Anda di halaman 1dari 44

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media Pembelajaran Sejarah

2.1.1 Pembelajaran sejarah

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan

belajar. Pembelajaran dipandang secara nasional sebagai suatu proses interaksi yang

melibatkan komponen-komponen utama, yaitu peserta didik, pendidik dan sumber

belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, proses

pembelajaran merupakan suatu sistem, yaitu suatu kesatuan komponen yang satu

sama lain berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang

diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Di Indonesia pembelajaran sejarah sudah diberikan sejak dari satuan

pendidikan tingkat dasar (SD, MI) sampai tingkat menengah ke atas (SMA, SMK,

MA). Meskipun demikian, pembelajaran sejarah pada umumnya hanya diajarkan

dalam bentuk kronologi dan hafalan, sehingga menimbulkan kejenuhan dan

kebosanan di kalangan peserta didik. Kesan umum para peserta didik terhadap

pelajaran sejarah adalah sebagai tehnik menghalaf peristiwa-peristiwa bersejarah.

Peserta didik tidak melihat bahwa pelajaran sejarah adalah wacana intelektual, suatu

proses berfikir (Gunawan, 1998: 8).

10
11

Menurut Garvey dan Krug (2015: 1) pembelajaran sejarah adalah proses

internalisasi nilai-nilai peristiwa masa lalau, berupa asal-usul, silsilah, pengalaman

kolektif, dan keteladanan pelaku sejarah. Pembelajaran itu dirancang untuk

membentuk pribadi yang arif dan bijaksana, karena itu pembelajaran sejarah

menuntut desain yang akan menghasilkan kualitas output yang meliputi pemahaman

peristiwa sejarah bangsa, meneladani kearifan, dan sikap bijak pelaku sejarah. Sampai

saat ini sebagian besar pembelajaran sejarah di sekolah masih menitik beratkan pada

kegiatan menghafal fakta-fakta sejarah demi keberhasilan dan menjawab soal-soal

ujian atau tes, karena sejarah selalu berhubungan dengan peristiwa masa lalu.

Selain itu Suryani (2017: 74), menjelaskan bahwa pembelajaran sejarah

merupakan salah satu pembelajaran yang sangat penting dalam pengembangan

potensi diri dan pengembangan karakter di sekolah. Karena itu pendidikan sejarah

yang diajarkan di sekoalah adalah pendidikan sejarah yang dapat menata nalar,

membentuk kepribadian, mengembangkan sikap, menanamkan nilai-nilai,

memecahkan masalah dan membekali peserta didik dengan keterampilan tertentu,

selain itu, pelajaran sejarah dapat memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara

keseluruhan sehingga tercipta manusia Indonesia yang berkarakter kuat yang mampu

mengangkat harkat bangsa.

Hal ini juga dipertegas oleh Permendiknas No 22 tahun 2006, yang

menyatakan bahwa mata pelajaran sejarah bertujun agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:


12

1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang

merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar

dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan.

3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan

sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau.

4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa

Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih proses hingga masa kini dan

masa yang akan datang.

5. Menumbuhakan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa

Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat

diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun

internasional.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

sejarah merupakan salah satu pembelajara yang memegang peran penting terhadap

peradaban bangsa Indonesia, karena pembelajaran sejarah memegang peranan untuk

menanamkan kepada peserta didik tentang rasa cinta tanah air, rasa persatuan dan

kesatuan, menghargai dan meneladani nilai-nilai luhur perjuangan para pejuang

kemerdekaan dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Pengertian Media Pembelajaran

Secara etimilogis, media berasal dari Bahasa Latin, merupakan bentuk jamak

dari kata “medium” yang berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. sedangkan kata
13

pembelajaran merupakan terjemahan dari istilah Bahasa Inggris, yaitu “instruction”.

Instruction diartikan sebagaii proses interaktif antara guru dan siswa yang

berlangsung secara dinamis. Gerlach dan Ely (dalam Arsyad 2015:3) mengatakan

bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau

kejaidan yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

AECT (Association of Education and Communication Tecnology) memberi

batasa tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk

menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau

pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (dalam

Arsyad 2015:3) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak

dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukan fungsi dan

perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam

proses belajar. Disamping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa

setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai

kepada peralatan paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat

yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.

Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis yang

mengakap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Penggunaan istilah “pembelajaran” sebagai pengganti istilah lama “proses

belajar-mengajar (PBM)” merubah peran guru dalam proses pembelajaran. Guru

tidak hanya “mengajar” melainkan “membelajarkan” peserta didik agar mau belajar.
14

Tugas guru dalam proses pembelajaran selain menyampaikan informasi, ia juga

mendiagnosis kesulitan belajar siswa, menyeleksi materi ajar, mensupervisi kegiatan

belajar, menstimulasi kegiatan belajar siswa, memberi bimbingan belajar,

mengembangkan dan menggunakan strategi dan metode, Saputro (dalam Asyhar,

2012:6).

Selain itu, guru juga mengembangkan dan menggunakan berbagai jenis media

dan sumber belajar, dan memberi motivasi agar siswa mau belajar. Lebih dari itu,

menurut Midun (dalam Asyhar, 2012:6), guru juga harus berperan dalam debat dan

diskusi sebagai mediaor, menyelenggarakan field trip (seperti tamasya/kemping),

stimulasi, dan sebagainya.

Setyosari dan Sulton (dalam Asyhar, 2012:7) menyatakan pembelajaran

adalah upaya yang dilakukan oleh pebelajar (guru, instruktur) dengan tujuan untuk

membantu siswa agar bisa belajar dengan mudah.

Banyak sekali definisi media pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli,

Gagne’ dan Briggs (dalam Arsyad, 2015:4) secara implisit mengatakan bahwa media

pembelajaran meliputi alat secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi

pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera,

video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan

komputer.

Sementara itu media pembelajaran, menurut Gerlach dan Ely (dalam Asyhar,

2012:7), memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau

kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat para peserta didik mampu

memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.


15

Media pembelajaran mencakup segala sumber yang diperlukan untuk

melakukan komunikasi dalam pembelajaran, sehingga bentuknya bisa berupa

perangkat keras (hardware), seperti komputer, televise, projector, dan perangkat

lunak (software) yang digunakan pada perangkat keras itu. Dalam hal ini, pendidikan

juga bisa termasuk salah satu bentuk media pembelajaran sehingga menjadi kajian

strategi penyampaian pembelajaran, Degeng (dalam Asyhar, 2012:8). Jadi media

pembelajaran tidak hanya berupa benta mati, tetapi juga benda hidup, seperti

manusia. Sebagai benda hidup, media dapat juga merupakan pesan yang dapat

dipelajari.

Berdasarkan pengertian di atas, media pembelajaran dapat dipahami sebagai

“segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber

secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana

penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

2.1.3 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Hamalik (Arsyad, 2015:19) mengemukakan bahwa pemakaian media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan

minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan

bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain

membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu

siswa meningkatkan pemaham, menyajikan data dengan menarik dan terpecaya,

memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.


16

Levie dan Lentz (Arsyad, 2015:20), mengemukakan empat fungsi media

pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:

1. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan

perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan

makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali

pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata

pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka

sehingga mereka tidak memperhatikan. Media gambar, khususnya gambar yang

diproyeksikan melalui overhead projector dapat menenangkan dan mengarahkan

perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian,

kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.

2. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika

belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat

menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut

masalah sosial atau ruas.

3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang

mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar mempelancar pencapaian

tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung

dalam gambar.

4. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa

media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa

yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan

mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk


17

mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi

pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli.

Menurut Kemp dan Dayton (Arsyad, 2015:25), mereka mengemukakan beberapa

hasil penelitian yang menunjukan dampak positif dari penggunaan media sebagai

bagian integral pembelajaran di kelaas atau sebagai cara utama pembelajara langsung

sebagai berikut:

1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku

2. Pembelajaran bisa lebih menarik

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan

prinsip-prinsip psikologi yang diterima dalam halpartisipasi siswa, umpan balik,

dan penguatan.

4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena

kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-

pesan da nisi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya

dapat diserap oleh siswa.

5. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bila mana integrasi kata dan gambar

sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen

pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas.

6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan

terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.

7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar

dapat ditingkatkan.
18

8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif: beban guru untuk penjelasan

yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan

sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses

belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat siswa.

Dale (Arsyad, 2015:27) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio visual

dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses

pembelajaran. Adapun manfaat penggunaan media dalam pembelajaran adalah

sebagia berikut:

1. Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas

2. Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa

3. Menunjukan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat siswa

dengan meningkatnya motivasi belajar siswa

4. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa

5. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa

6. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan

melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya

hasil belajar

7. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa

menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari

8. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang

bermakna dapat dikembangkan

9. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran

nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat


19

10. Meyahkinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika

mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.

Dari uraian dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan beberapa manfaat praktis

dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai

berikut:

1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga

dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar

2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak

sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung

antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-

sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya

3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu:

a. Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang

kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau

model.

b. Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat

disajikan denan mikrosop, film, slide, atau gambar.

c. Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan

tahun dapat ditampilkan melalui video, film, foto, slide di samping secara

verbal.

d. Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat

ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi

komputer.
20

e. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan

dengan media seperti komputer, film, dan video.

f. Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang

dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi

kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse,

untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.

4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa

tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan

terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya

misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun

binatang.

2.1.4 Prinsip Media Pembelajaran

Keberhasilan penggunakan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas dan

efektivitas bahan-bahan visual dan grafik. Hal ini dapat dicapai dengan mengamati

bahan-bahan grafis, gambar, dan lain-lainnya yang ada disekitar kita, seperti majalah,

iklan-iklan, papan informasi, kita akan menemukan banyak gagasan untuk merancang

bahan visual yang menyangkut penataan elemen-elemen visual yang akan

ditampilkan, Arsyad (2015:103). Dalam proses penataan itu harus diperhatikan

prinsip-prinsip desain tertentu, antara lain sebagai berikut:

1. Kesederhanaan

Secara umum kesederhanaan itu mengacu kepada jumlah elemen yang

terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa

menangkap dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Pesan atau informasi
21

yang panjang atau rumit harus dibagi-bagi ke dalam beberapa bahan visual yang

mudah dibaca dan mudah dipahami, demikian pula teks yang menyertai bahan visual

harus dibatasi. Kata-kata harus memakai huruf yang sederhana dengan gaya huruf

yang mudah terbaca dan tidak terlalu beragam dalam satu tampilan ataupun

serangkaian tampilan visual. Kalimat-kalimatnya juga harus ringkas tetapi padat, dan

mudah dimengerti.

2. Keterpaduan

Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat di antar elemen-

elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-

elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga

visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal yang dapat

membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya.

3. Penekanan

Meskipun sajian visual dirancang sesederhana mungkin, seringkali konsep

yang ingin disajikan memerlukan penekatan terhadap salah satu unsur yang akan

menjadi pusat perhatian siswa. Dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan,

perspektif, warna, atau ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur penting.

4. Keseimbangan

Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penanganan yang

memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris.

Keseimbangan yang keseluruhannya simetris disebut keseimbangan formal.

Keseimbangan seperti ini menampakkan dua bayangan visual yang sama dan
22

sebangun. Oleh karena itu, kesimbangan formal cenderung tampak statis. Sebaliknya,

keseimbangan informal tidak keseluruhannya simetris, memberikan kesan dinamis

dan dapat menarik perhatian. Pengembangan visual dengan keseimbangan informal

memerlukan daya imajinasi yang lebih tinggi dan keinginan bereksperimen dari

perancang visual.

5. Bentuk

Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan

perhatian. Oleh karena itu, pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian

pesan, informasi atu isi pelajaran perlu diperhatikan.

6. Garis

Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat

menuntun perhatian siswa untuk mempelajari suatu uruta-urutan khusus.

7. Tekstur

Tekstur adalah unsur visual yang dpaat menimbulkan kesan kasar atau halus.

Tekstur dapat digunakan untuk penekanan suatu unsur seperti halnya warna.

8. Warna

Warna merupakan unsur visual yang penting, tetapi ia harus digunakan

dengan hati-hati untuk memperoleh dampak yang baik. Warna digunakan untuk kesan

pemisahan atau penekanan, atau untuk membangun keterpaduan. Disamping itu,

warna dapat mempertinggi tingkat realisme objek atau situasi yang digambarkan,
23

menunjukkan persamaan dan perbedaan, dan menciptakan respons emosional

tertentu.

2.1.5 Struktur Media Presentasi Pembelajaran

Menurut Prabawa (Anggelina, 2016:18) ada beberapa peristiwa yang dapat

diintegrasikan dengan multimedia presentasi pembelajaran, yaitu:

1. Menarik Perhatian Siswa

Sajikan judul yang menantang dan gunakan pertanyaan-pertanyaan.

Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan yang merangsa siswa

berfikir dan mengaitkan pengetahuan baru. Pertanyaan dapat menggunakan teks dan

gambar yang sesuai dengan topik.

2. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran disajikan setelah penyampaian judul dan pertanyaan.

Tujuan pembelajaran diperlukan agar siswa lebih terarah dan mengetahui apa yang

harus dicapai.

3. Mengaktifkan Pengetahuan Awal

Dalam media presentasi pembelajaran, pengetahuan awal dapat diaktifkan

dengan cara menyajikan gambar/video/animasi yang relevan dengan topik. Peserta

didik diminta memberikan pendapat tentang gambar/ video/animasi yang disajikan

dalam media presentasi

4. Isi

Sajikan isi atau pesan pembelajaran menggunakan berbagai objek multimedia

yaitu teks, gambar, audio, video, dan animasi. Uraian menggunakan bahasa yang

tepat, padat, dan komunikatif, dan sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa.
24

Penyajian contoh juga diperlukan untuk mempermudah dan memperdalam

pemahaman siswa.

5. Memberi Bimbingan Belajara

Selain sajian isi, penting juga disajikan bimbingan atau bantuan belajar

kepada peserta didik. Pada media presentasi, bimbingan dapat diberikan melalui

pertanyaan-pertanyaan ayng membimbing proses atau alur berfikir peserta didik.

6. Latihan

Ketika peserta didik sudah memahami pesan, selanjutnya deep understanding

dioptimalkan melalui latihan dan tugas-tugas. Bentuk altihan dan tugas disesuaikan

dengan kompetensi yang dinyatakan dalan tujuan pembelajaran

7. Memberi Umpan Balik

Umpan balik diberikan setelah siswa mengerjakan soal-soal latihan atau tugas.

Umpan balik ini dapat memberikan klarifikasi kekurangan-kekurangan yang terjadi

dalam proses pembelajaran peserta didik.

8. Penilaian

Untuk mempertegas kembali pemahaman peserta didik, pada media presentasi

dapat disajikan penilaian berupa soal-soal pilihan ganda atau uraian.

9. Meningkatkan Retensi dan Transfer Pengetahuan

Peserat didik diberikan kesempatan yang luas untuk memanfaatkan (transfer)

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dikuasai dalam situasi yang berbeda.
25

Dalam media presentasi ini dapat dicntumkan tugas rumah atau tugas lain yang

dianggap relevan.

2.1.6 Pemilihan Media Pembelajaran

Ada beberapa kriteria menurut Arsyad (2015: 74-76) yang patut diperhatikan

dalam memilih media, antar lain:

1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan

instruksional yang telah ditetapkan secara umum mengacu kepada salah satu atau

gabungan dari dua tau tiga ranah kognitif, efektiff, dan psikomotor. Tujuan ini

dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan/dipertunjukan oleh

siswa, seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik

atau pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang

melibatkan konsep-konsep atau hubungan-hubungan prubahan, dan mengerjakan

tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.

2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau

generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan simbol

dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan keterampilan

mental yang berbeda untuk memahaminya. Agar dapat membantu proses

pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dnegan kebutuhan

tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. Televisi, misalnya, tepat

untuk mempertunjukkan proses dan transformasi yang memerlukan manipulasi

ruang dan waktu.


26

3. Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya

lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan

memakan waktu lama untuk memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media

yang terbaik. Kriteria ini menuntut para guru/instruktur untuk memilih media

yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang

dipilih sebaiknya dapat digunakan di mana pun dan kapan pun dengan peralatan

yang tersedia disekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana.

4. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apa

pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.

Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya.

Proyektor transparansi (OHP), proyektor slide dan film, computer, dan peralatan

canggih lainnya tidak akan mempunyai arti apa-apa jika guru belum dapat

menggunakannya dalam proses pembelajaran sebagai upaya mempertinggi mutu

dan hasil belajar.

5. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu

sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media

yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan

perorangan.

6. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus

memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan

informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh

terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.


27

Dilihat dari mekanismenya, Anderson (Asyhar, 2012:80) membagi model

pemilihan media menjadi dua macam, yaitu:

1. Pemilihan tertutup, adalah proses pemilihan yang dilakukan dari atas (Dinas

Pendidikan). Sekolah hanya terima jadi keputusan yang sudah diambil oleh Dinas

Pendidikan. Dalam hal ini, sekolah tidak punya alternative lain kecuali menerima

dan menggunakannya. Dalam kondisi seperti ini, yang bisa dilakukan guru

hanyalah memilih topik/pokok bahasan yang cocok untuk dimediakan pada jenis

media yang tersedia. Mekanisme pemilihan tertutup merupakan kebijakan

bersifat top down.

2. Pemilihan terbuka adalah kebalikan dari cara tertutup, yaitu pemilihan yang

bersifat bottom up. Artinya, guru atau sekolah bebas memilih dan mengusulkan

media jenis apa saja yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di

sekolah masing-masing. Pada model ini, alternatif pilihan media terbuka sangat

luas. Oleh karena itu, para guru dituntut kemampuan dan keterampilannya untuk

melakukan proses pemilihan. Pemilihan itu sendiri sebenarnya tidak semudah

yang dibayangkan karena banyak factor yang harus dipertimbangkan. Proses

pemilihan terbuka ini sifatnya luwes karena benar-benar dapat disesuaikan

dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Seorang guru kadang bisa melakukan

pemilihan dengan mengkombinasikan antara pemilihan terbuka dengan

pemilihan tertutup.

2.1.7 Media Pembelajaran Dalam Perspektif Sejarah


28

Dari perspektif sejarah, penggunaan media sebagai alat bantu dalam proses

pembelajaran sudah melewati perjalanan cukup panjang. Menurut Midun (Asyhar,

2012: 2), perkembangan konsep media dalam pendidikan diawali dengan munculnya

aliran realisme dalam pendidikan yang dipelopori oleh Johan Amos Camenius pada

abad ke-17, melalui sebuah tulisan dalam bukunya yang berjudul Orbis Pictus (Dunia

Dalam Gambar). Dale, pengamatan Comenius, anak-anak di Eropa yang tidak

berbahasa Latin (Jerman, Francis, Rusia, dsb.), mengalami kesulitan dalam

mempelajari bahasa Latin. Bagi mereka bahasa Latin sangat abstrak dan sulit

dimengerti, untuk itu diperlukan visualisasi agar lebih mudah dipahami. Dalam buku

Orbic Pictus, Comenius memberikan gambar bendanya untuk setiap kata dan

diletakkan disamping kata tersebut. Dengan demikian bahasa Latin yang dipelajari

oleh anak-anak menjadi lebih nyata/konkret dan mudah diingat. Aliran realism ini

mendorong munculnya aliran visualisasi pendidikan atau pembelajaran yang intinya

si pebelajar (guru) harus menggunakan gambar-gambar untuk memperjelas apa yang

diajarkannya kepada peserrta didik.

Puncak dari perkembangan media terjadi pada tahun 1950-an dengan

munculnya konsep “educational technologi” atau “instructional technology”, yang

mana proses pembelajaran berbasis teknologi komputer. Kini “educational

technologi” atau ditangani oleh sebuah lembaga internasional yang bernama ,

Assossoation of Educational Comunication and Technology (AECT).


29

Media pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu mengajar,

melainkan juga sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Untuk lebih jelas, Midun

(Asyhar, 2012:3) memberikan ulasan sebagai berikut:

a) Fungsi AVA (audiovisual aids) berfungsi untuk memberikan pengalaman yang

konkret kepada peserta didik. Sama waktu anak-anak Eropa abad ke-17

mempelajari bahasa Latin yang abstrak sifatnya, maka pada saat sekarang pun,

anak-anak juga mengalami hal yang sama bila guru hanya bermain dengan kata-

kata saja (lambang verbal) dalam menyampaikan materi pembelajaran. Edger

Dale dalam kerucut pengalamannya mengatakan bahwa lambang verbal adalah

“most abstact symbol”. Mengapa ? karena lambang verbal (bahasa) dibuat

dengan sengaja oleh sekelompok manusia. Bila kita telah ikut menyetujui

lambang tersebut, maka kita dapat mengerti apa yang dimaksudkan betapapun

sulitnya. Mislanya kata “mandi” atau “makan”, dsb. Orang Inggris yang belum

pernah ikut mnyetujuinya, tentu tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan

kata makan dan mandi tersebut. Bahasa (lambang verbal) pada dasarnya bersifat

abstrak, maka guru perlu menggunakan alat bantu berupa gambar, model, benda

sebenarnya dalam menyajikan suatu pembelajaran tertentu. Peserta didik akan

dapat memahami/mengerti apa yang disampaikan oleh guru.

b) Media sebagai sarana komunikasi dan interaksi pembelajaran. Di atas telah

disinggung tentang makna media. Media berada ditengah (diantara) dua hal,

yaitu yang menulis/membuat media (source) dan orang yang menerima

(membaca, mendengar, melihat) media (dalam komunikasi disebut receiver,


30

penerima, audience, atau komunikan). Media yang dibuat (ditulis dalam bentuk

modul, buku, film, slide, OHP, dsb) memuat pesan yang akan disampaikan

kepada penerima. Dalam komunikasi tatap muka pembicara langsung berhadapan

dalam menyampaikan pesannya kepada penerima, tanpa adanya perantara yang

digunakan. Dengan meletakkan pesan yang hendak disampaikan kedalam suatu

format media tertentu (buku, film, slide, dsb) yang dinamakan kegiatan

“ecoding”, maka komunikator tidak perlu lagi berhadapan langsung dengan

pihak penerima. Komuniaksi masih dapat berlangsung melalui media yang

dihadapkan kepadanya (dengan jalan membaca, melihat, membuka computer,

dsbnya), sehingga dapat memahami atau mengerti isi pesan yang telah

disampaikan yang terdapat dalam format media tersebut. Inilah fungsi yang

kedua dari media pembelajran, yaitu sebagai sarana komunikasi dan interaksi

antara peserta didik dengan media tersebut, dan dengan demikian merupakan

sumber belajar yang penting.

2.2 Kriteria Media Pembelajaran

Agar pemilihan media tepat sasaran, (Asyhar, 2012:81-82) maka perlu

diperhatikan berbagai faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan

media pembelajaran. Memilih media hendaknya dilakukan secara cermat dan

pertimbangan yang dilakukan dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria media


31

pembelajaran yang baik yang perlu diperhatikan dalam proses pemilihan media

adalah sebagai berikut:

1) Jelas dan rapi. Media yang baik harus jelas dan rapi dalam pennyajiannya. Jelas

dan rapi juga mencakup layout atau pengaturan format sajian, suara, tulisan, dan

ilustrasi gambar. Media yang kurang rapi dapat mengurangi kemenarikan dan

kejelasan media tersebut sehingga fungsinya tidak maksimal dalam perbaikan

pembelajaran.

2) Bersih dan menarik. Bersih disini berarti tidak gangguan yang tak perlu pada

teks, gambar, suara dan video. Media yang kurang bersih biasanya kurang

menarik karena akan mengganggu konsentrasi dan kemenarikan media.

3) Cocok dengan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu

sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorang. Ada media

yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil dan

perorang.

4) Relevan dengan topik yang diajarkan. Media harus sesuai dengan karakteristik isi

berupa fakta, konsep, prinsip, procedural atau generalisasi. Agar dapat membantu

proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan

kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.

5) Sesuai dengan tujuan pembelajaran. Media yang baik adalah media yang sesuai

tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara umum mengacu kepada salah

satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, efektif, dan psikomotor.

6) Praktis, luwes, dan tahan. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk

memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru.
32

Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimana pun dan kapan pun

dengan peralatan yang tersedia disekitarnya, serta mudah dipindahkan dan

dibawa kemana-mana.

7) Berkualitas baik. Kriteria media secara teknis harus berkualitas baik. Misalnya,

pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan

teknik tertentu, seperti visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan

yang ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar

belakang.

8) Ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar. Media yang terlalu besar sulit

digunakan dalam suatu kelas yang berukuran terbatas dan dapat menyebabkan

kegiatan pembelajaran kurang kondusif.

2.2.1 Sejarah iSpring

Sejarah iSpring berawal pada tahun 2005, ketika tim merilis Flashpring Pro,

prototipe dari semua produk iSpring. iSpring pada saat itu merupakan converter

sederhana Power Point ke Flash dengan versi gratis dan komersial. Kemudian

iSpring dirilis Flashpring Ultra dan kompabilitas SCORM menjadi tersedia. Tahun

2009 adalah tahun ketika perusahaan meluncurkan e-leraning yang menjadi iSpring

benar-benar diperbarui dan kemudian disebut iSpring Presenter. iSpring Presenter

kemudian mendapat respon baik dari pasar karena kualitas tinggi dari program yang

dihasilkan pada harga yang wajar. Pada tahun 2010, iSpring Presenter mendapat

emas di Brandon Hall Excellence di Technolgy Award dalam katagori Rapid

Authoring. Pada tahun 2011, produk iSpring diperkenalkan di European Exhibition

untuk pertama kalinya. Pada tahun yang sama, iSpring Suite dirilis sebagai penerus
33

iSpring Presenter. Pada tahun 2012, Joe Ganci dari elearningJoe menerbitkan sebuah

review dari iSpring Suite di Learning Solution Megazine. Pada bulan Mei 2015,

Ganci host webinar untuk Training Megazine Network membandingkan iSpring Suite

dengan 5 software lain yang berbasis powerpoint e-learning. Ganci menerbitkan hasil

akhir dari penelitiannya dalam sebuah artikel untuk Learning Solution Megazine.

Versi saat ini dari iSpring Suite adalah iSpring Suite 8.0, keluar pada Oktober 2015

(Wikipedia, 2016).

2.2.2 Microsoft Office Powerpoint

Microsoft power point adalah suatu software yang akan membantu dalam

menyusun sebuah presentasi yang efektif, professional, dan juga mudah. Microsoft

powerpoint akan membantu sebuah gagasan menjadi lebih menarik dan jelas

tujuannya jika dipresentasikan karena Microsoft Powerpoint akan membantu dalam

pembuatan slide, outline presentasi, presentasi elektronika, menampilkan slide yang

dinamis, termasuk clip art yang menarik, yang semuanya itu mudah ditampilkan di

layar monitor komputer (Suyani, 2014:8).

Pada umumnya Microsoft Office Powerpoint digunakan untuk presentasi

dalam pembelajaran di kelas, karena Microsoft Office Powerpoint merupakan

program aplikasi yang digunakan untuk kepentingan presentasi. Microsoft Office

Powerpoint pada pola penyajian ini digunakan sebagai alat bantu bagi guru untuk

menyampaikan materi pelajaran.

Menurut Asyhar (2010:258) Powerpoint dapat digunakan melalui beberapa

tipe penggunaan yaitu Personal Presentation, Stand Alone, dan Web Based. Pada tipe
34

Personal Presentation, powerpoint digunakan sebagai alat bantu bagi instruktur/guru

untuk presentasi menyampaikan materi yang dalam hal ini kontrol pembelajaran

terletak pada guru atau instruktur. Kemudian pada tipe stand alone, powerpoint dapat

dirancang khusus untuk pembelajaran individu yang bersifat interaktif. Sedangkan

pada tipe Web Based, Powerpoint dapat diformat menjadi file web (html) sehingga

program yang muncul berupa browser yang menampilkan internet.

Powerpoint dapat dilengkapi dengan gambar, animasi, dan video yang

merupakan media berbasis visual sehingga dapat mengganti kata-kata verbal,

mengkonkritkan yang abstrak, dan mengatasi pengamatan manusia. Selain itu gambar

dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan.

Beberapa hal yang menjadikan media powerpoint ini menarik untuk

digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai kemampuan pengolahan teks,

warna dan gambar, serta animasi-animasi yang bisa diolah sendiri sesuai kreatifitas

penggunanya. Microsoft powerpoint berguna untuk memfasilitasi pembelajaran di

kelas dan memiliki potensi untuk mengajar siswa yang tidak memiliki guru qualified

dalam penguasaan materi. Microsoft Powerpoint akan banyak membantu siswa dan

guru dalam memahami topik yang belum dikuasainya.

Adapun tampilan awal dari microsoft powerpoint adalah sebagai berikut


35

Gambar 2.1 Tampilan awal microsoft powerpoint

2.2.3 iSpring Suite

Salah satu bidang yang mendapat dampak yang cukup berarti dengan

perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pendidikan memuat

informasi-informasi mengenai berbagai pengetahuan yang diperlukan bagi informan

khususnya bagi peserta didik, pendidik dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang

luas sebagaimana menyalurkan pesan kepada perserta didik.

ISpring adalah alat yang memberikan beberapa fitur pada powerpoint yang di

dalamnya termasuk terdapat karakter simulasi dialog yang realistic dengan tambahan

fitur evaluasi penilaian. Hasil dari pembuatan media pembelajaran menggunakan

iSpring dapat dikonversikan dalam bentuk format flash, powerpoint, HTML5, dan

MP4 vidio, atau bahkan bisa dijadikan sebagai media berbasis mobile (Bauman,

2016:113).

Ispring merupakan salah satu tool yang mengubah file presentasi menjadi

bentuk flash dan dalam bentuk SCROM/IACC, yaitu bentuk yang biasa digunakan

dalam pembelajaran dengan e-learning LMS (Learning Management System).


36

Perangkat lunak Ispring tersedia dalam versi free (gratis) dan berbayar (Kuswari,

2010:1).

Ispring Suite yang secara mudah dapat diintegrasikan dalam Microsoft

Powerpoint sehingga penggunaannya tidak membutuhkan keahlian yang rumit.

Beberapa fitur Ispring Suite adalah:

1. Dapat menyisipkan berbagai bentuk media diantaranya adalah dapat merekam

suara, video presenter, video pembelajaran, menambahkan flash dan video

YouTube, mengimpor atau merekam audio, menambahkan informasi pembuat

presentasi dan logo pendidikan, membuat materi dalam bentuk buku 3 dimensi,

serta membuat navigasi dan desain yang menarik.

2. Mudah dikonvert dalam format flash tanpa harus membuatnya dari software

adobe flash player, serta dapat juga dipublish di halaman web secara offline.

3. Dapat membuat kuis dengan beragam jenis pertanyaan/soal yang menarik,

seperti: True/False, Multiple Choice, Multiple response, Type In, Matching,

Sequence, numeric, Fill in the Blank, Multiple Choice Text.

4. Pembuatan yang mudah dan hasil output yang tidak membutuhkan kapasitas

besar sehingga tidak memberatkan laptop atau komputer.

Adapun menu utama pada Ispring Suite ditunjukan pada gambar berikut:
37

Gambar 2.2 tampilan Menu Ispring Suite


Record Audio : berfungsi untuk memasukkan rekaman suara

Record Video : berfungsi untuk memasukkan rekaman video/film

Manage Naration : berfungsi itu mengatur rekaman suara dan video

Quiz : berfungsi untuk memasukkan dan mendesain soal

Interaction : memasukkan interaksi di dalam slide yang sedang

digunakan

Dialog Simulation : memasukkan simulasi dialog ke dalam slide yang sedang

digunakan

Screen Recording : merekam layar yang sedang digunakan

Youtube : memasukkan klip youtube ke dalam slide yang sedang

digunakan

Web Object : memasukkan objek web ke dalam slide yang sedang

digunakan

Slide Templates : memakai desain template yang tersedia ke dalam slide

yang digunakan

Characters : memasukkan karakter ke dalam slide yang sedang

digunakan

Backgrounds : memilih latar belakang untuk slide yang sedang

digunakan
38

Objects : memasukkan objek ke dalam slide yang sedang

digunakan

Icons : memasukkan ikon atau kontrol ke dalam slide yang

sedang digunakan

Slide Properties : mengkostumisasi pengaturan slide dalam presentasi

Presentation Resources : memberikan akses kepada siswa tentang referensi materi

dan informasi yang terdapat dalam media pembelajaran

Player : kostumisasi pemutar media

Preview : melihat gambaran presentasi secara keseluruhan

Publish : mempubliskasikan presentasi

Option : pengaturan untuk ISpring

Update : mengecek pembaruan

Help : bantuan untuk ISpring

Activate : mengaktivasi iSpring

Selain mengaksesnya di powerpoint, ispring juga bisa diakses melalui jendela

isprin suite. Caranya dengan klik 2x ikon ispring suite pada desktop, lalu akan

muncul

jendela advanced properties. Adapun tampilan advanced properties dari Ispring Suite

ditunjukkan pada gambar berikut:


39

Gambar 2.3 Advanced Properties pada iSpring Suite

2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan iSpring Suite

iSpring memiliki beberapa kelebihan dari beberapa komponen yang dimiliki,

dan berikut adalah kelebihan yang ditawarkan dari beberapa komponen iSpring :

1. Quiz Maker memungkinkan pengguna untuk membuat kuis cerda untuk survey,

menggunakan fitur-fitur canggih seperti skenario bercabang, belajar metrik

kontrol, dan kostumisasi umpan balik.

2. iSpring Visual dirancang untuk meningkatkan presentasi Power Point dengan

interaksi media yang kaya untuk memperjelas dalam sebuah e-learning,

presentasi bisnis, iklan dan lain sebagainya.

3. iSpring Talk Master adalah simulator percakapan yang memungkinkan pengguna

untuk membuat dialog simulasi untuk pelatihan dukungan pelanggan dan

keperluan lainnya.
40

4. iSpring Screen Recorder memungkinkan pengguna untuk menangkap semua atau

bagian dari layar dan memasukkan rekaman pada slide Power Point, simpan ke

MP4 video, atau mempublikasikannya ke akun Youtube.

5. iSpring Slide Alloy dapat memungkinkan pengguna dapat mengkonversi

presentasi Power Point ke video dengan format mp4, atau mempublikasikannya

ke Youtube langsung dari antarmuka.

6. iSpring Cloud hosting dan pengiriman platform yang dirancang untuk presentasi

Power Point, dokumen Microsoft dan spreadsheet, gambar, video, audio, dan file

PDF.

7. Audio/Video Editor, tersedia untuk mengedit narasi audio/video dan rekaman

layar yang diambil dengan alat screen capture.

8. Video Lecture Player adalah metode baru untuk menunjukkan slide Power Point

dan sisi video ceramah berdampingan.

Berdasarkan beberapa kelebihan yang dimiliki, iSpring juga memiliki kelemahan

yaitu pada iSpring versi lama tidak bisa stand alone dan hanya berfungsi sebagai

plug in di Power Point meskipun pada iSpring versi terbaru sudah stand alone.

Kekurangan lainnya adalah iSpring masih sangat bergantung pada Power Point,

meskipun iSpring sudah stand alone tetapi fungsi iSpring akan lebih maksimal

jika hidup bersama Power point.


41

2.3 Materi

Sejarah tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu

sejarah yang sangat penting bagi bangsa Indonesia karena itu merupakan peristiwa

sejarah yang tak terlupakan sampai kapan pun. Adapun sejarah Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia berdasarkan buku Sejarah Indonesia Modern karya M.C

Ricklefs adalah sebagai berikut:

1. Pristiwa Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia merdeka tidak begitu saja, akan tetapi melalui proses yang

membutuhkan keberanian dari para pahlawan untuk mewujudkannya dalam

proklamasi kemerdekaan. Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan

di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral

semangat tentara Jepang di seluruh dunia.

Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki

sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya.

Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan

kemerdekaannya. Setelah kejadian tersebut, Soekarno, Hatta dan Radjiman

Wedyodiningrat diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon,

Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan

Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada

Indonesia.

Pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat

radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah
42

bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan

yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui

Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan

Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada

Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari,

tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan

Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air

dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan

kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat

Jepang, Soekarno juga belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan

proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang

besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan

Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan

mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Setelah mendengar desas-

desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk

segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin

terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat

proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI.

Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah

badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha

bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo
43

kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol no.1. Maeda

menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di

Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu

instruksi dari Tokyo.

Keesokan harinya Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus

guna membicarakan persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Namun Soekarno

dan Hatta tidak muncul karena Para pemuda pejuang termasuk Chaerul saleh,

Sukarni, Wikana, Shodanco Singgih dan pemuda lainnya membawa soekarno, beserta

fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan dan hatta ke rengasdengklok yang

kemudian dikenal dengan peristiwa rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir.

Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh jepang. Di sini, mereka

kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah

siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana,

dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad

Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta.

maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok.

Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Dan Mr.

Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu – buru

memproklamasikan kemerdekaan.

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, Lalu bertemu dengan

Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan

militer Jepang. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus
44

1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang tidak dapat memberi ijin untuk

mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan

oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan

itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat

Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Setelah dari rumah Nishimura, lalu

Sukarno-Hatta pun menuju ke rumah Laksamana Maeda untuk melakukan rapat

penyusunan teks Proklamasi guna untuk menagih janji kemerdekaan dari Marsekal

Terauchi.

Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad

Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro dan Sayuti Melik.

Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Dan Sukarni mengusulkan

agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh.

Hatta atas nama bangsa Indonesia. Setelah konsep selesai disepakati, Sayuti Melik

menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik milik Mayor Dr.

Hermann Kandeler (dari kantor perwakilan AL Jerman). Dan pembacaan proklamasi

dilakukan dikediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl.

Proklamasi No.1).

Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan

Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan

Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh

Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih,

yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan oleh seorang prajurit PETA yaitu

Latief Hendraningrat dibantu oleh Soehoed dan seorang pemudi membawa nampan
45

berisi bendera Merah Putih . Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu

Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum

Tugu Monumen Nasional.

2. Suasana Proklamasi Kemerdekaan di Jambi

Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Santoso yang diterbitkan di halaman

website http://www.liputan6.com/regional/read/3056611/kabar-kemerdekaan-sampai-

jambi-dengan-kode-morse, yang diakses pada hari rabu 4 April 2018 pukul 20:15

WIB, tentang berita proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai di Jambi adalah

sebagai berikut:

Berita kemerdekaan 17 Agustus 1945 didengar pertama kali dijambi melalui

alat morse. Pesan itu diterima oleh pegawai telegrap yang bernama Abdulah

Kartawirana yang bekerja di kantor jepang. Dengan sembunyi-sembunyi beliau

segera memberitahukan kepada tokoh-tokoh dan pemuda di Jambi. Usai pertemuan

itu, berita akan kemerdekaan benar-benar tak terbendung.

Setiap pemuda di Jambi memakai lambang merah putih di dada. Pekik

kemerdekaan sahut menyahut saat sesama saling menyapa. Sejumlah aksi heroik

mewarnai awal-awal kemerdekaan di Jambi. Salah satunya adalah dua pemuda Jambi

dengan berani mengibarkan bendera merah putih berukuran cukup besar di atas

menara air pada 19 Agustus 1945.

Satu persatu bendera merah putih disejumlah titik Jambi. bahkan dirumah-

rumah pemerintahan jepang seperti rumah Makalam pun berkibar sang merah putih.

Jepang geram dan mulai geram. Namun ditentang para pemuda Jambi. Dinding
46

rumah, toko, gedung perkantoran dan rumah pejabat penuh dengan tulisan "Sekali

Merdeka Tetap Merdeka, Mrdeka Atau Mati".

3. Pembentukan Pemerintahan Pertama Republik Indonesia

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar

(UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai

UUD 45.

Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia

yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan

sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk

kemudian. Setelah itu Soekarno dan M. Hatta terpilih atas usul dari Oto

Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai Presiden dan Wakil Presiden

Republik Indonesia yang pertama.

4. Tokoh Proklamator Indonesia

1. Ir. Soekarno

Ir. Soekarno menyusun teks proklamasi bersama dengan Bung Hatta di

rumah Laksamana Tadashi Maeda. Kemudian Bung Karno juga berperan

dalam membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jalan

Pegangsaan Timur no. 56 daerah DKI Jakarta.

2. Drs. Moh. Hatta

Beliau ikut serta dalam menyusun naskah proklamasi bersama dengan Bung

Karno dan Achmad Soebardjo di rumah Laksamana Tadashi Maeda. Selain


47

itu, Bung Hatta juga seseorang yang menandatangani naskah proklamasi

bersama dengan Bung Karno.

3. Ibu Fatmawati

Beliau adalah orang yang menjahit sang pusaka merah putih untuk

dikibarkan pada hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Beliau dikabarkan

telah lama menjahit sang pusaka merah putih sebelum datangnya kabar

jepang menyerah.

4. Mr. Achmad Soebardjo Djojoadisurjo

Achmad Soebardjo berperan dalam penyusunan konsep naskah proklamasi

kemerdekaan Indonesia di rumah seorang laksamana muda Jepang bersama

Bung Karno dan Bung Hatta.

5. Sutan Syahrir

Sutan Syahrir berperan sebagai pemimpin perlawanan bawah tanah untuk

menyerang dan melawan Jepang pada masa-masa proklamasi.

6. Sayuti Melik

Peran beliau dalam membantu berjalannya proklamasi adalah dengan

mengetik naskah Proklamasi yang disempurnakan dari tulisan tangan Bung

Karno.

7. Soekarni Kartowirjo

Sukarni berperan dalam masa proklamasi dengan mengusulkan agar teks

proklamasi kemerdekaan Indonesia untuk ditandatangi oleh Bung Karno dan

Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia.

8. Burhanuddin Mohammad Diah (B.M. Diah)


48

B.M. Diah berperan sebagai wartawan dan bertugas untuk menyiarkan kabar

berita bahwa Indonesia telah merdeka ke seluruh penjuru tanah air pada

masa proklamasi kemerdekaan.

9. Wikana

Wikana adalah seorang Tokoh Proklamator Kemerdekaan Indonesia bersama

Chaerul Saleh, Sukarni, dan pemuda lainnya dalam menculik Soekarno-

Hatta ke Rengasdengklok. Beliau merupakan utusan yang menyampaikan

keputusan kaum pemuda kepada Soekarno-Hatta.

10. Laksamana Muda Maeda Tadashi

Beliau adalah perwira tinggi angkatan laut Jepang. Beliau berpartisipasi

dalam kemerdekaan Indonesia yaitu denga mempersilahkan kediamannya

sebagai tempat penyusunan naskah proklamasi. Selain itu dia bersedia

menjamin keamanan bagi mereka.

2.4 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berhubungan dengan pengembangan iSpring adalah:

1. Arlitya Stri Pritakinanthi (2017). “Pengembangan Media Pembelajaran

Menggunakan ISpring Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Bahasa

Inggris Kelas VIII SMP Negeri 37 Semarang”. Prodi Teknologi Pendidikan,

Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang.

“Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media

pembelajaran iSpring layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran serta mampu

meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 37 Semarang. Hal tersebut dibuktikan
49

dengan uji kevalidan kelayakan media dari ahli media yang menunjukkan hasil rata-

rata 84%. Prosentasi tersebut tergolong ke dalam kategori sangat baik dan layak

untuk digunakan. Sedangkan dari ahli materi memberikan prosentase 93,3% pada

aspek materi dan 96% pada aspek tampilan media. Hasil rata-rata prosentase sebesar

94,7% dapat dikategorikan sangat baik dan layak. Hasil perhitungan terhadap uji

kesamaan rata-rata post test menunjukkan hasil thitung = 5,571 di mana hasil tersebut

lebih besar dibandingkan >ttabel”.

Perbedaan penelitian oleh Arlitya dengan yang dilakukan peneliti terletak

pada mata pelajaran yang diakan dikembangkan medianya. Jika Arlitya

mengembangkan media pada mata pelajaran Bahasa Inggris maka pada penelitian ini

peneliti mengembangkan media pada mata pelajaran sejarah Indonesia. Populasi dan

sampel yang digunakan pun berbeda. Arlitya memilih populasi dan sampel pada

peserta didik SMP, sedangkan peneliti pada peserta didik SMA. Selain itu Arlitya

menggunakan hasil perhitungan terhadap uji kesamaan rata-rata post test sedangkan

peneliti hanya membandingkan hasil post test dan pre test serta melihat signifikan

peningkatan nilai yang didapat oleh peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan

media.

2. Ostina Lumbanbatu (2017). “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis

ISpring Presenter Pada Mata Pembelajaran Menggambar Busana Kelas X Tata

Busana SMK Bintang Timur Pematangsiantar. Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan.

“Adapun hasil penelitiannya diketahui bahwa pengembangan media

pembelajaran berbasis multimedia interaktif menggunakan ISpring Presenter pada


50

mata pelajaran menggambar busana ini berhasil dikembangkan melalui beberapa

tahapan, yaitu 1) hasil penilaian Ahli Media dengan presentase hasil penilaian

80,62% dengan kriteria “setuju” dan hasil penilaian Ahli Materi dengan presentase

hasil penilaian 97,01%, dengan kriteria “sangat setuju”, 2) hasil penilaian uji coba

Kelompok Kecil dengan presentase hasil penilaian 71,06%, dengan kriteria “setuju”,

uji coba Kelompok Sedang denngan presentase hasil penilaian 80,26%, dengan

kriteria “sangat setuju”, dan hasil penilaian uji coba Kelompok Besar dengan

presentase hasil penilaian 81,31% dengan kriteria “sangat setuju”, 3) uji coba

efektivitas Guru dengan presentasi hasil penilaian 98% dengan kriteria “sangat

setuju”. Dengan demikian, pengembangan media berbasis multimedia interaktif

menggunakan ISpring Presenter Pada Mata Pelajaran Menggambar Busana Kelas X

Tata Busana SMK Bintang Timur Pematangsiantar dianggap efektif dan layak untuk

dijadikan media pembelajaran”.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ostina dengan peneliti salah

satunya adalah terletak pada mata pelajaran yang akan dikembangkan medianya. Jika

Ostina mengembangkan media pembelajaran pada mata pelajaran menggambar

busana pada SMK, maka peneliti melakukan pengembangan media pada mata

pelajaran sejarah Indonesia pada SMA. Selain itu peneliti menggunakan model

pengembangan ADDIE dalam prosedur penelitiannya.

3. Devi Yulia Rahmah (2017). “Pengembangan Media Interaktif Berbasis ISpring

Untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri

Loloan Timur Jembrana Bali. Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,


51

Jurusan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang.

“Adapun hasil penelitiannya diketahui bahwa pengembangan media

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berbasis iSpring memenuhi kriteria valid

dengan hasil uji ahli materi mencapai tingkat kevalidan 94%, ahli desain mencapai

94%, ahli pembelajaran Imu Pengetahuan Alam kela V mencapai 90%. Nilai rata-rata

pre-test 59,5% dan nilai rata-rata post-test 90,75%. Pada uji-t manual dan SPSS

diperoleh thitung sebesar 4,26 dengan tingkat kemaknaan 0,05 (5%) dengan derajat

kebebasan (db=19) adalah 2,093, jadi thitung (4,26) > ttabel (2,093). Hasil hipotesis

menunjukan bahwa Ha diterima, karena thitung lebih besar dari ttabel, sehingga dapat

ditarik kesimpulan bahwa adanya perbedaan yang signifikan terhadap pemahaman

konsep siswa kelas V C MIN Loloan Timur Jembrana Bali yang menggunakan media

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berbasis iSpring dari produk pengembangan”.

Perbedaan penelitian oleh Devi dengan yang dilakukan peneliti adalah terletak

pada variabel penelitian. Devi menggunakan variabel bebas yaitu hasil belajar

sedangkan peneliti fokus pada pengembangan media tanpa ada variabel bebas.

Kedua, penelitian Devi dilakukan pada peserta didik SD, sedangkan peneliti pada

peserta didik SMA. Selain itu penelitian Devi memiliki hipotesis dalam

penelitiannya, sementara peneliti tidak merumuskan hipotesis.

2.5 Kerangka Berfikir

Permasalahan pendidikan di Indonesia salah satunya adalah kurangnya

pemanfaatan media pembelajaran dengan maksimal. Tenaga pendidik saat ini masih
52

berfokus pada model pembelajaran tradisional. Sudah seharusnya dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dibarengi dengan

peningkatan kemampuan tenaga pendidik dalam memanfaatkan teknologi.

Permasalah media ini menjadi masalah klasik yang harus dihadapi bersama. Guru

sebagai seorang fasilitator harus mampu menyeimbangkan antara model dan media

yang digunakan agar proses pembelajaran dapat berlangsung maksimal. Penetrasi

teknologi dalam dunia pendidikan saat ini sudah sangat signifikan. Tampak dengan

banyaknya inovasi baik media cetak maupun media berbasis elektronik yang

mengakomodasi kebutuhan media.

Sejarah sebagai salah satu mata pelajaran yang harus dijelaskan secara

konstruktif atau berurutan, menekankan pentingnya penggunaan media. Karena

sejarah tidak harus selalu disampaikan dengan ceramah namun dapat diinovasikan

dengan teknologi yang berkembang saat ini. ISpring Suite merupakan salah satu

aplikasi yang dapat menjadi solusi pengembangan media pembelarajan sejarah.

Ispring Suite merupakan software tambahan yang dapat memaksimalkan fungsi

power point sehingga diharapkan power point naik kelas dan tidak selalu

membosankan. Berdasarkan pemaparan diatas maka kerangka berfikir dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:


53

GURU BELUM SISWA MUDAH BOSAN


MENGGUNAKAN MEDIA
SEHINGGA MINAT
YANG BERVARIASI
DALAM PEMBELAJARAN BELAJAR RENDAH

MENGEMBANGKAN MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH


BERBASIS SOFTWARE ISPRING SUITE

VALIDASI AHLI MEDIA DAN AHLI MATERI

UJI COBA KELOMPOK


KECIL DAN BESAR

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS


SOFTWARE ISPRING SUITE

UJI LAPANGAN

Gambar 2.4 Kerangka Berfikir

Anda mungkin juga menyukai