Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL OBSERVASI

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR


PADA SMP NEGERI 6 MAKASSAR
Jl. Jendral Ahmad Yani, Baru, Ujung Pandang, Makassar

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah


Telaah Kurikulum dan Buku Teks
Dosen Pembimbing : Dr. Abdul Haliq, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Nur Maghfirah Herman /210501500027


Anizart /210501501057
Izaz Dhiyaul Auliyah /210501501058
A. Fadmy Nurukhty Dahlan /210501501059
Wulan Khaerin Amalia /210501501062
Melisa Melani /210501502051
Natalia Priska Murtisari /210501502058

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................3
A. LATAR BELAKANG.............................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................4
C. TUJUAN..................................................................................4
D. METODE OBSERVASI.........................................................4
E. WAKTU OBSERVASI...........................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................5
A. IDENTITAS SEKOLAH.........................................................5
B. VISI DAN MISI SEKOLAH...................................................5
C. SEJARAH KURIKULUM......................................................5
D. KURIKULUM YANG BERLAKU DI SEKOLAH...............6
E. KURIKULUM MERDEKA BELAJAR..................................6
F. PERANGKAT KURIKULUM MERDEKA BELAJAR.........6
G. BENTUK IMPLEMENTASI KURIKULUM.........................8
H. FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR
11
BAB III PENUTUP.....................................................................................15
A. KESIMPULAN......................................................................15
B. KRITIK DAN SARAN..........................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................16
LAMPIRAN.................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan aspek penunjang hidup yang tidak dibatasi
oleh tempat dan waktu. Pendidikan terus berkembang dari waktu ke
waktu dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri.
Salah satu organ terpenting dalam pendidikan adalah kurikulum.
Perencanaan pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam
menentukan kemajuan pendidikan suatu negara, tidak terkecuali
Indonesia. Kurikulum merupakan perangkat yang mengatur rencana
pembelajaran yang di jadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan
pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum memiliki andil
yang sangat besar dalam melahirkan generasi penerus yang mampu
bertanggung jawab, kreatif, inovatif dan profesional. Kurikulum adalah
jantungnya sekolah, sekolah adalah jantungnya masyarakat, dan
masyarakat adalah jantungnya negara atau bangsa, sehingga dengan
SDM yang berkualitas, suatu bangsa akan maju dan berkembang sesuai
dengan zaman. Adapun kurikulum yang diberlakukan saat ini yaitu
kurikulum merdeka belajar. Konsep dari kurikulum merdeka belajar ialah
baik pendidik sebagai fasilitator merdeka dari birokrasi yang berbelit
sehingga mampu mengembangkan pembelajaran disesuaikan dengan
kondisi lingkungan sekitar. Sama halnya dengan para peserta didik yang
merdeka untuk mengembangkan minat dan bakatnya masing-masing, dan
tentunya berpedoman pada tujuan pendidikan nasional.
Dalam penerapannya, sekolah sebagai instansi yang
bertanggungjawab untuk wadah penerapan kurikulum merdeka belajar
pada realitasnya belum setiap sekolah yang menerapkan kurikulum
merdeka belajar. Luas geografis serta sumber daya manusia menjadi
beberapa dari sekian faktor yang mempengaruhi implementasinya.
Permasalahan sosial dan ekonomi turut menjadi faktor utama dalam
kemajuan desentralisasi pendidikan. Akibatnya pemerataan dalam
kemajuan pendidikan di tiap daerah terdapat kesenjangan di beberapa
bidang.
Hadirnya kurikulum sebagai perangkat pembelajaran diharapkan
mampu mengampu seluruh bidang untuk memajukan pendidikan dan
mencapai tujuan nasional. Meskipun dengan beberapa hambatan yang
ada, tidak menjadi alasan untuk menerapkan pembaruan yang
diwajibkan untuk diterapkan. Karena adanya desentralisasi berarti tenaga
pendidik termasuk penanggungjawab dalam implementasi kurikulum.
Termasuk di dalamnya kurikulum merdeka belajar yang akan
dikembangkan serta di modifikasi oleh fasilitator agar dapat
tersampaikan secara matang kepada peserta didik. Maka dari itu
peningkatan sumber daya manusia dan keseimbangan sosial ekonomi
berperan penting dalam pengembangan kurikulum.
Dalam penelitian ini implementasi kurikulum merdeka belajar pada
SMP Negeri 6 Makassar telah diterapkan selama enam bulan bahkan
telah memasuki merdeka berbagi yang oleh guru pemantik, guru praktik,

3
serta guru penggerak. Artinya, sumber daya manusia telah mendukung
administrasi para fasilitator untuk memajukan kualitas pendidikan di
sekolah. Mengikut pada perkembangan zaman khususnya IPTEK pada
lingkungan sekolah, maka telah sejalan dengan intisari dari kurikulum
merdeka belajar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Dari kurikulum merdeka belajar, apa saja metode pembelajaran yang
telah dilaksanakan oleh fasilitator maupun guru penggerak?
2. Apa saja perbedaan antara kurikulum merdeka dengan kurikulum
2013. Manakah kurikulum yang lebih sesuai dengan cara mengajar
guru?
3. Bagaimana para guru menguasai kurikulum merdeka belajar
sehingga mampu menerapkannya di dalam kelas. Apa saja kendala
selama mengajar menggunakan kurikulum merdeka belajar?
4. Bagaimana cara fasilitator menguatkan profil pancasila yang
terdapat pada kurikulum merdeka. Kemudian bagaimana peserta
didik dalam proses belajarnya selama menggunakan kurikulum
merdeka?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa saja metode pembelajaran yang telah dilaksanakan
oleh fasilitator maupun guru penggerak.
2. Mengetahui apa saja perbedaan antara kurikulum merdeka dengan
kurikulum 2013 dan manakah kurikulum yang lebih sesuai dengan
cara mengajar guru.
3. Mengetahui bagaimana para guru mampu menguasai kurikulum
merdeka belajar sehingga mampu menerapkannya di dalam kelas
dan apa saja kendala dalam mengimplementasikannya.
4. Mengetahui bagaimana menguatkan profil pancasila dan bagaimana
peserta didik dalam proses belajarnya menggunakan kurikulum
merdeka belajar?

D. METODE OBSERVASI
Pada observasi di sekolah SMP Negeri 6 Makassar ini kami
mengunakan 2 (dua) pendekatan metode yaitu metode wawancara dan
metode observasi.

E. WAKTU OBSERVASI
Observasi di SMP Negeri 6 Makassar inidilakukan pada:
Hari, tanggal : Rabu, 19 Oktober 2022
Waktu : 13.40-14.15 WITA
Tempat : Ruang guru SMP Negeri 6 Makassar
Alamat : Jl. Jendral Ahmad Yani, Baru, Ujung
Pandang, Makassar.
Narasumber : Tiara, S.Pd., M. Pd.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. IDENTITAS SEKOLAH
1. Nama Sekolah : SMP Negeri 6 Makassar
2. Alamat Sekolah : Jl. Jendral Ahmad Yani No. 25
3. Kelurahan : Baru
4. Kecamatan : Ujung Pandang
5. Kode Pos 90171
6. Kota : Makassar
7. Provinsi : Sulawesi Selatan
8. Telepon : 0411-3625107
9. Faxsimile 04113617626
10. Email : smp06.mks@gmail.com
11. Website : www.smpn6makassar.sch.id.

B. VISI DAN MISI SEKOLAH


Visi
Ungggul, cerdas, dan berakhlak mulia serta berwawasan
lingkungan.
Misi:
1. Menciptakan lingkungan sekolah yang religus.
2. Meningkatkan profesionalisme pendidik dan
tenaga kependidikan.
3. Menerapkan manejemen partisipatif, akuntabel, dan demokratis.
4. Melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif
dan menyenangkan.
5. Menjadikan IT sebagai penopang dalam pembelajaran
dan administrasi sekolah.
Tujuan :
1. Untuk menwujudkan peserta didik yang unggul dalam
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, prestasi akademik
dan non akademik.
2. Untuk mewujudkan peserta didik yang cerdas secara
intelektual, emosional, dan spiritual.
3. Untuk mewujudkan peserta didik yang berakhlak mulia.

C. SEJARAH KURIKULUM
Sejak tahun 1947, Indonesia teleh melakukan pengembangan
kurikulum kemudian mulai melakukan perubahan dan penyempurnaan
di tahun berikutnya yaitu pada tahun 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004, dan 2006. Kurikulum 1984 berorientasi pada pendekatan
integrative. Kemudian, pada tahun 1994 kurikulum berorientasi pada
tujuan instruksional dengan materi di lakukan menggunakan
pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif. Kurikulum Berbasis Kompetensi
yang di terapkan pada kutikulum 2004, menitik beratkankan pada
kemampuan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. KTSP diberi
kewenangan penuh kepada sekolah untuk menyusun rencana

5
pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar yang telah
ditetapkanTerakhir, Kurikulum 2013 yang berorientasi pada
pengembnagan kompotensi kognitif, afektif dan psikomotor. Kemudian,
pada tahun 2022 keluarlah Kurikulum Merdeka Belajar, kurikulum ini
di buat untuk menghasilkan peserta didik dengan profil pelajar
Pancasila dengan tujuan Sistem Pendidikan Nasional yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.
D. KURIKULUM YANG BERLAKU DI SEKOLAH
SMP Negeri 6 Makassar sudah mengimplementasikan kurikulum
merdeka belajar, bahkan yang membedakan SMP Negeri 6 Makassar
dari SMP lain di Makassar adalah SMP Negeri 6 Makassar sudah
masuk ditahap kurikulum merdeka berbagi, biasanya yang mau berbagi
ialah dari sekolah penggerak. Walaupun,SMP Negeri 6 Makassar bukan
dari sekolah penggerak, tapi di SMP Negeri 6 Makassar memiliki atau
mempunyai banyak guru penggerak. Bahkan beberapa guru di SMP
Negeri 6 Makassar yang memiliki calon guru penggerak. Itu
dikarenakan Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Makassar dengan
pertimbangan yang matang berani mengimplementasikan kurikulum
merdeka berbagi, alasannya karena SMP Negeri 6 Makassar sudah
dianggap atau diakui mampu mengimbaskan atau memberikan contoh
ke sekolah-sekolah lain.

E. KURIKULUM MERDEKA BELAJAR


Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran
intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar
peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi.
Menurut beberapa pendapat (Ainia, 2020; Kurniawan et al., 2020;
Noventari, 2020; Wahdani & Burhanuddin, 2020), dikatakan bahwa
konsep merdeka belajar sejalan dengan cita-cita Ki Hajar Dewantara
yang berfokus pada kebebasan untuk belajar secara
kreatif dan mandiri, sehingga mendorong terciptanya karakter jiwa
merdeka. Hal ini dikarenakan siswa dan guru dapat mengeksplorasi
pengetahuan dari sekitarnya.
Dalam kurikulum merdeka juga memberikan keleluasaan bagi guru
untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Kurikulum Merdeka adalah terobosan yang membantu guru dan
kepala sekolah mengubah proses belajar menjadi jauh lebih relevan,
mendalam, dan menyenangkan. Kurikulum Merdeka dan platform
Merdeka Mengajar diciptakan untuk mendorong perbaikan kualitas dan
pemulihan dari krisis pembelajaran.

F. PERANGKAT KURIKULUM MERDEKA BELAJAR


Perangkat Kurikulum Merdeka Belajar Yaitu:
1. Buku Teks
Ini adalah buku teks yang di pakai oleh Ibu Tiara, S.Pd.,
M.Pd dalam proses pembelajaran kelas 7. Buku Teks adalah buku

6
yang berisi pelajaran yang ditujukan
kepada peserta didik sesuai dengan
kurikulum yang berlaku pada jenjang
pendidikan tertentu.

2. Buku Ajar
Buku ajar adalah buku penunjang
kelengkapan proses pembelajaran yang
ruang lingkupnya terbatas oleh kurikulum
dan silabus.

3. Modul Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Modul penguatan profil pelajar Pancasila merupakan
kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk
menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai
dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar
Kompetensi Lulusan.

4. Modul Ajar
Modul ajar merupakan perangkat pembelajaran atau
rancangan pembelajaran yang berlandaskan pada kurikulum yang
diaplikasikan dengan tujuan untuk menggapai standar kompetensi
yang telah ditetapkan. Modul ajar mempunyai peran utama untuk
menopang guru dalam merancang pembelajaran. Pada penyusunan
perangkat pembelajaran yang berperan penting adalah guru, guru
diasah kemampuan berpikir untuk dapat berinovasi dalam modul
ajar. Oleh karena itu membuat modul ajar merupakan kompetensi
pedagogik guru yang perlu dikembangkan, hal ini agar teknik
mengajar guru di dalam kelas lebih efekti, efisien, dan tidak keluar
pembahasan dari indikator pencapaian.

5. Silabus
Silabus merupakan perluasan standar kompetensi serta
kompetensi dasar yang masuk ke dalam materi pembelajaran. Begitu
juga dengan kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian untuk
penilaian hasil belajar. Hal ini pula yang berkaitan dengan suatu
rencana pembelajaran pada sebuah mata pelajaran yang wajib
meliputi komponen-komponen penting. Mulai dari standar
kompetensi , kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, hingga sumber
belajar. Silabus dipakai sebagai pedoman atau sumber utama untuk
mengembangkan pembelajaran yang lebih lengkap.

7. Materi
Kurikulum Merdeka Belajar lebih berfokus pada materi yang
esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya.
Diharapkan proses pembelajaran akan menjadi lebih mendalam,

7
bermakna, tidak terburu-buru, dan menyenangkan.

8. Media
Media yang dipakai di SMP 6 Makassar yaitu Media Visual,
Media Audio-visual, Media Papan atau Buku. Dalam wawancara,
ibu Tiara menjelaskan tentang media yang beliau gunakan dalam
pengajaran mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu Media Visual yang
dimana beliau memberikan tugas kepada anak-anak kelas 7 untuk
membuat iklan (slogan, poster). Kemudian untuk media Audio-
visual, untuk membuat video praktik dari teks Prosedur. Kemudian
Media papan atau buku, yaitu ketika ibu Tuti menjelaskan tentang
materi yang ada di buku, kemudian di paparkan di papan Tulis.

G. BENTUK IMPLEMENTASI KURIKULUM

1. Bentuk Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar


Pengimplementasian kurikulum merdeka belajar di SMP Negeri 6
Makassar dilaksanakan setelah perancangan operasional kurikulum
dilakukan dan diselesaikan secara administrasi. Kemudian, dalam proses
pembelajaran pengimplementasian kurikulum merdeka belajar ini dapat
ditandai dengan posisi siswa yang kini menjadi subjek pendidikan,
sehingga seluruh bproses pembelajaran difokuskan kepada siswa untuk
mengembangkan minat, bakat, serta potensinya. Tidak hanya itu,
pengimplementasian kurikulum merdeka belajar juga ditandai dengan
penerapan proyek pelajar pancasila.
Salah satu kegiatan pembelajaran yang sedang dilaksanakan di
SMPN 6 Makassar ialah mengembangkan kreativitas siswa melalui sebuah
proyek yang menggambarkan nilai-nilai dari profil pelajar pancasila. Kelas
kemudian di bagi menjadi kelompok kecil dengan membawakan yang telah
ditentukan. Beberapa diantaranya yaitu tema melestarikan budaya lokal,
bullying dan lainnya. Kemudian tema tersebut di rangkum melalui
pembuatan makalah, powerpoint, dan pembuatan video yang kemudian
ditayangkan di lapangan sekolah sebagai bentuk kampanye menanamkan
nilai-nilai tersebut. Dari proyek tersebut dapat dinilai bahwa peserta didik
telah merdeka untuk berkreasi setelah diberikan arahan oleh guru. Dan
dilakukan melalui proyek yang menanamkan nilai dari profil pelajar
pancasila.

2. Perbedaan Implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka


Belajar
Perbedaan antara implementasi kurikulum 2013 dan kurikulum
merdeka ialah, pada kurikulum merdeka sudah lebih maju menerapkan
IPTEK dalam pembelajaran. Pada kurikulum 2013 penerapan teknologi
juga telah dilaksanakan pada beberapa kesempatan seperti saat ujian
menggunakan komputer, dan menayangkan pembelajaran melalui audio-
visual. Perbedaannya terdapat pada intensitas penggunaan teknologi

8
tersebut serta kreativitas yang semakin dibuat merdeka kepada peserta
didik.
Adapun spesifikasi perbedaan penerapan kurikulum 2013 dengan
kurikulum Merdeka di SMPN 6 Makassar berdasarkan hasil observasi
kami yaitu:
 Pada kurikulum 2013 siswa dituntut lebih aktif dalam proses pembelajaran
tidak hanya sekedar mendengarkan arahan penuh selama kelas
berlangsung. Pada kurikulum Merdeka murid juga dituntut lebih aktif
dengan berbagai media pembelajaran yang telah disiapkan oleh tenaga
pendidik dengan teknologi yang di andalkan.
 Kurikulum 2013 banyak menerapkan metode diskusi berupa kelompok
kecil agar lebih mudah memantau proses kerja sama peserta didik.
Sedangkan pada kurikulum merdeka juga menerapkan prinsip kerja sama
serta meningkatkan kreativitas melalui berbagai proyek yang di arahkan
oleh guru.

3. Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka Belajar


a. Proses pembelajaran kurikulum 2013
Pembelajaran menekankan kepada keaktifan atau kreativitas siswa.
Setiap pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik untuk
meningkatkan kreativitas peserta didik melalui proses mengamati,
menanya, mencoba, menalar, mencipta, dan mengkomunikasikan.
Langkah-langkah penguatan proses pembelajaran yang dapat
dilakukam seorang Guru dalam Kurikulum 2013 sebagai berikut :
a. Menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya,
menalar, mencipta, dan komunikasi
b. Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk
semua mata pelajaran (inilah sebagai cikal bakal guru penggerak)
c. Menuntun siswa mencari tahu, bukan di beri tahu (discovery learning)
d. Menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa
pengetahuan, dan berfikir logis, sistematis, dan kreatif.
Perubahan untuk semua mata pelajaran di kurikulum 2013 :
a. Materi disusun seimbang mencakup kempetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
b. Pendekatan pembelajaran berdasarkan pengamatan, pertanyaan,
pengumpulan data, penalaran, dan penyajian hasilnya melalui
memafaatkan berbagai sumber-sumber belajar (siswa mencari tahu baik
secara individu maupun kelompok)
c. Penilaian otentik pada aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan berdasarkan portofolio

b. Proses pembelajaran kurikulum merdeka belajar


1. Dalam proses kegiatan belajar mengajar menggunakan
kompetensi yaitu capaian pembelajarn (CP) yang titik fokusnya
kepada penilaian pengetahuan, sikap dan keterampilan yang disusun
per fase. Jenjang

9
SMP menggunakan fase D. Selain itu, kegiatan pembelajarannya di
bagi menjadi dua yaitu pembelajaran atau kegiatan intrakurikuler dan
projek profil pancasila.
2. Dalam proses belajar di kelas menggunakan buku teks dan non
teks, yaitu : modul ajar, arah tujuan pembelajaran, bentuk contoh
dari projek profil pancasila.
3. Jam pembelajaran yang awalnya di kurikulum k13 di hitung per
minggu sekarang di hitung pertahun atau persemester. Ada mata
pelajaran yang awalnya peminatan menjadi wajib yaitu TIK,
sedangkan prakarya di bagi menjadi lima bagian yang dapat di pilih
sebagai mata pelajaran pemintan yang ingin di ambil.
Salah satu perangkat dari kurikulum merdeka belajar yaitu
profil pelajar Pancasila yang mulai diterapkan pada proses
pembelajaran. Nilai-nilai yang diterapkan oleh kementrian
pendidikan dan kebudayaan ialah:
1. Beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.
2. Berkebinekaan global
3. Bergotong royong
4. Mandiri
5. Bernalar kritis
6. Kreatif

Adapun bentuk yang dilaksanakan di SMPN 6 Makassar yaitu :


 Nilai Ketakwaan
Tenaga pendidik memberikan projek kepada siswa untuk di
analisis, yang dibuat dalam bentuk makalah dan powerpoint untuk di
presentasikan dalam bentuk video yang akan ditampilkan setiap
minggunya. Setelah melakukan presentasi siswa akan melaksanakan
aksi nyata dari hasil analisisnya.
Untuk implementasi nilai lainnya belum mendapatkan informasi
lebih lanjut, karena faktor baru diterapkan selama 4 bulan.
Perbedaan antara kurikulum K-13 dengan kurikulum merdeka
belajar.
Pada kurikulum K-13 siswa belum di dukung oleh kemajuan
teknologi, sehingga siswa dapat lebih aktif kreatif, ekspresif dan
inovatif. Sedangkan, pada kurikulum merdeka belajar, tenaga pendidik
dan peserta didik dituntut untuk lebih mandiri dan merdeka dalam
mengembangkan minat dan bakat siswa agar lebih berkreasi dan
berinovasi. Serta siswa memiliki wawasan yang luas, karena di dukung
oleh kemajuan teknologi. Capaian pembelajaran di kurikulum merdeka
belajar disusun per fase, untuk menguatkan, dan meningkatkan
kompetensi siswa. Dan pada kurikulum merdeka belajar lebih
mengutamakan projek penguatan profil pelajar Pancasila, kegiatan
intrakurikuler dan kstrakulikuler, serta alokasi waktu lebih fleksibel dari
kurikulum K-13 yang melakukan pembelajaran rutin perminggu dengan
mengutamakan kegiatan di kelas.

10
4. FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA
BELAJAR

1. Faktor Penghambat:
Penerapan dan pelaksanaan kurikulum di setiap jenjang pendidikan
tentu saja menghadapi beberapa tantangan dalam mewujudkan tujuan
pendidikan melalui penerapan kurikulum baru. Tidak terkucuali pada
SMP Negeri 6 Makassar, dalam penerapan dan pelaksanaan kurikulum
merdeka belajar pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia
menghadapi berbagai jenis tantangan, seperti:
 Keberagaman atau perbedaan karakter para siswa kelas VII
di SMP Negeri 6 Makassar menjadi salah satu faktor yang dapat
menghambat terwujudnya tujuan pendidikan secara baik dan merata
melalui kurikulum merdeka belajar. Terlebih lagi, penerapan dan
pelaksanaan kurikulum merdeka belajar di Indonesia secara umum,
SMP Negeri 6 Makassar secara khusus, masih berada pada tahun
pertama. Kondisi ini membuat banyak penyesuaian atau adaptasi yang
harus dilakukan oleh guru sebagai fasilitator. Kondisi realitas siswa
kelas VII di SMP Negeri 6 Makassar yang heterogen secara tidak sadar
telah menuntut pendidik atau guru mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia untuk lebih jeli dan peka dalam memahami kebutuhan serta
kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Hal ini membuat guru mata
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas VII di SMP Negeri 6
Makassar membutuhkan keterbukaan dari orang tua siswa agar dapat
menerapkan metode pembelajaran yang tepat berdasarkan potensi dan
kepribadian anak-anaknya.
 Penerapan kurikulum merdeka belajar yang berada pada usia
yang cukup belia, membuat guru bahasa dan sastra Indonesia di SMP
Negeri 6 Makassar membutuhkan lebih banyak kritik dan saran
membangun terkait metode pembelajaran yang digunakan dalam
menerapkan kurikulum merdeka belajar pada mata pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di SMP Negeri 6 Makassar. Kritik dan saran yang
dibutuhkan tidak hanya dari rekan kerja, orang tua siswa, namun juga
siswa. Sebagai pusat pendidikan dalam hal ini pada proses belajar
mengajar, siswa diharapkan mampu menyampaikan keluh kesahnya
selama penerapan metode pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Melalui hal itu diharpakan dapat meningkatkan kinerja guru dalam
menerapkan metode pembelajaran dan memahami siswanya.
 Kurikulum merdeka belajar serta metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di
SMP Negeri 6 Makassar menuntut penggunaan dan pemanfaatan
teknologi secara maksimal oleh siswa. Namun, beberapa siswa kelas
VII di SMP Negeri 6 Makassar kurang memahami dan mengindahkan
imbauan oleh guru mata pelajaran. Secara sadar, hal ini tentu akan
menghambat proses belajar mengajar dan capaian pembelajaran yang
ingin dicapai pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Lebih

11
lanjut, hal ini juga akan berdampak pada perkembangan potensi serta
minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa.
 Faktor selanjutnya yang dapat menghambat efektifitas dari
penerapan kurikulum merdeka belajar adalah kurangnya kesadaran
yang dimiliki oleh guru sebagai fasilitator dan motivator untuk
menuntun serta mengamati perkembangan setiap siswa dalam proses
pembelajaran. Kondisi ini dapat juga dikatakan sebagai kurangnya
pengawasan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Guru yang
kurang memahami posisi siswa sebagai subjek dalam pendidikan
cendurung menerapkan dan memberlakukan hal-hal yang dianggapnya
benar tanpa melakukan komunikasi dengan siswa.
 Tenaga pendidik atau guru yang masih terpaku pada satu
metode pembelajaran merupakan faktor penghambat yang tidak dapat
ditepis. Menurut narasumber, beberapa sikap dan perilaku seperti ini
kerap dimiliki oleh seorang guru yang melahirkan linkungan
pendidikan dan pembelajaran yang sangat monoton. Hal seperti ini
membuat tujuan atau capaian pembelajaran hanya terpenuhi oleh
sebagian siswa saja. Mereka yang mampu beradaptasi dengan cepat dan
atau memiliki metode belajar yang sama seperti dengan metode yang
diterapkan oleh guru mata pelajaran maka akan memahami dan
memiliki nilai yang memuaskan.

2. Faktor Pendukung:
Faktor penghambat pada penerapan dan pelaksanaan kurikulum di
setiap jengang pendidikan tentu saja berbanding lurus dengan faktor-
faktor pendungkung dalam pelaksanaan dan penerapan kurikulum
tersebut. Faktor pendukung ini merupakan faktor yang dapat membantu
dalam realisasi kurikulum secara maksimal. Berdasarkan wawancara
yang telah dilakukan bersama narasumber, faktor pendukung
pelaksanaan kurikulum merdeka belajar pada siswa kelas VII SMP
Negeri 6 Makassar, yaitu:
 Status, serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah.
Pelaksanaan dan ketercapaian tujuan pendidikan melalui implementasi
kurikulum merdeka belajar didukung dengan status sekolah. Sekolah
yang menyandang status sebagai sekolah penggerak, berarti sekolah
tersebut secara adminstrasi dan beberapa aspek telah memenuhi standar
untuk menerapkan kurikulum merdeka belajar. Status sekolah ini
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Fasilitas, tenaga
pendidik, kemapuan, serta kompetensi yang dimiliki oleh guru juga
menjadi tolok ukur kemampuan pelaksanaan kurikulum merdeka
belajar di sekolah. Aspek-aspek yang telah dijabarkan inilah yang telah
dipenuhi oleh SMP Negeri 6 Makassar sehingga, dalam pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia di kelas VII telah menerapkan kurikulum
merdeka belajar.
 Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, kesadaran
terkait perkembangan teknologi dan dunia digital yang dimiliki oleh
guru menjadi hal yang sangat mendukung keberhasilan dan tercapainya
tujuan pendidikan melalui kurikulum merdeka belajar. Guru yang

12
memiliki kemampuan untuk memahami dan mengikuti perkembangan
teknologi yang berkembang di masyarakat mampu menghadirkan
metode pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan. Tidak hanya
itu, guru juga mampu untuk menjadi fasilitator dan motivator yang baik
guna melahirkan ide-ide cemerlang berdasarkan kompetensi,
kemampuan, serta minat dan bakat para siswa. Hal inilah yang
dilakukan oleh guru bahasa dan sastra Indonesia di kelas VII SMP
Negeri 6 Makassar.
 Penguasaan keempat kompetensi guru sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 menjadi
faktor yang tidak kalah penting dalam membantu terwujudnya capaian
pembelajaran dengan baik. Melalui penguasaan kompetensi guru
berdasarkan Undang-Undang mampu menghadirkan lingkungan belajar
yang menyenangkan bagi siswa dan guru. Lingkungan belajar seperti
ini merupakan lingkungan belajar yang sangat menunjang ketercapaian
tujuan pendidikan, khususnya dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di kelas VII SMP Negeri 6 Makassar.
 Kemajuan teknologi dan paradigma tenaga pendidik tentang
hakikat siswa yang perlahan berubah ke arah yang lebih baik. Tidak
dapat dipungkiri bahwasanya paradigma guru tentang hakikat siswa
didukung oleh kemajuan teknologi dan informasi. Aspek teknologi dan
informasi yang dapat dijangkau dengan sangat mudah memberikan
banyak pemahaman dan merubah paradigma guru terkait posisi siswa
dalam pendidikan dan proses belajar mengajar. Kemajuan teknologi dan
perubahan paradigma guru yang menjadi lebih baik ini membuat
kondisi pendidikan juga menjadi lebih baik.
 memudahkan siwa dalam beradaptasi pada metode
pembelajaran serta kurikulum merdeka belajar. Berdasarkan wawancara
yang telah dilakukan, salah satu faktor yang mempermudah guru bahasa
dan sastra Indonesia di kelas VII SMP Negeri 6 Makassar adalah
adanya pembelajaran tematik yang telah diperoleh siswa pada bangku
Sekolah Dasar. Menurut narasumber, pembelajaran tematik ini
membuat siswa mampu beradaptasi dengan kurikulum merdea belajar
dan metode pembelajaran dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi.
 Kurikulum merdeka belajar sangat erat kaitannya dengan
pemanfaatan teknologi. Tidak hanya dalam proses belajar untuk siswa,
namun juga dalam pemerolehan informasi mengenai kurikulum untuk
guru. Beragam sumber mengenai kurikulum merdeka belajar yang
dapat diakses dengan mudah oleh guru dapat meningkatkan kinerja
guru dalam menerapkan kurikulum merdeka belajar. Informasi berbasis
teori ini menjadi modal awal bagi guru untuk mengimplementasikan
dan membuat suasana pembelajaran yang sesuai dengan informasi yang
telah didapat.
 Metode ATM yang diterapkan oleh guru dalam proses
pembelajaran. Kesadaran guru mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di SMP Negeri 6 Makassar membuat proses pembelajaran
terus berkembang dan menggunakan metode beragam sesuai dengan

13
kebutuhan para siswa, serta materi yang dipelajari. Metode Amati, Tiru,
dan Modifikasi, merupakan metode yang menjadikan guru tidak takut
untuk mencoba dan menerapkan metode yang beragam untuk mencapai
pembelajaran yang ideal. Metode ini juga menghadirkan paradigma
bagi guru bahwasanya segala metode yang diterapkan dalam
pembelajaran tidak ada yang salah, hanya saja perlu penyesuaian dan
modifikasi sesuai dengan kebutuhan siswa.

14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada SMP 6 Negeri Makassar sudah memasuki era merdeka
berbagi. Banyaknya guru penggerak, guru praktik, dan guru pemantik
menjadi salah satu faktor untuk sekolah mengambil kebijakan
menerapkan kurikulum merdeka belajar sesuai anjuran yang berlaku.
Meski para guru merasa tak ada panduan atau perintah khusus pada
setiap detail rinci penerapan kurikulum merdeka belajar, para guru
menggunakan metode yang disebut ATM (Ambil, Tiru, Modifikasi).
Sejalan dengan fungsi desentralisasi pendidikan bahwa fasilitator
berhak untuk mengembangkan berbagai metode ajar kepada peserta
didik.Dipahami pula bahwa setiap anak memiliki perbedaan kondisi.
Dengan adanya kurikulum terbaru yang mengedepankan kemerdekaan
anak, maka sekolah berusaha mengejar perubahan kruikulum melalui
proses yang runtut walaupun dengan kondisi terbatas pada beberapa
aspek.
Adapun perbedaan antara KTSP, kurikulum 2013, dan merdeka
belajar ialah, KTSP lebih condong ke metode ceramah, guru yang lebih
aktif dalam proses pembelajaran. Pada kurikulum 2013 murid mulai
dituntut lebih aktif sehingga metode diskusi lebih ditonjolkan.
Kemudian pada kurikulum merdeka belajar tidak berbeda jauh dengan
kurikulum 2013, namun perbedaan mendasarnya ada pada kemandirian
peserta didik dengan guru yang bertugas untuk mengarahkan, dan
kemajuan teknologi. Sehingga peserta didik diharapkan mampu
memiliki wawasan yang luas untuk berkreasi. Manfaatnya jika peserta
didik di dorong untuk lebih menonjol, peserta didik jadi lebih berani,
mandiri, bertanggung jawab dan merdeka dari berbagai aspek
belajarnya.
Pada penerapan kurikulum merdeka belajar guru harus mampu
mengkondisikan atau menyesuaikan gaya belajar peserta didik melalui
pemahaman karakter secara individu karena pada kurikulum merdeka
belajar mengakomodasikan bakat serta minat tiap anak tanpa terkecuali.
Berbagai metode belajar salah satunya pada visi dari profil pancasila
juga telah diterapkan dengan harapan peserta didik mampu mencapai
nilai-nilai yang ada di dalamnya. Dengan berbagai upaya dan
perencanaan metode sekolah berharap dapat menciptakan peserta didik
yang bernalar kritis, bertakwa, dan pembelajaran menjadi lebih
bermakna.

B. KRITIK DAN SARAN


Dari segi penerapan dan sumber daya manusia sudah mumpuni
untuk membangun penerapan kurikulum yang semakin memajukan
kemandirian peserta didik. Dari segi kelengkapan berkas rencana
pembelajaran perlu sedikit manajemen kelengkapannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. 2007. Kurikulum pendidikan di Indonesia sepanjang sejarah (Suatu


tinjauan kritis filosofis). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 13(66), 340-
361.

Wahyu Leksono, Ari dkk. 2022. Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka
Sebuah Kajian Literatur. Research and Development Journal Of
Education, 8(1), 185-201.

Ananda, A. P., & Hudaidah, H. 2021. Perkembangan Kurikulum Pendidikan di


Indonesia dari Masa ke Masa. SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan
Kajian Sejarah, 3(2), 102-108.

Maulida, Utami. 2022. Pengembangan Modul Ajar Berbasis Kurikulum Merdeka.


Jurnal Pendidikan, 5(2).

Julaeha, S. 2019. Problematika kurikulum dan pembelajaran pendidikan karakter.


Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 7(2), 157.

16
LAMPIRAN

17
“Tidak ada murid yang bodoh, namun guru yang belum menemukan metode belajar
yang sesuai.”

18

Anda mungkin juga menyukai