Anda di halaman 1dari 49

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Pembelajaran

Menurut Sugihartono dkk (2007:74) belajar adalah suatu proses memperoleh

pengethuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan

bereaksi yang relatif permanen karena adanya interaksi individu dengan

lingkungannya. Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh Guru secara

terprogram yang menciptakan proses interaksi antara sesama peserta didik, Guru

dengan peserta didik dan dengan sumber belajar Pembelajaran menurut Wina

Sanjaya (2011:13) pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari

berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Sedangkan

Oemar Hamalik (2011:25) pembelajaran adalah proses penyampaian pengetahuan

oleh Guru yang dilaksanakan dengan metode tertentu, dengan cara menuangkan

pengetahuan kepada siswa. Pembelajaran bertujuan untuk menciptakan

perubahan secara terus - menerus dalam perilaku dan pemikiran siswa pada suatu

lingkungan belajar.

Dari penjelasan berikut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu

proses penyampaian pengetahuan yang dilakukan pendidik kepada peserta didik

terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

14
2. Komponen Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

komponen yang saling berkesinambungan. Komponen-komponen tersebut adalah

tujuan, materi pembelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media dan

evaluasi menurut Wina Sanjaya (2011: 59).

Sedangkan menurut Rusman (2011:1) komponen pembelajaran meliputi :

tujuan, materi, metode dan evaluasi. Dari penjelasan tersebut maka komponen-

komponen pembelajaran antara lain: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,

metode pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

a. Tujuan Pembelajaran

Tujuan dalam proses belajar mengajar adalah komponen pertama yang harus

ditetapkan dalam proses pengajaran berfungsi sebagai indikator keberhasilan

pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakekatnya adalah hasil belajar yang

diharapkan menurut Nana Sudjana (2014: 30). Menurut Rusman (2011:86) tujuan

pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting yang harus ditetapkan

dalam proses pembelajaran karena tujuan pembelajaran merupakan tolak ukur

keberhasilan suatu pembelajaran. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2011: 59)

tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran.

Mau dibawa ke mana serta apa yang harus dimiliki oleh peserta didik, semua

tergantung pada tujuan yang ingin dicapai.

15
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran

adalah komponen pertama dalam proses pembelajaran sebagai suatu rancangan

yang ditetapkan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

b. Materi Pembelajaran

Materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran.

Materi pembelajaran merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan untuk

perencanaan pembelajaran serta untuk membantu dalam kegiatan belajar

mengajar di kelas. Materi pembelajaran sebenarnya bisa diambil dari berbagai

sumber menurut Wina Sanjaya (2011:60). Sedangkan menurut Hamzah B Uno

(2011: 213) materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pemilihan materi harus benar-benar dapat

memberikan kecapakan dalam memecahkan masalah kehiduan sehari-hari.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa materi

pembelajaran adalah komponen pembelajaran yang diperlukan oleh Guru dalam

kegiatan belajar mengajar dikelas agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.

c. Metode Pembelajaran

Menurut Muhammad Zaini (2009: 88) Guru harus mampu memilih metode

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi, siswa, dan komponen lain dalam

pembelajaran sehingga proses belajar mengajar berjalan efektif. Menurut Endang


16
Mulyatnigsih (2011: 211) metode pembelajaran yaitu suatu cara yang digunakan

untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan

nyata atau praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode ialah cara yang

dipergunakan Guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat

berlangsungnya pembelajaran menurut Nana Sudjana (2014: 76).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran adalah cara pembelajaran yang digunakan untuk mengadakan

interaksi atau hubungan dengan siswa dan Guru pada saat berlangsungnya

pembelajaran.

d. Media Pembelajaran

Menurut Oemar Hamalik (1989:23) media pembelajaran adalah alat,

metode, dan teknik yang digunakan agar lebih mengefektifkan komunikasi dan

interaksi antara Guru dan Siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah. Media pembelajaran adalah alat bantu untuk mempermudah proses

belajar mengajar. Media pembelajaran merupakan sebuah alat bantu yang

berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media

merupakan segala suatu berupa alat yang disediakan Guru untuk menunjang

kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran berupa software dan hardware

untuk membantu proses interaksi siswa dengan lingkungan belajar.

Melalui penggunaan media dalam pembelajaran, pembelajaran menjadi

lebih menarik dan tidak monoton. Criticos menyatakan bahwa media merupakan

17
salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator

menuju komunikan, Daryanto (2016: 4). Sedangkan menurut Azhar Arsyad

(2011: 3) menyatakan bahwa kata media berasal dari bahasa latin, yaitu medius

yang berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran merupakan media

yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau

mengandung maksdud-maksud pengajaran.

Media pembelajaran interaktif dapat dikemas sedemikian rupa sehingga

dapat membuat siswa mau mempelajari sendiri materi yang disediakan dalam

media tersebut. Media pembelajaran interaktif dapat diisi banyak sekali materi

teori, praktik maupun benda asli dalam bentuk text maupun visual yang dapat

memberikan pengalaman langsung kepada siswa Suyitno (2016:102).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah alat bantu atau perantara berupa materi yang disediakan

dalam media sehingga peserta didik dapat mempelajari secara mandiri.

1) Manfaat Media Pembelajaran

Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2017: 2) mengemukakan manfaat media

pembelajaran dalam proses pembelajaran yaitu:

a) Pembelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan


motivasi belajar siswa.
b) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pembelajaran lebih baik.
c) Metode belajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh Guru, sehingga siswa tidak bosan dan Guru
tidak kehabisan tenaga, apabila Guru mengajar untuk setiap jam
pembelajaran.
18
d) Siswa lebih banyak melakukan kegiata belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian Guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1989: 11) merincikan manfaat media

pembelajaran antara lain:

a) Meletakkan dasar-dasar konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi

verbalisme.

b) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh

karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

c) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri di kalangan siswa.

d) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan

kemampuan berbahasa.

e) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan

membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat media

pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran yang

berisi materi pembelajaran yang disajikan dengan bervariasi dan menarik

sehingga memberi pengalaman nyata untuk mengatasi sikap pasif siswa serta

meningkatkan keaktifan dan mengurangi kebosanan siswadalam proses belajar

mengajar. Diharapkan dengan adanya media pembelajarn ini tujuan pokok

pembelajarn dapat tercapai secara efesien dan optimal.

19
2) Fungsi Media Pembelajaran

Fungsi media pembelajaran digunakan untuk memperjelas pesan,

memberikan rangsangan, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan

presepsi yang sama menurut Arief S. Sadiman (2011:17-18).

Levie & Lentz (Azhar Arsyad, 2011: 7) Fungsi media pembelajaran yaitu:

a) Fungsi atensi yaitu dapat menarik perhatian peserta didik sehingga focus

pada isi pembelajaran.

b) Fungsi afektif yaitu dengan visualisasi peserta didik dapat menangkap

informasi yang diberikan.

c) Fungsi kognitif yaitu memudahkan peserta didik memahami dan mengingat

materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

d) Fungsi kompensatoris yaitu mengakomodasikan peserta didik yang lambat

menerima informasi menjadi lebih paham.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi media

pembelajaran terbagi menjadi empat fungsi diantaranya fungsi atensi yaitu

menarik perhatian peserta didik, fungsi afektif yaitu memberikan visualisasi

kepada peserta didik, fungsi kognitif yaitu memberikan rangsangan kepada

peserta didik agar memahami dan mengingat materi, fungsi kompetensatoris

yaitu mengakomodasikan peserta didik.

20
e. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam proses pembelajaran.

Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses

pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi Guru atau

kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat

kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen sistem pembelajaran

menurut Wina Sanjaya (2011:59). Kesimpulan dari berbagai kajian

pembelajaran yang telah dikemukakan para ahli maka dapat ditarik

kesimpulannya sebagai berikut:

1) Pembelajaran sebagai suatu proses belajar yang dibangun oleh Guru untuk

mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi

pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik

terhadap materi pelajaran.

2) Pembelajaran juga merupakan proses komunikasi transaksional yang

bersifat timbal balik antara siswa dan Guru, siswa dengan siswa atau siswa

dengan sumber belajar lain pada suatu lingkungan belajar tertentu, untuk

mencapai tujuan tertentu.

3) Sebagai suatu sistem agar proses pembelajaran bisa berhasil, maka sebagai

seorang Guru perlu menganalisis berbagai komponen sistem pembelajaran.


21
Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi pembelajaran, metode

atau strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

Menentukan dan menganalisis kelima komponen pembelajaran dengan

baik akan dapat membantu Guru memprediksi keberhasilan pencapaian tujuan

proses pembelajaran yang sudah ditetapkan.

3. Jenis – jenis Media Pembelajaran

Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam

proses pengajaran menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2017: 3-4) antara

lain:

a. Media grafis seperti : gambar, foto, grafik, bagan, atau diagram, poster,
kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua
dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.
b. Media tiga dimensi yaitu : media dalam bentuk model seperti model padat
(solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, dan
diorama.
c. Media proyeksi seperti : slide, film strips, film, penggunaan OHP, dan lain-
lain.
d. Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.

Sedangkan menurut Arief S. Sadiman (2011: 28) menyatakan bahwa ada

beberapa jenis media yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar antara

lain:

1) Media Grafis

Media grafis adalah media visual yang berfungsi menyalurkan pesan dari

sumber ke penerima pesan. Beberapa jenis media grafis diantaranya gambar

22
atau foto, sketsa, diagram, bagan atau chart, power point, grafik, kartun, poster,

peta dan globe, papan flannel, papan bulletin.

2) Media Audio

Media audio adalah media yang berkaitan dengan pendengaran. Ada

beberapa jenis media audio diantaraya radio, alat perekam pita magnetik,

laboratorium bahasa.

3) Media Proyeksi Diam

Media proyeksi diam adalah media yang dalam penyampaian pesan atau

informasinya dengan cara diproyeksikan dengan proyektor. Beberapa jenis

media proyeksi diam diantaranya film bingkai, film rangkai, media transparansi,

proyektor tak tembus pandang, televisi dan video.

Azhar Arsyad (2011: 29) mengelompokkan media pembelajaran menjadi

lima yaitu: media berbasis manusia, media berbasis cetak, media berbasis visual,

media berbasis audio visual, media berbasis komputer. Penjelasannya dapat

dilihat pada tabel berikut:

23
Tabel 1. Identifikasi Pengelompokkan Media Pembelajaran
No Pengelompokkan Contoh Media Identifikasi Media
. Media
1. Media berbasis 1. Guru Media ini menggunakan
manusia 2. Instruktur manusia untuk
3. Tutor menyampaikan informasi
4. Main peran yang berkaitan dengan
pembahasan yang akan
diajarkan.
2. Media berbasis cetak 1. Buku Media ini digunakan untuk
2. Majalah menyampaikan informasi
3. Modul dan pengajaran yang
4. Hand out meliputi bahan-bahan yang
disampaikan berikut kertas
yang berisi gambar atau foto
beserta teks penjelasannya.
3. Media berbasis 1. Chart Media ini dirancang agar
visual 2. Flannel siswa dapat mengamati
board langsung materi
3. Transparan pembelajaran melalui indera
si/OHP penglihatan atau visual.
4. Slide
4. Media audio visual 1. Video Media pengajaran ini
2. Film melalui audio visual adalah
3. Televise produksi dan penggunaan
materi yang penyerapannya
melalui penglihatan dan
pendengaran.
5. Media berbasis 1. Pengajaran Media ini merupakan cara
komputer dengan menyampaikan materi
bantuan dengan menggunakan
komputer sumber yang berbasis micro-
2. Interaktif prosesor. Pesan dari
video informasi yang disiapkan
untuk kebutuhan
kemampuan belajar
seseorang serta agar siswa
dapat berpartisipasi dengan
aktif selama proses
pembelajaran (interaktif)

24
Berdasarkan penjelasan berikut dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran yang peneliti kembangkan yaitu media chart tiga dimensi

termasuk dalam media berbasis visual karena termasuk media chart.

4. Macam-macam Media Chart

Kata “chart” berasal dari bahasa inggris yang artinya diagram, bagan

maupun tabel yang memuat detail informasi menurut Noto Widodo (2012: 132).

Menurut Hujair AH. Sanaky (2009: 74) macam-macam media Chart antara lain

sebagai berikut:

a. Chart yang penyampaiannya bertahap:

1) Flip Chart: Chart atau bagan balikan yang menyajikan setiap informasi,

apabila urutan informasi yang akan disajikan sulit ditunjukkan dalam

selembar Chart, maka bagan balikan dapat dipakai.

2) Hiden Chart/ bagan tertutup/ strip Chart: yaitu pesan yang akan

dikomunikasikan mula-mula dituangkan kedalam satu Chart. Misalnya

pesan tersebut berupa jenis Chart, setiap jenis kemudian ditutup dengan

potongan kertas yang mudah untuk dilepas. Potongan kertas ini akan menari

saat penyajian satu persatu.

b. Chart yang penyampaiannya sekaligus:

1) Bagan/Chart organisasi: bagan organisasi adalah bagan yang menjelaskan

hubungan fungsional antara bagian-bagian dalam suatu organisasi.

25
2) Bagan/Chart bergambar (bagan lukisan): bagan yang disampaikan berupa

lukisan.

3) Bagan/Chart pandangan tembus: bagan yang menerangjan keadaan didalam

suatu benda, tanpa menghilangkan bentuk utuh benda.

4) Bagan/Chart terurai: bagan yang memberikan gambaran seandainya sesuatu

diurai, tetapi tetap dalam posisi dan urutan semula.

5) Bagan/Chart petunjuk: bagan yang memberikan petunjuk pembuatan

sesuatu.

6) Bagan/Chart garis waktu (time line Chart): bagan yang melukiskan keadaan

waktu tertentu dan menggambarkan hubungan antara peristiwa yang terjadi

pada waktu tertentu.

7) Bagan/Chart pohon (tree Chart): ibarat sebuah pohon yang terdiri dari

batang, cabang, dan ranting. Biasanya posisi atau hubungan antara kelas/

keturunan.

8) Bagan/Chart arus (flow Chart): menggambarkan arus suatu produksi atau

dapat pula menelusuri tanggung jawab atau hubungan kerja antar berbagai

bagian atau saksi suatu organisasi.

9) Stream Chart: merupakan kebalikan dari tree Chart. Jika diagram pohon

dimulai dari suatu hal kemudian memecah menjadi bagian, maka stream

Chart berbagai hal tersebut akhirnya menyimpul/ menuju kesuatu hal yang

sama.

26
10) Wall Chart: media ini berupa denah, bagan, skema, atau gambar-gambar

pada kertas lembar yang biasanya digantungkan pada dinding.

11) Ritatoon: media ini berupa gambar lepas yang cukup menarik dan

mengandung suatu pesan/ informasi dimana dibelakang gambar diberikan

tambahan keterangan tentang gambar tersebut, sehingga ketika Guru

menjelaskan isi gambar Guru tidak perlu membalik atau melihat gambar

akan tetap cukup membaca keterangan yang ada di sebalik gambar.

Berdasarkan penjelasan macam – macam media chart berikut dapat

disimpulkan bahwa penulis menentukan penyajian media chart tiga dimensi

dengan bentuk flip chart karena informasi yang disajikan sulit disajikan bila

mana hanya ditunjukkan dalam selembar chart. Penulis memilih bagan/chart

petunjuk karena bagan/chart petunjuk merupakan alternatif media untuk

menarik minat siswa sehingga mudah dalam memahami langkah-langkah

pembuatan belahan dua lajur tidak sama lebar.

5. Media Chart Tiga Dimensi

a. Pengertian Media Chart Tiga Dimensi

Media chart menurut Arief S. Sadiman (2011:35) termasuk media visual

fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide maupun konsep-konsep yang

sulit jika hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Pesan atau

informasi yang akan disampaikan biasanya berupa ringkasan visual suatu proses,

perkembangan atau hubungan-hubungan penting. Media visual adalah media


27
yang memiliki beberapa unsur berupa garis, bentuk, warna, dan tekstur dalam

penyajiannya Ega Rima Wati (2016:5). Media pembelajaran yang termasuk

dalam kategori tiga dimensi adalah benda-benda asli, atau wujud kenyataan

kondisi yang sebenarnya. Dari segi efektivitas pengajaran, penggunaan benda

sebenarnya sebagai media pembelajaran dapat memberikan pengalaman yang

cukup berarti, terutama dari pengalaman yang bersifat langsung dan konkret..

Media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah model

dan boneka.

Menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2017:156) model adalah tiruan

tiga dimensi dari beberapa obyek nyata untuk dibawa ke dalam kelas dan

dipelajari siswa dalam wujud aslinya sedangkan boneka merupakan jenis model

yang dipergunakan untuk memperlihatkan mainan. Media pembelajaran chart

tiga dimensi, yaitu media visual yang tampilannya dapat di amati dari arah

pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar, dan tinggi/tebal.

Media ini juga tidak menggunakan media proyeksi dalam pemakaiannya.

Media tiga dimensi adalah sekelompok media tanpa proyeksi yang

penyajiannya secara visual tiga dimensional. Menurut Ega Rima Wati (2016:5)

media visual merupakan media yang memiliki unsur utama di antaranya garis,

warna, tekstur, dan bentuk dalam penyajiannya. Media visual menampilkan

keterkaitan isi materi yang ingin disampaikan dengan kenyataan. Kelompok

media ini dapat berwujud sebagai benda, baik yang hidup maupun mati dan dapat

pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya menurut Daryanto


28
(2016:29). Menurut Muhammad Zaini (2009:95) media visual tiga dimensi

memiliki kelebihan dibandingkan dengan media dua dimensi, karena sangat

membantu untuk mewujudkan realitas yang tidak hanya dapat dilihat, tetapi juga

dapat diraba. Menurut Moedjiono dalam Daryanto (2016:29) menyatakan

bahwa, media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan, sebagai

berikut:

1) Memberikan pengalaman secara langsung,


2) Penyajikan secara konkret dan menghindari verbalisme,
3) Dapat menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara
kerjanya,
4) Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas,
5) Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas.

Sedangkan karakteristik media chart tiga dimensi antara lain:

a) Pesan atau materi yang sama dapat disebarkan keseluruh peserta didik

secara serentak,

b) Penyajiannya berada dalam kontrol Guru,

c) Cara penyimpanannya mudah (praktis),

d) Dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera,

e) Menyajikan objek-objek secara diam,

f) Lebih mahal dari kelompok media grafis,

g) Sesuai untuk mengerjakan keterampilan tertentu,

h) Praktis digunakan untuk semua ukuran ruangan kelas,

i) Mampu menyajian teori dan praktik secara terpadu.

29
Berdasarkan penjelasan di atas maka media chart tiga dimensi adalah

media yang menampilkan keterkaitan isi materi dan objek nyata yang ingin

disampaikan secara visual, obyek yang dapat dilihat secara utuh baik konstruksi

maupun cara kerjanya dalam pembelajaran praktik pembuatan belahan dua lajur

tidak sama lebar

b. Prosedur Pengembangan Chart

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2017:37) prosedur dalam

membuat chart yaitu sebagai berikut:

1) Letakkan rencana suatu chart pada kertas dengan ukuran 21x27 cm atau

lebih.

2) Usahakan chart yang sederhana, menyajikan satu gagasan utama dan

mengesankan.

3) Buatlah chart yang cukup besar sehingga mudah dilihat. Sebuah chart yang

diperunakan di kelas harus cukup besar, agar bisa terbaca dari segala arh di

ruangan kelas.

4) Buatlah chart itu semenarik mungkin, gunakan warna secara kontras dan

isilah bagian dari chart yang kosongnya.

5) Usahakan kontras dengan memakai huruf dan gambar yang gelap, pada latar

belakang terang atau sebaliknya gambar yang terang pada latar belakang

gelap. Perhatikan bagian-bagian penting untuk ditonjolkan.

30
6) Gunakan warna jika perlu, walaupun warna yang digunakan enak dilihat

tetapi janganlah digunakan secara berlebihan.

7) Isilah chart tersebut dengan menonjolkan bagian atau penjelasan penting,

perhatikan spasi secara keseluruhan dalam penulisannya.

8) Bila rencana itu sudah lengkap, buatlah sketsa/desain terlebih dahulu

dengan cara menggunakan pensil dan kertas atau dengan cara membuat

dengan bantuan komputer.

Berdasarkan penjelasan berikut maka peneliti berfokus pada media chart

tiga dimensi sebagai media pembelajaran karena media chart tiga dimensi ini

dapat dibuat tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual dan dapat

memberikan pengalaman kepada peserta didik secara langsung, menunjukkan

alur suatu proses dengan jelas. Media pembelajaran Chart tiga dimensi yang

dapat diproduksi dengan mudah, tergolong sederhana dalam penggunaan dan

pemanfaatannya. Hal tersebut karena tanpa harus memerlukan keahlian khusus,

dapat dibuat sendiri oleh Guru, bahannya mudah diperoleh di lingkungan sekitar.

6. Kriteria Pemilihan Media

Penggunaan media pembelajaran digunakan dan diarahkan untuk

mempermudah siswa dalam upaya memahami materi pembelajaran. Oleh karena

itu, hal ini menunjukkan bahawa pemilihan media harus disesuaikan dengan

kebutuhan siswa. Menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2017: 4-5)

31
menyatakan agar media yang digunakan sesuai dengan kebutuhan siswa maka

perlu memperhatikan beberapa kriteria yaitu sebagai berikut:

a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih atas


dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan
instruksional yang berisikan unsur pemahaman. Aplikasi, analisis, sintesis
lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran.
b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran: artinya bahan pelajaran yang
sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan
media agar lebih mudah dipahami siswa.
c. Kemudahan memperoleh media: artinya media yang diperlukan mudah
diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh Guru pada waktu mengajar.
d. Keterampilan Guru dalam menggunakannya, apapun jenis media yang
diperlukan syarat utama adalah Guru dapat menggunakannya dalam proses
pembelajaran.
e. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat
bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
f. Sesuai dengan taraf berfikir siswa, memilih media untuk pendidikan dan
pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang
terkandung didalamnya dapat dipahami oleh siswa.

Menurut Azhar Arsyad (2011: 75-76) menyatakan ada beberapa kriteria

yang patut diperhatikan dalam memilih media antara lain:

a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan

instruksional yang telah ditetapkan secara umum mengacu kepada salah satu

atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor.Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta,

konsep, prinsip, atau generalisasi. Agar dapat membantu proses

pembelajaran secara efektif, media harus sesuai dan selaras dengan

kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.

b. Praktis , luwes, dan bertahan. Kriteria yang ada, mudah diperoleh, mudah

dibuat sendiri oleh Guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan
32
dimana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya,

serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana.

c. Guru terampil menggunakannya. Apapun medianya Guru harus mampu

menggunakannya dalam proses pembelajaran.

d. Pengelompokkan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum

tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.

e. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus

memenuhi persyaratan teknis tertentu.

Menurut Daryanto (2016: 72), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pembuatan media adalah sebagai berikut:

a. Memilih jenis huruf (font) yang tingkat keterbacaannya tinggi,

menggunakan ukuran huruf untuk teks, untuk sub judul dan untuk judul

yang disesuaikan dengan kebutuhan.

b. Untuk memperjelas petunjuk belajar dan memperindah tampilan

(background), senantiasa mempertimbangkan pemilihan warna, gambar,

foto, animasi, audio maupun video.

c. Memperhatikan frame atau layar, usahakan untuk tidak memuat terlalu

banyak teks dalam satu layar agar dapat terbaca dengan jelas, berisi satu

topik atau sub topik pembahasan, serta memberi judul tiap bagian.

d. Memperhatikan komposisi warna (keterbacaan dan komposisi),

keseimbangan (tata letak), keharmonisan, dan tingkat kekontrasan pada

setiap tampilan dengan tetap mengingat prinsip kesederhanaan.


33
e. Jangan membuat tampilan layar yang terlalu rumit, ramai, dan penuh warna-

warna, karena hal ini akan mengganggu pesan yang disajikan.

Setelah mengetahui kriteria yang diperlukan dalam pemilihan media, agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal, maka perlu dilakukan

evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui bahan ajar tersebut telah baik

atau masih ada hal yang perlu diperbaiki. Menurut Depdiknas (2008:28)

komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kesesuaian kebahasaan, penyajian

dan kegrafikan.

1) Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain:

a) Kesesuaian dengan SK (Standar Kompetensi), KD (Kompetensi Dasar)

b) Kesesuaian dengan perkembangan anak

c) Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar

d) Kebenaran substansi materi pembelajaran

e) Manfaat untuk penambahan wawasan

f) Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial

2) Komponen kebahasaan antara lain mencakup:

a) Keterbacaan

b) Kejelasan informasi

c) Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar

d) Pemanfaatan bahasa seara efektif dan efisien (jelas dan singkat)

3) Komponen penyajian antara lain mencakup:


34
a) Kejelasan tujuan yang ingin dicapai

b) Urutan sajian

c) Pemberian daya tarik untuk memotivasi

d) Interaksi atau pemberian stimulus

e) Kelengkapan informasi

4) Komponen Kegrafikan antara lain mencakup:

a) Penggunaan jenis dan ukuran huruf

b) Tata letak

c) Ilustrasi atau gambar

d) Desain tampilan

Berdasarkan penjelasan berikut dapat disimpulkan bahwa kriteria

pemilihan media pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa,

media yang tepat akan sangat berpengaruh dan dapat menciptakan proses

pembelajan yang kondusif sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat

dipahami oleh siswa. Kriteria pemilihan pembelajaran dapat dirangkum

menjadi beberapa aspek kesesuaian materi atau isi, aspek kebahasaan, aspek

penyajian, dan aspek kegrafikan.

7. Kompetensi

Menurut Wibowo (2007:86) kompetensi diartikan sebagai kemampuan

untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi

oleh keterampilan dan pengetahuan kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.
35
Kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus

dimiliki oleh siswa agar dapat melaksanakan tugas-tugas yang dipelajarinya di

sekolah sesuai dengan kemampuan yang diperlukan oleh dunia kerja menurut

Widihastuti (2007: 236).

Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2011:68), dalam konteks

pengembangan kurikulum, kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan,

ketermpilan, nilai dan sikap yang direfleki dalam kebiasaan berfikir dan

bertingkat. Seseorang yang memiliki kompetensi bukan hanya mengetahui,

tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin

dalam pola perilaku sehari-hari.

Berdasakan penjelasan di atas dapat disimpulkan kompetensi adalah

segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang berupa pengetahuan, ketrampilan,

sikap dan faktor-faktor internal individu lainnya untuk dapat mengerjakan

sesuatu pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi adalah kemampuan

melaksanakan tugas berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki

setiap individu.

8. Kompetensi Pembuatan Belahan Dua Lajur Tidak Sama Lebar

Kompetensi Dasar mata pelajaran dasar teknologi menjahit antara lain:

1.19 Mendeskripsikan pengertian dan jenis belahan

1.20 Membuat macam-macam belahan

Indikator pencapaian kompetensi belahan meliputi :


36
1.19.1 Menjelaskan pengertian belahan (Belahan Dua Lajur)

1.20.1 Menyiapkan Alat dan Bahan Pembuatan Belahan Dua Lajur

1.20.2 Membuat macam-macam belahan (Pembuatan Fragmen Belahan Dua

Lajur).

Berikut ini adalah penjelasan terkait indikator pencapaian

kompetensi belahan dua lajur sebagai berikut :

a. Pengertian Belahan

Menurut Porrie Muliawan (2012: 16) belahan adalah suatu penutup atau

guntingan pada pakaian yang dibuat untuk memudahkan mengenakan dan

menanggalkan. Menurut Ernawati (2008:124) Belahan busana adalah guntingan

yang ada pada busana. Belahan busana terletak pada tengah muka, tengah

belakang, ujung lengan atau di tempat-tempat lain pada busana. Pemakaian

busana disesuaikan dengan desain. Sedangkan menurut Dwijanti (2013:41-42)

belahan yaitu bagian busana yang digunting atau terbuka dan diselesaikan

dengan teknik menjahit. Belahan busana dapat diletakkan pada lipatan kain,

tengah muka, tengah belakang, sisi badan dan sisi bawah. Belahan busana itu

dapat dibuat dari bahan kain yang sama atau bahan kain yang lain sebagai hiasan

dan penutup.

Berdasarkan beberapa teori pengertian belahan dapat disimpulkan bahwa

belahan merupakan bagian busana yang digunakan untuk membuka dan

menutup busana agar mudah dikenakan dan diselesaikan dengan cara menjahit

bagian tersebut.
37
b. Fungsi Belahan

Menurut Ernawati (2008:124) belahan pada busana berfungsi untuk

memudahkan membuka dan menutup busana. Disamping itu juga berfungsi

untuk hiasan atau variasi pada busana, karena pada belahan nantinya akan

dilengkapi dengan kancing atau penutup belahan. Menurut Dwijanti (2013:50)

Belahan memiliki dua fungsi yaitu sebagai dekoratif dan fungsional. Dekoratif

merupakan fungsi belahan sebagai hiasan atau pemanis busana. Belahan sebagai

fungsional memudahkan saat membuka dan menutup pakaian.

c. Macam-macam Belahan

Menurut Porrie Muliawan (2012: 16) macam-macam belahan yang umum

digunakan antara lain:

1) Belahan dengan satu lajur (lapis)

Belahan ini biasanya digunkan pada sisi celana main, bebe anak, sisi

petticoat dan lain-lain tempat. Sesuai dengan sebutannya belahan ini hanya

memiliki satu lajur.

2) Belahan dengan Kumai Serong (dengan passepoille)

Belahan kumai serong dibuat pada tempat-tempat yang tidak memiliki

kampuh misalnya pada bagian tengah muka dari garis leher ke bawah.

3) Belahan dengan dua lajur tidak sama lebar

Belahan dengan lajur tidak sama lebar banyak digunakan pada tempat-

tempat yang ada kampuh tetapi tidak cukup lebar untuk menyelesaikannya.
38
Belahan ini biasa dipakai sebagai penutup belahan sisi gaun (bebe), belahan sisi

rok bawah, belahan lengan kemeja, belahan-belahan pada pakaian anak-anak.

4) Belahan dengan Tutup tarik (zipper,ritselting)

Belahan ini digunakan sebagai tempat belahan dan menentukan panjang

belahan, biasa digunakan untuk belahan tengah belakang dari pinggang ke atas

dan kebawah, belahan sisi gaun, belahan sisi gaun dengan rok, belahan sisi

bawah rok, dan belahan tengah belakang dari leher sampai panggul.

5) Belahan dengan dua lajur sama bentuk

Belahan belahan dengan dua lajur sama bentuk dipakai sebagai penutup

pakaian di tengah muka dan mempunyai bentuk lurus runcing pada akhir

belahan, dapat dibuat ditempat yang ada atau tidak adanya kampuh.

6) Belahan dengan Ban veter

Belahan dengan ban veter yaitu belahan yang diselesaikan dengan ban

veter (ban untuk kolor, kedua tepi tidak bertiras).

d. Pengertian Belahan Dua Lajur

Menurut Dwijanti (2013:42) belahan dua lajur ini banyak digunakan untuk

belahan blus, kaos laki-laki, ujung lengan kemeja. Belahan dua lajur dibedakan

menjadi belahan dua lajur tidak sama lebar dan belahan dua lajur sama bentuk.

1) Belahan Dua Lajur Tidak Sama Lebar

Belahan dua lajur tidak sama lebar diguakan jika lebar kampuh belahan

tidak cukup lebar. Belahan dua lajur tidak sama lebar adalah belahan yang lajur

luar dan dalam tidak sama besar. Lajur luar lebarnya 2 cm dan lajur dalam
39
lebarnya 1 cm, belahan ini dibuat di tengah pola lengan bagian belakang kurang

lebih 8 cm. Belahan dua lajur dapat digunakan pada bagian lengan kemeja, sisi

gaun, sisi rok dan pakaian anak.

Gambar 1. Belahan dua lajur tidak sama lebar


Sumber : Dwijanti (2013:42)

2) Belahan Dua Lajur Sama Bentuk

Belahan ini biasanya digunakan pada bagian tengah pakaian sebagai


pembuka bagian leher. Pada bagian bawah belahan ada yang berbentuk runcing
dan kotak.

Gambar 2. Belahan dua lajur sama bentuk


Sumber : Dwijanti (2013:43)

9. Pembuatan Fragmen Belahan Dua Lajur Tidak Sama Lebar

Untuk membuat belahan hal-hal yang perlu disiapkan sebelum memulai

menjahit belahan dua lajur tidak sama lebar diantaranya adalah:

a. Tahap Persiapan

40
Adapun dalam tahap persiapan ialah menyiapkan alat-alat,bahan dan

komponen yang diperlukan dalam pembuatan fragmen belahan dua lajur tidak

sama lebar dengan manset adalah:

1) Menyiapkan Alat Dan Bahan

Menurut Mila Amalia (2016: 33-37) Alat yang digunakan dalam proses

menjahit antara lain:

a) Meteran

Materan adalah alat yang digunakan untuk mengukur badan sebelum

membuat pola.

b) Kertas pola

Kertas pola merupakan alat penting dalam menggambar pola.

c) Alat tulis

Pulpen digunakan untuk memberi tanda, pensil merah untuk menggambar

pola depan sedangkan pensil biru untuk menggambar pola belakang.

d) Penggaris siku

Penggaris siku-siku digunakan untuk menggambar garis lurus pada pola

busana, dan mengukur batas rok dari lantai.

e) Gunting Kertas

Gunting kertas digunakan untuk menggunting pola.

f) Kapur jahit

Kapur jahit digunakan untuk memberi tanda pada kain, ada dua macam

bentuk kapur, ada yang berbentuk lempengan dan pensil.


41
g) Pentul

Jarum pentul digunakan untuk menyematkan pola pada kain sebelum dipotong,

menyatukan kain saat mau dijahit, memberi tanda saat finishing. Jarum pentul

yang digunakan sebaiknya dalam keadaan runcing tidak tumpul, karena jika

tumpul dapat merusak permukaan kain.

h) Gunting Kain

Gunting ini berfungsi untuk memotong bahan berupa kain. Gunting kain

memiliki ciri khas pegangan jari satu kevil (jempol) besar untuk empat jari

supaya lebih kuat saat menggunakannya. Sebaiknya gunting yang digunakan

keadaan tajam tidak tumpul agar potongan kain rapi.

i) Jarum mesin

Jarum mesin untuk menjahit mempunyai banyak ukuran. Semakin besar

angkanya, maka ukurannya pun semakin besar. Yang harus diperhatikan dalam

memilih ukuran jarum adalah jenis kain yang akan dijahit. Semakin tipis jenis

kainnya maka jarum yang dipilih harus yang bernomor kecil.

j) Spool dan skoci

Spool sebagai tempat benang, benang yang digulung pada spool. Skoci

sebagai rumah spool ditempatkan dibagian bawah mesin.

k) Setrikaan

42
Setrikaan untuk merapikan bagian jahitan yang sudah dijahit agar rapi.

Setrikaan juga berfungsi untuk mengepres bahan pelapis seperti vliselin dan kain

keras M33.

Selain alat yang digunakan, adapun bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan

fragmen belahan dua lajur. Bahan-bahannya antara lain:

a) Benang Jahit

Benang jahit sebagai bahan perajut/penghubung antara kain satu kekain

lainnya sehingga menjadi menyatu sesuai yang kita inginkan.

b) Kain

Kain berfungsi sebagai bahan utama yang digunakan pada pembuatan

belahan dua lajur adalah kain katun polos, kemudian untuk lajur belahan

menggunakan katun motif, akan tetapi untuk pembuatan belahan sesungguhnya

disesuaikan dengan busana yang akan dibuat.

c) Vliselin

Vliselin digunakan sebagai bahan pelapis (bagian dalam kain) yang

diaplikasikan pada bagian dalam kain bertujuan agar bahan lebih kaku. Vliselin

digunakan untuk melapisi komponen belahan dua lajur.

d) Kain Keras (M33)

Kain keras (M33) digunakan sebagai pelapis bagian dalam kain yang

diaplikasikan pada bagian dalam kain dengan tujuan agar bahan lebih rapi dan

tegak. Kain keras digunakan untuk melapisi komponen manset.

e) Kancing Kemeja
43
Kancing ini sering digunakan untuk pakaian laki-laki dan sering juga disebut

kancing kemeja. Bentuk kancing ini bulat dan memiliki lobang

tempat memasukkan benang. Ukuran kancing inipun beragam, mulai dari yang

kecil, menengah dan besar. Kancing yang digunakan untuk lengan kemeja adalah

kancing kemeja ukuran kecil dengan empat lubang kancing.

b. Menyiapkan Mesin Jahit

Mesin jahit digunakan untuk pembuatan belahan yang berfungsi sebagai

penyambung pada setiap tahapan-tahapan pada pembuatan belahan.

Langkah menyiapkan mesin jahit menurut Mila Amalia (2016: 27) sebagai berikut:

1) Cara Memasang Jarum

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika memasang jarum mesin

jahit. Bagian yang membulat dipasangkan pada penjepit jarum yang ada pada

mesin. Renggangkan penjepit jarum, lalu masukkan jarum benar-benar lurus.

Bila salah memasangnya jarum mudah patah, benang mudah putus, dan jahitan

melompat-lompat.

2) Cara Memasukkan Benang

Untuk benang yang terpasang di mesin jahit, biasanya membutuhkan dua

jenis benang yaitu benang sekoci dan benang gelondong. Benang sekoci yaitu

benang yang digulungkan pada bagian kumparan (spool). Setelah sekoci terpasang
44
benang dan letakkan pada bagian mesin jahit bagian dalam, tarik benang ke luar di

atas meja mesin jahit. Sedangkan benang gelondong yaitu gelondongan benang

diletakkan di atas mesin jahit, lalu ujung benang dimasukkan ke pengatur benang,

tegangan benang, penyangkut benang dan terakhir ke jarum mesin jahit.

3) Mengatur Jarak Setikan Mesin

Pengaturan setikan harus memperhatikan jenis bahan yang akan dijahit.

Setikan yang bagus adalah yang tidak terlalu rapat. Karena kain yang digunakan

adalah bahan katun yang jenis kain yang berat ringan, maka menggunakan setikan

12/1 inchi.

c. Menyiapkan Komponen

1) Menyiapkan Pola Lengan

Menggambar pola menggunakan kertas pola kemudian memotong komponen

lengan dengan bahan utama menggunakan kain katun polos. Pola yang dipakai

pada tahapan membuat belahan dua lajur ini adalah pola lengan kemeja bagian

kanan.

2) Menyiapkan Komponen Belahan Dua Lajur Tidak Sama Lebar

Membuat pola lajur menggunakan kertas pola kemudian memotong kain

untuk belahan menggunakan kain katun motif, ukuran panjang lajur pertama adalah

panjang 11 cm kemudian lebar lajur 3,5 cm ukuran sudah termasuk kampuh,


45
kemudian memotong kain untuk lajur belahan kedua dengan panjang 11 cm

ditambah 3,5 cm untuk penyelasaian akhir belahan yang berbentuk runcing dan

keseluruhan lebar 6,5 cm.

3) Menyiapkan Komponen Manset

Membuat pola manset menggunakan kertas pola dengan panjang 21 cm

dan lebar 6 cm. Kemudian memotong komponen manset dengan ukuran

disesuaikan dengan lingkar pergelangan lengan kemeja yaitu panjang 21 cm dan

lebar 6 cm ditambah 1,5 cm keliling untuk kampuh, dipotong sebanyak 2 kali

menggunakan kain katun motif.

4) Menyiapkan lapisan vliselin untuk komponen belahan dua lajur

Memotong pelapis (vliselin) untuk bagian dua lajur, ukuran disesuaikan

dengan lebar masing-masing lajur beserta kampuh. Kemudian menyetrika pelapis

pada lajur belahan. Menempel bahan pelapis (vliselin) pada lajur kecil dan lajur

lebar menggunakan setrika dengan suhu normal dan tidak boleh terlalu panas.

5) Menyiapkan lapisan kain keras (M33) untuk manset

Kemudian memotong pengeras M33 untuk bagian manset, ukuran sesuai

pola asli manset tanpa ditambah kampuh sebanyak 1 lapis. Kemudian menempel

pengeras M33 pada potongan pola manset (satu lapis pola saja). Jika

menggunakan setrika dengan suhu normal dan tidak boleh terlalu panas.

6) Memberi tanda komponen lengan

Memberi tanda komponen bagian lengan belakang pada bagian buruk kain,

dari tepi kanan diukur kurang lebih 6 cm lalu tarik garis lurus keatas kurang lebih
46
8 cm, kemudian gunting sesuai tanda garis, 1 cm sebelum ujung belahan digunting

menyudut atau bentuk segitiga.

d. Proses

Proses adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam proses menjahit belahan

dua lajur. Langkah-langkah pembuatan belahan dua lajur tidak sama lebar

menurut Ernawati (2008: 126-127) dan langkah menjahit manset menurut Porrie

Muliawan (2012: 30) yaitu:

1) Letakkan lajur kecil dengan posisi bagian baik berhadapan dengan bagian

buruk lengan, jahit sepanjang belahan.

2) Berilah tanda lajur yang letaknya di dalam, balik lajur ke bagian baik. Sisi yang

masih bertiras diberi lipatan kearah dalam 0,5 cm, kemudian jahitlah kedua

kalinya tepat pada jahitan pertama.

3) Letakkan lajur yang ukuran lebar pada bagian baik berhadapan dengan bagian

buruk lengan, lalu jahit sepanjang belahan dengan kampuh 0,5 cm.

Kemudian potongan segitiga dijahit bersamaan dengan lajur yang kecil.

4) Balik lajur ke bagian baik, pada sisi yang masih bertiras dibuat lipat ke arah

dalam selebar 2 cm, lalu jahit lurus tepi lipatan lajur.

5) Penyelesaian pada ujung belahan yang berbentuk runcing disetik terakhir dan

diteruskan dengan garis batas panjang belahan. Perhatikan guntingan segitiga

dan ujung lajur kecil turut dijahit. Jahit ujung belahan dua kali dengan posisi

melintang, jahitan ini berfungsi sebagai penguat.


47
6) Menjahit bagian sisi lengan.

7) Manset sudah disetik dengan pelapisnya, dibalik kemudian siap dipasang pada

lengan.

8) Manset disatukan ke lengan dengan menjahit dari dalam dahulu, kemudian

bagian yang bertiras dilipat ke dalam dan ditindas dari luar. Keliling tepi

manset disetik.

e. Finishing

Menurut Ernawati (2008:378) Finishing adalah kegiatan penyelesaian akhir

yang meliputi pemeriksaan (inspection), pembersihan (triming), penyetrikaan

(pressing). membuat lubang kancing, pemasangan kancing, pembersihan benang,

dan pressing.

1) Pemeriksaan (inspection) merupakan kegiatan yang menentukan kualitas dari

hasil jahitan. Proses yang dilakukan dalam kegiatan ini yaitu pembuangan sisa-

sisa benang dan pemeriksaan bagian-bagian busana apakah terdapat kesalahan

dalam menjahit atau ketidakrapian dari hasil jahitan seperti ada bagian yang

berkerut, ada bagian yang tidak terjahit atau bagian yang tidak rapi.

2) Pembersihan (triming), proses yang ada dalam kegiatan ini dilakukan khusus

di bagian quality control yang mana sisa-sisa benang dibuang dan pelengkap

pakaian seperti kancing dan pelengkapan lainnya dipasangkan.


48
Berikut proses yang dilakukan quality control antara lain:

a) Membuat Lubang Kancing (Botton Hole) yaitu memberi tanda lubang

kancing dengan garis vertikal kurang lebih 1,5 cm pada bagian lajur belahan

dengan lebar 2 cm, kemudian memberi tanda lubang kancing dengan garis

horizontal pada manset kurang lebih 1,5 cm. Membuat lubang kancing dengan

menggunakan mesin lubang kancing (botton hole).

b) Memasang kancing merupakan tahap memasang kancing pada bagian yang

telah diberi tanda untuk diberi kancing. Kancing yang digunakan yaitu kancing

kemeja dengan lubang empat ukuran kurang lebih 1 cm. Arah memasang

kancing disesuaikan dengan arah garis lubang kancing.

3) Penyetrikaan (pressing) merupakan penyetrikaan akhir sebelum pakaian

dipasang label dan dikemas. Pressing ini bertujuan untuk menghilangkan

kerutan-kerutan dan menghaluskan bekas lipatan yang tidak diinginkan pada

pakaian serta untuk memberikan hasil akhir pada pakaian setelah proses

pembuatan.

10. Mata Pelajaran Dasar Teknologi Menjahit

Teknologi busana berasal dari kata Teknos dan Logos, teknos berarti teknik,

cara, metode, sedangkan Logos berarti ilmu, pengetahuan. Kesimpulannya

teknologi busana adalah suatu ilmu keterampilan yang mempelajari cara atau

teknik, metode menjahit dalam penyelesaian pembuatan busana.

49
Mata pelajaran dasar teknologi menjahit merupakan salah satu mata pelajaran

dasar yang diberikan pada siswa kelas X SMK bidang studi keahlian Pariwisata

dengan program studi keahlian tata busana. Mata pelajaran dasar teknologi menjahit

merupakan mata pelajaran yang meliputi teori maupun praktik, dapat diartikan

bahwa teknologi menjahit merupakan pembelajaran dalam mengembangkan

kognitif (pengetahuan) dan melatih psikomotorik (keterampilan).

Penjelasan tentang struktur kurikulum 2013 dapat dilihat dibawah ini sebagai

berikut:

Tabel 2. Struktur Kurikulum SMK 2013


KELAS
MATA PELAJARAN X XI XII
1 2 1 2 1 2
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
2 Pendidikan Pancasila dan 2 2 2 2 2 2
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4
4 Matematika 4 4 4 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
Jumlah Jam Kelompok A 17 17 17 17 17 17
Kelompok B (Wajib)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 2 2
8 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga & 3 3 3 3 3 3
Kesehatan
Jumlah Jam Kelompok B 7 7 7 7 7 7
Kelompok C
C1. Dasar Bidang Kejuruan
10 IPA Terapan 2 2 2 2 - -
11 Pengantar Pariwisata 2 2 2 2 - -
C2. Dasar Kompetensi Kejuruan
12 Tekstil 3 3 - - - -

50
KELAS
MATA PELAJARAN X XI XII
1 2 1 2 1 2
13 Dasar Teknologi Menjahit 7 7 - - - -
14 Dasar Pola 4 4 - - - -
15 Dasar Desain 3 3 - - - -
16 Simulasi Digital 3 3 - - - -
C3. Kompetensi Kejuruan
Paket Keahlian : Tata Busana
17 Pembuatan hiasan 2 2
18 Desain Busana 3 3 3 3
19 Pembuatan Pola 4 4 4 4
20 Pembuatan Busana(Industri) 13 13 - -
21 Pembuatan Busana(custom-made) - - 15 15
Jumlah Jam Kelompok C 24 24 24 24 24 24
TOTAL 48 48 48 48 48 48

Berdasarkan penjelasan berikut penelitian ini mengarah pada mata

pembelajaran Dasar Teknologi Menjahit masuk pada kategori dasar kompetensi

kejuruan (C2) yang diberikan selama dua semester yaitu semester pertama (ganjil)

dan semester kedua (genap). Mata pelajaran dasar Teknologi Menjahit mencakup

pengetahuan dan keterampilan dengan berbagai teknik menjahit sesuai dengan

konsep pembuatan busana.

11. Penelitian dan Pengembangan

a. Pengertian Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:297) penelitian pengembangan atau research and

development (R&D) adalah aktifitas riset dasar untuk mendapatkan informasi

kebutuhan pengguna (needs assessment), kemudian dilanjutkan kegiatan

51
pengembangan (development) untuk menghasilkan produk dan mengkaji

keefektifan produk tersebut. Penelitian pengembangan terdiri dari dua kata yaitu

research (penelitian) dan development (pengembangan). Kegiatan pertama adalah

melakukan penelitian dan studi literatur untuk menghasilkan rancangan produk

tertentu, dan kegiatan kedua adalah pengembangan yaitu menguji efektivitas,

validasi rancangan yang telah dibuat, sehingga menjadi produk yang teruji dan

dapat dimanfaatkan masyarakat luas. Menurut Puslitjaknov (2008:8) metode

penelitian dan pengembangan memuat tiga komponen utama, yaitu :1) model

pengembangan, 2) prosedur pengembangan, dan 3) uji coba produk. Sedangkan

menurut Anik Ghufron (2007:2) penelitian dan pengembangan adalah model yang

dipakai untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran yang mampu

mengembangkan berbagai produk pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian

pengembangan atau research based development (R&D) adalah model penelitian

yang bertujuan untuk mengembangkan produk yang diawali dengan riset kebutuhan

kemudian dilakukan pengembangan dan validasi untuk menguji efektivitas produk.

Hasil produk penelitian pengembangan antara lain : media, materi pembelajaran,

dan sistem pembelajaran.

b. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan Borg & Gall (2003:784) 10 langkah berurutan

(prosedural) dalam penelitian dan pengembangan yaitu sebagai berikut :

52
1) Research and information collecting (penelitian dan pengumpulan data),

dilakukan melalui studi awal dengan pengumpulan informasi pada kondisi

kontekstual dimana penelitian akan dilakukan, review literatur, observasi

lapangan, kelas, laboratorium.

2) Planning (perencanaan), menentukan tujuan, identifikasi keterampilan,

menentukan mata pelajaran yang akan diberikan.

3) Develop preliminary form of product (pengembangan draft produk),

mengembangkan produk awal menyiapkan bahan pelajaran, metode

pembelajaran, dan asesmen pembelajaran.

4) Preliminary testing (uji coba lapangan awal), memvalidasi model (produk)

awal yang dihasilkan pada tahap 3.

5) Main product revision (merevisi hasil uji coba), melakukan revisi produk

berdasarkan masukan pada testing awal. Melakukan interview, observasi, dan

angket terhadap subyek 6-12 orang.

6) Main field testing (uji coba lapangan), melakukan uji coba lapangan melibatkan

30-80 orang sebagai responden pengguna produk, melakukan data kuantitatif.

7) Operational product revision (penyempurnaan produk hasil uji lapangan),

merevisi produk berdasarkan masukan pada uji coba lapangan.

8) Operational field testing (uji pelaksanaan lapangan), melakukan uji coba

lapangan melibatkan 90-200 responden (pengguna produk), mengumpulkan

data kuantitatif.

53
9) Final product revision (penyempurnaan produk akhir), merevisi produk

berdasarkan masukan uji coba lapangan operasional (operational field testing)

hingga dihasilkan produk akhir.

10) Dissemination and implementation (desiminasi dan implementasi), membuat

laporan produk akhir dan dipresentasikan melalui seminar hasil penelitian.

Sedangkan Puslitjaknov (2008:11) prosedur penelitian pengembangan menurut

Borg and Gall dapat disederhanakan menjadi lima langkah utama antara lain :

1) Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan

2) Mengembangkan produk awal

3) Validasi ahli dan revisi

4) Uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk

5) Uji coba lapangan skala besar dan produk akhir

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat sepuluh

langkah pengembangan menurut Borg and Gall, dalam pengembangan media

pembelajaran ini peneliti mengacu pada langkah pengembangan menurut

Puslitjaknov. Alasan memilih prosedur pengembangan Borg and Gall yang telah

disederhanakan oleh Puslitjaknov karena pada dasarnya kedua prosedur itu

memiliki persamaan hanya saja pengembangan menurut puslitjaknov lebih

sederhana yang dirangkum dalam lima tahapan yaitu melalui tahapan melakukan

analisis produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk awal, validasi

ahli dan revisi, uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk, uji coba lapangan

skala besar dan produk akhir.


54
B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti berikut menjadi kajian yang

relevan. Penelitian yang relevan dapat berupa penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang berjudul “Pengembangan media pembelajaran Chart Tiga Dimensi

pembuatan lipit dalam mata pelajaran dasar teknologi menjahit kelas X di

SMK Muhammadiyah Borobudur”, disusun oleh Arini Safrida (2017). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil validasi ahli materi dan

ahli media, uji coba skala kecil dan uji coba skala besar termasuk kategori

layak.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Vina Giri Liani (2009) yang berjudul

“Pengembangan media pembelajaran Chart Tiga Dimensi mata diklat

menggambar busana di SMK 1 Pandak”. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa hasil validasi ahli materi dan ahli media diperoleh hasil yaitu 3 ahli

media skor rerata 24 dan hasil 3 ahli materi skor rerata 18,7 sehingga hasil

tersebut dapat dinyatakan layak dan baik sebagai media pembelajaran.

Efektifitas penggunaan media pembelajaran chart pada kompetensi

menggambar busana pesta dengan teknik 3D dapat ditunjukkan dari

peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar = 0,6.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Herwi Susilowati (2011) yang berjudul

“Pengembangan media pembelajaran chart dan job sheet proporsi tubuh wanita

55
pada mata diklat menggambar busana di SMK Marsudirini Marganingsih

Surakarta”. Hasil penelitian berupa: (a) pengembangan media chart melalui

10 tahapan, hingga menghasilkan produk Media Chart Tiga Dimensi (3D) yang

layak digunakan pada proses pembelajaran menggambar busana khususnya

pada materi pembuatan proporsi tubuh wanita, (b) pengembangan media job

sheet menggunakan kertas kwarto, media job sheet ini terdiri dua bagian

yaitu pembuatan proporsi tubuh dan pembuatan proporsi tubuh dengan gaya,

(c) tingkat kelayakan media pembelajaran chart menurut uji lapangan

sejumlah 20 siswa menunjukkan bahwa 70% dalam kategori sangat layak,

30% dalam kategori layak, (d) tingkat kelayakan job sheet menurut uji

lapangan sejumlah 20 siswa menunjukkan bahwa 60% dalam kategori sangat

layak, 40% dalam kategori layak.

4. Penelitian berikutnya yang relevan adalah “Pengembangan Media Chart Tiga

Dimensi (3D) menjahit celana pada mata pelajaran keterampilan PKK siswa

kelas VIII di SMP N 16 Yogyakarta” disusun oleh Septiati Norita Sari (2008).

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang

penulis kembangkan. Persamaan tersebut dapat terlihat dari tujuan penelitian,

metode penelitan, metode pengumpulan data dan teknik analisis data serta hasil

penelitian yang serupa yaitu pengembangan media chart tiga dimensi.

Perbedaan penelitian tersebut adalah dilihat dari mata pelajaran yang dipilih,

agar lebih jelas persamaan dan perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.
56
Tabel 3. Tinjauan Perbandingan Penelitian sejenis dengan penelitian yang
dilakukan oleh Peneliti

Vina Herwi Septiati


Arini Dewi
Giri Susilow Norita
Komponen Penelitian Safrida Purbaningsih
Liani ati Sari
(2017) (Peneliti)
(2009) (2011) (2008)
Tujuan Pembuatan √ √ √ √ √
Penelitian media
Mengembangkn √ √ √ √ √
media Chart
Tiga Dimensi
Tingkat √ √ √ √ √
kelayakan media
Metode Quasi
penelitian Eksperimen
R&D √ √ √ √ √
Mata Keterampilan √
Pelajaran PKK
Dasar Teknologi √ √
Menjahit
Desain √ √
Tempat SMP √
Penelitian SMK √ √ √ √

57
Berdasarkan kajian penelitian yang relevan berikut hal ini dimaksudkan

untuk mengetahui posisi hasil penelitian terhadap hasil-hasil penelitian yang

dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya sehingga dapat digunakan sebagai

acuan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang dilakukan terdahulu terbukti

layak dan mampu meningkatkan aktivitas belajar dan kompetensi belajar siswa.

Berdasarkan kajian penelitian yang relevan berikut menunjukkan bahwa

belum pernah dilakukan Pengembangan Media Chart Tiga Dimensi pembuatan

fragmen belahan dua lajur pada mata pelajaran dasar teknologi menjahit siswa kelas

X Busana SMK Diponegoro Depok. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian yang

peneliti lakukan masih original karena sebelumnya tidak pernah dilakukan di SMK

Diponegoro. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul

Pengembangan yang relevan berikut menunjukkan bahwa belum pernah

dilakukan Pengembangan Media Chart Tiga Dimensi pembuatan fragmen belahan

dua lajur tidak sama lebar pada mata pelajaran dasar teknologi menjahit siswa kelas

X Busana SMK Diponegoro Depok.

C. Kerangka Berpikir

Dasar Teknologi Menjahit merupakan salah satu mata pelajaran praktik yang

ada di SMK Diponegoro Depok khususnya pada program keahlian Tata Busana.

Salah satu pelajaran praktik pada mata pelajaran dasar teknologi menjahit yaitu

pembuatan belahan dua lajur tidak sama lebar dengan indikator pencapaian

58
kompetensi belahan. Pada praktik di sekolah siswa dituntut aktif dan mandiri serta

dapat memahami langkah-langkah pembuatan belahan dua lajur tidak sama lebar,

media yang digunakan dikelas seperti job sheet dan penjelasan dari Guru belum

cukup untuk mengatasi kesulitan peserta didik. Ketergantungan dengan Guru

membuat terhambatnya proses pembelajaran praktik pembuatan belahan dua lajur,

karena belum tersedianya media dalam bentuk visual yang dapat dilihat dan diraba

secara langsung yang berisi cara pembuatan belahan dua lajur tidak sama lebar.

Pemilihan media pembelajaran yang tepat akan membantu peserta didik

memahami materi dengan mudah serta membantu Guru menyampaikan materi

secar lebih jelas sehingga mudah dimengerti. Media chart tiga dimensi dapat

menjelaskan langkah-langkah pembuatan fragmen belahan dua lajur tidak sama

lebar secara lebih jelas secara langsung dengan melihat dan meraba media. Karena

dapat menampilkan materi berupa tulisan, gambar dan fragmen langkah-langkah

pembuatan belahan dua lajur tidak sama lebar dalam media chart tiga dimensi.

Langkah-langkah pembuatan fragmen belahan dua lajur tidak sama lebar

membutuhkan keterampilan serta pemahaman peserta didik, sehingga media chart

tiga dimensi cocok diterapkan dalam pembelajaran pembuatan belahan dua lajur

tidak sama lebar.

Berdasarkan hal tersebut ketersediaan media pembelajaran menggunakan

media chart tiga dimensi diyakini dapat mengatasi kesulitan dan mempermudah

pemahaman peserta didik terhadap langkah-langkah pembuatan belahan dua lajur

tidak sama lebar. Penggunaan media pembelajaran menggunakan media chart tiga
59
dimensi diharapkan dapat membantu dan mempermudah tugas Guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran. Oleh karena itu maka perlu dilakukan

pengembangan media pembelajaran menggunakan media chart tiga dimensi

sebagai solusi permasalahan yang ada. Prosedur penelitian dan pengembangan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah prosedur Borg and Gall yang disederhanakan

oleh Puslitjaknov menjadi lima langkah utama antara lain: (1) Melakukan analisis

produk yang akan dikembangkan, (2) mengembangkan produk awal, (3) Validasi

ahli dan revisi, (4) Uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk, (5) Uji coba

lapangan skala besar dan produk akhir.

60
Masalah pembelajaran pembuatan belahan dua lajur tidak
sama lebar di SMK Diponegoro Depok Yogyakarta

Penggunaan media Diperlukan media Belum tersedianya media


berupa job sheet kurang pembelajaran yang dapat pembelajaran dalam
menarik perhatian melibatkan peserta didik bentuk visual yang dapat
peserta didik karena secara langsung untuk dilihat dan diraba, oleh
gambar-gambar pada job aktif menemukan sendiri karena itu perlu
sheet tidak dapat pemahaman mereka dikembangkan media
menampilkan gambar terhadap materi yang sesuai dengan identifikasi
secara jelas. diberikan. kebutuhan tersebut.

Solusi

Pengembangan media pembelajaran Keunggulan media chart


menggunakan media chart tiga dimensi tiga dimensi
- Dapat menampilkan
tulisan, gambar, dan
Hasil fragmen pembuatan
belahan dua lajur tidak
sama lebar yang dapat
dilihat dan diraba
secara langsung.
- Dapat digunakan tanpa
proyeksi.
- Bahan untuk membuat
Media pembelajaran media mudah
yang menarik dan ditemukan
mudah dipahami oleh
peserta didik dalam
pembuatan belahan dua
lajur tidak sama lebar

Gambar 3. Bagan Kerangka Berpikir


61
D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian pada deskripsi teori yang ada maka pertanyaan penelitian

yang diajukan sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran chart tiga dimensi

pembuatan fragmen belahan dua lajur pada lengan kemeja mata pelajaran dasar

teknologi menjahit untuk kelas X Tata Busana di SMK Diponegoro Depok

Yogyakarta?

2. Bagaimana kelayakan produk media pembelajaran chart tiga dimensi

pembuatan fragmen belahan dua lajur pada mata pelajaran dasar teknologi

menjahit menurut ahli media?

3. Bagaimana kelayakan produk media pembelajaran chart tiga dimensi

pembuatan fragmen belahan dua lajur pada mata pelajaran dasar teknologi

menjahit menurut ahli materi?

4. Bagaimana kelayakan produk media pembelajaran chart tiga dimensi

pembuatan fragmen belahan dua lajur pada mata pelajaran dasar teknologi

menjahit menurut peserta didik?

5. Apakah media pembelajaran chart tiga dimensi pembuatan fragmen belahan

dua lajur layak digunakan sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran

dasar teknologi menjahit untuk kelas X di SMK Diponegoro Depok

Yogyakarta?

62

Anda mungkin juga menyukai