Anda di halaman 1dari 17

18

MODEL–MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan


pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran.
Beberapa model pengembangan pembalajaran antara lain : Model PPSI (Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional), Model Jerold E.Kemp, Glasser,Bella
Banathy, Rogers dan model- model pembelajaran lainnya. Adapun model- model
pembelajaran yang akan dikaji pada buku ini adalah: Model PPSI (Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional), Model Glasser. Model Gerlach & Elly dan
Model Jerold E. Kemp.
A. MODEL PPSI (PROSEDUR PENGEMBANGAN SISTEM
INSTRUKSIONAL)
Munculnya model PPSI dilatarbelakangi oleh beberapa hal berikut :
1. Pemberlakuan Kurikulum 1975, metode penyampaian adalah “Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) “untuk Pengembangan Satuan
Pembelajaran (RPP).
2. Berkembangnya paradigma “pendidikan sebagai suatu sistem”, maka
pembelajaran menggunakan pendekatan sistem (PPSI).
3. Pendidik/guru masih menggunakan paradigma “Transfer of Knowledge”
belum pada pembelajaran yang profesional.
4. Tuntutan Kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan, relevansi,
efisiensi, efektivitas, dan kontinuitas.
5. Sistem Semester pada Kurikulum 1975 menuntut Perencanaan Pengajaran
sampai satuan materi terkecil.
Konsep dari PPSI ini adalah bahwa sistem instruksional yang
menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang
terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam
rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan fungsi PPSI adalah untuk
mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara
19

sistematik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam
melaksanakan proses belajar – mengajar.

Ada lima langkah – langkah pokok dari pengembangan model PPSI ini yaitu :
1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (menggunakan istilah yang
operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku dan hanya
satu kemampuan/ tujuan).
2. Pengembangan Alat Evakuasi (menentukan jenis tes yang akan digunakan,
menyusun item soal untuk setiap tujuan).
3. Menentukan Kegiatan Belajar Mengajar, (merumuskan semua
kemungkinan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan, menetapkan
kegiatan pembelajaran yang akan ditempuh).
4. Merencanakan Program Kegiatan Belajar Mengajar, (merumuskan materi
pelajaran, menetapkan metode yang digunakan, memilih alat dan sumber
yang digunakan dan menyusun program kegiatan/jadwal).
5. Pelaksanaan, (mengadakan pretest, menyampaikan materi pelajaran,
mrngadakan posttest dan revisi).

B. MODEL GLASSER
1. Pendahuluan
Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan
pengembangan yang dilakukan terhadap komponen–komponen pembelajaran.
Adapun model pembelajaran yang akan dipaparkan adalah Model Glasser adalah
model yang paling sederhana.
2. Langkah–langkah Model R. Glasser
Langkah–langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan desain
pembelajaran Model Glasser adalah sebagai berikut :
a. Instructional Goals (Sistem Objektif)
Pembelajaran dilakukan dengan cara langsung melihat atau menggunakan
objek sesuai dengan materei pelajaran dan tujuan pembelajaran. Jadi, seorang
20

siswa diharapkan langsung bersentuhan dengan objek pelajaran. Dalam hal ini
siswa lebih ditekankan pada praktik.
b. Entering Behavior (Sistem Input)
Pelajaran yang diberikan pada siswa dapat diperlihatkan dalam bentuk
tingkah laku, misalnya siswa terjun langsung ke lapangan.
c. Instructional Procedures (Sistem Operator)
Membuat prosedur pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
dan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga pembelajaran
sesuai dengan prosedurnya.
d. Performance Assessment (Output Monitor)
Pembelajaran diharapkan dapat mengubah penampilan atau perilaku siswa
secara tetap atau perilaku siswa yang menetap. Model Glasser adalah model yang
paling sederhana. Ia menggambarkan suatu desain atau pengembangan
pembelajaran ke dalam empat komponen, yaitu dapat digambarkan sebagai
berikut:
C. MODEL GERLACH DAN ELY
1. Pendahuluan
Ada beberapa model pembelajaran yang digunakan, salah satunya adalah
model pembelajaran Gerland dan Ely (1971). Gerlach dan Ely mendesain sebuah
model pembelajaran yang cocok digunakan untuk segala kalangan termasuk untuk
pendidikan tingkat tinggi, karena didalamnya terdapat penentuan strategi yang
cocok digunakan oleh peserta didik dalam menerima materi yang akan
disampaikan. Di samping itu, model Gerlach dan Ely menetapkan pemaikaian
produk teknologi pendidikan sebagai media dalam menyampaikan materi.
Model ini merupakan suatu upaya untuk menggambarkan secara grafis,
suatu metode perencanaan pembelajaran yang sistematis. Model ini
merupakansuatu pedoman atau suatu peta perjalanan dan hendaknya digunakan
sebagai checklist dalam menbuat sebuah rencana untuk kegiatan pembelajaran.
2. Komponen – komponen Model Pembelajaran Gerlach dan Ely
a. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (Specification of Objectives)
Berikut petunjuk praktis merumuskan tujuan pembelajaran.
21

1) Formulasikan dalam bentuk yang operasional (mudah diukur).


2) Rumuskan dalam bentuk produk belajar.
3) Rumuskan dalam tingkah laku siswa, bukan tingkah laku guru.
4) Rumuskan sedemikian rupa sehingga menunjukkan dengan jelas tingkah
laku yang dituju.
5) Usahakan hanya mengandung satu tujuan belajar (satu kemampuan).
6) Rumuskan tujuan dalam tingkah laku yang dikehendaki.
7) Rumuskan kondisi dari tingkah laku yang dikehendaki.
8) Catumkan standar tingkah laku yang dapat diterima.
b. Menentukan Isi Materi (Specification of Content)
Bahan / materi pada dasarnya adalah “isi/konten” dari kurikulum, yakni
berupa pengalaman belajar dalam bentuk topik/subtopik dan rinciannya.
Isi materi berbeda–beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan, dan
kelasnya. Namun, isi materi harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Oleh karena itu, apa yang akan diajarkan pada siswa hendaknya dipilih
pokok bahasan yang lebih spesifik. Gunanya, selain untuk membatasi
ruang lingkupnya juga apa yang akan diajarkan dapat lebih jelas dan
mudah dibandingkan atau dipisahkan dengan pokok bahasan lain dalam
satu mata pelajaran yang sama.
c. Penilaian Kemampuan Awal Siswa (Assessment of Entering
Behaviors)
Pengumpulan data siswa dilakukan dengan dua cara :
1) Pretest. Dilakukan untuk mengetahui student achievement, yaitu apa yang
sudah diketahui dan apa yang belum diketahui tentang rencana pokok
bahasan yang akan diajarkan. Misalnya, dengan mengukur sampai di mana
pengetahuan siswa tentang:
• Definisi: sampai dimana siswa dapat menerangkan istilah–istilah
pokok dalam pokok bahasan yang akan diajarkan;
• Konsep: apakah siswa mengerti dan dapat menerangkan konsep–
konsep dasar dari pokok bahasan yang akan diajarkan;
22

2) Mengumpulkan data pribadi siswa (personal data) untuk mengukur potensi


siswa dan mengelompokkannya ke dalam kategori siapa–siapa yang
termasuk slow learners. Caranya dapat dengan mengadakan intelligency
test. Misalnya, mengukur kesanggupan siswa dalam :
• Membuat alasan/ sanggahan;
• Kemampuan mengungkapkan kembali;
• Keterampilan mengolah data, dan sebagainya.
d. Menetukan Strategi (Determination of Strategy)
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan ynag dipakai pengajar
dalam memanipulasi informasi, memilih sumber – sumber dan menentukan
tugas / peranan siswa dalam kegiatan belajar – mengajar (Gerlach dan Ely).
1) Bentuk ekspose (expository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah – kuliah
tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah. Pada expository,
pengajar lebih besar peranannya. Biasanya guru berdiri di depan kelas dan
menerangkan dengan metode ceramah. Siswa diharapkan memperoleh
informasi dari ceramah pengajar di deapan kelas. Metode lain yang biasanya
diguanakan adalah metode diskusi.
2) Bentuk inquiry lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar
mengajar. Pengajar hanya menampilkan demontrasi.
e. Pengelompokan Belajar (organization of groups)
Pendekatan yang menghendaki kegiatan belajar secara mandiri dan bebas
memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan yang
memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruangan kecil,
untuk mendengarkan ceramah dalam ruang kelas. Beberapa pengelompokan
siswa antara lain:
1. Pengelompokan berdasarkan jumlah siswa (groping by size) yaitu belajar
mandiri, kelompok kecil dan kelompok besar
2. Pengelompokan campuran (ungraded grouping) yaitu pengelompokan
yang tidak memandang kelas (tingkat) maupun usia, tetapi mereka
mempunyai tingkat pengetahuan yang sama dalam satu mata pelajaran.
23

3. Gabungan beberapa kelas (multiclass grouping), yaitu gabungan dari


beberapa kelas yang sama dalam satu ruangan besar. Mereka mendapat
pelajaran dengan bermacam-macam kegiatan pada saat yang bersamaan
dalam satu ruangan yang sama.
4. Sekolah dalam sekolah (school within school), yaitu satu kompleks yang
besar yang terdiri dari beberapa gedung sekolah. Pengelompokan ini
berdasarkan atas pengelompokan kemapuan maupun hasil-hasilyang
dicapai oleh siswa, tetapi hanya untuk memudahkan pengaturan
administrative karena besarnya jumlah siswa yang mendaftar.
5. Taman kependidikan (educational park), yaitu kampus yang terdiri dari
TK samapai perguruan tinggi dengan pemusatan sarana, pelayanan, dan
informasi.
f. Pembagian Waktu (allocation of time)
Pemilihan strategi dan teknik untuk ukuran kelomok yang ada berbeda-
beda tersebut mau tidak mau akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan
waktu. Apakah sebagaian besar waktunya akan dialokasikan untuk persentasi
atau pemberian informasi, untuk praktik laboratorium atau untuk diskusi.
Rencana penggunaan waktu akan berbeda berdasarkan pokok permasalahan,
tujuan-tujuan yang dirumuskan, ruangan yang tersedia, pola-pola administrasi
serta abilitas dan minat-minat para siswa.
g. Menentukan Ruangan (allocation of space)
Ada tiga alternative ruangan belajar, agar proses belajar mengajar dapat
terkondisikan, yaitu:
1. Ruangan-ruangan kelompok besar
2. Ruangan-ruangan kelompok kecil
3. Ruangan untuk belajar mandiri.
h. Memilih Media (allocation of resources)
Memilih media ditentukan menurut tanggapan siswa yang disepakati,
sehingga fungsinya tidak hanya sebagai stimulus rangsangan belajar siswa
semata. Gerlach dan Ely membagi media sebagai sumber belajar ini ke dalam
lima kategoro yaitu:
24

1. Manusia dan benda nyata


2. Media visual proyeksi
3. Media audio
4. Media cetak
5. Media display
i. Evaluasi hasil belajar (evaluation of permance)
Yang dievalusi dalam proses belajar mengajar sebenarnya bukan hanya
siswa, tetapi justru system pengajarannya. Oleh karena itu dalam proses
belajar mengajar terdapat rangkaian tes yang dimulai dari tes awal untuk
mengetahui mutu/isi pelajaran apa yang sudah diketahui oleh siswa dan apa
yang belum, terhadap rencana yang akan diajarkan. Entering behavior untuk
mengukur kemampuan siswa dan mengelompokan ke dalam kelompok
kemampuan yang kurang, sedang dan pandai.
j. Menganilis Umpan Balik (Analysis Of Feedback)
Umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan system
instruksional ini. Data umpak balik yang diperoleh dari evaluasi, tes, observasi
maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha intruksional ini
menentukan apakah system, metode, maupun media yang dipakai dalam
kegiatan instruksional tersebut sudah sesuai untuk tujuan ynag ingin dicapai
atau masih perlu disempurnakan.
3. Kelebihan Model Belajar Gerlach Dan Ely
Model pembelajaran gerlach dan ely memiliki perbedaan tersendiri
dibandingkan dengan model pembejaran yang lainnya. Perbedaan yang paling
kentara adalah diadakannya pre test (tes awal) sebelum kegiatan belajar
mengajar dilaksanakan. Di samping itu model Gerlach dan Ely sangat teliti
sekali dalam melaksanakan atau merencanakan pembelajaran, terbukti dengan
diadakannya tahapan pengelompokan belajar, penghitungan pembagian waktu,
serta peraturan ruanagn belajar. Hal ini merupakan kelebihan tersendiri dari
model gerlach dan ely yang telah dikenal dan dikembangkan sejak 1971.
4. Kekurangan Model Belajar Gerlach Dan Ely
25

Model pembelajaran gerlach dan ely memiliki sedikit kekurangan di


antaranya tidak adanya tahapan pengenalan karakteristiksiswa sehingga
sedikitnya akan membuat guru kewalahan dalam menganalisis kebutuhan
belajar siswa selam proses pembelajaran. Bahkan mungkin lebih jauhnya akan
membuat guru salah dalam memberikan dosis pelajaran karena tidak mengenal
latar belakang keluarga, psikologis, pendidikan social serta budaya dari siswa
tersebut.
D. MODEL JEROLD E. KEMP
1. Pendahuluan
Model Kemp memberikan bimbingan kepada para siswanya untuk berpikir
tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pembelajaran. Model ini
juga mengarahkan para pengembang desain instruksional untuk melihat
karakteristik para siswa serta menentukan tujuan-tujuan belajar yang tepat.
Langkah berikutnya adalah spesifikasi isi pelajaran dan mengembangkan
pretes dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya adalah
menetapkan strategi dan langkah-langkah dalam kegiatan belajar-mengajar
serta sumber-sumber belajar yang akan digunakan. Selanjutnya materi/isu
kemudian dievaluasi atas dasar-dasar tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
Langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi dan revisi didasarkan atas
hasil-hasil evaluasi.
Desain pembelajaran model Kemp ini dirancang untuk menjawab tiga
pertanyaan yakni:
1. Apa yang harus dipelajari siswa
2. Apa/bagaimana prosedur, dan sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk
mencapai hasil belajar yang diinginkan (kegiatan, media, dan sumber
belajar yang digunakan.
3. Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai
(evaluasi)
Langkah-langkah pengembangan desain pembelajaran model Kemp terdiri
dari delapan langkah yakni:
26

a. Menentukan tujuan instruksional umum (TIU) atau kompetensi dasar,


yaitu tujuan umum yang ingin dicapai dalam mengajarkan masing-masing
pokok bahasan
b. Membuat analisis tentang karateristik siswa. Analisis ini diperlukan antara
lain untuk mengetahui apakah latar belakang pendidikan dan social budaya
siswa memungkinkan untuk mengikuti program, serta langkah-langkah
apa yang perlu diambil.
c. Menentukan tujuan instruksional spesifik, operasional dan terukur (dalam
KTSP adalah indicator). Dengan demikian, siswa akan tahu apa yang
harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan apa ukurannya bahwa ia
telah berhasil. Bagi guru, rumusan itu akan bergunu dalam menyusun tes
kemampuan/keberhasilan dan pemilihan materi/bahan belajar yang sesuai
d. Menentukan materi/bahan ajar yang sesuai dengan tujuan instrusional
khusus (indicator) yang telah dirumuskan. Masalah yang seringkali
dihadapi guru-guru adalah begitu banyaknya materi pelajaran yang harus
diajarkan dengan waktu yang terbatas. Demikian juga, timbuk kesulitan
dalam mengorganisasikan materi/bahan ajar yang akan disajikan kepada
para siswa. Dalam hal ini diperlukan ketepatan guru dalam memilih dan
memilah sumber belajar, materi, media dan prosedur pembelajaran yang
akan digunakan.
e. Menetapkan penjajagan atau tes awal. Ini diperlukan untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan awal siswa dalam memenuhi prasyarat belajar
yang dituntut untuk megikuti program pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Dengan demikian, guru dapat memilih materi yang
diperlukan tanpa harus menyajikan yang tidak perlu, sehingga siswa tidak
menjadi bosan.
f. Menentukan strategi belajar mengajar, media dan sumber belajar.
g. Mengoordinasikan sarana penunjang yang diperlukan meliputi biaya,
fasilitas, peralatan, waktu dan tenaga.
h. Mengadakan evaluasi.
27

2. Pokok Bahasan Dan Tujuan Umum (Goals, Topics, And General


Purposes)
a. Pokok bahasan
Pokok bahasan menjadi dasar dalam pembelajaran dan menggambarkan
ruang lingkup pembelajaran itu sendiri. Pada sekolah dasar kelas tendah,
tema/topic bahasan biasanya lebih sederhana umum nyta pada pengalaman
kehidupan siswa sehari-hari, sedangkan di SD kelas tinggi sampai SMA
biasanya pokok bahasan disesuaikan dengan SK/KD yang telah dikeluarkan
oleh BNSP.
b. Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya
masih umum dan belum dapat menggambarkan tingkah laku yang lebih
spesifik. Tujuan pembelajaran umum ini dapat dilihat dari tujuan setiap pokok
bahasan suatu mata pelajaran yang ada di dalam silabus atau kurikulum.
3. Karakteristik Siswa (Learner Characteristic)
Tujuan mengetahui karateristik siswa adalah untuk mengukur apakah
siswa akan mampu mencapai tujuan belajar atau tidak. Hal-hal yang perlu
diketahui dari siswa bukan hanya dari factor akademisnya, tetapi juga dilihat
factor-faktor sosialnya, sebab kedua hal tersebut mempengaruhi proses
belajar.
4. Tujuan Pembelajaran Khusus (Learning Objegtive)
Tujuan pembelajaran khusus merupakan penjabaran dari tujuan
pembelajaran umum. Tujuan ini dirumuskan oleh guru dengan maksid agar
tujuan pembelajaran umum tersebut dapat lebih dispesifikasikan dan mudah
diukur tingkat ketercapaiannya.
a. Klasifikasi Tujuan Pembelajaran
Menurut Bloom dan Krathwohl dan Bloom dan Maria (dalam Rusman,
2009:24-25) klasifikasi tujuan terdiri dari tiga domain atau schemata, yaitu:
1. Domain kognitif
2. Domain afektif
3. Domain psikomotorik
28

b. Pemisahan dan Penggabungan Tujuan


Dengan adanya pemisahan tujuan menjadi tiga domain tersebut,
pertanyaan yang mungkin timbul adalah apakah dalam merumuskan saja atau
tujuan afektif saja secara terpisah, rasanya lebih mudah, tetapi tujuan kognitif
dan kedua tujuan yang lainnya tampak sukar dipisahkan.
c. Tahapan-tahapan Tujuan
Tujuan itu bertahap dari yang mudah, sedang dan sulit. Menurut Gagne,
tahap-tahap atau tingkatan belajar itu adalah pertama, belajar tentang fakta,
kemudian konsep, dilanjutkan dengan belajar prinsip dan akhirnya pemecahan
masalah. Fakta digunakan untuk mengindentifikasi suatu konsep, kemudian
menggabungkan beberapa konsep untuk mengindentifikasi prinsip dan
akhirnya prinsip dipergunakan untuk memecahkan masalah.
d. Kelebihan dan Keterbatasan tujuan
1. Kelebihan
a. Membentuk kerangkan tiap program instruksional yang dibangun atas
kompetensi dasar.
b. Member tahu siswa tentang apa yang diharapkan daripadanya.
c. Menolong guru (penyusun desain pembelajaran) untuk berpikir lebih
spesifik, mempermudah, mengatur dan menyusun sistematika pelajaran.
d. Menunjukkan macam dan ragam dari kegiatan yang diharapkan dari
keberhasilan belajar.
e. Menjadi dasar evaluasi, baik terhadap hasil belajar siswa maupun untuk
mengukur keefektifan program instruksional.
f. Merupakan sarana komunikasi yang terbaik terhadap sesama pengajar,
wali murid, maupun pihak lain dari apa yang diajarkan dan apa yang harus
dipelajari.
2. Keterbatasan
a. Kebanyakan tujuan hanya bertujuan untuk tingkat penguasaan
pengetahuan saja (tingkat kognitif) yang rendah.
29

b. Menyusun struktur (tahap-tahap) pelajaran tertentu seperti matematika,


ilmu pengetahuan alam dan pelajaran bahasa lebih mudah dibandingkan
seni, ilmu-ilmu social dan humanities.
c. Bila tujuan belajar hanya diarahkan khusus untuk tujuan yang telah
ditentukan (pada tujuan instruksional khusus) saja, tampak program akan
berjalan sangat kaku.
d. Dengan menetapkan ukuran suatu tujuan, rasanya pendekatan belajar
kurang manusisawi, dan menganggap bahwa prosedur pendidikan teralu
mekanis dan tidak personal.
5. Materi/Bahan Pelajaran (subject content)
Subject content adalah materi atau isis pokok bahasan. Ini harus spesifik
dan erat hubungannya dengan tujuan (learning objectives) yang telah
ditetapkan. Jadi, bila kepada siswa diajarkan fakta dan konsep, tentu tidak
hanya berhenti sampai prinsip, tetapi harus diadakan pula penerapan prinsip
tersebut.
Untuk menyusun materi pokok bahan biasanya kita buat pertanyaan-
pertanyaan seperti berikut ini:
a. Apakah spesifik pokok bahasan?
b. Fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip apa yang berhubungan
dengan pokok bahasan?
c. Langkah-langkah apa yang ditempuh dari prosedur yang berkaitan dengan
pokok bahasan?
d. Teknik apa yang diperlukan dalam melakukan suatu keterampilan?
6. Penjajakan Terhadap Siswa (preassessment)
Tujuan dari kegiatan penjajakan terhadap kemampuan siswa adalah untuk
menguji, apakah kepercayaan yang telah disusun pada empat langkah
sebelumnya dapat diteruskan ke langkah selanjutnya, yaitu kegiatan
pembelajaran (teaching/learning activities and resource. Apakah siswa sudah
siap dan mampu mempelajari pokok bahasan yang akan diajarkan.
Jadi, preassesment adalah menguji coba rencana pokok bahasan, tujuan
belajar dari rencana isi. Tidak dipergunakan untuk mengukur kemampuan
30

siswa dilakukan pada assessment of entering behavios dalam systematic


approach to instruction (ely, 1957), sebab kemampuan segala sesuatu yang
menjadi latar belakang siswa yang berlaku untuk system perencanaan desain
instruksional ini.
7. Kegiatan Belajar-Mengajar Dan Media (Teachin/Learning Activities
And Recource)
Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut B.F. Skinner dan kawan-kawan ada sepuluh prinsip sebagai berikut:
1. Persiapan belajar (prelearning preparation) minimal sebelum belajar kita
tahu tujuan belajar itu apa, apa yang akan menjadi pendahuluan belajar
atau syarat-syarat sehingga nanti akan dicapai tujuan maksimal
2. Motivasi (motivasion) berdasarkan pengalaman siswa, mana yang disukai
siswa agar perhatian belajar dapat meningkat.
3. Perbedaan individual (individual differences), membuat desain
berdasarkan pengalaman belajar siswa yang menyangkut empat segi, yaitu
penentuan kecepatan belajar, penentuan tingkat, penentuan kemampuan,
bahan pelajaram apa (materi) yang paling tepat.
4. Kondisi pembelajaran (instructional condition), belajar akan berhasil
apabila tujuan belajar sudah jelas, dan belajar juga akan lebih mudah
apabila materi yang dipelajari juga teratur mulai dari yang mudah
dipelajari hingga ke hal yang kompleks.
5. Keaktifan sepenuhnya ada pada siswa dan guruhanya menyediakan bahan
dan menunjukkan cara belajar yang baik.
6. Penyampaian hasil belajar siswa (successful achievement), perlu diatur
sedemikian rupa sehingga tetap meransang siswa belajar dan
menyenangkan mereka sehingga ma uterus mengikuti kegiatan belajar
karena setiap usaha diberikan penghargaan yang proporsional.
7. Hasil yang sudah diperoleh (knowledge of result)
8. Latihan (practice)
9. Kadar bahan yang diberikan (rate of presenting material)
10. Sikap mengajar (intructor’s attitude)
31

Kegiatan belajar-mengajar
Tiga jenis kegiatan belajar-mengajar adalah:
1. Pembelajaran klasikal (group presentation)
Pembelajaran klasikal adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada
sejumlah siswa. Kegaiatan ini akan dianggap baik apabila siswa aktif
berpartisipasi selama pengajaran berlangsung. Partisipasi dimaksudkan
digolongkan dalam tiga kategori yakni:
a. Active interaction with the instructor yaitu siswa bertanya dan pengajae
menjawab atau siswa lebih berkonsultasi sesuadah pengajaran.
b. Working at the student’s seat yaitu siswa mencatat apa yang diajarkan atau
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
c. Other mental participation yaitu siswa juga berpikir tentang apa yang
dikemukakan dan mempersiapkan bahan pertanyaan yang akan
ditanyakan.
2. Belajar mandiri (individual learning)
Bentuk-bentuk belajar mandiri yang kita kenal adalah self instruction
(semacam modul), independent study, individual prescribed instruction (IPI),
dan self paced learning. Selain itu, ada pula bentuk-bentuk program belajar
mandiri, seperti student contracts, textbook/workshett, self-learning module
(SLM) atau minicourse.
3. Pertemuan tatap muka
Pertemuan tatap muka antara beberapa siswa dalam satu kelompok dan
pengajar menjadi tekanan di sini, seperti berdiskusi, tukar menukar,
pengajaran klasikal, memecahkan masalah bersama tentang hasil belajar dari
pengajaran klasikal, dan belajar mandiri. Semuanya dapat diperbincangkan
bersama dalam kegiatan belajar-mengajar.
Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awaldalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
32

menfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam


proses pembelajaran.
2. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi
dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interakti, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis melalui
proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
3. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktrivitas
pembelajaran yang dapat dialkukan dalam bentuk rangkuman atau
kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
Kesimpulan dari hal di atas adalah:
• Hal-hal apa saja yang perlu diajarkan kepada sekelompok siswa.
• Hal-hal apa saja yang perlu dipelajari oleh siswa untuk belajar mandiri
sesuai kemampuan siswa
Media Pembelajaran (Instruksional Resource)
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu:
 Apakah media itu akan dipergunakan klasikal atau belajar sendiri?
 Apakah media yang dibuat memerlukan presentasi grafis, seperti desai,
flowcart, atau caption?
 Apakah medial visual yang akan ditampilkan diam atau bergerak ?
 Jika media visual diam, apakah di display atau diproyeksikan?
 Jika bergerak, apakah berupa film 16mm, 8mm, tau video tape?
 Apakah media visual akan dilengkapi dengan rekaman suara yang terpisah
atau terpadu tetapi dalam bentuk variasi?
 Jika mempergunakan lebih dari satu media sekaligus bagaiman cara
mempergunakan?
33

 Apakah media tersebut akan dipergunakan oleh pengajar atau oleh siswa?
 Jika akan memutar film, proyektor yang akan dipergunakan film 8mm atau
16mm?
 Juga perhatikan biaya?
8. Pelayanan Penunjang (support Service)
Adapun petugas yang menunjang mulai dari peencanaan desain sampai
dengan tuntasnya pelaksanaan program secara menyeluruh dan lengkap adalah:
a. Tenaga ahli dan pembantu
 Tenaga ahli seperti 1 orang pengajar, 1 orang perancang
(instructional designer), 1 orang ahli media.
 Tenaga pembantu seperti asisten pengajar, juru foto, graphic artist,
kepala bagian perpustakaan, teknisi, asisten laboratorium, tenaga
administrasi, pesuruh.
b. Pengadaan bahan, bahan-bahan tersebut berupa bahan untuk grafis,
rekaman suara, cetak, pratikum laboratorium, buku teks, fotografi, dan
lain-lain.
c. Ruangan
d. Peralatan, pemilihan peralatan hendaknya berdasarkan efisiensi dan
diusahakan semurah-murahnya. Peralatan bias berupa proyektor, tape
recorder, kamera, alat-alat laboratorium, alat-alat tulis kantor, dan lain-
lain.
e. Penjadwalan waktu
 Jadwal pengajaran atau jadwal belajar termasuk asisten
 Jadwal pemakaian ruangan
 Jadwal dan daftar/pemesanan/peminjaman alat-alat dan buku teks,
untuk melayani pengajar atau siswa.
 Pemasangan atau instalasi peralatan, display, dan lain-lain.
9. Ukuran Pencapaian (Standard of Achievement)
Ada dua macam cara mengukur pencapaian hasil belajar siswa, yaitu dengan:
34

• Norm referenced testing, yaitu dikategorikan orang sebagai cara lama


karena pencapaian siswa ukurannya sangat relative, kurang ada alasan
yang kuat untuk dikatakan baku karena hasil belajar seorang siswa hanya
dibedakan dengan hasil yang dicapai oleh teman sekelasnya atau rata-rata
pada satu sekolah dibandingkan dengan hasil rata-rata sekolah lain.
• Criterion referenced testing, yaitu cara yang dikehendaki dalam rangka
proses belajar mengajar dengan menggunakan desain system instruksional.
Penguasaan belajar tuntas pada dasarnya adalah demikian, yaitu tiap siswa
diharapkan dapat mencapai seluruh tujuan belajar yang telah ditentukan
sebelumnya dengan jelas dan rinci.

Menilai tujuan belajar kognitif


Tes tertulis bias berbentuk tes objektif dan esay. Macam tes objektif
biasanya berupa: benar salah, menjodohkan, mengisi jawaban pendek, dan
multiple choice.
Menilai tujuan belajar psikomotor
Tujuan belajar psikomotorik bersifat keterampilan (motor skill). Jadi
tujuan belajarnya adalah siswa dapat/terampil mengerjakan sesuatu.
Menilai tujuan belajar afektif
Menilai tujuan belajar siswa yang berhubungan dengan sikap dan nilai,
perlu dikumpulkan data siswa dengan berbagai cara, misalnya dengan:
• Meneliti tingkah laku siswa
• Mendengarkan pendapat dan komentar siswa
• Mengajukan pertanyaan tertulis dengan jawaban rentangan

Anda mungkin juga menyukai