Anda di halaman 1dari 45

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Media Pembelajaran

Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara peserta

didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah lebih

baik. Selama proses pembelajaran tugas gutu yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku

bagi peserta didik, Mulyasa (2007:100). Pembelajaran merupakan proses

komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik

sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.

a. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Hamalik (2003:54) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur

yang saling mempengahuri untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri.

Menurut Wati (2016:2) media merupakan sesuatu yang bersifat meyakinkan pesan

dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audiens atau peserta didik

sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik tersebut.

Sedangkan, media pembelajaran merupakan komponen sumber belajar yang berisi

materi instruksional di lingkungan peserta didik yang memotivasi peserta didik

untuk belajar.

Proses pembelajaran merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan

proses pendidikan, sebab berhasil tidaknya pendidikan bergantung pada bagaimana

13
proses belajar seseorang terjadi setelah berakirnya melakukan aktivitas belajar.

Sedangkan mengajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru

yang menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik disekolah. Belajar mengajar

pada hakekatnya adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh guru. Dengan

demikian proses belajar mengajar dan pembelajaran adalah kegiatan guru secara

terprogram dalam desain instruktusional yang terdiri dariberbagai komponen yang

saling berkaitan satu sama lain untuk memnuat peserta didik aktif dalam rangka

mencapai tujuan peningkatan pengetahuan dan kemampuan peserta didik.

Sanjaya (2016:56-58) menjelaskan ada dua hal yang harus dipahami terkait

media pembelajaran. Pertama, media pembelajaran tidak terbatas pada alat saja

seperti TV, radio CD dan lain sebagainya, akan tetapi meliputi pemanfaatan

lingkungan baik yang didesain atau tidak untuk pembelajaran serta kegiatan yang

dirancang untuk mencapai ujuan pembelajaran. Kedua, media digunakan untuk

menambah pengetahuan, mengubah sikap atau digunakan untuk menanamkan

keterampilan tertentu.

Tujuan pokok dalam pembelajaran di sekolah secara operasional adalah

membelajarkan peserta didik agar mampu memproses dan memperoleh

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap berdiri sendiri. Hal-hal pokok yang

seharusnya menjadi pengalaman peserta didik adalah berupa cara-cara penting

untuk memproses atau memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang

menjadi kebutuhannya.

14
b. Komponen Pembelajaran

Setiap proses interaksi belajar mengajar selalu ditandai dengan adanya

sejumlah unsur, dan unsur dalam pembelajaran tersebut biasa disebut dengan

komponen pembelajaran. Menurut Hamalik (2004:77) proses pembelajaran

merupakan satu sistem artinya keseluruhan yang terjadi dari komponen-komponen

yang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Hamalik (2004:77) komponen-komponen pokok dalam

pembelajaran adalah sebagai beriku: tujuan pembelajaran, peserta didik (peserta

didik), tenaga kependidikan (guru), kurikulum dan materi pembelajaran, metode

pembelajaran, sarana (alat dan media) pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

berlansungnya proses pembelajaran tidak lepas dari komponen-komponen yang ada

didalamnya. Masing-masing kompoen saling berhubungan dan saling berpengaruh

dalam setiap kegiatan proses belajar mengajar yang meliputi tujuan, ahan pelajaran,

guru, peserta didik, metode, media atau alat pendidikan, situasi lingkungan belajar

dan evaluasi. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah komponen

pembelajaran menurut pendapat Rusman (2013:11) komponen-komponen

pembelajaran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan komponen penting yang harus ditetapkan

dlam proses pembelajaran yang mempunyai fungsi sebagai tolak ukur keberhasilan

pembelajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan

15
kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan

pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat diatas, tujuan pembelajaran merupakan komponen

pertama yang harus diterapkan dalam proses pengajaran yang berfungsi sebagai

indikator keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan

tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki peserta didik setelah

menyelesaikan pengalaman dalam kegiatan belajar. Isi tujuan pembelajaran pada

hakekatnya adalah hasil belajar yang diharapkan.

2) Bahan/ Materi Pembelajaran

Bahan pembelajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri dari

fakta, prinsip, generalisasi suatu pengetahuan yangbersumber dari kurikulum dan

dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran (Sudjana & Rivai, 2001:01)

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diketahui bahwa bahan pelajaran

merupakan pokok bahasan dan uraian dari ilmu pengetahuan yang terdapatdalam

kurikulum yang harus disampaikan guru kepada peserta didik pada waktu

pembelajaran berlangsung untuk mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.

Berhasil atau tidaknya materi pembelajaran diterima oleh peserta didik salah

satunya ditentukan oleh guru. Guru sebagai pengajar hendaknya harus dapat

memilih materi mana yang akan diajarkan dan materi yang tidak perlu diajarkan,

serta guru harus menguasai materu pembelajaran tersebut.

16
Menurut Daryanto (2013:80) materi pelajaran perlu memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

a) Menunjang tercapainya tujuan instruktusional

b) Sesuai dengan tingkat pendidikan dan pengembangan peserta didik pada

umunya

c) Terorganisasi secara sistematis dan berkesinambungan

d) Mencakup hal-hal yang bersifat factual maupun konseptual

a. Metode Pembelajaran

Sukardi (2008:47) mengemukakan bahwa metode mengajar adalah kesatuan

langkah kerja yang dikembangkan oleh guru berdasar pertimbangan rasional

tertentu yang masing-masing jenis bercorak khas dan semuanya berguna untuk

mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dikemukakan

bahwa metode pembelajaran merupakan salah satu cara yang digunakan guru dalam

mengadakan hubungan dnegna peserta didik pada saat berlangsungnya

pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Jenis-jenis metode

pengajaran menurut Sukardi (2008:47):

1) Metode Ceramah

Sebuah bentuk interaksi belajar mengajar yang dilakukan melalui

penjelasan dan penuturan secara lisan dan guru terhadap sekelompok peserta diklat.

2) Metode Tanya Jawab

Suatu metode dimana guru menggunakan/ memberi pertanyaan kepada

murid dan murid menjawab atau sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru

menjawab pertanyaan murid tersebut.

17
3) Metode Diskusi

Merupakan suatu metode pembelajaran yang dimana guru memberi suatu

persoalan (masalah) kepada para murid dan murid diberi kesempatan secara

Bersama-sama untuk memecahkan masalah dengan teman-temannya.

4) Metode Pemberian Tugas (Resitasi)

Merupakan bentuk interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya

satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru dimana penyelesaian tugas tersebut

dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok sesuai dengan perintah guru.

5) Metode Demontrasi dan Eksperimen

Metode demonstrasi adalah metode dimana seorang guru memperlihatkan

sesuatu proses kepada seluruh anak didiknya.

Dari berbagai pendapat ahli diatas metode pembelajaran yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran dengan media video pembelajaran ini adalah

metode demonstrasi dan eksperimen. Dimana guru memperlihatkan sebuah proses

yang secara tidak langsung melalui media audio visual yang diharapkan nantinya

peserta didik dapat melakukan proses seperti yang dilakukan dalam video tersebut.

6) Media Pembelajaran

Menurut Sanaky (2013:45) media pembelajaran adalah sebuah alat yang

berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan

ajar. Maka dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjlan tanpa

bantuan sarana untuk menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapat

digunakan sebagai media, diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia,

18
realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan, dan suara yang direkam. Dengan

kelima bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar mempelajari bahan

pelajaran. Atau dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk stimulus dapat

dipergunakan sebagai media adalah suara, lihat, dan Gerakan.

Agar seorang guru dalam menggunakan media pendidikan dapat efektif,

setiap guru harus dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang

media pendidikan atau pengajaran (Hamalik & Arsyad, 2004:02). Pengetahuan dan

pemahaman tentang media pembelajaran meliputi:

a) Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar

mengajar

b) Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

c) Seluk-beluk proses belajar

d) Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan

e) Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran

f) Pemilihan dan penggunaan media pendidikan

g) Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan

h) Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran

i) Usaha inovasi dalam media pendidikan

Dengan demikian, media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses

belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umunya dan tujuan

pembelajaran disekolah pada khususnya.

Dari beberapa pendapat ahli diatas, peneliti menggunakan teori menurut

Hamalik dan Arsyad dimana media pembelajaran berfungsi dengan baik dan benar

19
adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara

dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam

mencapai tujuan pengajaran atau pembelajaran. Dalam pengertian yang lebih luas,

media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka

lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar

dalam proses pembelajaran di kelas.

7) Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi menurut Hamalik (2004:63), evaluasi merupakan aspek penting

dalam proses belajar mengajar yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa

jauh tujuan instruksional telah tercapai atau hingga mana mendapat kemajuan

belajar peserta didik dan bagaimana tingkat keerhasilan sesuai tujuan instruksional

tersebut. Dengan demikian evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan penilaian

terhadap suatu objek/ subjek yang ditetapkan berdasarkan krtiteria tertentu untuk

mengukur, meniai, dan mengetahui sejumlah mana tujuan pembelajaran dan tingkat

keberhasilan belajar yang dicapai oleh peserrta diklat dalam proses pembelajaran.

Evaluasi diartikan sebagai proses sistematis untuk dapat menentukan nilai sesuatu

(tujuan kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, dan orang lain) (Dimyati &

Mudjiono, 2002:191) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.

Menurut Sanaky (2013:12) dalam evaluasi pembelajaran, selain ditunjang

oleh kemampuan berkomunikasi yang baik dari seorang pengajar, juga ditunjang

oleh penguasaan terhadap berbagai keterampilan dasar mengajar. Ada delapan

keterampilan dasar mengajar, yaitu:

a) Keterampilan bertanya

20
b) Memberi penguatan

c) Mengadakan variasi

d) Menjelaskan

e) Membuka dan menutup pelajaran

f) Membimbing diskusi kelompok kecil

g) Mengelola kelas

h) Mengajar kelompok kecil dan individual

Menurut pendapat ahli diatas dikemukakan bahwa setiap evaluasi

merupakan kegiatan dari komponen pembelajaran yang wajib dilaksanakan untuk

mengukur tingkat kesuksesan belajar yang telah dilaksanakan. Pelaksanaan

evaluasi pembelajaran dapat dilakukan pada setiap akhir proses pembelajaran.

8) Tenaga Pendidik (Guru)

Menurut Sanaky (2013:11) proses pembelajaran pada hakekatnya adalah

proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima

pesan melalui saluran atau media tertentu. Proses komunikasi harus harus

diciptakan dan diwujudkan melalui kegiatan penyampaian pesan, tukar menukar

pesan atau informasi dari setiap pengajar kepada pembelajar atau sebaliknya. Pesan

atau informasi disampaiakan dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide,

pegalaman, dan sebagainya.

Guru (pendidik) adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan

pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik jasmani maupun

rohaninya. Agar tercapainya tingkat kedewsaan mampu berdiri sendiri memenuhi

21
tugasnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk sosial dan mahluk individu yang mandiri

menurut Atmaka (2004:17).

Berdasarkan teori diatas, peneliti mengambil teori menurut Dri Atmaka

bahwa guru merupakan bagian yang penting dalam proses pembelajaran, guru tidak

hanya dituntut untuk memiliki kecakapan intelektual namun juga kecakapan emosi,

dan serta minat serta memiliki pengetahuan yang luas dan valid agar peserta didik

termotivasi untuk belajar.

2. Video Pembelajaran

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar

mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam

mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan

untuk tujuan pembelajaran / pelatihan

a. Pengertian Media Berbasis Audio Visual (Video)

Seiring dengan berjalannya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

pengethauan media pendidikan, khususnya media video yang menjadi kebutuhan

penting bagi jalannya suatu pembelajaran yang bersifat mendesak. Hal ini

desebabkan sifat pembelajaran yang kompleks. Terdapat berbagai tuuan belajar

yang sulit dicspai hanya dengan mengendalikan penjelasan guru. Oleh karena itu,

agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang maksimal diperlukan adanya

pemanfaatan meda, salah satunya media video.

22
Menurut Sanaky (2013:58) video adalah gambar bergerak yang disetai

dengan unsur suara, dapat diayangkan melalui media video dan video compact disk

(VCD). Sama seperti media audio, program video yang disiarkan (broadcasted)

sering digunakan oleh lembaga pendidikan jarak jauh sebagai sarana penyampaian

materi pembelajaran. Video dan televisi mampu menayangkan proses pembelajaran

secara realistic.

Berdasarkan teori diatas, peneliti menggunakan teori menurut Hujair AH

Sanaky karena sesuai dengan kondisi di SMK Karya Rini dimana di SMK Karya

Rini sudah terdapat fasilitas proyektor yang mendukung untuk menampilkan media

yang berupa video.

b. Tujuan Media Video

Tujuan dari presentasi ini adalah untuk mendefinisikan dan

mengilustrasikan konsep konflik instrumenal, sebagai alat untuk pemahaman yang

lebih baik tentang kesulitan yang dihadapi peserta didik saat menggunakan TIK

(Teknologi Informasi dan Komunikasi). Konflik instrumenal mengambil maknanya

dalam kerangka teori instrumen Rabardel, yang dengan sendirinya merupakan

bagian dari teori aktivitas yang lebih umum. Gagasan utamanya adalah bahwa VLE

(Lingkungan Pembelajaran Virtual) mengaitkan tiga jenis artefak yang berbeda:

didaktis, pedagogis, dan teknis. Artefak ini harus dikombinasikan dengan benar,

sehingga peserta didik dapat memiliki akses ke pengetahuan, yang tertanam dalam

perangkat. Kami menunjukkan kegunaan konsep tersebut. Dengan demikian kami

menggambarkan bagaimana komunitas ilmiah, yang berfokus pada didaktik

Matematika dan ilmu komputer, dan pada TIK dalam pendidikan dan pelatihan

23
khususnya, menghadapi kesulitan implementasi dan eksploitasi TIK. Tampak

bahwa beberapa benda yang disebut benda didaktis atau benda pedagogis mewakili

kenyataan, yang serupa dan sangat luas pada saat yang bersamaan. Bahkan,

ambiguitas ini membenarkan perbedaan antara artefak didaktis, artefak pedagogis

dan artefak teknis. Kami akhirnya memberikan beberapa contoh hambatan yang

dapat dianggap sebagai konflik instrumenal serta beberapa kemungkinan

perkembangan yang ditawarkan oleh konsep konflik instrumenal.

Menurut Riyana (2007:6) media video pembelajaran sebagai bahan ajar

bertujuan untuk:

1) Memperjelas dan mempermudah penyampaian pesan agar tidak terlalu

verbalitas

2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan saya indera peserta didik maupun

instruktur

3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi

Sedangkan menurut Sanjaya (2016:17) menyatakan bahwa tujuan

penggunaan media pengajaran adalah untuk:

1) Agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan

tepat guna dan berdaya guna

2) Mempermudah bagi guru/pendidik dalam menyampaikan informasi materi

kepada anak didik

3) Mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima serta

memahami materi yang telah disampaikan oleh guru/pendidik

24
4) Mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui lebih banyak yang

mendalam tentang materi atau pesan yang disampikan oleh guru/pendidik

5) Menghindari salah pengertian atau salah paham antara anak didik yang satu

dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang disampaikan oleh

guru/pendidik

Berdasarkan teori dari beberapa ahli diatas, peneliti menggunakan teori

menurut Cheppy Riyana dimana tujuan dari penyampaian media video adalah untuk

memperjelas dan mempermudah penyampaian pesan, mengatasi keterbatasan

waktu dan ruang sehingga dalam penyampaian media video dapat sesuai dengan

maksud tujuan, efektif dan efisien.

c. Karakteristik Media Video

Karaketrisktik media video pembelajaran menurut Riyana (2007: 8-11)

untuk menghasilkan video pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan

efektivitas penggunanya maka pengembangan video pembelajaran harus

memperhatikan karakteristik dan kriteria. Karakteristik video pembelajaran yaitu:

1) Clarity of massage (kejelasan pesan)

Dengan media video peserta didik dapat memahami pesan pembelajaran

secara lebih bermakna dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga dengan

sendirinya informasi akan tersimpan dalam memori jangka panjang dan bersifat

retensi.

2) Stand alone (berdiri sendiri)

Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bhaan ajar lain atau tidak

harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.

25
3) User friendly (bersahabat/ akrab dengan penggunanya)

Media video menggunakan bahasa yag sederhana, mudah dimengerti, dan

menggunakan bahasa yang umum.

4) Representasi isi

Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau

demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sain dapat dibuat

menjadi media video.

5) Visualisasi dengan media

Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi,

sound, dan video sesuai dengan tuntunan materi.

6) Dapat digunakan secara klasikal atau individual

Video pembelajaran dapat digunakan oleh para peserta didik secara

individual, tidak hanya dalam setting sekolah, tetapi juga dirumah.

Berdasarkan teori diatas, penelitimenggunakan teori menurut Cheppy

Riyana karena merupakan acuan dari pembuatan media video yang akan

penelitikembangkan yang mencakup beberapa aspek seperti yang disebut diatas.

d. Kriteria Media Video

Menurut Riyana (2007: 11-14) pengembangan dan pembuatan video

pembelajaran harus mempertimbangkan kriteia sebagai berikut:

1) Tipe materi

Media video cocok untuk materi pelajaran yang bersifat menggambarkan

suatu proses tertentu, sebuah alur demonstrasi, sebuah konsep atau

26
mendeskripsikan sesuatu. Misalnya bagaiman membuat cake yang benar, bagaiman

amembuat pola pakian, proses metabolism tubuh, dan lain-lain.

2) Durasi waktu

Media video memiliki durasi yang lebih singkat yaitu sekitar 20-40 menit,

berbeda dengan film yang pada umumnya berdurasi antara 2-3,5 jam.

3) Format sajian video

Video pembelajaran yang mengutamakan kejelasan penguasaan materi.

Format video yang cocok untuk pembelajaran diantaranya: naratif (narrator),

wawancara, presenter, maupun fiormat gabungan.

4) Ketentuan teknis

Menurut Riyana (2007: 13) media video tidak terlepas dari aspek teknik

yaitu kamera, teknik pengambilan gambar, teknik pencahayaan, editing, dan suara.

Pembelajaran lebih menekankan pada kejelasan pesan, dengan demikian, sajian-

sajian yang komunikatif perlu dukungan teknis.

Beberapa ketentuan tentang music dan sound effect menurut Riyana

(2007:14):

a) Musik untuk pengiring suara sebaiknya dengan intensitas volume yang lemah

(soft) sehingga tidak menganggu sajian visual dan narrator

b) Musik yang digunakan sebagai background sebaiknya musik instrumen

c) Hindari musik dengan lagu yangpopuler atau sudeah akrab ditelinga peserta

didik

d) Menggunakan sound effect untuk menambah suasana dan melengkapi sajian

visual dan menambah kesan lebih baik

27
Video pembelajaran yang dihasilkan harus mampu memerankan fungsi

perannya dalam pembelajaran yang efektif, video perlu dirancang dan

dikembangkan dengan mengikuti kaidah dan elemen yang diterakan. (Suyono &

Hariyanto, 2014:183) terdapat beberapa elemen penting yang perlu diperhatikan

saat pembuatan media pembelajaran:

1) Gunakan jenis huruf yang tingkat keterbacaannya tinggi, seperti Arial, Verdana,

dan Tahoma. Gunakan ukuran 17-20 untuk isi teks sedang untuk sub judul 24,

dan untuk judul 26.

2) Untuk memperjelas dan memperindah tampilan, gunakan variasi warna,

gambar, foto, animasi, atau video.

3) Area tampilan frame yang ditulis jangan melebihi ukuran 16X20 cm.

4) Usahakan dalam satu slide/frame tidak memuat lebih dari 18 baris teks.

5) Dalam satu frame usahakan hanya membahas satu topik atau satu sub topik

pembahasan.

6) Beri judul pada setiap frame atau tampilan.

7) Perhatikan komposisi warna, keseimbangan (tata letak), keharmonisan, dan

kekontrasan pada setiap tampilan sangat penting.

8) Variasi warna memang diperlukan, tetapi harus juga diperhatikan prinsip

kesederhanaan, artinya dalam membuat media jangan membuat tampilan yang

terlalu rumit, ramai, dan penuh warna-warni, karena hal itu justru akan

mengganggu pesan utama yang akan disajikan.

Terdapat beberapa prinsip pengembangan untuk menciptakan bahan ajar

visual yang menarik. Saat mengembangkannya perlu menggunakan prinsip-prinsip

28
desain komunikasi visual dengan tepat. Prinsip-prinsip desain komunikasi visual

tersebut adalah:

a) Keseimbangan

Keseimbangan adalah pengaturan penempatan elemen-elemen yang ada

dalam sebuah halaman (slide). Ada dua macam keseimbangan, yaitu keseimbangan

formal/simetris dan kesimbangan informal/tidak simetris.

Keseimbangan formal biasanya digunakan untuk menata letak elemen grafis

agar terkesan rapi dan formal. Keseimbangan juga sering digunakan dalam karya

publikasi untuk memberi kesan dapat dipercaya dapat diandalkan dan memberi

kesan aman. Sedangkan keseimbangan tidak formal sering digunakan oleh

kalangan muda untuk menggambarkan dinamika, energi dan pesan yang bersifat

tidak formal. Penerapan prinsip itu berhubungan dengan prinsip lainnya, yakni

kesatuan dan harmoni. Seimbang bukan berarti sama besar, tetapi lebih mengacu

kepada tampilan yang bobot nilai artistiknya sama.

b) Kontras

Menampilkan sebuah titik perhatian perlu dibuat sebuah kontras

terhadap elemen yang menarik perhatian dalam tata letak sebuah rancangan

halaman. Jika semua elemen memiliki nilai yang sama menonjolnya pada tata letak

halaman, maka semua elemen di halaman tersebut akan terlihat saling berebut

untuk menarik perhatian dan akhirnya tampilan halaman akan menjadi monoton.

c) Irama

Irama sebenarnya bermakna sama dengan repetition atau pola perulangan

yang menimbulkan irama untuk diikuti. Dalam merancang tata letak sebuah

29
modul, perlu diawali dengan membuat beberapa pola dasar yang disebut master

pages. Dari master pages inilah dibuat sebuah irama yang akan menjadi ciri khas

dari rancangan halaman yang dibuat

d) Proporsi

Proporsi adalah kesesuaian antara ukuran halaman dengan isinya, dikenal

dengan ukuran kertas dan bidang kerjanya.

e) Kesederhanaan

Kesederhanaan diartikan sebagai karya yang tidak lebih dan tidak kurang,

sering juga diartikan tepat dan tidak berlebihan. Pencapaian kesederhanaan

mendorong penikmat untuk menatap lama dan tidak merasa jenuh.

f) Kesatuan

Kesatuan dimaksudkan untuk membuat kontras yang mudah ditangkap oleh

pembaca terhadap elemen-elemen yang ditata seperti yang ditulis oleh Gerald A.

Silver, dalam bukunya Graphic Layout and Design. Penerapan prinsip kesatuan

dalam desain grafis juga harus memperhatikan karakteristik dan fungsi setiap

elemen.

Selain itu agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal, maka

harus memperhatikan unsur serta elemen dalam pemilihan media dalam bentuk

evaluasi. Evaluasi terhadap media pembelajaran maupun materi merupakan suatu

bentuk evaluasi terhadap perangkat bahan ajar yang digunakan dalam proses

pembelajaran.

Menurut Daryanto (2013:72) hal-hal yang harus diperhatikan dalam

pembuatan media antara lain:

30
1) Memilih jenis huruf (font) yang tingkat keterbacaannya tinggi, menggunakan

ukuran huruf untuk isi teks, untuk sub judul dan untuk judul yang disesuaikan

dengan kebutuhan.

2) Untuk memperjelas petunjuk belajar dan memperindah tampilan (background),

senantiasa mempertimbangkan pemilihan warna, gambar, foto, animasi, audio

maupun video.

3) Memperhatikan frame atau layar, usahakan untuk tidak memuat terlalu banyak

teks dalam satu layar agar dapat terbaca dengan jelas, berisi satu topik atau sub

topik pembahasan, serta memberi judul tiap bagian.

4) Memperhatikan komposisi warna (keterbacaan dan komposisi), keseimbangan

(tata letak), keharmonisan, dan tingkat kekontrasan pada setiap tampilan

dengan tetap mengingat prinsip kesederhanaan.

5) Senatiasa jangan membuat tampilan layar yang terlalu rumit, ramai, dan penuh

warna-warni, karena hal ini akan mengganggu pesan yang disajikan.

Menurut pendapat beberapa ahli diatas dapat dikatakan bahwa kriteria

media pembelajaran dapat dirangkum menjadi beberapa aspek, antara lain aspek

kesesuaian materi atau isi, aspek kebahasaan, aspek penyajian, serta aspek dari

tampilan media pembelajaran itu sendiri

e. Kelebihan dan Kelemahan Video Pembelajaran

Menurut Sanaky (2013:123-124) media video dan VCD, sebagai media

pembelajaran juga tidak terlepas dari kelebihan dan kelemahannya, sebagai berikut:

1) Kelebihan media video

31
a) Menyajikan objek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran secara

realistik, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman belajar

b) Sifatnya yang audio-visual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan dapat

menjadi pemicu atau memotivasi pembelajar untuk belajar

c) Sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik

d) Dapat mengurangi kejenuhan belajar, terutama jika dikombinasikan dengan

teknik mengajar secara ceramah dan diskusi persoalan yang ditayangkan

e) Menambahkan daya tahan ingatan atau referensi tentang objek belajar yang

dipelajari pembelajar

f) Portable dan mudah didistribusikan

2) Kelemahan media video

a) Pengadaannya memerlukan biaya mahal

b) Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan di segala

tempat

c) Sifat komunikasi searah, sehingga tidak dapat memberi peluang untuk

terjadinya umpan balik

d) Mudah tergoda untuk menayangkan kaset VCD yang bersifat hiburan,

sehingga suasana belajar akan terganggu.

Kelebihan media video pembelajaran media menurut Daryanto (2013:90)

antara lain adalah ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai

kebutuhan, video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan lugas

karena dapat sampai kehadapan peserta didik secara langsung dan video menambah

suatu dimensi baru terhadap pembelajaran.

32
Menurut Munir (2013:307) tujuan dari pengembangan media pembelajaran

berbasis Screencast untu program spreadsheet dan untuk menyelidiki kinerjanya.

Penelitian menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan yang terdiri

dari:

1) Persiapan yang mencakup persiapan alat dan bahan

2) Perekaman yang meliputi pemilihan tangkapan, mode perekaman screencast,

dan pengaturan audio pada perangkat perekaman

3) Editing itu termasuk menambahkan elemen gambar dan info, mengedit gari

waktu, menambahkan efek pembesaran, efek animasi, dan dukungan audio

untuk pengantar, backsound, dan narasi

4) Penerbitan yang mencakup penerbitan video yang diedit ke dalam satu unit,

mengonversi format video ke dalam mp4 dengan pabrik format

5) Finishing yang meliputi membuat kuis kemudian menggabungkan video

dengan kuis ke media Bersatu dengan ekstensi.exe. Kinerja video media telah

mencapai rencana yang ditentukan. Ketika dijalankan, menu putar otomatis

muncul untuk memilih screencast.exe

Menurut beberapa pendapat diatas, peneliti keuntungan dari media video

antara lain menyajikan objek belajar secar nyata, memiliki sifat audio-visual, dan

dapat menjadi sebuat inovasi dalam sebuah kegiatan pembelajaran.

f. Pengembangan Media

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002

pengembangann adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan

memanfaatkan kaidah teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya

33
untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi

yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Pengembangan secara umum

berarti pola pertumbuhan, perubahan, secara perlahan (evolution) dan perubahan

secara bertahap.

Menurut Seels & Richey (Sumarno, 2012) pengembangan berarti proses

menterjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan kedalam bentuk fitur

fisik. Pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk berdasarkan temuan-

temuan uji lapangan. Pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi

kedalam bentuk fisik, didalamnya meliputi: 1) teknologi cetak, 2) teknoloi audio-

visual, 4) teknologi berbasis computer, 4) teknologi berbasis terpadu.

Menurut peneliti, pengembangan ialah suatu kegiatan atau aktivitas dimana

prosesnya menciptakan suatu hal baru yang sebelumnya tidak pernah ada.

Pengembangan terhadap suatu hal baru juga memberikan suatu inovasi sehingga

terdapat suatu peningkatan kea rah yang positif atau lebih baik dari hal yang telah

ada sebelumnya.

g. Prosedur Pengembangan Media Video

1) Kerangka (out line) media video:

a) Pendahuluan

b) Tayangan pembuka

c) Pengantar

d) Isi video

e) Penutup

34
Pada sajian pendahuluan perlu disajikan pengantar mengapa materi itu

penting, bagaimana kaitan dengan materi-materi lainnya. Hal yang penting juga

adalah sajian tujuan pembuatan perlu ditayangkan untuk memotivasi peserta didik

untuk mempelajari materi lebih lanjut.

2) Keterlibatan tim

Pengembangan video pembelajaran merupakan kegiatan melibatkan

beberapa keahlian/ keterampilan (Course Team Aproach) yang secara sinergi

menghasilkan produk media video, sesuai dengan kebutuhan rancangan tersebut.

h. Pengembangan Naskah Video

Menurut Daryanto (2013:104-106) langkah-langkah umum yang lazim

ditempuh dalam membuat naskah video pembelajaran adalah:

1) Tentukan ide

Ide yang baik biasanya timbul dari adanya masalah. Masalah yang dapat

dirumuskan sebagai kesenjangan antara yang ada dengan apa yang seharusnya ada.

2) Rumusan tujuan

Rumusan tujuan yang dimaksud disini adalah rumusan mengenai

kompetensi seperti apa yang diharapkan oleh kita, sehingga setelah menonton

program ini peserta didik benar-benar menguasai kompetensi yang kita harapkan

tadi. Selain itu kita perlu menentukan sasarannya siapa.

3) Melakukan survey

Survey ini dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan informasi dan

bahan-bahan yang dapat mendukung program akan dibuat.

4) Buat garis besar isi

35
Bahan/ informasi/ data yang sudah terkumpul melalui survey tentu harus

berkaitan erat dengan tujuan yang sudah dirumuskan. Dengan kata lain, bahan-

bahan yang akan disajikan melalui program kita harus dapat mendukung

tercapainya tujuan yang sudah dirumuskan.

5) Buat synopsis

Synopsis ialah ikhtisar cerita yang menggambarkan isi program secara

ringkas dan masih bersifat secara umum.

6) Buat treatment

Treatment adalah pengembangan lebih jauh dari synopsis yang sudah

disusun sebelumnya. Treatment disusun lebih mendekati rangkaian adegan film.

Rangkaian adegan lebih terlihat secara kronologis atau urutan kejadiannya lebih

terlihat secara jelas, dengan begitu orang membaca treatment kita sudah bisa

membayangkan secara global visualisasi yang akan tampak dalam program.

7) Buat storyboard

Storyboard sebaiknya dibuat secara lembar per lembar, dimana

perlembarnya berisi satu scene dan setting.

8) Menulis naskah

Naskah pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan storyboard. Bedanya ialah

bahwa urutan penyajian visualisasi maupun audionya sudah pasti dan penuturannya

sudah bersifat lebih rinci.

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menulis naskah

yaitu:

36
a) Pergunakan gaya bahasa percakapan sehari-hari bukan gaya bahasa serta yang

baku

b) Kalimat harus jelas, singkat dan informatif

c) Pergunakan perbendaharaan kata yang sesuai dengan latar belakang audiens.

i. Penggunaan Bahasa

Menurut Munadi (2013:148) media dalam konteks pembelajaran diartikan

sebagai bahasa, maka multimedia dalam konteks tersebut adalah multi bahasa,

yakni ada bahasa yang mudah dipahami oleh indra pendengaran, penglihatan,

penciuman, peraba, dan lain sebagainya.

Menurut peneliti, penggunaan bahasa yang baik dan benar pada

pengembangan media video pembelajaran adalah penggunaan bahasa yang tidak

menimbulkan penafsiran ganda (ambigu), dan mudah dipahami sehingga peserta

didik mampu menangkap maksud dari materi media yang diberikan

3. Mata Pelajaran Teknologi Menjahit Materi Saku Passepoille

Teknologi menjahit adalah suatu ilmu keterampilan yang mempelajari cara

atau teknik, metode pembuatan atau penyelesaian menjahit. Tujuan dari mata

pelajaran teknologi menjahit antara lain untuk memberikan bekal pengetahuan dan

keterampilan kepada individu maupun kelompok dalam menjahit dan agar individu

atau kelompok dapat mengetahui, memahami dan mengoperasikan alat jahit besar

dan kecil yang nantinya akan digunakan dalam praktik menjahit.

Sesuai dengan langkah-langkah menentukan media pembelajaran menurut

Indriana (2011) media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan

penentuan materi yang akan diinput kedalam media haruslah sesuai dengan situasi

37
pembelajaran. Tujuan pembelajaran diperoleh berdasarkan kurikulum yang

digunakan (kurikulum 2013), KI dan KD, silabus dan rencana pembelajaran yang

telah ditetapkan atau RPP. Sedangkan, situasi pembelajaran disesuaikan dengan

karakteristik, tingkat penguasaan ilmu dan teknologi serta modalitas belajar peserta

didik

Mata pelajaran Teknologi Menjahit merupakan salah satu mata pelajaran

yang diajarkan pada peserta didik kelas X Tata Busana SMK Karya Rini YHI

KOWANI Yogyakarta yang mana dalam mata pelajaran ini terdapat materi

pembuatan komponen busana. Materi pembuatan komponen busana ini terdiri dari

beberapa sub-materi. Salah satunya adalah pembuatan saku passepoille.

KI dan KD dalam kurikulum 2013 untuk kelas X Tata Busana pada poin 3.8

dan 4.8. berisi tentang materi menganalisis bagian-bagian busana dalam suatu

produk dan membuat bagian-bagian busana dalam suatu produk. Salah satu materi

pokok yang termasuk dalam KI dan KD ini yaitu materi pokok pembuatan macam-

macam saku dan sub materi pembuatan saku passepoille. Pokok bahasan yang harus

dikuasai peserta didik dalam materi ini yaitu: pengertian saku passepoille, alat dan

bahan yang digunakan dalam pembuatan saku passepoille, serta membuat saku

passepoille sesuai prosedur.

38
Tabel 1. KI dan KD SMK Karya Rini YHI KOWANI
Kompetensi Materi Pokok
Dasar
3.8 Menganalisis bagian-bagian Pengertian saku passepoille
dalam suatu produk Menganalisis saku passepoille

4.8 Membuat bagian-bagian Alat dan bahan untuk membuat saku passepoille
busana dalam suatu produk Keterangan ukuran bahan membuat saku
passepoille
Langkah kerja membuat saku passepoille

Kompetensi yang tercantum dalam tabel diatas merupakan kompetensi yang

akan diambil peneliti dalam melakukan penelitian di SMK Karya Rini YHI

KOWANI, materi pelajaran membuat saku passepoille ini bertujuan agar peserta

didik mampu menganalisis bagaimana pembuatan saku passepoille sesuai dengan

prosedur pembuatan saku passepoille, mampu menentukan dan menyiapkan alat

dan bahan yang digunakan dalam pembuatan saku passpoille serta gara peserta

didik mampu untuk membuat saku passepoille sesuai dengan desain dan kriteria

hasil.

Berdasarkan kompetensi tersebut, maka dalam pembuatan saku passepoille

peserta didik perlu mengetahui prosedur dalam membuat saku passepoille, alat dan

bahan yang digunakan. Namun sebelum itu perlu diulas secara singkat tentang apa

yang dimaksud dengan saku passepoille.

a. Kompetensi Pembuatan Saku

1) Pengertian Macam-macam Saku

Menurut Pratiwi (2001) saku atau kantong pada sebuah busana berfungsi

untuk menyimpan atau membawa sesuatu serta menambah nilai keindahan busana

39
maupun pemakainya. Berdasarkan letak dan cara membuatnya, saku dapat dibagi

menjadi 2 macam, yaitu saku luar (saku tempel) dan saku dalam.

a) Saku Luar (Saku Tempel)

Merupakan jenis saku yang dipasang atau dijahit menempel pada busana

dan terlihat bentuknya dari luar. Saku ini dapat berbentuk segi empat, segi tiga, dan

segi lima dengan tutup maupun tanpa penutup dan umumnya dipasang pada kemeja,

blus atau bagian belakang celana, rok dan gaun. Selain itu ada juga jenis saku

tempel yang berbentuk 3 dimensi (mempunyai panjang lebar dan bervolume)

a) Saku Dalam

Merupakan jenis saku yang dipasang atau dijahit di dalam atau tersembunyi

sehingga tidak tampak dari luar yang tampak hanya bagian mulut saku atau lajur

atau penutupnya saja. Menurut bentuk lajur/belahannya, saku dalam dapat

dibedakan menjadi tiga macam yaitu 1) saku dalam tanpa lajur seperti pada rok,

celana atau potongan garis hias; 2) saku passepoille (saku yang memiliki

mulut/belahan dua lajur); 3) saku vest (saku dengan belahan 1 lajur).

b. Saku Passepoille

Istilah passepoille menurut Poespo (2005) berasal dari bahasa Prancis, nama

lain dari passepoille adalah “bound opening pocket” (saku dengan lajur bukaan).

Pratiwi (2001) menjelaskan saku passepoille adalah jenis saku dalam yang

memiliki bibir saku atau belahan dua lajur. Saku ini sering dipasang pada blus,

kemeja, jaket maupun celana. Jenis saku ini dapat dipasang denga tutup maupun

tanpa tutup. Sedangkan menurut Boedijono (2016) saku passepoille yaitu saku yang

lubangnya diselesaikan dengan kumai serong.

40
Saku passepoille adalah saku dalam yang pada bagian lubangnya

diselesaikan dengan kumai/ bahan serong baik dengan kain polos. Bisa juga

menggunakan kain bermotif atau bahan memanjang, jika dengan menggunakan

bahan bermotif khusus seperti motif kotak-kotak. Saku passepoille biasanya

diterapkan pada blazer, jaz, celana pria dan juga busana lainnya dengan arah datar,

miring atau tegak. Bentuknya dapat lurus atau melengkung.

Pembuatan video pembelajaran pembuatan saku passepoille ini bertujuan

untuk memudahkan peserta didik ataupun pemirsa untuk dapat memahami cara

pembuatan saku passepoille, karena saku passepoille merupakan materi saku dalam

yang proses pembuatannya cukup rumit, membutuhkan kecermatan dan nantinya

saku ini dapat dikembangkan menjadi berbagai model lain, seperti saku flaps dan

bisa divariasikan.

c. Alat dan Bahan yang Diperlukan Dalam Menjahit Saku Passepoille

Berikut ini merupakan alat dan bahan yang diperlukan untuk mrmbuat saku

passepoille pada mata pelajaran Teknologi Menjahit di SMK Karya Rini YHI

KOWANI yaitu:

1) Mesin Jahit

Sebelum memulai praktik menjahit saku passepoille, peserta didik terlebih

dahulu dengan arahan guru diminta untuk menyiapkan mesin jahit yang akan

digunakan dalam proses menjahit seperti mengecek bagian jarum, bagian tuas

injakan, dan lain sebagainya. Dalam proses ini, mesin jahit merupakan alat yang

sangat penting.

41
2) Pita ukur/ penggaris

Pita ukur/ penggaris dalam pembuatan busana maupun komponen busana

menjadi poin penting lainnya selain mesin jahit yang harus dipersiapkan peserta

didik sebelum memulai praktik menjahit. Oleh karena itu sebelum praktik membuat

saku passepoille guru telah mengingatkan peserta didik untuk mempersiapkan alat

dan bahan yang harus dibawa dalam membuat saku passepoille pada pertemuan

sebelumnya termasuk untuk membawa pita ukur/ penggaris agar memudahkan

proses mengukur atau penggambaran pola pada proses kerja menjahit.

3) Kapur jahit

Kapur jahit juga menjadi alat yang harus dibawa peserta didik dalam praktik

menjahit saku passepoille, kapur jahit digunakan untuk memberi tanda pada

potongan kain kemeja sehingga peserta didik juga telah diingatkan pada pertemuan

sebelumnya.

4) Jarum

Ada beberapa jarum yang harus dipersiapkan peserta didik dalam proses

menjahit saku passepoille, diantaranya adalah jarum mesin jahit, jarum pentul, dan

jarum tangan. Jadi peserta didik sudah harus membawa ketiga jenis jarum tersebut

secara individu, karena walaupun jarum terlihat kecil tapi merupakan alat yang

memilki andil besar dalam proses menjahit.

5) Gunting

Gunting juga merupakan alat yang penting yang perlu dibawa saat kegiatan

praktik menjahit. Ada beberapa macam gunting pada proses menjahit yairu gunting

kain dan gunting benang. Pada pertemuan pembelajaran sebelumnya guru telah

42
memberi tahu peserta didik jika pada pertemuan selanjutnya akan dilaksanakan

kegiatan praktik sehingga guru mengingatkan peserta didik untuk juga membawa

gunting. Namun demikian, terkadang ada peserta didik yang tidak membawa

gunting sehingga menghambah proses kegiatan menjahit atau peserta didik yang

hanya membawa gunting kain saja.

6) Seterika

Penggunaan seterika untuk menunjang proses menjahit, telah ada dan

disediakan dalam ruangan laboratorium praktik menjahit, sehingga sebelm

memulai pembelajaran peserta didik sudah menyiapkan seterika serta

membersihkan papan/alas yang akan digunakan untuk menyeterika.

Bahan yang digunakan dalam proses menjahit saku passepoille:

1) Kain

Terdapat tiga jenis kain yang digunakan dalam pembuatan saku passepoille

yaitu kain bahan utama, kain untuk kumai serong, dan kain untuk furing saku. Kain

utama dan kain serong pada pembuatan saku paspoiile bisa berasal dari jenis dan

motf kain yang sama, bisa juga dikomninasikan. Bahan kumai/ kain serong bisa

dipotong memanjang dengan catatan kain menggunakan motif tertentu, misal

kotak-kotak. Kain furing menggunakan jenis kain yanglebih tipis dari bahan utama,

bisa menggunakan katun erro atau asahi dan kain sejenis lainnya.

2) Interfacing

Visiline merupakan bahan pelapis atau dalam bidang busana dapat disebut

interfacing. Bahan visiline dibutuhkan dalam pembuatan saku passepoille yaitu

untuk bagian lidah saku. Biasanya peserta didik hanya membawa visiline

43
seperlunya atau juga yang masih belum dipotong sebagai persediaan jika dalam

proses menjahit terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam pengepresan sehingga

diharuskan mengganti visiline.

3) Benang

Benang yang haus dipersiapkan peserta didik adalah benang jahit yang

sesuai dengan warna bahan yang akan diguankan dalam proses membuat saku

passepoille.

d. Prosedur Pembuatan Saku Passepoille

Pembuatan saku passepoille membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian,

langkah-langkah pembuatan saku passepoille menurut Muliawan (2012:25) dengan

kumai serong 45 derajat adalah sebagai berikut:

1. Tentukan tempat saku yang akan dibuat misalnya lebar saku 10 cm, tambahkan

ke kiri dan ke kanan 2 cm untuk kampuh kain bisnya.

2. Lebar kain bis misalnya 10 cm sebanyak 2 helai, masing-masing dilipat 2. Bis

disetik pada bagian baik kain dengan jarak 0,5 cm dari tepi bis. Sesudah disetik,

tempat saku digunting dengan sudut segitiga.

3. Kain bis dibalik melaluit lubang saku yang telah digunting, sehingga keduanya

bisa bertemu, lalu dipipihkan, kemudian kedua bis itu ditusuk planel, supaya

lubang saku menutup sempurna. Sudut-sudut lubang saku dikuatkan dengan

jahitan pada bagian buruk dengan menjahitkan potongan segitiga dari

guntingan lubang dengan kedua bis.

4. Guntingan kain lapisan dalam saku, untuk bagian atas lebih panjang dan untuk

bagian bawah lebih pendek.

44
5. Bagian atas dan bawah saku dalam dijahit dengan kain bis supaya rapi. Lalu

lapisan saku disatukan dan tepinya diselesaikan dengan kampuh kostum atau

obras.

Dalam pembuatan saku passepoille juga perlu memperhatikan ketelitian,

kecermatan, dan juga hati-hatian, langkah pembuatan saku passepoille menurut

Yulianti (1993) adalah sebagai berikut:

1. Tentukan besar saku yang dikehendaki

2. Kumai serong yang diperlukan untuk saku passepoille lebar 9 cm

3. Gunting satu helai lapisan kain untuk lapisan dalam saku

4. Kain lapisan bagian dalam diletakan dibagian bawah kain untuk saku bagian

baik berhadapan dengan bagian buruk kain ditempat saku

5. Kumai serong diletakan di atas kain tempat saku, bagian baik berhadapan

dengan bagian baik

6. Jahit saku pada garis pola

7. Gunting bagian tengah dari sisi jahitan tadi, 1 cm sebelum berakhir, gunting ke

arah sudut

8. Balik kumai serong ke bagian buruk

9. Kumai serong bagian atas dan bagian bawah membentuk passepoille selebar

0,5 cm

10. Passepoille bagian bawah disetik mesin tepat pada alur tiras passepoille bagian

bawah dilipatan disetik mesin

11. Lapisan dalam saku dijahit dengan kampuh balik

45
12. Passpoille bagian atas disetik tepat pada alur dengan lapisan dalam saku ikut

dijahit

Langkah-langkah atau prosedur menjahit saku passepoille pada penelitian

ini menggunakan langkah kerja sebagai berikut:

1. Bahan yang diperlukan:

a. Bahan utama dengan ukuran 20 cm x 30 cm

b. Kumai serong dengan ukuran 8 cm x 18 cm

c. Kain furing dengan ukuran 18 cm x 30 cm

d. Kain visiline 8 cm x 18 cm

e. Kain pelapis saku 8 cm x 18 cm

2. Prosedur pembuatan saku passepoille:

a. Press bahan interfacing pada kumai serong.

b. Setelah interfacing terpasang, buatlah garis pada kain utama begitu pula pada

kain serong dengan ukuran panjang 13 cm x 1 cm. diukur dari bagian atas tepi

kain turun 6-7 cm.

c. Semat garis tengah kumai serong dengan garis pada kain utama.

d. Jahit pola yang sudah Digambar pada kumai serong. Mulailah menjahit pada

pola lurus, jangan menjahit pada pola sudut garis. Setik menggeliling sesuai

garis pola.

e. Gunting garis pola bagian tengah. Sehingga lebar menjadi 0,5 cm. untuk

memudahkan melubangi lubang saku, lipat saku dan dengan gunting yang

tajam. Saat memotong jangan sampai diujung sehingga dapat membuat sudut

segitiga pada titik ujung sudut lubang saku.

46
f. Kemudian membalik bagian bibir saku ke bagian buruk kain.

g. Rapikan lebar bibir saku sehingga lebarnya bisa sama antara bibir saku atas

dengan bibir saku bawah.

h. Kemudian semat dengan jarum pentul pada bagian tepi.

i. Lalu setik renggang pada bagian bibir saku. Ini mempermudah proses

pembuatan saku passepoille supaya lebar bibir saku tidak bergeser dan sama

lebarnya.

j. Kemudian menjahit bagian kanan dan kiki bagian bibir saku (segitiga).

k. Langkah selanjutnya menyatukan kedua bibir saku dengan furing.

l. Kemudian menyemat dan menjahit lapisan utama pada furing supaya saat aku

terbuka, yang terlihat adalah bahan utama.

m. Satukan furing yang nantinya akan membetuk kantong saku.

n. Kemudian jahit pada bagian sisi kanan dan sisi kiri pada furing saku.

o. Rapikan kembali kampuh kantong saku dengan menyamakan lebarnya.

p. Selanjutnya obras furing saku.

q. Jangan lupa untuk mendedel setik renggang pada bagian bibir saku passepoille.

r. Bersihkan sisa-sisa benang. Dan cek kualiti control supaya tidak aja bagian

yang tidak double jahitan.

s. Selesai

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini mengenai pengembangan sebuah media sebagai perangkat

pembelajaran praktik pembuatan saku passepoille untuk peserta didik kelas X Tata

47
Busana SMK Karya Rini YHI KOWANI. Berdasarkan ekplorasi peneliti,

ditemukan beberapa tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:

1) Agnes Fahriana (2018) dengan penilitan yang berjudul “Pengembangan Video

Pembelajaran Pembuatan Pola Dasar Badan Wanita Sistem Praktis Untuk

Peserta didik Kelas X Tata Busana SMK Diponegoro Depok Yogyakarta”

menunjukan bahwa hasil penelitian dan pengembangan adalah: 1)

menghasilkan produk media video pembelajaran pembuatan pola dasar badan

wanita sistem praktis yang baik dan layak digunakan; 2) kelayakan media video

pembelajaran pembuatan pola dasar badan wanita sistem praktis berdasarkan

pertimbangan dari ahli media dengan rerata 22 termasuk dalam kategori layak,

dari ahli materi 22 termasuk dalam kategori layak. Uji coba terbatas pada

kelompok kecil termasuk dalam kategori layak. Uji coba dalam kelompok

besar berdasarkan analisis deskriptif, termasuk kategori sangat layak dengan

prosentase mencapai 100%. Berdasarkan hasil tersebut maka video

pembelajaran pembuatan pola dasar badan wanita sistem praktis yang telah

disusun layak digunakan sebagai media pembelajaran di SMK Diponegoro

Depok Yogyakarta.

2) Muthiah (2018) dengan penilitian yang berjudul “Pengembangan Media

Pembelajaran Video Tutorial Pembuatan Rok Suai Kelas XI Tata Busana di

SMK Negeri 1 Ngawen” menunjukan bahwa hasil penelitian media

pembelajaran video tutorial pembuatan rok suai dinyatakan layak sebagai

media pembelajaran busana industry. Besar skor rata-rata yang diberika oleh

ahli materi yaitu 67% dengan kategori layak dan penilaian ahli media 67%

48
dengan kaegori layak. Penelitian uji coba kelompok kecil diperoleh pesentase

89% dengan kategori layak, dan penilaian pada penelitian lapangan diperoleh

61% dengan kategori layak. Berdasarkan keseluruhan hasil persentase

penilaian kelayakan media pembelajaran video tutorial pembuatan rok suai

termasuk dalam kategori layak, sehingga dapat digunakan sebagai media

pembelajaran pada mata pelajaran busana industry di SMK Negeri 1 Ngawen.

3) Fiskha Ayuningrum (2012) dengan penelitian yang berjudul “Pengembangan

Media Video Pembelajaran Untuk Peserta didik kelas X Pada Kompetensi

Mengolah Soup Kontinental di SMK N 2 Godean” menunkukan bahwa: (1)

dihasilkannya media video pembelajaran Mengolah Soup Kontinental dengan

kelayakan berdasarkan dari ahli materi diperoleh hasil valid dan layak dengan

persentase 100%, penilaian dari ahli media pembelajaran diperoleh hasil valid

dan layak dengan persentase 100% sehingga dapat digunakan dan diuji

cobakan kepada peserta didik. (2) hasil pengujian kelayakan dari peserta didik

kelas X SMK N 2 Godean meliputi aspek materi pada kategori sangat layak

dengan frekuensi relative sebesar 61,1% dan kategori layak sebesar 38,9%.

Aspek media pembelajaran pada kategori sangat layak dengan frekuensi

relative sebesar 50% dan kategori layak sebesar 50%. Aspek luaran/ output

pada kategori sangat layak dengan frekuensi relative sebesar 63,8% dan

kategori layak sebesar 36,2%. Sedangkan penelitian kelayakan media secara

keseluruhan pada kategori sangat layak sebesar 58,3% dan kategori layak

sebesar 41,7%. Hal ini menunjukkan bahwa media video pembelajaran

49
Mengolah Soup Koninental sangat layak dan sesuai untuk digunakan sebagai

sumber belajar bagi guru dan peserta didik di SMK Negeri 2 Godean.

4) Mutiara Dahlia, Rusilanti, Sachriani, Nur Riska T.,(2016) dengan penelitian

yang berjudul “Pengembangan Media DVD Interaktif dan Video Tentang

Menu Sehat Seimang Balita Untuk Kader Posyandu” bertujuan untuk

menganalisis efektivitas penggunaan media dalam bentuk DVD interaktif dan

video dalam perancangan model pendidikan tentang pembentukan kesukaan

balita terhadap makanan bergizi seimbang pada ibu berbasis pemberdayaan

masyarakat yang dapat digunakan oleh kader posyandu dan ibu rumah tangga

kelurahan Rawamangun. Metode quasi experiment. Hasil analisis varians dua

jalur antar kolom diperoleh harga Fhitung = 15,89 lebih besar dibandingkan

Ftabel = 4,11 pada taraf signifikansi α = 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa

hasil belajar kader posyandu dengan media dalam bentuk DVD dan video lebih

baik dibandingkan dengan media handout. Hasil penelitian dapat membentuk

suatu model pendidikan gizi yaitu media dalam bentuk DVD interaktif dan

video tentang pembentukan kesukaan anak terhadap makanan bergizi

seimbang yang diterapkan. Media dan metode tersebut dapat meningkatkan

hasil belajar berupa pengetahuan dan keterampilan dalam penyuluhan gizi pada

ibu, kader posyandu dan masyarakat sehingga secara tidak langsung dapat

membantu program pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat.

5) Djoko Santoso (2014) dengan penelitian yang berjudul “Need Assessment

Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan Guru SMK Teknik Audio

Video” ini bertujuan: (1) memaparkan kompetensi guru SMK Teknik Audio

50
Video (TAV) di Yogyakarta, Sleman dan Kulonprogo; (2) kompetensi yang

dibutuhkan dalam pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB); dan

(3) cara yang ingin ditempuh untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan.

Penelitian menggunakan pendekatan survey. Hasil penelitian meliputi: (1)

kompetensi guru SMK TAV di Yogyakarta, Sleman dan Kulonprogo dalam

kategori baik 43,33%, cukup 40%, dan kurang 16,67%, dengan demikian perlu

diperhatikan serius dari pihak-pihak terkait dalam memacu, memotivasi,

menyemangati guru dalam peningkatan kompetensi; (2) kompetensi yang

dibutuhkan dalam PKB pada kategori sangat baik 36,67 %, baik 36,67 %, dan

cukup 26,66 %, hal tersebut merupakan modal utama bagi pihak-pihak terkait

dalam merencanakan program-programnya, karena para guru sudah mulai

merencanakan untuk mengembangkan diri; dan (3) cara yang ingin guru

tempuh untuk mencapai kompetensi mengikuti Diklat, belajar melalui internet,

kerjasama dengan Perguruan Tinggi yang relevan, dan mengembangkan diri

yang berkaitan dengan kompetensi profesional.

6) Muhammad Munir (2013) dengan penelitian yang berjudul “Analisis

Pengembangan Media Pembelajaran Pengolah Angka (Spreadsheet) Berbasis

Video Screencast” tujuan penelitian ini adalah mengembangkan media

pembelajaran berbasis screencast untuk mata pelajaran paket program keahlian

pengolah angka atau spreadsheet dan mengetahui unjuk kerja. Penelitian ini

menggunakan pendekatan penelitian pengembangan (research and

development), terdiri dari: (1) Preparation yaitu mempersiapkan alat dan

materi yang dibutuhkan, (2) Recording, meliputi memilih area capture, record

51
mode screencast, serta pengaturan audio pada recording device, (3) Editing

meliputi menambahkan elemen drawing, callout, mengedit timeline,

menambahkan efek zoom, efek animasi, dan menambahkan audio yang

mendukung untuk pendahuluan, backsound, serta narasi, (4) Publishing

meliputi mempublish video yang telah diedit menjadi satu kesatuan,

mengkonversi format video menjadi mp4 dengan Format Factory, (5)

Finishing, meliputi membuat quiz kemudian menggabungkan video serta quiz

menjadi satu kesatuan media dengan ekstensi .exe. Unjuk kerja media

pembelajaran video screencast pada paket program pengolah angka dengan

menggunakan DVD pembelajaran telah sesuai dengan yang direncanakan,

ketika dijalankan muncul menu auto play untuk memilih screencast.exe.

Berdasarkan tinjauan peneliti-peneliti sebelumnya yaitu Agnes Fahriana,

Muthiah, dan Fiskha Ayuningrum, Mutiara dkk, Djoko Susanto, dan Muhammad

Munir dapat disimpulkan bahwa penelitian sejenis sangat membantu dalam proses

pembelajaran, penggunaan media yang menarik terbukti dapat meningkatkan

pemahaman dan daya tarik peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sejenis yaitu dari

media yang digunakan, dalam penelitian sebelumnya media yang digunakan adalah

adobe flash, video dibuat berbasis 2D, ataupun gerakan praktek namun dalam

pengembangan video ini tidak hanya gerakan praktek langsung, tetapi juga disisipi

berbagai keterangan tentang langkah-langkah dengan animasi, sehingga tampilan

video menjadi lebih jelas, mudah dimengerti, dan juga menarik peserta didik.

52
Penelitian pengembangan video pembelajaran dengan materi pembuatan

saku passepoille belum pernah dilakukan sebelumnya. Berikut tinjauan

perandingan penelitian sejenis terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Penelitian Yang Relevan


Mutiara Djoko M. Ervina
Agnes Muthiah Fiskha
Komponen Dahlia, Santoso Munir Melinda
Farihana A.
Penelitian dkk A.
(2018) (2018) (2012)
(2016) (2014) (2013) (Peneliti)
Tujuan
Mengembangkan √ √ √ √ √ √ √
Media
Mengembangkan √ √ √ √ √ √ √
Video
Menguji √ √ √ - √ √ √
Kelayakan
Media
Metode Penelitian
Eksperimen - - - √ - - -
Reseach and √ √ √ - √ √ √
Development
(R & D)
Jenis Media
Tradisional - - - - - - -
Teknologi √ √ √ √ √ √ √
Mutakhir
Model Pengembangan
Borg & Gall - - - √ - √ √
(1989)
Thiagarajan 4D √ √ √ - √ - √
(1974)
Tempat Penelitian
Universitas - - - - - - -
SMK/ SMA √ √ √ - - - √
SMP - - - - - - -
Lain-lain - - - √ √ √ -

C. Kerangka Berpikir

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dalam

kegiatan pembelajaran. Upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi tugas dan

tanggung jawab seorang guru. Karena guru yang berhadapan langsung untuk

membina para peserta didik di dekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Keberhasilan suatu kegiatan instruktusional atau kegiatan pembelajaran akan

53
sangat dipengaruhi oleh bagaimana seorang guru dapat merencanakan proses

pengajaran, mengolah informasi yang relevan menjadi materi diklat,

menyampaikan materi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar dan mengevaluasi

hasil kegiatan instruktusional diklat tersebut.

Hal tersebut tidak terlepas dari media bantu mengajar yang digunakan oleh

seorang guru. Media yang digunakan guru harus tepat sesuai dengan materi yang

diajarkan agar pemahaman materi dalam pembelajaran lebih jelas. Berdasarkan

latar belakang masalah dan kajian teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

akan diadakan penelitian tentang pengembangan media video pembelajaran

pembuatan saku passepoille mata pelajaran Teknologi Menjahit pada peserta didik

kelas X Tata Busana SMK Karya Rini YHI KOWANI.

Adapun pertimbangan untuk membuat media yang dapat dipergunakan

sebagai media pembelajaran yang baik mencakup beberapa aspek. Media yang

nantinya digunakan untuk pembelajaran adalah media yang layak. Media yang

layak adalah media yang dikembangkan dengan mengikuti perkembangan

pembelajaran dan memenuhi persyaratan untuk dijadikan sebuah media

pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu pada penelitian pengembangan media

kali ini akan dikembangkan media dengan tahap four-d menurut Thiagarajan.

Video pembelajaran ini dibuat menarik, pembelajaran, dan menggugah rasa

ingin tahu sehingga akan mampu memotivasi peserta didik agar dapat belajar lebih

efektif. Serta kelebihan dari media yang video pembelajaran ini dianggap layak bagi

peserta didik karena medua sudah di uji secara metodologis melalui pengembangan

model four-d. Metode penelitian dan pengembangan terdapat beberapa jenis model.

54
Model yang digunakan adalah pengembangan model 4-D. Model pengembangan 4-

D (Four D) merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran. Model ini

dikembangkan oleh Thiagarajan. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap

utama yaitu: Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop

(Pengembangan) dan Disseminate (Penyebaran).

55
Materi Pembuatan Saku Passepoille

1. Pelaksanaan praktik tidak efektif karena keterbatasan waktu


2. Keterbatasan waktu untuk mendemontrasikan proses menjahit saku passepoille
3. Peserta didik bergantung pada penjelasan guru sehingga terjadi kendala saat guru
meninggalkan kelas
4. Peserta didik kurang memahami proses pembuatan saku passepoille
5. Media yang digunakan guru terbatas pada teks dan prototype

1. Dapat digunakan dalam


pembelajaran dikelas
Inovasi proses pembelajaran
2. Menggambungkan
yang menarik degan berbagai unsur media
mengembangkan media (teks, gambar, animasi,
video pembelajaran graphic, video, dan
audio) sehingga lebih
menarik
3. Berisi tentang prosedur
pembuatan saku
passepoille dengan
disertai animasi yang
riil
4. Media lebih praktis dan
mudah didistribusikan

Pengembangan Video Pembelajaran Pembuatan Saku

Passepoille Mata Pelajaran Teknologi Menjahit

Pada Peserta Didik Kelas X Tata Busana

SMK Karya Rini YHI KOWANI

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir

56
D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana mengembangkan media video pembelajaran pembuatan saku

passepoille mata pelajaran Teknologi Menjahit pada peserta didik Kelas X Tata

Busana SMK Karya Rini YHI KOWANI melalui pengembangan model four-

d menurut Thiagrajan:

a. Define (Pendefinisian)

b. Design (Perancangan)

c. Develop (Pengembangan)

d. Disseminate (Pernyebarluasan)

2. Bagaimana kelayakan media video pembelajaran pembuatan saku passepoille

mata pelajaran Teknologi Menjahit pada peserta didik Kelas X Tata Busana

SMK Karya Rini YHI KOWANI :

a. Berdasarkan penilaian dari Ahli Materi

b. Berdasarkan penilaian dari Ahli Media

c. Berdasarkan penilaian dari Pengguna (Peserta Didik)

57

Anda mungkin juga menyukai