalan dengan propaganda Jepang dibiarkan berkembang,

seperti Cinta Tanah Air karangan Nur Sutan Iskandar.

Sebaliknya karya-karya yang menyimpang dari kepentingan Jepang

dilarang dan seniman atau penulisnya diberikan hukuman yaitu masuk penjara.

Contoh karya yang diambil oleh Jepang adalah Siap Sedia karangan Chairil

Anwar. Pers pun tidak ada yang bergerak secara independen, semua pers bergerak

dibawah pengawasan Jepang.

f. Perjuangan Meraih Kemerdekaan pada Masa Pendudukan Jepang

Rakyat Indonesia merasakan Pemerintahan Kolonial Jepang tidak jauh

berbeda dengan Hindia Belanda. Rakyat Indonesia masih tetap mengalami

penderitaan yang nampak sekali terlihat yaitu kemiskinan. Perekonomian juga

tetap merosot, ditambah dengan penderitaan karena adanya kerja paksa (romusa)

yang diberlakukan Jepang. Dikarenakan penderitaan yang dialami rakyat

Indonesia sangat memprihatinkan, oleh karena itu muncul berbagai perlawanan

dari rakyat
Indonesia, rakyat Indonesia sadar bahwa janji yang diucapkan Jepang saat tiba di

Indonesia dan sistem mereka buat merupakan propaganda yang dibuat oleh

Jepang agar rakyat Indonesia dapat memenuhi kebutuhan, kepentingan Jepang.

Berbagai perjuangan pun dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan cara

kooperatif, gerakan bawah tanah, dan mengangkat senjata secara terbuka.

1. Perjuangan dengan Cara Kooperatif

Perjuangan secara kooperatif dilakukan oleh tokoh nasionalis yang duduk

pada lembaga-lembaga pemerintahan Jepang. Melalui lembaga-lembaga tersebut

mereka menggalang persatuan untuk meraih kemerdekaan. Contohnya melalui

Putera, para petinggi lembaga yaitu Sukarno, Moh. Hatta, mereka membangun

dan membangkitkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia yang sempat luntur

karena pemerintahan Hindia Belanda. Mereka membangun semangat

nasionalisme melalui rapat-rapat bersama rakyat maupun secara tidak langsung

lewat media massa miliki Jepang. Selain lewat lembaga seperti Putera, semangat

nasionalisme juga berkembang lewat lembaga lain seperti Seinendan (Barisan

Pemuda), Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), Fujinkai (Barisan Wanita).

2. Perjuangan Melalui Gerakan Bawah Tanah

Perjuangan bawah tanah adalah perjuangan yang dilakukan secara tertutup

dan rahasia. Perjuangan ini dilakukan lewat rakyat Indonesia yang bekerja di

instansi pemerintahan Jepang. Di balik kepatuhan kepada Jepang, banyak

dilaksanakan kegiatan tersembunyi untuk menghimpun dan mempersatukan

rakyat untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Perjuangan bawah tanah ini

banyak

dilakukan di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, dan

Medan.

a. Kelompok Soekarni

Soekarni merupakan tokoh pergerakan pada zaman pemerintahan kolonial

Hindia Belanda. Pada zaman pendudukan Jepang, Soekarni bersama Moh. Yamin
bekerja di Sendenbu (Barisan Propaganda Jepang) mereka menghimpun tokoh-

tokoh pergerakan seperti Adam Malik, Kusnaeni, Pandu Wiguna dan Maruto

Nitimiharjo. Mereka bersama-sama menggembleng para pemuda untuk berjuang

demi kemerdekaan Indonesia, menyebarluaskan cita-cita kemerdekaan, serta

mengungkapkan kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Jepang. Untuk

menyamarkan gerakannya mereka mendirikan asrama politik “Angkatan Baru

Indonesia” yang didalamnya terkumpul para tokoh pergerakan seperti Ir.

Soekarno, Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, dan Sunarya.

b. Kelompok Achmad Soebardjo

Achmad Soebardjo selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, ia

menjabat sebagai Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu (Kantor Penghubung

Angkatan Laut) di Jakarta. Sambil melakukan pekerjaannya Achmad Soebardjo

menghimpun para tokoh bangsa Indonesia yang bekerja dalam Angkatan Laut

Jepang mendirikan asrama pemuda “Asrama Indonesia Merdeka”. Dalam asrama

itu mereka memberikan pelajaran-pelajaran serta menanamkan semangat

nasionalisme kepada para pemuda.

c. Kelompok Sutan Syahrir


Sutan Syahir selama masa pendudukan Jepang, ia membuat jaringan

gerakan bawah tanah anti-fasis. Syahrir yakin bahwa Jepang tidak akan

memenangi perang, maka dari itu Syahrir membuat kaum pergerakan mesti

menyiapkan diri untuk merebut kemerdekaan disaat yang tepat. Ketika mendengar

radio bahwa Jepang menyerah kepada Sekutu, Syahrir yang didukung oleh

pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan

pada tanggal 15 Agustus 1945. Gerakan bawah tanah Sutan Syahrir terbatas pada

kontak-kontak pribadi dengan sejumlah tokoh nasionalis lainnya dan golongan

pemuda. Salah satu kegiatannya adalah mendengarkan Radio Sekutu secara diam-

diam dan menyebarluaskan informasi di antara mereka, serta melakukan diskusi.

d. Kelompok Pemuda
Pada masa pendudukan Jepang, kelompok pemuda mendapat perhatian

khusus dari Jepang. Mereka diberikan tawaran propaganda menarik oleh Jepang

dalam bentuk kursus-kursus dari lembaga yang sudah ada dari zaman penjajahan

Hindia Belanda. Di Jakarta, ada dua kelompok pemuda yang aktif berjuang yaitu

Ika Daikagu (Sekolah Tinggi Kedokteran) dan kelompok yang terhimpun dalam

Badan Permusyawaratan Perwakilan Rakyat Indonesia (Baperpri) mereka punya

ikatan organisasi Persatuan Mahasiswa. Kelompok mereka tidak mudah ditipu

daya oleh propaganda Jepang, mereka menganggap bahwa imperialisme Jepang

sama dengan Barat.

3. Mengangkat Senjata Secara Terbuka

1) Perlawanan Rakyat Desa Sukamanah di Tasikmalaya


Perlawanan rakyat di Tasikmalaya diawal oleh penolakan santri-santri

Pondok pesantren Sukamanah Singaparna di Tasikmalaya yang dipimpin oleh

K.H. Zaenal Mustafa untuk melakukan seikerei (memberi penghormatan kepada

Kaisar Jepang dengan membungkukkan badan dalam-dalam ke arah bendera

Jepang). Bangsa Jepang percaya bahwa Kaisar mereka adalah putra dewa

matahari (Amaterasu Omikami).

Melakukan Seikerei sangat menyinggung perasaan umat Islam Indonesia

karena menurut mereka melakukan Seikerei termasuk perbuatan Syirik karena

menyekutukan Tuhan. Akhirnya pada 25 Februari 1944. K.H. Zaenal Mutafa

memimpin para santrinya untuk melakukan perlawanan, tetapi kekuatan santri

dengan Jepang tidak seimbang. Perlawanan ini dapat ditumpas oleh Jepang dan

K.H. Zaenal Mustafa ditangkap dan pada 25 Oktober 1944 ia ditangkap bersama

pengikutnya dan dijatuhi hukuman mati.

2) Perlawanan Rakyat Indramayu

Peristiwa Indramayu terjadi pada bulan April 1944 karena rakyat

diwajibkan untuk menyetor sebagian hasil pada dan pelaksanaan kerja rodi Kerja

Paksa atau Romusa yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang


berkepanjangan. Mereka melakukan perlawanan di Karangampel. Perlawanan

yang sama dilakukan oleh rakyat yang tinggal di Cidemper dan Lohbener tetapi

perlawanan ini mudah dihentikan oleh Jepang.

3) Perlawanan Rakyat Aceh

Perlawanan rakyat Aceh dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil, rakyat Aceh

melakukan perlawanan terhadap tentara Jepang di Cot Plieng. Perlawanan bisa

terjadi karena tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh pemerintah

pendudukan Jepang. Adanya perundingan pun berakhir gagal, setelah itu Jepang

menyerang Cot Plieng. Tengku Abdul Jalil bersama pengikutnya ditembak saat

mencoba melarikan diri dari kepungan Jepang. Perlawanan ini menyebabkan 90

tentara Jepang dan 3000 rakyat Cot Plieng.

4) Perlawanan Peta di Blitar

Pembela Tanah Air (PETA), sebuah organisasi bentukan Jepang, mereka

melakukan pemberontakan karena persoalan pengumpulan padi, romusa, dan

Heiho yang dilakukan secara paksa, mereka melakukan pemberontakan

dikarenakan alasan pada pelatih militer Jepang bersikap angkuh dan merendahkan

Prajurit Indonesia. Perlawanan Peta berlangsung di Blitar pada 14 Februari 1945

yang dipimpin oleh komandan peleton Supriyadi. Perlawanan Peta ini termasuk

perlawanan yang terbesar dalam sejarah pendudukan Jepang. Namun perlawanan

Peta dapat dipatahkan semua yang terlibat dihukum mati, namun berkat

perlawanan ini dapat membangkitkan semangat bangsa Indonesia untuk segera

melepaskan diri dari penjajahan Jepang.

g. Akhir Pendudukan Jepang di Indonesia

1. Janji Kemerdekaan dan BPUPKI

Sekitar akhir tahun 1944, kedudukan Jepang dalam perang sangatlah terdesak.

Sekutu mendesak Jepang serta merebut pulau-pulau yang dikuasai oleh Jepang.

Dalam kondisi yang dialami saat ini Jepang mengulangi janjinya kepada

Indonesia untuk memberi kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Jepang


pertama ingin memberi daerah bagian Timur kemerdekaan, untuk membuktikan

kesungguhannya Letnan Jenderal Kumakici Harada selaku panglima besar tentara

Jepang di Indonesia mengumumkan pembentukan Dokuritsu Junbi Coosakai atau

Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diketuai oleh

dr. Rajiman Wedyodiningrat.

BPUPKI ditugaskan untuk menyelidiki berbagai hal yang terkait aspek

ekonomi, pemerintahan, politik untuk membuat sebuah negara. Dengan

beranggotakan 60 orang, BPUPKI melakukan sidang pertama 29-1 Juni 1945

yang akhirnya dapat memukakan lima rumusan dasar negara yaitu:

1) Kebangsaan Indonesia

2) Internasionalisme atau perikemanusiaan

3) Mufakat atau demokrasi

4) Kesejahteraan sosial

5) Ketuhanan Yang Maha Esa

Rumusan ini diberi nama Pancasila. Pancasila mempunyai nilai falsafah

yang tinggi, intinya dasar berdirinya sebuah negara adalah dukungan seluruh

rakyat secara bersama-sama atau gotong royong. Karena belum ada kesepakatan

untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar negara akhirnya BPUPKI membentuk

tim yang beranggotakan 9 orang yang tugasnya menyelesaikan rumusan dasar

negara serta tujuan dan asas yang akan digunakan Negara Indonesia yang akan

lahir. Pada 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil menyusun dokumen penting

yang menjadi dasar kebijakan pemerintahan Indonesia. Rumusan tersebut

tercantum di dalam Piagam Jakarta, yang tersusun dari hasil musyawarah dan

mufakat tersebut yang isinya yaitu:

1)Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya

2)Kemanusiaan yang adil dan beradab

3)Persatuan Indonesia
4)Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan /perwakilan

5)Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

BPUPKI melakukan sidang kedua yang mengagendakan bentuk negara

dan batas wilayah. Dalam sidang BPUPKI terbagi menjadi tiga panitia yang

terdiri dari panitia hukum dasar, panitia masalah ekonomi dan panitia masalah

bela negara. Selaku ketua hukum Ir. Soekarno mengajukan rancangan hukum

dasar

1)Pernyataan Indonesia merdeka

2)Pembukaan Undang-Undang Dasar

3)Batang tubuh Undang-Undang Dasar

Sidang kedua menerima hasil baik dari usulan panitia hukum dasar ini.

Setelah BPUPKI menyelesaikan tugasnya lalu dibubarkan. BPUPKI digantikan

oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai.

Sehari setelah kemerdekaan 18 Agustus 1945. Piagam Jakarta menimbulkan

persoalan dimana para penganut Kristen yang berada di wilayah timur Indonesia

merasa keberatan dan tidak ingin bergabung dengan Republik Indonesia, kecuali

jika beberapa unsur dalam Piagam Jakarta dihapuskan “… dengan kewajiban

menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, mereka juga meminta

untuk kata-kata “Islam sebagai agama negara” dan “Presiden harus seorang

muslim” juga dihapuskan. Karena pendapat dari masyarakat Indonesia Timur para

perumus dasar negara kembali bermusyawarah. Pada akhirnya kelompok Islam

bersepakat untuk menghapus unsur-unsur Islam yang telah dirumuskan dalam

Piagam Jakarta. Sejak itu dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat

adalah Pancasila dengan lima sila yaitu:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa


2) Kemanusiaan yang adil dan beradab

3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan

permusyawaratan perwakilan

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

h. Proklamasi Kemerdekaan

Kembalinya Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat diperoleh

informasi Jepang telah menyerah kepada Sekutu setelah bom atom

meluluhlantakkan Kota Hiroshima dan Nagasaki. Atas tekad bersama tokoh-tokoh

pemuda pergerakan nasional, bangsa Indonesia memproklamasikan

kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan dimajukan 7

hari lebih maju dari pada yang dijanjikan Jepang. Ini sekaligus menjadi bukti

bahwa kemerdekaan yang dicapai bangsa Indonesia murni perjuangan bangsa

Indonesia sendiri bukan pemberian Jepang.

Anda mungkin juga menyukai