Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SUPERVISI KOLABORATIF
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Analisis Model dan Pendekatan Supervisi
Dosen Pengampu : Dr.H.M. Saleh, M.Pd

Oleh :

SUHERLY
NIM 2020111310089

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tidak lupa penulis ucapkan yang dihaturkan kepada Allah SWT
karena atas berkat Rahmat dan karuaniaNya jualah makalah dengan judul “Supervisi
Kolaborartif” ini dapat selesai sesuai dengan harapan.Adapun penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Model dan Pendekatan
Supervisi yang diampu oleh Dr.H.M. Saleh, M.Pd.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai. Tak lupa penulis juga
memohon saran kritik nya untuk perbaikan makalah selanjutnya karena penulis
menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari kelemahan dan kekurangan.

Paringin, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………. 1
BAB II PERMASALAHAN…………………………………………… 4
BAB III PEMBAHASAN
A. Pembinaan Guru-guru dalam Pergaulan Profesional 5
B. Pengertian Pendekatan Kolaboratif 6
C. Karakteristik Pembinaan Guru dengan Pendekatan Kolaboratif 11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Personil sekolah yang memadai kemampuannya menjadi perhatian utama


bagi setiap lembaga pendidikan. Diantara personil yang ada, guru merupakan
jajaran terdepan dalam menentukan kualitas pendidikan. Guru setiap hari bertatap
muka dengan siswa dalam proses pembelajaran. Karena itu guru yang berkualitas
sangat dibutuhkan oleh setiap sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah
memerlukan pendidikan profesional dan sistematis dalam mencapai sasarannya.
Efektivitas kegiatan kependidikan di suatu sekolah dipengaruhi banyaknya variabel
baik yang menyangkut aspek personal, operasional, maupun material yang perlu
mendapatkan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan.
Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban membina
kemampuan para guru. Dengan kata lain kepala sekolah hendaknya dapat
melaksanakan supervisi secara efektif. Sementara ini pelaksanaan supervisi di
sekolah seringkali masih bersifat umum. Aspek-aspek yang menjadi perhatian
kurang jelas, sehingga pemberian umpan balik terlalu umum dan kurang mengarah
ke aspek yang dibutuhkan guru. Sementara guru sendiripun kadang kurang
memahami manfaat supervisi. Hal ini disebabkan tidak dilibatkannya guru dalam
perencanaan pelaksanaan supervisi. Padahal proses pelaksanaan supervisi yang
melibatkan guru sejak tahap perencanaan memungkinkan guru mengetahui manfaat
supervisi bagi dirinya. Supervisi merupakan pendekatan yang melibatkan guru
sejak tahap perencanaan.
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada tiga kegiatan, yakni: supervisi
akademis, supervisi administrasi dan supervisi lembaga. Ketiga kegiatan besar
tersebut masing-masing memiliki garapan serta wilayah tersendiri, supervisi
akademis sendiri dititik beratkan pada pengamatan supervisor tentang masalah-
masalah yang berhubungan dengan kegiatan akademis, diantaranya hal-hal yang
langung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang

1
dalam proses mempelajari sesuatu. Sedangkan supervisi administrasi menitik
beratkan pada pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang
berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran dan
administrasi lembaga sendiri diarahkan pada kegiatan dalam rangka menyebarkan
objek pengamatan supervisor tentang aspek-aspek yang berada di seantero sekolah
dan berperan dalam meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara
keseluruhan. Proses pembinaan dan pengembangan keseluruhan situasi merupakan
kajian supervisi pendidikan.
Sasaran pengawasan di lingkungan kelembagaan pendidikan selama ini
menunjukkan kesan seolah-olah segi fisik material yang tampak merupakan saaran
yang sangat penting, namun pengolahan dana, sistem kepegawaian, perlengkapan
serta sistem informasi yang dipergunakan oleh lembaga nyaris merupakan sesuatu
yang terabaikan.
Supervisi kelembagaan menebarkan objek pengamatan supervisor pada aspe-
aspek yang berada d lingkungan sekolah, artinya lebih bertumpu pada citra dan
kualitas sekolah, sebab dapat dimaklumi bahwa sekolah yang memiliki popularitas
akan menjadi lembaga pendidikan yang secara otomatis dapat menarik perhatian
masyarakat yang pada gilirannya akan menyekolahkan anak-anak mereka ke
sekolah dimaksud. Bukan saja supervisor aktif untuk memberikan kualitas sekolah
lebih baik akan tetapi membina guru-guru dan memberikan perhatian yang akan
mendorong kinerja lebih bermanfaat di lembaga maupun sekolah.
Maka dari itu pembinaan guru dengan menggunakan pendekatan kolaboratif
sangat bermanfaat untuk memberikan usulan atau keaktifan dalam memecahkan
masalah atau problem yang dihadapi di lembaga pendidikan.
Setiap guru selalu berbeda ide maupun usulan yang akan memberikan yang
lebih baik demi kemajuan sekolah, dalam hal ini supervisor sangat berpengaruh
untuk membina guru lebih mandiri dan mampu memecahkan masalah bersama. Hal
ini sesuai dengan firman Allah yang artinya:
Artinya:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya

2
Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak
ada pelindung bagi mereka selain Dia”(Q.S Ar’ad:11)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah tidak akan merubah keadaan yang
lebih buruk bagi setiap orang yang ingin merubah lebih baik lagi, situasi seperti ini
sama ketika di hubungkan peran pendekatan colaboratif terhadap pembinaan guru
akan memberikan efek yang positif karna bukan hanya supervisor sebagai pemecah
masalah akan tetapi semua anggota merupakan demokrasi dalam memecahkan
masalah.

3
BAB II
PERMASALAHAN
Berdasarkan pada uraian diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini,
sebagai berikut:
1.      Bagaimana Pembinaan guru dalam pergaulan professional?
2.    Bagaimana pengertian pendekatan kolaboratif ?
3.      Bagaimana karakteristik pembinaan guru dengan pendekatan kolaboratif ?

4
BAB III
PEMBAHASAN

A.    Pembinaan Guru-guru dalam Pergaulan Profesional


Upaya untuk meningkatkan guru-guru dapat melalui aktivitas maupun
pelatihan yang di berikan terhadap guru dan supervisor mampu membina para guru
agar bergerak lebih baik dan lebih professional.
Pembinaan guru sangatlah penting dalam meningkatkan mutu pendidikan.di
sekolahan. Pembinaan guru selama ini adalah dari kepala sekolah dan pengawas.
Sumbangan supervisor dalam hal ini tidak dapat diberikan secara langsung. Karna
mempertimbangkan jabatan untuk menyesuaikan yang sebaik-baiknya dalam
membentuk sikap dan kebiasaan kerja yang tepat.
Sebagai contoh tentang apa yang dimaksud dengan sikap-sikap dan kebiasaan
kerja yang tepat ialah:
1.       Sikap impersonal dan kebiasaan mengendalikan diri atas kritik-kritik dari
supervisor, kepala sekolah atau pengawas.
2.        Penghargaan yang layak terhadap kemampuan dan kelebihan para petugas dan
guru-guru lain.
3.        Kemampuan mengikuti dan mendukung kebijaksanaan atasan atau kelompok.
4.        Kemampuan menghargai kesuksesan-kesuksesan dari rekan-rekan sejawat.
5.        Kesudian dan kebiasaan selalu menahan diri dari pembicaraan yang kurang
enak dari orang lain.
Membina guru hanya lewat kehadiran di waktu rapat untuk berceramah tidak
akan banyak meningkatkan kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Perbaikan mutu pengajaranan di sekolahan berkaitan dengan proses supervise.
Dalam hal itu sudah seharusnya supervisor yang merupakan unsur penting bagi
keefektifan layanan supervisi mendorong guru, agar berupaya melakukan
peningkatan diri sendiri. Misalnya, bagaimana bisa melaksanakan tugas untuk
membina guru kalau tidak pernah menjadi guru. Menjadi pengawas bukanlah
memarahi guru, melainkan membina bahkan sebagai mitra kerja. Bila perlu,

5
pengawas memberikan contoh cara pembelajaran materi tertentu jika guru
mengalami kesulitan di kelas.
Sehubungan pembinaan guru, penataran atau pelatihan guru yang sering
dikatakan menghabiskan dana yang tidak sedikit namun belum banyak berarti
dalam peningkatan kinerga para guru. Pendapat ini ada benarnya. Ada beberapa
kendala atau kelemahan yang ada. Pertama, motivasi guru tentu  tidak
semuanyasangat rendah dalam mengikuti kegiatan. Mereka sekadar ikut karena taat
perintah kepala sekolah atau sekadar mendapatkan serifikat untuk kenaikan
pangkat. Kedua, ada yang berpikir negatif sebelum kegiatan dimulai baik terhadap
nara sumber atau guru pendamping walau guru yang bersangkutan kinerjanya di
sekolah belum dapat dikatakan baik. Akhirnya, beberapa pengalaman berharga
dalam pelatihan lewat negitu saja. Ketiga, ada guru terlalu banyak berharap namun
tanpa kreatif dalam kegiatan. Semestinya dalam kegiatan inilah terjadi tukar
pengalaman atau berdiskusi tentang permasalahan yang dihadapi di sekolah.
Keempat, sistem pelatihan perlu disempurbakan. Setelah kegiatan seolah proyek
sudah selesai. Hendaknya ada  tindak lanjutnya di lapangan. Setelah pelatihan perlu
ada pemantauan atau pembinaan beberapa bulan di sekolah tempat tugas peserta
oleh nara sumber atau tim pelatih (instruktur). Di samping itu pemantauan atau
pembinaan juga berfungsi untuk mengevaluasi apakah kegiatan pelatihan  efektif
atau tidak.
Jadi, kegiatan pelatihan tidak selesai dalam beberapa hari saja sebab akan
cendrung teori tanpa praktek. Pelatihan guru sesungguhnya tidak pernah berhenti
karena guru adalah seorang pembelejar. Guru tidak akan bisa membelajarkan
siswanya kalau ia sendiri tidak belajar atau berlatih terus-menerus. Jadi, Supervisor
hendaknya berusaha menstimulir atau menambah keyakinan dan minat masing-
masing guru terhadap tanggung jawabnya.
B.    Pengertian Pendekatan Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara
pendekatan direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada
pendekatan ini, baik supervisor maupun guru bersama-sama bersepakat untuk
menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan

6
terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi
kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara
kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam
pembentukan aktivitas individu.
Guru   memiliki potensi tapi harus diberi kesempatan atau perangkat.
Sehingga hasil dari supervisi ini adalah kontrak antara pengawas dan guru, baik
supervisor dan guru bersama-sama dan bersepakat untuk menetapkan struktur,
proses, dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap msalah yang
dihadapi guru.
Dengan demikian, pendekatan kolaboratif supervisor dalam pendekatan ini
adalah sebagai berikut:
1.    Menyajikan, langkah pertama dari supervisor atau pengawas ialah menyajikan
pembahasan yang akan di bahas terhadap para guru.
2.    Menjelaskan, supervisor menjelaskan secara benar dan memfokuskan inti
permasalah agar lebih jelas dan dapat di fahami setiap anggota guru.
3.    Mendengarkan, ketika para guru berbincang-bincang dan berbagai ulasan
pendapat maka supervisor mendengarkan tanggapan guru dan memahami betul
apa yang dibahas.
4.    Memecahkan masalah, setelah persoalan mau pun permasalahan menemukan
titik penyebab atau faktor masalah yang di temukan oleh para guru maka
supervisor mampu memecahkan masalah yang berlangsung. Supervisor
sekaligus membimbing para guru untuk menyukseskan.
5.    Negosiasi, disamping itu supervisor memberikan solusi tawaran atau negosiasi
kepada para guru agar tidak menimbulkan nilai egois yang dimiliki oleh
supervisor. Hal ini supervisor bersifat netral dan tidak ada sifat kepentingan
pribadi.

Tugas supervisor diatas adalah mendengarkan dan memperhatikan secara


cermat akan keprihatinan guru terhadap masalah perbaikan pengajaranya, dan
sekaligus pula gagasan-gagasan. Jika diperhatikan, pola pendekatan di atas

7
merupakan aspek tanggung jawab terlaksananya kegiatan supervisi. Artinya
supervisi dan supervisor berbagi tanggung jawab.
Dalam bukunya Binti Maunah supervisi pendidikan Islam, menjelaskan
bahwa Wiles dan Lovell memandangnya dari segi perkembanganya historis model
atau pendekatan supervisi. Mereka mengemukakan bahwa supervisi kolaboratif
adalah gagasan yang di ilhami oleh ajaran gerakan hubungan kemanusiaan.
Gagasan itu sekaligus merupakan reaksi terhadap praktik model supervisi klasik,
yang menetapkan fungsi supervisi sebagai berikut: is cooperating, sharing ideas,
soving probles, and providing feedback on observation of teaching, with or for a
person with greater orless influence.Artinya: adalah bekerja sama, berbagi ide,
memecahkan masalah, dan memberikan umpan balik pada pengamatan mengajar,
dengan atau untuk orang dengan pengaruh yang lebih besar atau kurang.
Walaupun pendekatan ini telah dikenal oleh para supervisor, namun dalam
prakteknya pendekatan ini lebih banyak memperoleh perhatian dan
diimplementasikan oleh para pakar supervisik klinik.
Menurut glickman, gordon dan jovita, proses yang dilakukan dalam
pendekatan cupervisi kolaboratif ini mencakup 10 langkah, yaitu clarifying,
listening, reflecting, presenting, clarifying, problem solving, encouraging,
negotiating, standardizing dan reflecting, yang akan dijelaskan dalam bahasan
berikut ini.
1. Clarifying, mengidentifikasi masalah seperti yang terlihat oleh guru. Pertama,
tanyakan guru tentang masalah langsung atau kekhawatiran: “tolong katakan
padaku apa yang mengganggu Anda”. Jelaskan kepada saya apa yang anda lihat
sebagai perhatian terbesar.
2. Listening, Mendengarkan: memahami persepsi guru. Anda (supervisor) ingin
memiliki sebanyak mungkin informasi tentang masalah mungkin sebelum
berpikir tentang tindakan. Oleh karena itu, ketika guru menceritakan
persepsinya, berbagai perilaku non direktif harus digunakan (kontak mata,
parafrase, mengajukan pertanyaan menyelidik, dan bersedia untuk
memungkinkan guru untuk terus berbicara): “Ceritakan lebih banyak. Uh huh,
aku mengikuti Anda. maksudmu?

8
3. Reflecting, Merefleksikan: memverifikasi persepsi guru. Ketika guru telah
menyelesaikan deskripsi masalahnya, memeriksa akurasi dengan meringkas
pernyataan guru dan menanyakan apakah ringkasannya Saya memahami bahwa
Anda melihat masalah sebagai …… apakah ini akurat?
4. Presenting, Menyajikan: menyediakan sudut pandang Sampai saat ini kita telah
melihat konferensi non direktif disingkat. Alih-alih meminta guru untuk mulai
memikirkan tindakan sendiri, namun Anda tahu bergerak dan menjadi bagian
dari proses pengambilan keputusan. Berikan poin Anda sendiri pandang tentang
kesulitan saat ini dan isi informasi tentang situasi dengan cara ini. Masalah
seperti yang saya lihat adalah … (untuk meminimalkan mempengaruhi posisi
theacher itu, lebih baik bagi Anda untuk memberikan persepsi Anda hanya
setelah guru telah memberikan nya atau miliknya.
5. Clarifying, Klarifikasi: mencari pemahaman guru tentang persepsi supervisor
terhadap Dengan cara yang sama, Anda diparafrasekan pernyataan guru masalah
dan meminta verifikasi, Anda sekarang meminta guru untuk melakukan hal yang
sama: Anda bisa mengulangi apa yang Anda pikir saya sedang mencoba untuk
mengatakan setelah Anda merasa yakin bahwa guru memahami pandangan
Anda? pemecahan masalah dapat dimulai
6. Problem Solving, Pemecahan Masalah: Bertukar saran opsi. Jika Anda dan guru
akrab satu sama lain dan telah bekerja bersama-sama sebelumnya, Anda hanya
dapat meminta daftar saran: mari kita berdua berpikir tentang apa yang mungkin
dilakukan untuk memperbaiki situasi ini. Kemudian mendengarkan ide masing-
masing. Jika guru tidak akrab dengan Anda atau dengan proses kolaboratif,
namun, ia mungkin merasa khawatir tentang menyarankan ide yang berbeda dari
atasan. Mungkin lebih baik untuk menghentikan konferensi selama beberapa
menit dan kedua pengawas dan guru menuliskan tindakan yang mungkin
sebelum berbicara. Sehingga kita tidak saling mempengaruhi satu sama lain
pada solusi yang mungkin, mari kita mengambil beberapa menit berikutnya dan
menuliskan apa tindakan yang mungkin diambil dan kemudian membaca daftar
masing-masing. Jelas, sekali tindakan yang secara tertulis, mereka tidak akan
berubah sesuai dengan apa yang orang lain telah menulis. Anda pengawas, oleh

9
karena itu, telah dipromosikan spektrum ide-ide pribadi yang siap untuk
dibagikan dan didiskusikan.
7. Encouraging, menguatkan/ Mendorong: Menerima konflik. Untuk menjaga
konferensi dari berubah menjadi perjuangan kompetitif, Anda perlu meyakinkan
guru bahwa ketidaksepakatan diterima dan bahwa tidak akan ada pemenang atau
pecundang. Tampaknya kita memiliki beberapa ide yang berbeda tentang
bagaimana untuk menangani situasi ini. Dengan tidak setuju kita akan
menemukan solusi terbaik sebelum akan berlangsung. Anda harus benar-benar
percaya bahwa konflik antara dua profesional yang peduli sangat produktif
untuk mencari solusi terbaik  
8. Negotiating, Negosiasi: Menemukan solusi yang dapat diterima. Setelah berbagi
dan mendiskusikan Tanyakan apakah ada saran umum untuk keduanya. Di mana
kita setuju? Dan jika ada saran yang sangat berbeda. Di mana kita berbeda? Jika
Anda menemukan kesepakatan, maka konferensi berlangsung. Tapi jika ada
perbedaan besar dalam saran, maka Anda dapat mengambil tindakan untuk
berurutan. Pertama cek untuk melihat apakah perbedaan yang luas muncul
dengan memiliki diri sendiri dan guru menjelaskan secara menyeluruh apa yang
dimaksud dengan saran Anda masing-masing. Kedua jika ketidaksepakatan
masih nyata, kemudian mencari tahu seberapa yakin Anda masing-masing
adalah bahwa saran Anda dipilih: bagaimana importants itu kepada Anda bahwa
kami melakukannya dengan cara Anda? jika pentingnya saran satu orang jauh
lebih besar dari saran orang lain, maka pertanyaannya menjadi apakah seseorang
bisa menyerah atau ide nya dan hidup dengan lain. Ketiga, jika alasan untuk
kesepakatan tidak tercapai, Anda dapat mempertimbangkan kompromi:
bagaimana jika saya menyerah ini bagian dari saran saya dan jika Anda
memberikan up..or melihat apakah ide yang sama sekali baru dapat ditemukan:
karena kita tidak bisa setuju, mari kita turun Pilihan utama kami untuk solusi
dan melihat apakah kita dapat menemukan satu sama lain. Keempat, jika masih
belum ada gerakan dan jalan buntu yang benar tetap, maka Anda dapat
panggilan untuk jangka waktu bagi kedua belah pihak untuk merenungkan
masalah sebelum bertemu lagi. Dengar, kita tidak mendapatkan di mana saja.

10
Mari kita duduk di masalah ini dan bertemu lagi besok atau meminta orang
ketiga untuk memainkan peran seorang mediator atau arbitrator. Kita tidak bisa
setuju: bagaimana kalau kita menelepon seseorang bahwa kami berdua hormat
untuk membantu kami mengatasi hal ini? Karena kita tidak bisa setuju,
bagaimana menelepon seseorang kami berdua memiliki keyakinan dalam
menyelesaikan ini bagi kita? Seorang mediator atau arbitrator adalah pilihan
ekstrem bagi kebanyakan konferensi antara pengawas dan guru dan harus tetap
menjadi pilihan terakhir. Namun, guru harus tahu bahwa prosedur kolaborasi
memastikan bahwa dia tidak harus pergi bersama dengan rencana yang ia tidak
setuju dengan. Ada pilihan lain yang tersedia.
9. Standardizing, Standarisasi: Menyepakati rincian rencana. Setelah kesepakatan
tindakan yang dapat diterima telah tercapai, pengawas perlu menghadiri rincian
waktu dan tempat. Kapan rencana akan dilaksanakan? Dimana hal itu akan
berlangsung? Siapa yang akan membantu? Sumber daya apa yang dibutuhkan?
Rincian ini perlu dibahas dan disepakati sehingga akan ada kejelasan dan
ketepatan dengan rencana akhir.
10. Reflecting, Refleksi: Meringkas rencana akhir. Supervisor menyimpulkan
konferensi dengan memeriksa kedua belah pihak setuju dengan tindakan dan
rincian. Supervisor mungkin melakukan hal ini secara lisan. Bisakah Anda
mengulangi apa yang Anda memahami rencana untuk menjadi dan kemudian
saya akan mengulangi pemahaman saya. Atau tertulis. Mari kita menuliskan ini
bersama-sama sehingga kita jelas tentang apa yang telah kami sepakat untuk
melakukan.

C.    Karakteristik Pembinaan Guru dengan Pendekatan Kolaboratif


Sebagaimana telah diketahui bahwa supervisi adalah suatu teknik pelayanan
yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama.
Kegiatan ini diarahkan untuk membantu kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya
agar dapat mencapai target yang diinginkan.
Salah satu pendekatan dalam melaksanakan supevisi adalah pendekatan
kolaboratif. Pendekatan ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

11
1.        Supervisor bertindak sebagai mitra atau rekan kerja.
2.        Kedua belah pihak berbagi kepakaran.
3.        Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan inkuiri yakni, mencoba
memahami apa yang dilakukan oleh orang yang amati.
4.        Diskusi sebagai langkah lanjut dari pengalaman bersifat terbuka atau fleksibel
dan tujuannya jelas.
5.        Tujuan supervisi ialah membantu guru dan kepala sekolah berkembang
menjadi tenaga-tenaga profesional melalui kegiatan-kegiatan reflektif.
6.        Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.

Dengan memahami karakteristik diatas dapat diilustrasikan bahwa dengan


pendekatan kolaboratif, supervisi yang diterapkan akan terasa tenang dan tidak
mengandung ketegangan. Bahkan sebaliknya yang muncul adalah suasana akrab
dan saling memahami antar satu dengan yang lainnya. Hal ini terjadi karena
supervisor menempatkan dirinya sebagai mitra bagi guru yang disupervisi bukan
sebagai arspektor yang mencari kesalahan dari guru.
Disamping itu supervisi kolaboratif memberikan ruang terbuka bagi guru
sehingga guru mendapat kesempatan yang luas guna menyampaikan ide ataupun
maslah-masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. Sehingga dari diskusi
yang dilakukan akan mucul ide-ide baru yang merupakan penyelesaian problem
solving dalam problem-problem yang ditemukan dalam proses pembelajaran.
Pendekatan kolaboratif ini diaplikasikan pada guru yang termasuk kategori
guru energik dan guru konseptor dalam proses supervisi:

a. Guru yang terlalu sibuk/energik , guru ini mempunyai tanggung jawab dan
komitmen yang tinggi , tetapi tingkat abstraksinya rendah . Guru ini energik
punya kemauan keras, dan antusias dalam bekerja. Cita-citanya tinggi, ingin
berprestasi melalui kerja keras dalam membina para siswa belajar, bermaksud
melakukan inovasi dalam pembelajaran agar lulusannya meningkat. Para
siswa sering diberi tugas rumah yang banyak dengan harapan prestasi mereka
meningkat. Tetapi kemauan besar dan niat baik itu terganjal oleh kemampuan

12
umum guru ini yang kurang bagus, yang mengakibatkan jarang sekali ia dapat
mewujudkan niat baiknya. Terlalu banyak yang ingin digapai tidak sesuai
dengan kemampuannya yang rendah , membuat banyak pekerjaannya
terbengkelai.

b. Guru tukang kritik/konseptor, guru ini pandai membuat konsep-konsep baru


tentang pembelajaran maupun sekolah, tetapi tidak mampu mewujudkan
konsep itu. Hal ini disebabkan rasa tanggung jawab dan komitmennya rendah,
walaupun ia memiliki tingkat abstraksi yang tinggi. Dalam tugas sehari-hari
ia sering mengemukakan ide-ide yang bagus yang sifatnya inovatif. Ia dapat
menjelaskan ide-ide itu dengan rasionalitas yang relative tepat beserta
langkah-langkah mewujudkan program itu. Namun bila ia disuruh untuk
mewujudkan cita-cita itu, memelopori hal-hal yang ia pandang inovatif, ia
selalu menolak. Ia tidak mau berkorban waktu, tenaga maupun pikiran untuk
merealisasi cita-cita itu. Ia tidak punya komitmen untuk melakukan sesuatu.
Kolaborasi adalah kerja sama antara guru dan supervisor . pendekatan ini berasal
dari psikologi kognitif. Kerja sama dilakukan dalam banyak hal untuk memajukan
kedua guru ini:
a. Bagi guru yang terlalu sibuk/energik kerja sama ini dilakukan untuk
membantu guru dalam melaksanakan ide dan cita-citanya yang besar.
Supervisor mengajak guru ini agar tidak berhenti di tengah jalan melainkan
memberi dorongan dan bantuan agar proyek-proyeknya dapat ia selesaikan.
b. Sementara itu bagi guru tukang kritik/konseptor kerja supervisor memberi
dorongan dan fasilitas agar guru ini bersedia menjadi ketua pelaksana ide
yang ia ciptakan agar buah ide itu dapat dinikmati oleh warga sekolah ,
terutama para siswa.

Dalam pendekatan kolaboratif ini dapat dilakukan metode berdasarkan kontrak,


yaitu suatu strategi yang dibuat oleh supervisor untuk memberi semacam paksaan
kepada kedua guru ini sebagai suatu ikatan . Kontrak yang ditandatangani atau
hanya kesepakatan lisan ini secara psikologis akan memberi pengaruh kepada itikad
guru untuk mengisi dan menyelesaikan kontrak itu . Bagi guru energik diharapkan

13
akan dapat memenuhi kemauan keras dan cita-cita yang tinggi bisa diwujudkan
sesuai dengan kontrak yang telah disepakati . Demikian pula dengan guru konseptor,
diharapkan tidak hanya mampu membuat konsep saja melainkan juga mampu
mewujudkan konsep itu dalam praktek sehari-hari.

14
BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan dari pemaparan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan,
sebagai berikut:
1.      Bahwa pembinaan guru dalam pergaulan profesi merupakan budaya kerja
perilaku yang dilakukan berulang-ulang oleh setiap individu dalam suatu
organisasi dan telah menjadi kebiasaan dalam pelaksanaan pekerjaan. Istilah ini
memberikan kegiatan positif yang harus istiqomah.
2.      Pengertian pendekatan kolaboratif merupakan perpaduan antara pendekatan
direktif dan nondirektif secara berhubungan untuk mengarahkan bersama,
bukan karna didsari pada psikologi kognitit tapi lebih bersifat hubungan secara
langsung untuk memecahkan masalah.
3.      Karakteristik pembinaan guru dengan pendekatan kolaboratif merupakan
perilaku supervise maupun supervisor yang mencerminkan nilai-nilai tindakan
dalam pelaksanaan pembinaan namun dalam setiap pembinaan ada beberapa
faktor yang mempengaruhi supervise maupun supervator dalam perubahan
seseorang. Faktor tersebut ialah faktor keluarga, faktor kebudayaan, faktor
pendidikan sekolah, faktor ekonomi, faktor masyarakat atau social, faktor
politik, faktor agama.
B.     Saran
Dari uraian diatas maka penulis mempunyai beberapa saran untuk pihak-
pihak yang bersangkutan dengan permasalahan sosial dan pendidikan. Adapun
sasaran tersebut, sebagai berikut:
1.      Bagi kepala sekolah
Seharusnya lebih memperhatikan guru dan karyawan yang digunakan pada
proses bekerja yang tengah berlangsung pada lembaganya saat ini. Agar proses
pembinaan tersebut tidak hanya merupakan suatu kegiatan melainkan juga
pembinaan jasmaniah, rohaniah, intelegensi dan perilaku sosial dalam
menyelesaikan permasalahan secara bersama.

15
2.      Bagi personalia pendidikan
Seharusnya membiasakan untuk menghargai pendapat orang lain dalam forum
diskusi maupun rapat pembinaan guru-guru
3.      Bagi pendekatan kolaboratif
Pendekatan kolaboratif seharusnya berkembang secara cepat karena
mempertemukan titik permasalahan dalam satu tempat atau waktu untuk
menyelesaikan dengan di dasari piskologi kognitif.
4.      Bagi pembaca
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai bahan menambah wawasan terkait
pembinaan guru dengan pendekatan kolaboratif.

16
DAFTAR PUSTAKA
Alfonso, RJ., Firth, G.R., dan Neville, R.F.1981. Instructional Supervision, A Behavior
System, Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-dasar Supervisi, Jakarta: Rineka Cipta

Glickman, C.D 1995. Supervision of Instruction. Boston: Allyn And Bacon Inc.

Glickman, Stephen, Jovita. 2009. The Basic Guide to Supervision and Instructional
Leadership, USA: Pearson
Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead &
Company
Maunah , Binti. Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Teras,
2009.
Mufidah, Luk-luk Nur. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Teras, 2009.
Ngalim, Purwanto. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Rosdakarya. Bandung:
Rosdakarya, 2003.
Pawlas, George E. & Oliva, Peter F. Supervision for Today’s School.  USA:Thomson
Press, 2007.
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya,
2000.
Sahertin, Ahmad. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta, Rineka
Cipta, 2008.
Sergiovanni,Thomas J. Supervision: Human Perspectives. New York: McGraw Hill,
1983.
Hadari Nawawi. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2003.

17

Anda mungkin juga menyukai