Anda di halaman 1dari 33

MODEL

PENILAIAN BERBASIS KELAS

Disampaikan di
MADRASAH IBTIDAIYAH MANISREJO
MADIUN

Agus Akhmadi

Madiun
2012

DR.H.AA. PBK Sep-19 1


BAB I
PENILAIAN BERBASIS KELAS

A. Pendahuluan

Pengembangan dan penyempurnaan kurikulum merupakan


bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan madrasah. Indikator
keberhasilan dari pembaharuan kurikulum tersebut ditunjukkan
dengan adanya perubahan pada pola kegiatan belajar mengajar,
memilih media pendidikan, dan menentukan pola penilaian yang
menentukan hasil pendidikan di madrasah.
Pembaharuan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh
perubahan-perubahan praktek pembelajaran di kelas yang dengan
sendirinya akan mengubah praktek-praktek penilaian. Selama ini
praktek penilaian di kelas masih menekankan aspek kognitif.
Penilaian tersebut lebih diarahkan pada penguasaan bahan yang
diujikan dalam bentuk tes obyektif dan kurang menggunakan cara dan
alat evaluasi yang lebih bervariasi, karena itu sistem penilaian perlu
dirubah. Ke depan guru di madrasah mutlak perlu melatihkan siswa
untuk:
1. Mengungkapkan pemahamannya tentang materi dengan kalimat
sendiri, baik lisan maupun tulisan.
2. Mengatakan gagasan khusus yang berhubungan dengan materi,
sehingga tumbuh penghayatan dan pengamalan keagamaan.
3. Mengembangkan keterampilan fungsional (sosial, proses, praktis
dan sebagainya) dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial.
4. Menggunakan lingkungan dan media belajar .
5. Menugaskan kepada siswa untuk mengikuti kegiatan keagamaan,
baik di sekolah, di rumah, dan di masyarakat.
Dalam pembelajaran, ranah yang dinilai perlu diperluas termasuk
sikap dan keterampilan. Penilaian perlu menggunakan alat dan cara
yang bervariasi dalam pengumpulan informasi untuk menilai
kemajuan hasil belajar siswa. Dengan demikian, penilaian berbasis
kelas dilakukan untuk memberikan keseimbangan pada ketiga ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan berbagai
bentuk model penilaian resmi maupun tidak resmi secara
berkesinambungan. Penilaian Berbasis Kelas ini diharapkan
bermanfaat untuk memperoleh keutuhan gambaran (profil) prestasi
dan kemajuan belajar siswa madrasah.

B. Pengertian

Penilaian Berbasis Kelas, yang untuk selanjutnya disebut PBK


merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan
informasi tentang hasil belajar bagi siswa dengan menerapkan prinsip-

DR.H.AA. PBK Sep-19 2


prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik,
akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. PBK ini mengiden-
tifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan
melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah
dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
Penilaian ini dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar
mengajar, dan oleh karena itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK)

C. Penilaian Berbasis Kelas Sebagai Bagian dari Penilaian Pendidikan

Dalam pendidikan terdapat dua pengertian penilaian. Pertama,


penilaian (ulangan) yang merupakan kegiatan untuk memperoleh
informasi tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa (perorangan
atau kelompok), dan mengefektifkan penggunaan informasi untuk
mencapai tujuan pendidikan. Kedua, penilaian (evaluasi) yang berarti
kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan suatu sistem
pendidikan secara keseluruhan.
PBK menggunakan arti penilaian sebagai “assessment”, yaitu
kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan
informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan
setelah kegiatan pembelajaran. Data atau informasi dari penilaian
berbasis kelas merupakan salah satu bukti yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan suatu program pendidikan.
Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan progran pendidikan
termasuk perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk
kurikulum dan penilaian (assessment) dan pelaksanaan, pengadaan dan
peningkatan kemampuan guru, pengelolaan (manajemen) pendidikan,
dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Dengan demikian
jelaslah bahwa PBK merupakan bagian dari evaluasi pendidikan
karena lingkup evaluasi pendidikan lebih luas. (Lihat gambar 1).

Evaluasi
PBK

Gambar 1 : PBK sebagai bagian dari evaluasi

PBK mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:


a. Pengumpulan informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa.
b. Pembuatan keputusan tentang hasil belajar siswa berdasarkan
informasi tersebut
Pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam suasana resmi
maupun tidak resmi, di dalam atau di luar kelas, menggunakan waktu

DR.H.AA. PBK Sep-19 3


khusus misalnya untuk penilaian aspek sikap/nilai dengan tes atau
non tes atau terintegrasi dalam seluruh kegiatan pembelajaran (di
awal, tengah dan akhir). Di sekolah sering digunakan istilah tes untuk
kegiatan PBK dengan alasan kepraktisan, karena tes sebagai alat ukur
sangat praktis digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam
kaitannya dengan tujuan yang telah ditentukan.
Bila informasi tentang hasil belajar siswa telah terkumpul dalam
jumlah yang memadai, maka guru perlu membuat keputusan terhadap
prestasi siswa:
1. Apakah siswa telah mencapai tujuan pembelajaran seperti yang
telah ditetapkan?
2. Apakah siswa telah memenuhi syarat untuk maju ke tingkat lebih
lanjut ?
3. Apakah siswa harus mengulang bagian-bagian tertentu ?
4. Apakah siswa perlu memperoleh cara lain sebagai pendalaman ?
5. Apakah siswa perlu menerima pengayaan ? Pengayaan apa yang
perlu diberikan ?
6. Apakah perbaikan dan pendalaman program atau kegiatan
pembelajaran, pemilihan bahan atau buku ajar, dan penyusunan
silabus telah memadahi ?

D. Penilaian Berbasis Kelas Sebagai Komponen Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan(KTSP)

KTSP memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan perbedaan
individual siswa.
3. Menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi dalam
penyampaian dan pembelajaran.
4. Menggunakan sumber belajar yang meluas (guru, siswa, nara
sumber, dan multi media).
5. Menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian kompetensi.
Berkenaan dengan masalah penilaian, madrasah hendaknya
melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan melaksanakan program-program pembela-
jaran yang berpusat pada siswa untuk mencapai tamatan yang
kompeten.
2. Menggunakan acuan kurikulum dan hasil belajar.
a. Memantau kemajuan belajar siswa secara individual dan
merencanakan perbaikannya.
b. Menilai dan melaporkan pencapaian belajar siswa secara
individual.

DR.H.AA. PBK Sep-19 4


c. Melaporkan kinerja madrasah dan menunjukkan pertanggung-
jawabannya kepada masyarakat.
3. Mengembangkan dan melaksanakan pendekatan penilaian
madrasah seutuhnya yang didasarkan pada kriteria seperti
tercantum pada kurikulum berbasis kompetensi dan diketahui oleh
siswa dan orang tua dan atau wali.
4. Mengembangkan dan melaksanakan prosedur untuk melaporkan
pada orang tua atau wali tentang kemajuan belajar siswa secara
individual dengan cara sebagai berikut:
a. Dikembangkan melalui konsultasi dengan komunitas madrasah
(termasuk dewan pendidikan dan komite madrasah)
b. Menyediakan informasi pencapaian hasil belajar siswa secara
teratur.
c. Menggunakan berbagai jenis informasi termasuk laporan
tentang hasil belajar (rapor) dan semua lingkup aspek
pembelajaran yang menggambarkan tingkat kemajuan belajar
serta prestasi siswa.

DR.H.AA. PBK Sep-19 5


BAB II
TUJUAN, FUNGSI DAN PRINSIP PBK

A. Tujuan dan Kegunaan

PBK secara umum bertujuan untuk memperoleh, menganalisis


dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
bahan informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam PBK di madrasah adalah:
1. Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan non tes.
2. Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu:
pengetahuan, keterampilan dan sikap/nilai.
3. Mengungkapkan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan
belajar sedang berlangsung, misalnya; mendengarkan, observasi,
mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa dan
memberikan tes.
4. Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan tujuan
pembelajaran.
5. Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya pemberian
umpan balik, pemberian informasi kepada siswa tentang tingkat
keberhasilan belajar, memberikan laporan kepada wali murid.
6. Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan
kreatifitas siswa madrasah
7. Mengacu pada prinsip diferensiasi, yakni memberikan peluang
kepada siswa madrasah untuk menunjukkan apa yang diketahui,
yang dipahami dan mampu dilakukan;
8. Tidak bersifat diskriminatif, yakni memberikan peluang yang adil
kepada semua siswa.
Hasil PBK bagi siswa madrasah berguna untuk:
1. Umpan balik siswa dalam mengetahui kemampuan dan keku-
rangannya, sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki
hasil belajarnya.
2. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa
sehingga memungkinkan dilakukannya pengajaran dan remediasi
untuk memenuhi kebutuhan siswa madrasah, sesuai dengan
kemajuan dan kemampuan.
3. Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program
pembelajarannya di kelas.
4. Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat
pengguna madrasah (user) tentang efektifitas pendidikan sehingga
mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan.

B. Fungsi PBK
Fungsi PBK bagi siswa dan bagi guru adalah untuk membantu:

DR.H.AA. PBK Sep-19 6


1. Siswa dalam mewujudkan dirinya dengan mengubah atau
mengembangkan perilakunya ke arah yang lebih baik dan maju.
2. Siswa mendapat kepuasaan atas apa yang telah dikerjakannya.
3. Guru menetapkan apakah metode mengajar yang digunakannya
telah memadai.
4. Guru membuat pertimbangan dan keputusan administrasi.

C. Prinsip-Prinsip Penilaian Berbasis Kelas

Pelaksanaan PBK perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai


berikut:
1. Prinsip Umum, meliputi:
a. Valid
Penilaian harus dapat memberikan informasi yang akurat
tentang hasil belajar siswa misalnya apabila pembelajaran
menggunakan pendekatan eksperimen maka kegiatan
melakukan percobaan harus menjadi salah satu obyek yang
dinilai.
b. Mendidik
Penilaian harus memberi sumbangan positif terhadap
pencapaian belajar siswa. Hasil penilaian bagi siswa yang
berhasil lulus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai
penghargaan atau bagi yang kurang berhasil sebagai pemicu
semangat belajar.
c. Berorientasi pada kompetensi
Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud
dalam kurikulum
d. Adil dan objektif
Penilaian harus adil terhadap semua siswa dan tidak
membedakan latar belakang siswa yang tidak berkaitan dengan
pencapaian hasil belajar. Objektivitas penilaian tergantung dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor pelaksana, kriteria untuk skoring
dan pembuatan keputusan pencapaian hasil belajar. Suatu tugas
harus adil dan objektif untuk laki-laki dan perempuan, siswa
dengan latar belakang budaya yang berbeda, menggunakan
bahasa yang dapat dipahami serta mempunyai kriteria yang
jelas dalam membuat keputusan atau menerapkan angka atau
nilai.
e. Terbuka
Kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas
dan terbuka bagi semua pihak sehingga keputusan tentang
keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

DR.H.AA. PBK Sep-19 7


f. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus
menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan
kemajuan belajar siswa sebagai hasil kegiatan belajarnya.
g. Menyeluruh
Penilaian terhadap hasil belajar siswa harus dilaksanakan secara
menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh aspek
kognitif, psikomotorik, dan afektif dengan menggunakan teknik
dan prosedur yang komprehensif dengan berbagai bukti hasil
belajar siswa.
h. Bermakna
Penilaian hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti,
berguna, dan bisa ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.

Di samping prinsip-prinsip umum tersebut, pelaksanaan PBK


perlu memperhatikan prinsip-prinsip khusus sebagai berikut:
1. Penilaian harus memungkinkan adanya kesempatan yang
terbaik bagi siswa untuk menunjukan apa yang mereka ketahui
dan pahami, serta mendemonstrasikan kemampuannya.
Implikasi dari prinsip ini adalah: a) pelaksanaan PBK
hendaknya dalam suasana yang bersahabat dan tidak
mengancam; b) semua siswa mempunyai kesempatan dan
perlakuan yang sama; c) siswa memahami secara jelas apa yang
dimaksud dalam PBK; dan d) kriteria untuk membuat
keputusan atas hasil PBK hendaknya disepakati dengan siswa
dan orang tua /wali.
2. Setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur PBK dan
pencatatan secara tepat. Implikasi dari prinsip ini adalah: a)
prosedur PBK harus dapat diterima oleh guru dan dipahami
secara jelas; b) prosedur PBK dan catatan harian hasil belajar
siswa hendaknya mudah dilaksanakan sebagai bagian dari
kegiatan pembelajaran, dan tidak harus mengambil waktu yang
berlebihan; c) catatan harus mudah dibuat, jelas, mudah
dipahami, dan bermanfaat untuk perencanaan pembelajaran; d)
informasi yang diperoleh untuk menilai semua pencapaian
belajar siswa dengan berbagai cara harus digunakan
sebagaimana mestinya; e) penilaian pencapaian belajar siswa
yang bersifat positif untuk pembelajaran selanjutnya perlu
direncanakan oleh guru dan siswa; f) klasifikasi dan kesulitan
belajar harus ditentukan sehingga siswa mendapatkan
bimbingan dan bantuan belajar yang sewajarnya; g) hasil
penilaian hendaknya menunjukkan kemajuan dan
keberlanjutan pencapaian belajar siswa; h) penilaian semua
aspek yang berkaitan dengan pembelajaran, misalnya efektifitas

DR.H.AA. PBK Sep-19 8


kegiatan pembelajaran dan kurikulum perlu dilaksanakan; i)
peningkatan keahlian guru sebagai konsekuensi dari diskusi
pengalaman dan membandingkan metode dan hasil penilaian
perlu dipertimbangkan; dan j) pelaporan penampilan siswa
kepada orang tua / wali, dan atasannya (Kepala Madrasah,
Kakandepag, dan seterusnya) harus dilaksanakan.

D. Acuan Penilaian

Acuan yang digunakan dalam penilaian hasil belajar dapat


menggunakan dua kriteria yaitu kriteria mutlak atau penilaian acuan
patokan (PAP) dan kriteria relatif atau penilaian acuan norma (PAN).
Penilaian acuan patokan sangat bermanfaat dalam upaya mening-
katkan kualitas hasil belajar, sebab siswa diusahakan untuk mencapai
standar yang telah ditentukan, dan hasil belajar siswa dapat diketahui
derajat pencapaiannya. Pada penilaian acuan norma, keberhasilan
siswa ditentukan oleh kelompoknya.
PBK lebih tepat apabila menggunakan Penilaian Acuan Patokan
(PAP) atau disebut kriteria mutlak. Dalam pelaksanaannya, penilaian
didasarkan pada kompetensi dasar, hasil belajar (learning outcomes),
dan indikator yang telah dirumuskan.

DR.H.AA. PBK Sep-19 9


BAB III
PENILAIAN KOMPETENSI DALAM PBK

Penilaian kompetensi dalam PBK meliputi penilaian kompetensi


dasar mata pelajaran, kompetensi rumpun pelajaran, dan kompetensi
keterampilan hidup. Di samping itu disampaikan pula penilaian ketiga
ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Pada bagian ini akan dijelaskan
tentang penilaian masing-masing kompetensi tersebut dan keseimbangan
ranah yang dinilai.

A. Penilaian Kompetensi Dasar Mata Pelajaran .


Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai
tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa
menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu.
Kompetensi dasar ini merupakan standar kompetensi minimal mata
pelajaran. Kompetensi dasar merupakan bagian dari kompetensi
tamatan.
Kompetensi dasar dirumuskan dengan menggunakan kata kerja
yang operasional dan non operasional tergantung dari karakteristik
mata pelajaran serta ruang lingkup materi. Contoh-contoh kata kerja
operasional yang sering digunakan untuk kompetensi dasar mata
pelajaran adalah menafsirkan, menganalisis, mengevaluasi, memban-
dingkan, menjelaskan, mendemonstrasikan dan mendeskripsikan.
Contoh kata kerja yang tidak operasional antara lain mengetahui,
memahami, dan mengenal.
Kompetensi dasar masih bersifat umum dalam kata kerja yang
digunakan dan ruang lingkup materi yang hendak dicapai. Untuk
mengukur pencapaian kompetensi dasar, digunakan sejumlah hasil
belajar yang tercantum dalam buku Kurikulum dan Hasil Belajar.
Setiap butir kompetensi dasar dalam buku Kurikulum dan Hasil
Belajar dijabarkan menjadi satu atau lebih butir hasil belajar. Cakupan
materi dan kompetensi pada hasil belajar lebih sempit dibanding pada
kompetensi dasar. Kata kerja yang digunakan pada hasil belajar harus
operasional misalnya menghitung, membedakan, menafsirkan dan
menunjukkan. Kata kerja pada kompetensi dasar dapat digunakan
pada hasil belajar namun cakupan materinya lebih sempit.
Untuk menguasai kompetensi dasar yang telah diidentifikasi,
perlu adanya materi pelajaran. Jadi materi pembelajaran adalah materi
yang harus dipelajari siswa agar dapat menguasai kemampuan dasar
tertentu. Bertolak dari sinilah, selanjutnya dapat disusun silabus dan
kisi-kisi sistem pengujian secara lengkap.

DR.H.AA. PBK Sep-19 10


B. Penilaian Kompetensi Rumpun Pelajaran PAI

Kompetensi rumpun pelajaran PAI merupakan pernyataan tentang


pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang seharusnya dicapai
setelah siswa menyelesaikan rumpun pelajaran PAI. Rumpun
pelajaran PAI merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin
ilmu yang lebih spesifik, yang meliputi bidang studi Al-Quran-Hadis,
Akidah-Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab.
Buku Kurikulum dan Hasil Belajar (KHB) menyajikan seperang-
kat hasil belajar dengan standar yang cukup memadai dan tervalidasi.
Standar dirumuskan secara jelas, mudah dimengerti dan mengandung
informasi tentang kinerja siswa. Standar harus dapat diukur untuk
memudahkan pengambilan keputusan bagi para guru dan tenaga
pendidik lainnya, siswa, orang tua, dan para pengambil keputusan
atau penyusun kebijakan yang tepat dan terencana. Standar
merupakan dasar untuk penilaian berbasis kelas madrasah-madrasah
di Indonesia.
Standar terdiri dari dua elemen yang berkaitan, yaitu :
1. Hasil belajar (learning outcomes),
2. Indikator

Hasil belajar rumpun pelajaran PAI


Untuk setiap aspek rumpun disajikan hasil belajarnya. Hal ini
menjawab pertanyaan : “ apakah yang harus diketahui dan dilakukan siswa
yang dapat ditunjukkan sebagai hasil pembelajaran pada level tertentu?
Hasil belajar ini mencerminkan keluasan dan kedalaman serta
kerumitan kompetensi yang dirumuskan dalam pengetahuan,
perilaku, keterampilan, sikap, dan nilai belajar dan kompetensi terletak
pada batasan dan patokan-patokan kinerja siswa yang dapat diukur.
Indikator
Setiap hasil belajar memiliki suatu perangkat indikator. Indikator-
indikator menjawab pertanyaan : “ bagaimana kita mengetahui bahwa
siswa sudah dapat mencapai hasil pembelajarannya?” Guru akan
menggunakan indikator sebagai dasar penilaian siswa apakah hasil
pembelajaran sudah tercapai dengan kinerja yang diharapkan.
Indikator tidak ditujukan untuk tugas-tugas khusus yang harus
diselesaikan dalam rumusan yang sempit. Siswa akan memperoleh
berbagai kegiatan dan tugas pembelajaran. Indikator juga tidak
dipatok atau dibatasi dalam batasan tersebut. Guru dapat memonitor
kegiatan siswa sesuai keadaan dan bila memungkinkan dapat melebihi
pencapaian indikator tersebut. Indikator menjelaskan gagasan kunci
tentang kinerja siswa yang dapat ditunjukkan melalui tulisan,
presentasi, kinerja dalam tes atau tugas yang dihasilkan siswa.

DR.H.AA. PBK Sep-19 11


C. Penilaian Terhadap Pencapaian Keterampilan Hidup

Pengembangan keterampilam hidup berpijak pada pemikiran


bahwa hasil belajar merupakan penguasaan berbagai kompetensi
dasar, rumpun pelajaran, kompetensi lintas kurikulum dan
kompetensi tamatan, juga berupa keterampilan hidup yang diperolah
melalui berbagai pengalaman belajar. Hasil samping yang positif atau
bermanfaat ini disebut juga nurturant effects. Sehubungan dengan itu,
penilaian terhadap keterampilan hidup tersebut perlu dilakukan. Perlu
dinilai seberapa jauh melalui pengalaman belajar yang telah
dilaksanakan siswa telah memiliki keterampilan hidup yang sesuai
dengan kebutuhan untuk bertahan dan berkembang dalam kehidupan
di lingkungan keluarga sekolah, dan masyarakat.
Jenis-jenis keterampilan hidup yang perlu dinilai antara lain meliputi :
1. Keterampilan Diri (Keterampilan Personal)
 Penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan YME
 Motivasi berprestasi
 Komitmen
 Percaya diri
 Mandiri
2. Keterampilan Berpikir Rasional
 Berpikir kritis dan logis
 Berpikir sistematis
 Terampil menyusun rencana secara sistematis
 Terampil memecahkan masalah secara sistematis
3. Keterampilan Sosial
 Keterampilan berkomunikasi lisan/tulis
 Keterampilan bekerjasama, kolaborasi, lobi
 Keterampilan berpartisipasi
 Keterampilan mengelola konflik
 Keterampilan mempengaruhi orang lain
4. Keterampilan Akademik
 Keterampilan merancang, melaksanakan dan melaporkan hasil
penelitian ilmiah
 Keterampilan membuat karya tulis ilmiah
 Keterampilan menstransfer dan mengaplikasikan hasil-hasil
penelitian untuk memecahkan masalah, baik berupa proses
maupun produk

D. Ranah yang Dinilai

Penilaian otentik perlu dilakukan terhadap keseluruhan kompe-


tensi yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran.

DR.H.AA. PBK Sep-19 12


Ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, ranah yang perlu
dinilai meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.

1. Ranah Kognitif
Kompetensi ranah kognitif meliputi tingkatan menghapal,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi.
a. Tingkatan hafalan mencakup kemampuan menghafal verbal atau
menghafal parafase materi pembelajaran berupa fakta, konsep,
prinsip dan prosedur.
b. Tingkatan pemahaman meliputi kemampuan membandingkan
(menunjukkan persamaan dan perbedaan), mengidentifikasikan
karakteristik, menggeneralisasi, dan menyimpulkan.
c. Tingkatan aplikasi mencakup kemampuan menerapkan rumus,
dalil atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di
lapangan.
d. Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklarifikasi,
menggolongkan, memerinci, mengurai suatu objek.
e. Tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan berbagai
unsur atau komponen menyusun, membentuk bangunan,
mengarang, melukis, menggambar, dsb.
f. Tingkatan evaluasi penilaian mencakup kemampuan menilai
(judgement) terhadap objek studi menggunakan kriteria tertentu.
2. Ranah Psikomotor
Berkenaan dengan ranah psikomotor, kompetensi yang dicapai
meliputi tingkatan gerakan awal, semi rutin, gerakan rutin.
Penilaian terhadap pencapaian kompetensi tersebut, adalah sebagai
berikut :
a. Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan siswa
dalam menggerakkan sebagian anggota badan.
b. Tingkatan gerakan semi rutin meliputi kemampuan melakukan
atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota
badan.
c. Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan
secara menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada
tingkatan otomatis.
3. Ranah Afektif
Berkenaan dengan ranah afektif, ada dua hal yang perlu dinilai,
yaitu pertama kompetensi afektif, dan kedua sikap dan minat siswa
terhadap mata pelajaran meliputi tingkatan pemberian respon,
apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
Berbagai jenis tingkatan ranah afektif yang dinilai adalah
kemampuan siswa dalam:

DR.H.AA. PBK Sep-19 13


a. Memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang
dihadapkan kepadanya;
b. Menikmati atau menerima nilai, norma, serta objek yang
mempunyai nilai etika dan estetika;
c. Menilai (valuing) ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil,
indah tidak indah terhadap objek studi; dan
d. Menerapkan atau mempraktekkan nilai, norma, etika dan
estetika dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
e. Penilaian perlu pula dilakukan terhadap daya tarik, minat,
motivasi, ketekunan belajar, dan sikap siswa terhadap mata
pelajaran tertentu beserta proses pembelajarannya.

DR.H.AA. PBK Sep-19 14


BAB IV
BENTUK, ALAT PENILAIAN DAN PERSYARATANNYA

A. Teknik Penilaian Berbasis Kelas

Ada beberapa teknik/cara untuk mengumpulkan bukti-bukti


kemajuan belajar siswa dalam PBK, di antaranya:
1. Penilaian Melalui Portofolio
Penilaian portofolio adalah suatu usaha untuk memperoleh
berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan
perkembangan wawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan
siswa yang bersumber dari catatan dan dokumen pengalaman
belajarnya. Secara skematik, penilaian portofolio ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

Hasil
Ulangan

Tugas-Tugas
Terstruktur
Kesimpulan
Indikator Penilaian

Catatan Peri-
laku Harian

Laporan Ke-
giatan Siswa

Indikator penilaian adalah unsur-unsur pokok yang dapat menjelas-


kan kemampuan siswa setelah menyelesaikan satu satuan pendidikan
tertentu. Berdasar apa yang tertuang pada bagan di atas, indikator
penilaian portofolio meliputi hasil ulangan (ulangan formatif dan
sumatif), tugas-tugas terstruktur, catatan perilaku harian, dan laporn
kegiatan siswa. Dari masing-masing indikator ini dapat diberikan
contoh format penilaiannya.

DR.H.AA. PBK Sep-19 15


a. Bentuk format untuk mendokumentasikan nilai ulangan
formatif dan sumatif.
Dari sekian banyak jenis ulangan atau tes, yang paling
lazim digunakan adalah ulangan harian atau tes formatif dan
ulangan umum atau tes sumatif, Tes formatif diselenggarakan
setelah selesai satu satuan pelajaran, sedangkan tes sumatif
diselenggarakan pada akhir semester.
Cara menuliskan nilai tes pada portofolio masing-masing
siswa dapat dilakukan oleh siswa sendiri dan setelahnya bisa
dicek oleh guru dan dibubuhi paraf. Mengenai bentuk format
untuk mendokumentasikan nilai tes formatif dan sumatif
tersebut, tidak terlalu mengikat dan dapat dikembangkan oleh
guru sendiri. Berikut ini disajikan sebuah contoh sebagai
alternatif untuk digunakan.

JENIS PARAF
NO TGL POKOK BAHASAN NILAI KET
TES GURU

1.
2.

Formatif 3.
(A)
Dst
JUMLAH
RATA-RATA

Sumatif
(B) JUMLAH A dan B
RATA-RATA A dan B

b. Bentuk format untuk mendokumentasikan nilai tugas-tugas


terstruktur
Tugas terstruktur adalah tugas yang harus dikerjakan para
siswa untuk mendalami atau memperluas penguasaan materi
pelajaran. Tugas-tugas tersebut diberikan secara berkala setiap
satu satuan pelajaran. Bentuknya dapat berupa mengerjakan
soal-soal latihan yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa
(LKS), menyusun makalah, melakukan pengamatan lapangan,
tugas wawancara dan sebagainya. Adapun cara mengerjakan-
nya dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.

DR.H.AA. PBK Sep-19 16


JENIS
NO ASPEK PENILAIAN NILAI PARAF GURU KET.
TUGAS
1. Pemahaman :
Seberapa baik tingkat
pemahaman siswa
terhadap tugas yang
dikerjakan
Argumentasi :
Seberapa baik alasan
yang diberikan siswa
dalam menjelaskan
persoalan-persoalan
dalam tugas yang
dikerjakan
Kejelasan :
 Tersusun dengan
baik
 Tertulis dengan baik
 Mudah dipahami
Informasi :
 Akurat
 Memadai
 Penting

c. Bentuk format untuk mendokumentasikan catatan perilaku


harian
Indikator lain dari proses pendidikan adalah perilaku
harian siswa, yakni perilaku positif maupun negatif yang pada
saat tertentu muncul. Beberapa contoh perilaku positif,
misalnya bersikap toleran, disiplin, tanggung jawab, memiliki
rasa kesetiakawanan, saling hormat-menghormati, sopan
santun, jujur dan sebagainya. Adapun contoh perilaku negatif
seperti menyontek, bolos sekolah, mengotori ruang kelas,
berkelahi, mencuri, merokok di sekolah dan sebagainya.

PENILAIAN TEMPAT
PERILAKU YANG PARAF
No. DAN
MUNCUL Positif Negatif GURU
WAKTU
1.
2.
3.
dst.

d. Bentuk format untuk mendokumentasikan laporan aktifitas di


luar sekolah
Belajar tidak hanya berlangsung di kelas. Di luar kelas pun
siswa tetap dapat belajar. Oleh karena itu, masyarakat dan
lingkungan sekitar sebaiknya dijadikan laboratorium untuk
belajar. Untuk mendukung hal ini, guru hendaknya meminta

DR.H.AA. PBK Sep-19 17


para siswa melaporkan aktifitas mereka di luar sekolah yang
mendukung kegiatan belajar, misalnya mengikuti pesantren
kilat, pengajian majelis taklim atau menjadi anggota panitia
Peringatan Hari Besar Islam.

JENIS
No. ASPEK PENILAIAN NILAI PARAF GURU KET.
AKTIFITAS
1. Signifikansi:
Seberapa besar
tingkat kebermaknaan
aktifitas tersebut bagi
mata pelajaran .
Intensitas:
Seberapa intensif
aktifitas tersebut
dilakukan
Frekuensi:
Seberapa sering
aktifitas tersebut
dilakukan
JUMLAH

2. Penilaian Melalui Unjuk Kerja (Performance)


Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan, yang digunakan
untuk prestasi siswa dalam kegiatan di kelas atau di laboratorium
dalam menggunakan peralatan. Sasarannya adalah menjangkau
kinerja siswa terutama prosesnya sampai siswa dapat menghasilkan
sesuatu melalui observasi. Penilaian dilakukan untuk mengukur,
menyajikan data dalam tabel/grafik dan sebagainya. Penilaian
performance menggambarkan perilaku siswa dalam mengikuti
prosedur berdasarkan langkah yang perlu dilakukan dalam “bekerja
ilmiah”. Hasil penilaian ditaksir ke dalam suatu skor siswa yang
mengacu pada penilaian kinerja menggunakan Skala Likert
misalnya, sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.

MENGAMATI KEMAMPUAN SISWA


MELAKSANAKAN SHALAT FARDHU
Kemunculan Kriteria
No. Kriteria Unjuk Kerja Unjuk Kerja
Ya Tidak
01. Memperagakan gerakan sholat
02. Melafalkan bacaan sholat
03. Menserasikan gerakan dan bacaan sholat
04. Hafal bacaan sholat dengan benar

DR.H.AA. PBK Sep-19 18


CONTOH LEMBAR PENILAIAN
MENGAMATI KEMAMPUAN SISWA MELAKSANAKAN
SHALAT FARDHU

Nama Siswa :
Semester/Kelas :
Mata Pelajaran :

Lingkari angka 5 jika sangat tepat, angka 4 jika tepat, angka 3 jika agak
tepat, angka 2 jika tidak tepat dan angka 1 jika sangat tidak tepat untuk
setiap tindakan di bawah ini !.

5 4 3 2 1 Memperagakan gerakan takbiratul ihram


5 4 3 2 1 Melafalkan bacaan doa iftitah
5 4 3 2 1 Memperagakan gerakan ruku’
5 4 3 2 1 dst.

3. Penilaian Melalui Penugasan (proyek)


Penilaian melalui proyek dilakukan terhadap suatu penyelidikan
yang dilakukan siswa secara individu atau kelompok. Penilaian
proyek adalah penilaian pada kemampuan melakukan “Scientific
Inquiry” yang dapat memberikan informasi tentang kemampuan
siswa mengaplikasikan pengetahuan dalam merencanakan,
mengorganisasi penyelidikan, bekerja sama, mengidentifikasi,
mengumpulkan informasi, menganalisis dan menginterpretasikan
serta mengkomunikasikan temuannya dalam bentuk laporan tulisan.
Contoh : - Membuat kliping tentang Jamaah Haji Indonesia.
- Menyalin di rumah bacaan shalat lengkap, dan
sebagainya.
- Melakukan pengamatan tentang pengelolaan zakat di
masjid di lingkungan tempat tinggal siswa.

4. Penilaian Melalui Produk


Penilaian produk adalah penilaian terhadap hasil artikel
/benda/tulisan yang dihasilkan siswa pada periode tertentu.
Penilaian produk meliputi tiga tahap yaitu tahap persiapan,
pembuatan produk, dan tahap penilaian (appresiasi). Penilaian biasa
nya menggunakan cara holistik atau analitik misalnya penilaian hasil
rancangan siswa terhadap produk teknologi sederhana, penilaiannya
berkaitan dengan desain, pemilihan alam dan sebagainya).

DR.H.AA. PBK Sep-19 19


FORMAT PENILAIAN
PENUGASAN DAN PRODUK

Nama Siswa :
Semester/Kelas :
Mata Pelajaran :

No Konpetensi dasar Pengetahuan Sikap Keterampilan Ket.


1. Mendeskripsikan
keterampilan dasar
dan proses.
2. Mengenal langkah-
langkah pemecahan
masalah.

5. Penilaian Melalui Tes Tertulis (Paper and Pencil Test)


Tes tertulis biasanya diadakan untuk waktu yang terbatas dan
dalam kondisi tertentu. Tes tertulis adalah penilaian yang mengukur
pengetahuan dan keterampilan siswa dalam waktu tertentu,
misalnya pilihan ganda, benar-salah, jawaban singkat, menjodohkan
dan uraian/essay.
Guru perlu menggunakan metode penilaian yang beragam agar
akurat dan sesuai dengan indikator hasil belajar yang ditetapkan dan
juga agar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kedewasaan
psikologis siswa. Instrumen dan metode penilaian yang dipilih harus
sesuai dengan jenis informasi yang ingin dikumpulkan oleh guru dan
dapat dilaksanakan.

B. Alat penilaian

Alat penilaian ada yang berbentuk tes dan ada yang berbentuk non
tes. Alat penilaian berbentuk tes merupakan semua alat penilaian yang
hasilnya dapat dikategorikan menjadi benar dan salah, misalnya alat
penilaian untuk mengungkapkan aspek kognitif dan psikomotor. Alat
penilaian non tes hasilnya tidak dapat dikategorikan benar-salah, dan
umumnya dipakai untuk mengungkap aspek afektif.
1. Alat penilaian berbentuk tes
Bentuk tes ada yang berupa tes nonverbal (perbuatan) dan verbal.
Tes non verbal dipakai untuk mengukur kemampuan psikomotor.
Tes verbal dapat berupa tes tulis dan dapat berupa tes lisan. Tes
tulis dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes
non objektif.
a. Tes untuk Mengukur Ranah Kognitif
Penguasaan kognitif diukur dengan menggunakan tes lisan
dikelas atau berupa tes tulis. Tes lisan berupa pertanyaan lisan
yang digunakan untuk mengetahui daya serap siswa terhadap

DR.H.AA. PBK Sep-19 20


masalah yang berkaitan dengan kognitif. Tes tertulis dilakukan
untuk mengungkap penguasaan siswa dalam aspek/ranah
kognitif mulai dari jenjang pengetahuan, pemahaman, penerap-
an, analisis, sintesis, pilihan ganda, uraian objektif, uraian non-
objektif, hubungan akibat, hubungan konteks, klasifikasi, atau
kombinasinya.
Ranah kognitif juga dapat diukur menggunakan portofo-
lio. Portofolio adalah kumpulan tugas seseorang. Dalam bidang
pendidikan, portofolio diartikan sebagai kumpulan dari tugas-
tugas siswa. Hal yang penting pada penilaian yang didasarkan
pada portofolio adalah mampu mengukur kemampuan memba-
ca dan menulis yang lebih luas, siswa menilai kemajuannya
sendiri, mewakili sejumlah karya siswa.
Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-
karya siswa berkaitan dengan mata pelajaran tertentu (dalam
hal ini Fiqih). Semua tugas yang dikerjakan siswa dikumpulkan
dan diakhir suatu unit program pembelajaran diberikan
penilaian. Dalam menilai dilakukan diskusi antara siswa dan
guru untuk menentukan penilaian sendiri kemudian hasilnya di
bahas. Karya yang dinilai meliputi suatu metode pengukuran
dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya berkaitan
dengan mata pelajaran terkait.
b. Tes untuk Mengukur Ranah Psikomotor
Tes untuk mengukur aspek psikomotor adalah tes untuk
mengukur penampilan/perbuatan atau kinerja (performance)
yang telah dikuasai siswa. Berikut adalah contoh-contoh tes
penampilan atau kinerja dalam mata pelajaran .:
1) Tes simulasi: dilakukan jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan
siswa, sehingga dengan simulasi tetap dapat dinilai apakah
seseorang sudah menguasai keterampilan dengan bantuan
peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan
suatu alat. Contohnya adalah simulasi cara memandikan,
mengkafani, mensholatkan, dan mengubur jenazah dengan
menggunakan boneka.
2) Tes unjuk kerja (praktek), misalnya praktek shalat fardhu,
sholat berjamaah, sholat gerhana, dan sebagainya.
Tes penampilan/perbuatan, baik berupa tes simulasi,
ataupun unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh datanya
dengan menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala
penilaian (rating scale). Daftar cek lebih praktis jika
digunakan untuk menghadapi subjek dalam jumlah besar
atau jika perbuatan yang dinilai memiliki resiko tinggi,
sedangkan skala penilaian cocok untuk menghadapi subjek
yang sedikit. Perbuatan yang diukur memakai skala

DR.H.AA. PBK Sep-19 21


penilaian dengan rentang dari sangat tidak sempurna
sampai sangat sempurna. Jika dibuat skala 5, maka skala 1
paling tidak sempurna dan skala 5 paling sempurna.
2. Alat penilaian berbentuk non tes.
Komponen afektif ikut menentukan keberhasilan belajar siswa
paling tidak ada dua komponen afektif yang penting untuk diukur,
yaitu sikap dan minat terhadap suatu pelajaran. Sikap siswa
terhadap pelajaran bisa positif bisa negatif atau netral. Hal ini tidak
dapat dikategorikan benar atau salah. Guru memiliki tugas untuk
membangkitkan dan meningkatkan minat siswa terhadap mata
pelajaran, serta mengubah dari sikap negatif ke sikap positif.
Beberapa jenis skala sikap misalnya skala Likert, skala Thurstone,
dan skala perbedaan semantik untuk mengetahui sikap terhadap
suatu hal, baik berupa mata pelajaran ataupun kegiatan. Skala
Bogardus untuk mengetahui sikap sosial siswa. Skala Chapin
untuk mengetahui tingkat keterlibatan siswa dalam organisasi.
Keterlibatan atau sikap siswa terhadap kegiatan juga dapat
dinilai dengan memanfaatkan teman sekelompok (peer assessment).
Hasil penilaian antar teman dapat dipakai untuk dijadikan
pertimbangan dalam memberikan saran-saran agar siswa lebih
termotivasi juga agar mau lebih baik.

C. Persyaratan Alat Penilaian

Penilaian dilakukan sesudah melakukan pengukuran, oleh


karenanya agar penilaian itu tepat maka hasil pengukurannya juga
harus akurat. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar hasil
pengukuran tepat adalah alat ukurannya harus memenuhi persyaratan
atau baik.
Penilaian dilakukan sesudah melakukan pengukuran, oleh kare-
nanya agar penilaian itu tepat maka hasil pengukurannya juga harus
akurat. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar hasil pengukuran
tepat adalah alat ukurannya harus memenuhi persyaratan atau baik.
Suatu tes baik harus memiliki bukti kesahihan, keandalan,
hasilnya dapat dibandingkan, dan ekonomis. Kesahihan tes dapat
dikatagorikan menjadi tiga, yaitu kesahihan isi, konstruk, dan kriteria,
kesahihan isi dilihat dari bahan yang diujikan, kesahihan konstruk
dilihat dari dimensi yang diukur, dan kesahihan kriteria dilihat dari
daya prediksinya.
Kesahihan isi atau sering disebut pula kesahihan kurikurel dapat
dilihat berdasarkan kisi-kisi tesnya, yaitu matriks yang menunjukkan
bahan tes serta tingkat berfikir yang terlibat dalam mengerjakan tes.
Pada sistem pengujian disekolah, penekanan pada kesahihan isi
menunjukkan seberapa jauh materi ujian sesuai dengan kopetensi
dasar yang hendak diukur.

DR.H.AA. PBK Sep-19 22


Kesahihan konstruk diperoleh dari hasil analisis faktor, yaitu
jumlah faktor yang diukur suatu tes. Bukti kesahihan konstruk
diperoleh dari hasil penggunaan tes, yaitu data empiris. Kesahihan
prediksi juga memerlukan data empiris untuk dapat menghitung.
Sementara itu, keandalan mengacu pada konsistensi pengukuran,
yaitu bagaimana skor tes atau hasil penilaian yang lain tetap (tidak
berubah, sama) dari satu pengukuran ke pengukuran yang lain. Hasil-
hasil penilaian hanya memberikan ukuran unjuk karya terbatas yang
diperoleh pada waktu tertentu.
Besarnya indeks keandalan digunakan untuk menghitung
besarnya kesalahan pengukuran, kesalahan pengukuran ini ada dua,
yang acak dan sistematik. Acak berarti kesalahan karena kondisi yang
diukur dan yang mengukur bervariasi dan pemilihan bahan yang
diujikan tidak tepat, sedang yang sistematik karena alat ukurnya atau
cara penskoran yang cenderung murah atau mahal untuk semua
siswa.
Selain shahih dan andal, alat ukur yang baik juga harus efisien.
Alat ukur ini harus mudah dan murah menyusunnya atau
penggunaannya, serta mudah menggunakannya. Selain itu, waktu
yang digunakan untuk mengukur dan mengoreksi hasil ujian peserta
didik juga tidak terlalu lama.

DR.H.AA. PBK Sep-19 23


BAB V
PENGUMPULAN INFORMASI HASIL BELAJAR

A. Lingkup Penilaian Hasil Belajar.

Kurikulum dan Hasil Belajar memuat tiga komponen utama, yaitu


kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator pencapaian hasil belajar.
Kompetensi Dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai
tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah siswa
menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu.
Kompetensi menentukan apa yang harus dilakukan siswa untuk
mengerti, menggunakan, meramalkan, menjelaskan, mengapresiasi
atau menghargai. Kompetensi adalah gambaran umum tentang apa
yang dapat dilakukan siswa. Bagaimana cara menilai seorang siswa
sudah meraih kompetensi tertentu tidak langsung digambarkan di
dalam pernyataan tentang kompetensi. Rincian yang lebih banyak
tentang apa yang diharapkan dari siswa digambarkan dalam hasil
belajar dan indikator hasil belajar.
Hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan “Apa
yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan siswa”. Hasil belajar ini
merefleksikan keluasan, kedalaman, dan kerumitan (secara bergradasi)
, hasil belajar digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan
teknik-teknik penilaian tertentu. Perbedaan antara kompetensi dengan
hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja siswa
yang dapat diukur.
Indikator Hasil Belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian
terhadap siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dan kinerja yang
diharapkan. Indikator hasil pembelajaran merupakan uraian
kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam bentuk kemampuan
spesifik dan rinci sebagai jabaran dari hasil belajar dan dapat dijadikan
ukuran untuk menilai apakah keterampilan, pengetahuan atau sikap
yang sudah mereka kembangkan selama pembelajaran telah dikuasai
siswa.
Apabila hasil belajar siswa telah direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak maka siswa tersebut telah mencapai mental
kompetensi. Penilaian harus mengenai pada ketercapaian standar
nasional yang didasarkan pada hasil belajar dan indikator hasil belajar.

B. Keseimbangan Tiga Ranah

Penilaian yang dilakukan perlu memberikan cukup perhatian


terhadap aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotorik) Penilaian Berbasis Kelas adalah sebagai
berikut :

DR.H.AA. PBK Sep-19 24


1. Penilaian aspek kognitif dilakukan setelah siswa mempelajari satu
kompetensi dasar yang harus dicapai, akhir dari semester, dan
jenjang satuan pendidikan.
2. Penilaian terhadap aspek afektif yang dilakukan selama berlang-
sungnya kegiatan belajar mengajar baik di dalam maupun diluar
kelas.
3. Penilaian terhadap aspek psikomotor dilakukan selama berlang-
sungnya proses pembelajaran.
Keseimbangan ketiga ranah dalam penilaian hasil belajar perlu
mendapat perhatian dalam merancang alat penilaian. Sebagai contoh
perhatikan tabel matrik berikut.

Indikator Keberhasilan Pembelajaran


Mata Pelajaran Aspek
Aspek kognitif Aspek Afektif
Psikomotorik
Fiqih Mengetahui dan me- Berperilaku yang  Mampu
mahami hikmah men-cerminkan melakukan cara
bersuci dari hadas terbiasa menjaga bersuci dari
dan najis kesucian diri hadas
 Mampu
melakukan
cara bersuci
dari najis
Penilaian : Penilaian : Penilaian :
Tes tertulis/lisan Wawancara Non tes, berupa
pengamatan atau
observasi.

C. Pengumpulan dan Pencatatan Kemajuan Hasil Belajar

Tujuan utama kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui


apakah kompetensi dasar yang seharusnya dicapai dalam serangkaian
pembelajaran sudah dikuasai siswa atau belum. Oleh karena itu, untuk
menentukan ketepatan aspek yang hendak diukur untuk suatu
kompetensi perlu disusun prosedur penilaian yang biasanya
dituangkan dalam kisi-kisi pengukuran seperti: (a) menetapkan aspek
yang hendak diukur, (b) alat penilaian, seperti tes prestasi belajar,
pengumpulan dokumen, dsb (c) menentukan teknik pengukurannya,
seperti tes tertulis, lisan, perbuatan, dan (d) bentuk soal beserta
pedoman penyekorannya.
Di dalam kurikulum, telah ditentukan kompetensi dan indikator
yang harus dicapai. Oleh karena itu, prosedur penilaian yang lebih
tepat untuk digunakan adalah prosedur Penilaian Acuan Patokan
(criterion reference assesment) dengan patokan penilaian yang secara
eksplisit jelas dan tersedia.

DR.H.AA. PBK Sep-19 25


Dalam menilai hasil belajar, guru hendaknya mengajukan 5
pertanyaan sebagai berikut :
1. Mungkinkah penilaian ini memberi keuntungan pada siswa baik
secara langsung maupun tidak langsung?
2. Apakah metode dan prosedur penilaian yang dibuat cukup valid
untuk hal-hal yang telah dipelajari siswa.
3. Dapatkan hasil penilaian diberi skor secara adil dan menyeluruh ?
4. Dapatkah hasil penilaian menggambarkan informasi hasil belajar
siswa secara wajar?
5. Adakah aspek penting dari pembelajaran yang dicakup dari
penilaian ?
Pelaksanaan penilaian selama ini cenderung kurang mencermin-
kan kelima hal itu. Atas dasar itu, penekanan penilaian pada peringkat
dengan mengklasifikasikan siswa dipandang sebagai hal yang tidak
diinginkan, karena gagal mengenali dan memperkuat pencapaian
siswa yang kurang mampu (lemah). Peringkat atau klasifikasi anak
yang didasarkan pada tes yang mengacu pada norma (norm reference
test) mendorong kompetensi daripada membangun semangat bekerja
sama. Lagi pula tidak menolong sejumlah besar anak yang mengalami
kegagalan.
Untuk mengetahui sejauhmana kompetensi-kompetensi telah
dicapai oleh siswa, selain menggunakan bentuk penilaian tertulis
(pencil and paper test) juga digunakan penilaian unjuk kerja siswa
(performance). Guru dapat menilai berdasarkan hasil kerja anak, dengan
cara memberikan tugas/proyek atau menganalisis semua hasil kerja
mereka dalam bentuk portofolio. Penilaian jangan hanya
menitikberatkan pada aspek kognitif saja tetapi juga harus meliputi
aspek tujuan pendidikan lain terutama aspek nonkognitif seperti
pengembangan pribadi, kreatifitas, dan keterampilan interpersonal.
Dengan demikian akan diperoleh gambaran utuh tentang keunggulan
dan atau kelemahan siswa.
Pada kenyataannya tidak ada satupun metode dan teknik
penilaian yang dapat mengumpulkan informasi prestasi dan kemajuan
belajar siswa secara lengkap. Pengukuran tunggal tidak cukup untuk
memberikan gambaran atau informasi tentang kemampuan,
keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang terus berkembang sesuai
dengan pengalaman belajar yang dialaminya.
Perlu dilaksanakan teknik penilaian yang menghargai
keterampilan atau kemampuan lain yang dimiliki siswa. Penetapan
salah satu teknik (misalnya hanya tes obyektif) akan menghambat
pencapaian tujuan-tujuan kurikulum secara utuh. Teknik penilaian
seperti itu sering kurang memberikan informasi atau catatan yang

DR.H.AA. PBK Sep-19 26


cukup tentang umpan balik (feedback) untuk mendiagnosis atau untuk
memodifikasi pengalaman belajar. Guru hendaknya mengembangkan
teknik penilaian yang berbeda untuk mengukur jenis-jenis kompetensi
yang beragam dari setiap tingkat pencapaian. Hasil penilaian dapat
menghasilkan rujukan terhadap pencapaian siswa dalam aspek
kognitif, keterampilan, sehingga dapat menghasilkan profit siswa
secara utuh.
Dengan demikian, penilaian berbasis kelas hendaknya
mencirikan hal-hal sebagai berikut ini.
1. Menggeser tujuan penilaian dari keperluan untuk klasifikasi siswa
(diskriminasi) ke pelayanan individual siswa dalam pengemba-
ngan kemampuan (diferensiasi).
2. Menggunakan penilaian yang berpatokan pada acuan (penilaian
acuan patokan) dari pada norma (penilaian acuan norma).
3. Menjamin pencapaian tujuan-tujuan pendidikan yang tercantum
dalam kurikulum karena kompetensi dasar yang dirumuskan
dalam kurikulum menjadi acuan utama.
4. Menggunakan keseimbangan teknik dan alat penilaian termasuk
tes tertulis (paper and pencil test), tes pembuatan dan berbagai cara
lain untuk menjamin validitas penilaian, sehingga prinsip keadilan
lebih terjamin karena kemampuan siswa lebih rinci terpapar dan
tergambarkan.
5. Memberikan informasi yang lebih lengkap dan mudah dipahami
tentang profil kompetensi siswa sebagai hasil belajar yang berman-
faat bagi siswa, orang tua, guru lain dan pengguna lulusan,
sehingga dapat menjamin prinsip akuntabilitas publik.
6. Memanfaatkan berbagai cara dan prosedur penilaian dengan
menerapkan berbagai pendekatan dan metode belajar termasuk
pendekatan aktif, yang dapat mengoptimalkan pengembangan
kepribadian, kemampuan bernalar, dan bertindak.
Pengumpulan informasi tentang kemajuan dan perstasi belajar
siswa dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi,
dengan tes maupun non tes. Secara tingkat teknis pengumpulan
informasi tersebut dapat digambarkan dalam ikhtisar sebagai berikut :

DR.H.AA. PBK Sep-19 27


PENILAIAN

Non Tes
Tes

Tes Lisan Tes Tertulis Tes Perbuatan


 Skala Sikap
 Daftar periksa
(cek-lis)
 Kuesioner
Tes Tertulis Uraian Tes Tertulis Objektif
 Studi kasus
 Terbatas/tertutup  Pilihan ganda
 Portofolio
terstruktur  Benar salah
 Bebas/terbuka  Menjodohkan
 Isian singkat

Gambar 3. Iktisar Teknik Pengumpulan Informasi (PBK Diknas, 2002)

D. Pengambilan Keputusan Hasil Belajar.


Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam mencatat atau
merekam atau menentukan hasil belajar siswa yaitu (1) kriteria untuk
menilai hasil belajar, (2) pilihan untuk mengambil keputusan terhadap
hasil belajar siswa, (3) jenis-jenis pengambilan keputusan.
1. Kriteria untuk menilai hasil belajar.
Kriteria diperlukan untuk menentukan pencapaian indikator
hasil belajar yang sedang diukur. Dalam pengembangan kriteria
untuk menentukan kualitas respon siswa, perlu menggunakan
sejumlah pertimbangan.
a. Kriteria harus meluas tetapi tidak memakan waktu sehingga
sulit dilaksanakan.
b. Dapat dipahami dengan jelas oleh siswa, orang tua dan guru.
c. Mencerminkan keadilan tidak merefleksikan variabel yang bias
latar belakang budaya, Sosial ekonomi, ras, dan jender.
2. Pengambilan keputusan terhadap hasil belajar siswa
Keputusan penilaian terhadap suatu hasil belajar bermanfaat
untuk membantu siswa merefleksikan apa yang mereka ketahui,
bagaimana mereka belajar, dan mendorong tanggung jawab dalam
belajar. Keputusan penilaian dapat dibuat oleh guru, sesama siswa
(peer) atau oleh dirinya sendiri (self assessment). Pengambilan
keputusan perlu menggunakan pertimbangan yang berbeda-beda
dan membandingkan hasil penilaian. Pengambilan keputusan

DR.H.AA. PBK Sep-19 28


harus dapat membimbing pada perbaikan pencapaian hasil belajar
siswa.
3. Jenis-jenis hasil pengambilan keputusan.
Keputusan tentang suatu penilaian dibuat dengan skala rating
untuk keseluruhan indikator pencapaian dan tergambarkan dalam
sebuah skor tunggal yang dirujuk sebagai pertimbangan final.
Pertimbangan dibuat dengan skala rating yang mengalokasi skor
ke aspek yang berbeda pada pencapaian yang dirujuk sebagai
pertimbangan analitis atau diagnostik yang tergantung pada cara
mengelompokkan aspek hasil belajar dan tujuan penilaian.
Tes yang digunakan dalam penilian beracuan kriteria
adakalanya dirancang untuk menghasilkan satu angka untuk tiap
sasaran yang tidak hanya satu angka untuk setiap satu pencapaian
tujuan. Misalnya, setiap kompetensi dasar mungkin mempunyai 4
gugus indikator pencapaian, misalnya setiap indikator diukur
dengan lima (5) soal.
Angka jenis tes ini biasanya dikonversikan menjadi nilai
dengan menggunakan cara berikut :
a. sebuah daftar periksa (ceck-list) yang menunjukkan sasaran,
keterampilan, atau kemampuan yang telah dikuasai siswa.
b. Nilai didefinisi sebagai presentase sasaran yang sudah
“dicapai” siswa. Misalnya, pencapaian antara 80 - 100% dari
sasaran dikatagorikan sebagai “mampu” 60 – 80% dikatakan “
hampir mampu” dan 0 – 60% disebut “tidak mampu”.

E. Penyajian Hasil Penilaian


Ada empat bentuk penilaian yang dapat dipergunakan guru
untuk menilai belajar prestasi siswa. Ke empat bentuk penilaian itu
adalah sebagai berikut :
1. Penilaian dengan menggunakan angka. Artinya hasil yang
diperoleh siswa disajikan dalam bentuk angka. Rentangan yang
digunakan misalnya 1 s.d 10 atau 1 s.d 100.
2. Penilaian dengan menggunakan kategori. Artinya hasil yang
diperoleh siswa disajikan dalam bentuk kategori, misalnya : baik,
cukup, kurang; sudah memahami, cukup memahami, belum
memahami.
3. Penilaian dengan menggunakan uraian atau narasi. Artinya hasil
yang diperoleh siswa dinyatakan dengan uraian atau penjelasan,
misalnya: perlu bimbingan serius; keaktifan kurang, perlu
pendalaman materi tertentu, atau siswa dapat membaca dengan
lancar.
4. Penilaian dengan menggunakan kombinasi. Artinya hasil yang
diperoleh siswa disajikan dalam bentuk kombinasi angka, kategori,
dan uraian atau narasi.

DR.H.AA. PBK Sep-19 29


BAB VI
PELAPORAN

A. Laporan sebagai Akuntabilitas Publik

Pada era desentralisasi pendidikan, kurikulum berbasis


kompetensi dirancang dan dilaksanakan dalam rangka manajemen
berbasis madrasah. Dalam suasana ini peranserta masyarakat di
bidang pendidikan tidak hanya terbatas pada dukungan dana saja
melainkan juga dalam aspek akademik. Unsur utama dalam manaje-
men berbasis madrasah adalah pentingnya partisipasi masyarakat,
transparansi, akuntabilitas publik. Atas dasar itulah laporan kemajuan
belajar siswa harus dibuat sebagai pertanggungjawaban lembaga
madrasah kepada siswa, orang tua atau wali, masyarakat, atasan, dan
instansi terkait lainnya.
Laporan kemajuan belajar siswa merupakan sarana komunikasi
antara madrasah, siswa dan orang tua. Oleh karena itu laporan kepada
siswa dan orang tua adalah bagian penting dalam upaya mengem-
bangkan dan menjaga hubungan kerjasama antara madrasah, siswa
dan orang tua/wali.
Proses pelaporan penilaian hasil belajar merupakan satu tahapan
dari serangkaian proses pendidikan di madrasah yang harus dilalui.
Pada pelaksanaannya, pelaporan harus memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Konsisten dengan pelaksanaan penilaian di madrasah
2. Memuat rincian hasil belajar siswa berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi
pengembangan siswa.
3. Menjamin orang tua akan informasi permasalahan anaknya dalam
belajar.
4. Mengandung berbagai cara dan strategi berkomunikasi.
5. Memberikan informasi yang benar, jelas, komprehensif, dan akurat.
Laporan kemajuan siswa (atau serimg disebut rapor) selama ini
disajikan secara kuantitatif sehingga kurang dipahami maknanya.
Apabila seorang siswa mendapat nilai 6 pada mata pelajaran PAI, baik
siswa maupun orang tua sulit menafsirkan berapakah nilai akhlak dan
ibadah yang diperoleh siswa. Apakah nilai 6 PAI tersebut merupakan
rata-rata dari akhlak 6 dan ibadah 6, atau akhlak 7 dan ibadah 5, atau
akhlak 4 dan ibadah 8, atau kemungkinan lainnya. Pola tersebut akan
menyulitkan siswa dan orang tua untuk menindaklanjuti laporan ini
dalam upaya perbaikan cara belajar siswa.
Agar peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan semakin
meningkat, maka bentuk laporan kemajuan siswa harus disajikan
secara sederhana, mudah dibaca dan dipahami, komunikatif serta
menampilkan profil atau tingkat kemajuan siswa. Dengan demikian

DR.H.AA. PBK Sep-19 30


orang tua atau pihak yang berkepentingan (stakeholder) dapat dengan
mudah mengidentifikasi kompetensi-kompetensi yang sudah dan
yang belum dimiliki siswa, serta kompetensi yang harus ditingkatkan.
Lebih lanjut orang tua atau wali siswa dapat dengan cepat mengetahui
masalah dan jenis bantuan yang diperlukan untuk membantu
anaknya. Siswa sendiri dapat mengetahui keunggulan dan kelemahan
dirinya sehingga ia dapat mengetahui pada aspek mana ia harus
belajar.

B. Isi laporan
Isi laporan harus memuat informasi-informasi yang dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana siswa belajar,
sejauhmana siswa berpartisipasi dalam kegiatan madrasah,
kemampuan apa yang telah diperoleh siswa selama kurun tertentu,
sejauhmana peningkatan yang telah dicapai siswa, dan apa yang
harus dilakukan orang tua untuk membantu dan mengembangkan
siswa lebih lanjut. Agar mudah memahami isi laporan maka informasi
atau laporan yang disampaikan kepada orang tua atau lemabaga
terkait hendaknya:
1. Menggunakan bahasa yang komunikatif, mudah dipahami dan
menggunakan istilah-istilah yang mudah dimengerti.
2. Menitikberatkan pada hasil yang telah dicapai siswa.
3. Memberikan perhatian siswa pada pengembangan dan
pembelajaran siswa.
4. Berkaitan erat dengan hasil belajar yang hendak dicapai.
5. Berisi informasi tingkat pencapaian hasil belajar dalam kaitannya
dengan standar yang ditetapkan.
6. Menyatakan tingkat kemampuan yang telah dicapai secara jelas.
7. Memuat hasil penilaian yang sahih dan ajeg (konsisten).
Laporan penilaian hasil belajar atau umumnya disebut laporan
kemajuan siswa dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu laporan
prestasi dalam mata pelajaran dan laporan pencapaian.
1. Laporan Prestasi Mata Pelajaran
Laporan prestasi mata pelajaran berisi informasi tentang
pencapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Pada masa lalu hasil belajar siswa dalam tiap mata
pelajaran dilaporkan dalam bentuk angka. Bagi siswa atau orang
tua, angka ini kurang memberi informasi tentang kompetensi dasar
dan pengetahuan apa yang telah dimiliki siswa. Dengan demikian,
siswa, orang tua, dan madrasah sulit menentukan jenis bantuan apa
yang perlu diberikan kepada siswa agar memiliki kemampuan
dasar dan pengetahuan yang telah ditetapkan.
2. Laporan Pencapaian
Laporan pencapaian merupakan laporan yang menggambarkan
kualitas pribadi siswa sebagai internalisasi dan kristalisasi setelah

DR.H.AA. PBK Sep-19 31


belajar melalui berbagai kegiatan baik intra maupun ekstra
kurikuler pada kurun waktu 1 semester.
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, hasil belajar siswa,
dibandingkan antara kemampuan siswa sebelum dan sesudah
kegiatan belajar mengajar berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan dalam kurikulum.

C. Manfaat Laporan Hasil Belajar


1. Diagnosis Hasil Belajar Siswa
Penilaian hasil belajar dilaksanakan secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Oleh karena itu harus ada rekaman tingkat
kemajuan tiap siswa untuk mengikuti perkembangan belajarnya.
Mengingat bahwa ciri kurikulum adalah berbasis kompetensi,
maka tiap kompetensi dasar sebagai kemampuan minimal harus
dicapai oleh semua siswa. Sebagian besar siswa akan dengan
mudah mencapai kemampuan dasar tersebut dengan waktu yang
telah ditetapkan. Kemungkinan sebagian kecil siswa akan ada yang
mampu mencapai kemampuan dasar tersebut lebih cepat
dibandingkan siswa normal, dan ada pula yang membutuhkan
waktu lebih lama daripada siswa yang lain.
2. Prediksi Masa Depan Siswa
Hasil penilaian kemajuan belajar siswa perlu dianalisis oleh
tiap guru mata pelajaran untuk mengetahui pada aspek-aspek
mana siswa menonjol, berbakat, dengan melihat indikator
keunggulannya. Kemajuan hasil belajar siswa dari guru mata
pelajaran dikirim ke guru bimbingan dan penyuluhan untuk
dianalisis lebih lanjut bakat dan minatnya yang dapat dijadikan
dasar untuk pengembangan siswa dalam memilih jenjang
profesi/karir di masa depan.
3. Seleksi dan sertifikasi
Pada akhir tahun ajaran, semua catatan hasil kemajuan belajar
dapat dirangkum dan dikuantitatifkan untuk dijadikan dasar
penentuan promosi (kenaikan kelas) dan sertifikasi bagi siswa yang
menamatkan pendidikannya.
Umpan balik kegiatan belajar mengajar dan kurikulum
sekolah Catatan kemajuan belajar siswa secara keseluruhan dapat
digunakan sebagai umpan balik bagi para guru untuk
mengevaluasi program-program pembelajaran yang telah disusun
dan merevisinya untuk keperluan pembelajaran yang akan datang
bagi sekolah.

DR.H.AA. PBK Sep-19 32


DAFTAR PUSTAKA

Arnie Fajar, Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: Remaja Rosdakarya,


2002.
Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Puskur Balitbang
Depdiknas, 2002.
------------, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Penilaian Berbasis Kelas, Jakarta:
Puskur Balitbang Depdiknas, 2002.
Ella Yulaelawati, Pembelajaran dan Penilaian Berdasarkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Makalah, 2003.
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 1997.

DR.H.AA. PBK Sep-19 33

Anda mungkin juga menyukai