Anda di halaman 1dari 28

Media Pembelajaran dan Pendidikan

Agama Islam

Oleh :

Fahmi Faqih Fazrin (D01216009)

Lailatul Hafidloh (D01216016)


ABSTRAK

Sebagai seorang guru, media pembelajaran memang tidak cukup


hanya mengetahuinya saja. Namun yang lebih penting dari itu adalah guru
dituntut untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan baru tersebut dalam
kegiatan pembelajaran demi keberhasilan proses pembelajaran.
Peran guru adalah menyediakan, menunjukkan, membimbing dan
memotivasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber
belajar yang ada dengan menggunakan berbagai variasi model media
pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan agama islam dalam
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru seharusnya menggunakan
media pembelajaran. Dengan media pembelajaran guru akan lebih mudah
untuk menyampaikan ilmu kepada peserta didik sehingga peserta didik
mampu menerima dan memahami pelajaran tersebut.
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang tepat, akan
sangat membantu keberhasilan proses pembelajaran, sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan sukses dan maksimal. Berdasarkan cara
mendapatkannya, media dibedakan atas media jadi dan media rancangan.
Dalam memilih media perlu diperhatikan kriteria pemilihan media.

Dengan penggunaan media dalam proses pembelajaran diharapkan


kualitas pendidikan agama islam menjadi lebih baik lagi.
Kata kunci : media, pembelajaran, dan pendidikan

ABSTRACT

As a teacher, learning media is not enough to just know it. But more
important than that is the teacher is required to be able to apply the new
knowledge in learning activities for the success of the learning process.

The teacher's role is to provide, show, guide from motivating


students so they can interact with various existing learning resources, using
various models. media, learning, To achieve the objectives of Islamic
religious education in the learning process carried out by teachers should
use learning media. With teacher learning media it will be easier to convey
knowledge to students so that students are able to receive and understand
these lessons.

The selection and use of appropriate learning media, will greatly


help the success of the learning process, so that learning objectives can be
achieved successfully and maximally. Based on how to get it, the media is
divided into ready media and draft media. In choosing the media, it is
necessary to pay attention to media selection criteria.

With the use of media in the learning process, it is expected that the
quality of Islamic religious education will be even better.
Keyword : media, learning and education.

,
PENDAHULUAN

Dalam proses belajar mengajar, masalah kegiatan siswa adalah salah


satu hal yang menjadi pusat perhatian bagi seorang guru. Apapun yang
dilakukan guru, tidak lain hanyalah upaya untuk menciptakan lingkungan
belajar yang dapat merangsang siswa dan mengarahkan mereka dalam
belajar, tentu saja dibutuhkan lingkungan yang kondusif.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menuju kearah itu adalah
Dengan menciptakan variasi mengajar agar tidak menimbulkan kejenuhan
dan kebosanan bagi siswa. Berdasarkan hal tersebut, seorang guru dituntut
bisa sekreatif mungkin dan memperkaya dirinya Dengan berbagai ilmu
pengetahuan untuk mendukung tugasnya sebagai pengajar.

Peranan guru adalah sebagai mediator bagi siswa. Untuk melaksanakan


peranan tersebut, seorang guru hendaknya memiliki kemampuan dan
ketrampilan dan memanfaatkan media pembelajaran. Pada dasarnya fungsi
media pembelajaran adalah alat komunikasi untuk menyampaikan
informasi didalam kegiatan belajar mengajar agar lebih efektif dan efesien.
Dengan demikian, keberadaan media dalam dunia pendidikan merupakan
bagian yang cukup penting dalam mencapai tujuan instruksional. Penulis
akan menjabarkan pentingnya media pembelajaran dalam pendidikan
agama Islam.
A. Belajar, mengajar dan pembelajaran

Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif permanen


yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang
bertujuan atau direncanakan.1

Belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan yang disadari


dan timbul akibat praktik, pengalaman, latihan, dan bukan secara
kebetulan. Perubahan tingkah laku individu sebagai hasil belajar
ditunjukkan dalam berbagai aspek seperti perubahan, pemahaman,
persepsi, motivasi, atau gabungan dari aspek tersebut. Apabila berbicara
mengenai belajar artinya kita membicarakan bagaimana tingkah laku itu
berubah melalui pengalaman atau latihan.2

Belajar menurut James L. Mursell adalah “learning is experience,


exploration, and discovery).” Jadi, belajar lebih cenderung Dengan
melakukan, yakni Dengan pengalaman yang dialami peserta didik sendiri,
menelusuri dan menjelajahi, sehingga dari semua itu terbentuk atau
memperoleh sebuah hasil. Dari sini, bisa diambil kesimpulan, bahwa
belajar itu harus dilakukan secara aktif. Seorang guru bagaimanapun harus
bisamerancang agar peserta didik aktif dalam mengamati proses kerja suatu
1
Mohammad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran, (Depok : PT Rajagrafindo Persada,
2015 ), hal 3.
2
Didi Supriadie, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal
27-28.
benda, mengamati seseorang melakukan, menelusuri dan menjelajahi
Dengan cara observasi, penelitian, mengkaji suatu masalah,hingga
menemukan sesuatu sebagai hasil belajar.

Ciri seseorang yang melakukan kegiatan belajar adalah terjadinya


perubahan tingkah laku, dimana tingkah laku itu berubah dengan dilakukan
secara sadar. Perubahan itu ditandai oleh terjadinya respons atau reaksi
terhadap suatu stimulus (input)yang diolah (diinternalisasi), kemudian
diasosiasi (proses/though put) sehingga milik diri dan dapat
ditunjuknyatakan sebagai gambaran perubahan tingkah laku atau hasil
belajar (output).

Sedangkan mengajar sendiri mempunyai definisi yaitu proses


mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Mengajar
berarti menyalurkan, menularkan dan mengamalkan ilmu dari seorang guru
kepada peserta didik. Mengajar berarti membuat peserta didik memahami
dan mengingat apa yang sudah disampaikan oleh guru. Mengajar juga bisa
dilakukan Dengan banyak cara, seperti: member petunjuk, berbicara
membujuk, membimbing mengoreksi, mengarahkan, dan seterusnya apa
saja yang tidak menghambat pemahaman.

secara umum,mengajar merupakan suatu kegiatan yang


kompleks dan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari
guru kepada siswa, tetapi mengandung banyak tindakan yang harus
dilakukan agar hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Seperti
yang dikatakan oleh S. Nasution (1985:26), “Mengajar adalah suatu
aktivitas mengorganisasi (menyatu) lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan siswa sehingga terjadi proses belajar”.

Pengertian ini dapat di simpulkan bahwa guru (termasuk


wali kelas) harus mengusahakan suasana sebaik-baiknya agar siswa
dapat belajar dengan baik. Guru harus membimbing dalam kegiatan
belajar dan berusaha menciptakan situasi dan kondisi belajar
dengan baik, yaitu dengan menambah metode belajar siswa.Dalam
hal membimbing siswa belajar, guru harus mengupayakan agar
hasil belajar yang diperoleh efektif dan efisien. Penguasaan azas-
azas didaktik yang merupakan patokan umum dalam mengajar
merupakan suatu kewajiban bagi guru. Tapi keberhasilan belajar
mengajar tidak hanya ditentukan oleh itu saja, artinya azas-azas
didaktik itu tidak selamanya menambah keberhasilan suatu
pengajaran tanpa didukung oleh faktor-faktor yang lainnya pribadi
guru itu sendiri, pribadi murid, dan lingkungan sekolah.

Sedangkan pengertian dari pembelajaran sendiri,merupakan kombinasi


yang tertata meliputi segala unsur manusiawi, perlengkapan, fasilitas,
prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan dari
pembelajaran. Beliau mengemukakan tiga rumusan yang dianggap penting
tentang pembelajaran, yaitu:

a. Pembelajaran merupakan upaya dalam mengorganisasikan


lingkungan pendidikan untuk menciptakan situasi dan kondisi
belajar bagi siswa.
b. Pembelajaran merupakan upaya penting dalam mempersiapkan
siswa untuk menjadi warga masyarakat yang baik dan diharapkan.
c. Pembelajaran merupakan proses dalam membantu siswa untuk
menghadapi kehidupan atau terjun di lingkungan masyarakat.

Di samping mampu menggunakan alat alat yang tersedia ,dalam


proses pembelajaran guru harus bisa menciptakan situasi kelas yang
sekiranya bisa semenarik mungkin,oleh karena itu guru harus
mempunya pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
penggunaan medi yang di gunakan ketika pembelajaran.

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan


proses belajar mengajar.
b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan.
c. Seluk beluk proses Pendidikan.
d. Hubungan antara metode mengajar dan media pembelajaran.
e. Nilai atau manfaat media Pendidikan dalam pembelajaran.
B. Hakikat media pembelajaran

media berasal dari bahasa latain medius,yang secara harfiah berarti


tengah ,perantara atau pengantar .dalam Bahasa arab media adalah
perantara atau pengantar pesan daei pengirim kepada penerima pesan
Gerlach dan ely (1971 ) mengatakan bahwa media secara garis besar adalah
manusia,materi,atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
sisiwa mmapu memperoleh pengetahuan,keterampilan atau sikap.

Secara lebih khusus lagi media dalam proses belajarvmengajar


cenderung di artikan sebagai alat alat grafis,photografis atau elektronis
untuk menangkap,memproses,dan kembali informasi visual atau verbal.3

Menurut Wilkinston media adalah segala alat dan bahan selain buku
teks, yang dapat dipakai untuk menyampaikan informasi dalam suatu
situasi belajar mengajar. Alat atau bahan yang dimaksud tersebut antara
lain film, gambar, radio, televisi, pengajaran berprogram, komputer, kaset
audio, dan lain sebagainya.
Dikaitkan dengan pengajaran, media pengajaran diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi
3
Anderson. . Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran.( Jakarta :Surya
utama Pres,2001).,98.
pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa,
sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar.4Berbagai bentuk media
dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar ke arah yang
lebih konkret. Pengajaran dengan menggunakan media tidak hanya sekadar
menggunakan kata-kata (simbol verbal), sehingga dapat kita harapkan
diperolehnya hasil pengalaman belajar yang lebih berarti bagi siswa. .
Dari beberapa pengertian media pembelajaran di atas, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan dalam
pembelajaran untuk menyampaikan pesan atau informasi yang bertujuan
untuk memberikan rangsangan atau motivasi siswa dalam pembelajara.
Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media
pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang
membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru
dan “audio-visual”.5

4
Latuheru j.media pembelajaran dalam proseb belajar mengajar.(Yogyakarta :IKIP ujung
Pandang,2005 ).,115.
5
Arif hamalik, Media pembelajaran 1 (Bandung:PT Citra Aditya bakti,1994 ).,79.
C. Pendidikan Agama Islam (PAI)
merupakan mata pelajaran yang sangat penting yang menjadikan
Islam sebagai ciri khas dalam pendidikannnya. Hingga saat ini Pendidikan
Agama Islam masih dihadapkan pada tantangan untuk mempersiapkan
manusia Indonesia agar mampu berkiprah dalam kehidupan masyarakat
modern. Studi kualitas tentang bidang studi Pendidikan Agama Islam
menunjukkan beberapa kelemahan, baik dilihat dari proses maupun hasil
belajar antara lain dalam aspek metodologis. Dalam proses pembelajaran di
kelas pendekatan ekspositoris sangat dominan selama proses belajar

Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, Pendidikan Agama Islam (PAI)


di sekolah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai
permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini masih sebatas
sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam.” Hanya
sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri
siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru
masih dominan ceramah.

Proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika nilai-nilai tertentu


sudah dipahami oleh siswa. Artinya, metode ceramah yang digunakan guru
ketika mengajar Pendidikan Agama Islam berpeluang besar gagalnya
proses internalisasi nilai-nilai agama Islam pada diri siswa, hal ini
disebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar materi Pendidikan
Agama Islam.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini
cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan
pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari
kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru.
Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah,
dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang
disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan
demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa
menjadi pasif.

Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor
yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat
membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta
didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa
dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat
memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada
gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.

Dalam sistem pendidikan modern, fungsi guru sebagai penyampai pesan-


pesan pendidikan tampaknya perlu dibantu dengan media pendidikan, agar
proses belajar mengajar pada khususnya dan proses pendidikan pada
umumnya dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Hal itu disebabkan
antara lain, materi pendidikan yang akan disampaikan semakin beragam
dan luas mengingat perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat.
Dewasa ini guru bukanlah satu satu-satunya sumber belajar dan penyampai
pesan-pesan pendidikan sebagaimana pernah terjadi sebelum tahun lima
puluhan. Mulai tahun itu teori komunikasi social mulai masuk ke dalam
pendidikan, terutama alat Bantu pandang dengar atau audio visual aid dan
telah mulai digunakan dalam penyampaian pesan-pesan pendidikan.

Media pendidikan ini tidak saja sebagai alat bantu pendidikan, juga
berfungsi sebagai penyalur pesan-pesan pendidikan.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan terutama di bidang telekomunikasi dan
teknologi abad ini terjadi dengan begitu cepatnya. Pada masa yang akan
datang menurut prediksi para ahli (futurist) perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi akan lebih pesat lagi bahkan semakin tidak
terkendali.

Menurut Nana Syaodih yang dikutif oleh Ahmad Rofiq,


perkembanagan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang
komunikasi-informatika tersebut telah membawa berbagai perubahan
mendasar dalam bidang pendidikan. Kalaupun pendidikan dulu telah
menngunakan teknologi, tetapi teknologinya, masih sangat sederhana
seperti penggunaan papan tulis, kapur grip atau buku. Maka seiring dengan
perkembangan teknologi yang begitu pesat maka teknologi yang digunakan
dalam pendidikan merupakan teknologi maju seperti audio video cassette,
overhead projector, film slide, televisi, tape recorder, computer bahkan saat
ini pembelajaran telah, menggunakan CD-ROOM dan Internet.

Penggunaan berbagai media yang merupakan produk teknologi tersebut


dirasakan sangat membantu penyelenggaraan pendidikan utamanya dalam
proses belajar dan mengajar. Kegiatan belajar mengajar berjalan lebih
dinamis, efektif dan lebih berkesan bagi siswa. Yang lebih maju lagi dalam
pemanfaatan produk teknologi dalam pendidikan adalah berkembangnya
system pembelajaran dengan elektronik yang dikenal dengan e-learning.

Pendidikan kita belum optimal, dan ini disinyalir karena belum


digunakannya metode pendidikan kontemporer, termasuk teknologi
pendidikan mutakhir. Teknologi pendidikan lebih sering dipahami secara
konvensional dengan lab-lab yang relatif mahal dan akibatnya tidak
terjangkau oleh mayoritas sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi.[1]

Dan dengan demikian, jika dikaitkan dengan pembelajaran PAI maka yang
dimaksud media pembelajaran PAI adalah segala sesuatu (baik berbentuk
alat cetak, non cetak maupun bentuk lainnya) yang dapat digunakan untuk
melakukan proses transmisi pesan-pesan pembalajaran bagi siswa yang
sedang mempelajari materi PAI agar terjadi proses belajar dalam dirinya
secara efektif dan efesien serta menyenangkan sehingga tujuan
pembelajaran PAI dapat tercapai dengan baik. Makna menyenangkan disini
dimaksudkan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran PAI
hendaknya menumbuhkan semangat belajar yang tinggi dan
menggairahkan serta tidak membosankan.

D. Landasan teoritis penggunaan media

Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media


pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan
empiris.6

6
Sadiman, Arief S. Media Pendidikan ,Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya
(Bandung: Surya Indah Cendekia.2001 ).,69.
a. Landasan filosofis. Ada suatu pandangan, bahwa dengan
digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam
kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi.
Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan
terjadi dehumanisasi. Akan tetapi, siswa dihargai harkat
kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik
cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan
demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang
penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses
pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia
yang memiliki kepribadian, harga diri,motivasi, dan memiliki
kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik
menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses
pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan
humanis.
b. Landasan psikologis. Dengan memperhatikan kompleks dan
uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan
metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat
mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan
media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan
proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan
secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif. Untuk maksud tersebut, perlu: (1) diadakan pemilihan
media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta
memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan
pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman
siswa. Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah
mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan
dengan kontinum konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan
media pembelajaran, ada beberapa pendapat.
1). Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran
hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film
(iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbul,
yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner,
hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa.

2). Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari


media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep,
ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang
paling abstrak.

3). Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari


siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju
siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai
pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir
siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol.

Salah satu gambaran yang paling banyak digunakan acuan sebagai


landasan teori penggunaan media dalam pembelajaran adalah kerucut
pengalaman Dale (Dale’s Cone of Experience).Dalam proses pembelajaran,
media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas
pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam
menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada
kegiatan pembelajaran. Kerucut pengalaman Dale diatas
mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang akan
diperoleh oleh peserta didik, mulai dari pengalaman belajar langsung,
pengalaman belajar yang dapat dicapai melalui gambar, dan pengalaman
belajar yang bersifat abstrak. Materi yang ingin disampaikan dan
diinginkan peserta didik dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru
sebagai sumber pesan menuangkan pesan-pesan dalam simbol-simbol
tertentu (encoding) dan peserta didik sebagai penerima menafsirkan
simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding).7

c. Landasan teknologis. Sejalan dengan perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi, teknologi komunikasi dan informasi
mengalami kemajuan yang sangat pesat untuk selanjutnya
berpengaruh terhadap pola komunikasi di masyarakat. Tuntutan
masyarakat yang semakin besar terhadap pendidikan serta
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat pendidikan
tidak mungkin lagi dikelola hanya dengan pola tradisional, karena
cara ini tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat. Hasil teknologi telah sejak lama dimanfaatkan dalam
pendidikan. Banyak yang dharapkan dari alat- alat teknologi
pendidikan yang membantu mengatasi berbagai masalah
pendidikan sehingga dapat membantu siswa belajar secara
individual dengan efektif dan efisien.
7
Ibid.,87
Sasaran akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan
peserta didik belajar. Untuk mencapai sasaran akhir ini, teknologi-
teknologi di bidang pembelajaran mengembangkan berbagai sumber belajar
untuk memenuhi kebutuhan setiap peserta didik sesuai dengan
karakteristiknya.

d. Landasan empiris. Temuan-temuan penelitian menunjukkan


bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran
dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar
siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan
bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan
karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe
belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila
pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar,
diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe
belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti
radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan
menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika
menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional
empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya
jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan
kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi
pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.
E. Urgensi Media Dalam pembelajaran PAI
Dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran
paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme.
Menurut pandangan ini bahwa pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer
oleh guru ke pikiran siswa, tetapi pengetahuan tersebut dikonstruksi di
dalam pikiran siswa itu sendiri. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar
bagi siswa (teacher centered), tetapi yang lebih diharapkan adalah bahwa
pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).

Dalam kondisi seperti ini, guru atau pengajar lebih banyak


berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran. Jadi, siswa atau pebelajar
sebaiknya secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar, berupa
lingkungan. Lingkungan yang dimaksud (menurut Arsyad, 2002) adalah
guru itu sendiri, siswa lain, kepala sekolah, petugas perpustakaan, bahan
atau materi ajar (berupa buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video,
atau audio, dan yang sejenis), dan berbagai sumber belajar serta fasilitas
(OHP, perekam pita audio dan video, radio, televisi, komputer,
perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat sumber belajar, termasuk alam
sekitar).
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar
mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui
saluran/media tertentu ke penerima pesan (siswa/pebelajar atau mungkin
juga guru). Penyampaian pesan ini bisa dilakukan melalui simbul-simbul
komunikasi berupa simbul-simbul verbal dan non-verbal atau visual, yang
selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan.

Berikut urgensi media dalam pembelajaran PAI :

a. Meningkatkan produktivitas pendidikan ( Can make


education more productive). Dengan media dapat
meningkatkan produktivitas Pendidikan khususnya di
bidang studi PAI, antara lain dengan jalan mempercepat
laju belajar siswa, membantu guru untuk menggunakan
waktunya secara lebih baik dan mengurangi beban guru
dalam menyajikan informasi, sehingga guru lebih banyak
membina dan mengembangkan kegairahan belajar siswa.8
b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya
lebih individual (Can make education more individual).

8
Anderson,pengembangan media untuk pembelajaran,(Jakarta:IKIP ujung
Pandang,200).,112.
c. Pembelajaran menjadi lebih bersifat individual antara lain
dalam variasi cara belajar siswa, pengurangan kontrol guru
dalam proses pembelajaran, dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuan dan kesempatan belajarnya.
d. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap
pembelajaran ( Can give instruction a more scientific
base). Artinya perencanaan program pembelajaran lebih
sistematis, pengembangan bahan pembelajaran dilandasi
oleh penelitian tentang karakteristik siswa, karakteristk
bahan pembelajaran, analisis instruksional dan
pengembangan disaign pembelajaran dilakukan dengan
serangkaian uji coba yang dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah.
e. Lebih memantapkan pembelajaran (Make instruction
more powerful).
f. Pembelajaran menjadi lebih mantap dengan jalan
meningkatkan kapabilitas manusia menyerap informasi
dengan melalui berbagai media komunikasi, di mana
informasi dan data yang diterima lebih banyak,lengkap
dan akurat.
g. Dengan media membuat proses pembelajaran menjadi
lebih langsung/seketika (Can make learning more
immediate). Karena media mengatasi jurang pemisah
antara peserta didik dan sumber belajar, dan mengatasi
keterbatasan manusia pada ruang dan waktu dalam
memperoleh informasi, dapat menyajikan “kekonkritan”
meskipun tidak secara langsung.

Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di


atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan
untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar
(individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di
dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.

F. Kesimpulan
Media merupakan suatu perantara (alat) untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Penggunaan media yang tepat dapat menunjang keberhasilan
dalam proses pembelajaran. Hal ini akan lebih mempermudah bagi guru
dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Seperti yang kita ketahui
media pembelajaran itu banyak macamnya. Untuk proses belajar mengajar
yang baik kita harus menggunakan media pembelajaran yang tepat. Oleh
karena itu guru harus dapat memilih media yang sesuai dengan bahan
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan
lancar. Keberhasilan Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran
penting di sekolah baik pada jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan
menengah terlebih pada madrasah yang menjadikan Islam sebagai ciri
khasnya sangat dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang dilakukan
guru. Selain penggunaan multi metode dalam proses pembelajaran, guru
agama saat ini juga harus memanfaatkan berbagai media yang saat ini telah
tersedia dalam berbagai bentuk dan jenisnya di pasaran, mulai dari yang
jenis dan bentuknya sederhana sampai kepada multimedia (berbasiskan
computer). Kreatifitas guru dalam proses pembelajaran di kelas yakni
menggunakan multi metode, memanfaatkan dan memberdayakan media
ditunjang engan penciptaan suasanan religius di lingkungan sekolah dan
keteladanan guru diharapkan mampu meningkatkan prestasi dan hasil
belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Sumantri, Muhammad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran. Depok:


RajaGrafindo Persada.
Supriadie, Didi. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Anderson. 2001. Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk


Pembelajaran. Jakarta: Surya Utama Pres.

J.. Latuheru. 2005. media pembelajaran dalam proseb belajar mengajar.


Yogyakarta: IKIP Ujung Pandang.

Hamalik. Arif. 1994. Media pembelajaran 1. Bandung: PT Citra Aditya


Bakti.

S. Arif Sadiman. 2001. Pendidikan ,Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatannya. Bandung: Surya Indah Cendekia.

Anda mungkin juga menyukai