Anda di halaman 1dari 24

PARADIGMA MATA PELAJARAN PKN DI SD/MI

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu :

Diana Luthfiana Ulfa, M. Pd.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

1. Andriyani Dwi Lestari (126205201062)


2. Chusna Laili Mubarokah (126205203238)
3. Jawaahira Anisa (126205202122)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2021

i
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt. atas selesainya


makalah berjudul “Paradigma Pembelajaran PKn di SD/MI” ini tepat waktu.
Selawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Beserta
keluarga, para sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Beberapa pihak telah membantu dan mendukung dalam menyusun makalah


ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Rasa terima kasih
disampaikan kepada :
1. Diana Luthfiana Ulfa, M.Pd. selaku Dosen pengampu mata kuiah
Pendidikan Kewarganegaraan yang sangat tulus dan ikhlas memberikan
bimbingan dan pembelajaran kepada kami.
2. Anggota kelompok 3 mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini

Makalah ini disusun untuk mendeskripsikan “Paradigma Pembelajaran


PKn di SD/MI” Penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat
dan menambah pengetahuan bagi pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
isi makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran dari sejawat atau pembaca mengenai isi makalah ini.

Tulungagung, September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................ i

Kata Pengantar............................................................................................... ii

Daftar Isi.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................ 1
........................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

A. Paradigma PKn di SD/MI .............................................................. 3


B. Sejarah Perjalanan Materi PKn di SD............................................ 5
C. Dasar Hukum Tujuan Pembelajaran PKn di SD............................. 8
D. PKn untuk Siswa SD....................................................................... 10
E. Definisi Tuntutan Pedagogis atau strategi pembelajaran................ 12
F. Karakteristik Konsep Diri Anak Usia SD dalam Mapel PKn......... 13
G. Karakteristik Anak Usia SD dalam Mapel PKn............................. 14

BAB III PENUTUP......................................................................................... 17

A. Kesimpulan........................................................................................... 17
B. Saran..................................................................................................... 18

Daftar Rujukan............................................................................................... 19

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah pembelajaran yang dilakukan di sekolah formal tentunya
memiliki tujuannya masing-masing. Tujuan ini merupakan misi sasaran
yang ingin dicapai dalam sebuah pembelajaran di masa yang akan datang.
Tujuan dari sebuah mata pelajaran juga dapat berarti langkah pertama
dalam proses mencapai sebuah kesuksesan sebuah mata pelajaran. Tujuan
dari setiap mata pelajaran ini tentunya memiliki kegunaan dan fungsi
bagi peserta didik. Dimana tujuan dan fungsi ini memberikan pengetahuan
dasar yang wajib ditempuh dan diterima oleh peserta didik, terutama
peserta didik yang duduk di bangku sekolah dasar.
Pengetahuan dasar yang mereka dapatkan ini nantinya akan lebih
diperdalam dan ditegaskan lagi di bangku sekolah menengah pertama.
Oleh karena itu pengetahuan dasar yang mereka dapatkan akan mendasari
pembelajaran mereka di jenjang yang lebih tinggi. Membahas tentang
tujuan sebuah pembelajaran, “Menurut Fathurrohman (2012) tujuan
pendidikan kewarganegaraan adalah untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik agar dapat tumbuh menjadi warga negara yang baik”
Tujuan dasar untuk menjadikan peserta didik menjadi warga
negara yang baik perlu digaris bawahi, karena memiliki arti yang luas.
Apabila pembelajaran ini ditujukan untuk anak sekolah dasar tentunya
warga negara yang baik adalah yang menaati peraturan, tertib, demokrasi
dalam mufakat, pengenalan dasar terhadap sistem pemerintahan disekitar
mereka, dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran ini peserta didik mulai
di perkenalkan tentang sistem pemerintahan dan aturan-aturan yang
berlaku dalam masyarakat. Mereka juga akan ditanamkan jiwa cinta tanah
air dan patriotisme. Lalu mereka akan diajarkan sifat lebih mementingkan
urusan masyarakat dan negara ketimbang urusan pribadi mereka sendiri.1

1
Feri Tirtoni, Pengembangan Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar, (Sidoarjo, Umsida Press,
2018) hal 1-3.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Paradigma PKn di SD/MI?
2. Bagaimana Sejarah Perjalanan Materi PKn di SD?
3. Apa Saja Dasar Hukum Tujuan Pembelajaran PKn di SD?
4. Bagaimana PKn Untuk Siswa SD?
5. Apa Yang Dimaksud Definisi Tuntutan Pedagogis Atau
Strategi Pembelajaran?
6. Apa Yang Dimaksud Karakteristik Konsep Diri Anak Usia SD
dalam Mapel PKn ?
7. Apa Yang Dimaksud Karakteristik Anak Usia SD dalam Mapel
PKn?
C. Tujuan
1. Menjelaskan Paradigma PKn di SD/MI
2. Menjelaskan Sejarah Perjalanan Materi PKn di SD
3. Menjelaskan Dasar Hukum Tujuan Pembelajaran PKn di SD
4. Menjelaskan Bagaimana PKn Untuk Siswa SD
5. Menjelaskan Definisi Tuntutan Pedagogis Atau Strategi
Pembelajaran
6. Menjelaskan Karakteristik Konsep Diri Anak Usia SD dalam
Mapel PKn
7. Menjelaskan Karakteristik Anak Usia SD dalam Mapel PKn
BAB II
PEMBAHASAN

A. Paradigma PKN di SD/ MI

Pada abad 21 pendidikan kewarganegaraan mengalami perubahan


seiring perkembangan zaman. ranah dan cakupan materi bergeser tidak hanya
pada konsepsi moral, nilai, dan karakter, namun mengarah pada bagaimana
konsepsi membentuk warga negara menjadi warga negara yang memiliki
karakter yang baik dan memiliki, kemampuan kecerdasan dan keterampilan
sebagai seorang warga negara.2
Menghadapi tantangan pada abad 21, paradigma baru pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia sekarang ini membentuk warga negara yang
memiliki kebaikan dan kecerdasan. peran tersebut tidak hanya membentuk
warga negara hanya menjalankan dan mengetahui hak dan kewajibannya, tetapi
juga memahami tanggung jawab seperti partisipasi atau keterlibatan warga
negara dalam setiap kebijakan publik.
Dalam hal ini, terdapat kompetensi-kompetensi yang harus diajarkan dan
dimiliki setiap warga negara atau biasa disebut sebagai kompetensi
kewarganegaraan dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi inti dirancang
seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui
kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang
berbeda dapat dijaga.3 Rumusan kompetensi ini menggunakan notasi sebagai
berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (K-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.
2. Kompetensi Inti-2 (K-2) untuk kompetensi inti sikap sosial.
3. Kompetensi Inti-3 (K-3) untuk komptensi inti pengetahuan.

2
Duwi Handoko, dkk. , Pendidikan Kewarganegaraan (Pekanbaru : HAWA dan AHWA, 2020),
hal.5

3
Galih Puji Mulyoto, dkk. , Konsep Dasar dan Pengembangan Pembelajaran PPKn untuk MI/SD
(Jakarta : Publica Institute Jakarta , 2020), hlm. 16

3
4

4. Kompetensi Inti-4 (K-4) untuk kompetensi inti keterampilan.


Ada berbagai sumber di literatur menunjukkan bagaimana untuk
mengintegrasikan pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan, nilai nilai dan
sikap. Hal ini menjelaskan bahwa kompetensi kewarganegaraan dapat
diintegrasikan ke dalam program lain dengan dua cara. Pertama, kemampuan
untuk seperti berfikir kritis, pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang
dapat digunakan selama program. Kemudian kedua yaitu topik yang terkait
dengan kewarganegaraan yang berbeda harus dikedepankan di kelas (Doganay
2012:35).
Meskipun pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dibedakan
secara konseptual namun kompetensi tersebut tidak dapat dipisahkan
Eksistensial. Hal ini menjelaskan sebuah pandangan Holistik yang mengakui
bahwa tidak mungkin untuk pengetahuan terpisah dari keterampilan atau
Pemahaman dalam proses pembelajaran berdasarkan asumsi bahwa dalam
pendidikan kewarganegaraan tujuan utama adalah untuk membuat keputusan
beralasan, hal ini menunjukkan evaluasi kritis dari pengetahuan dan
pengambilan tindakan. Sejalan dengan alasan ini, semua pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap harus di atur dengan cara memastikan partisipasi
aktif. Dalam konteks ini, siswa harus disediakan dengan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam simulasi, proyek KKN, dan kegiatan lain yang mendorong
penerapan sipil pengetahuan, keterampilan, dan nilai nilai. Dalam keterampilan
Partisipatif mengacu kemampuan sosial seperti berinteraksi dengan orang lain
untuk mencapai tujuan bersama: peman Tawan isu isu kebijakan publik dan
kompetensi pendidikan kewarganegaraan dalam demokrasi, yaitu sebagai
berikut:
1. Pengetahuan warga negara
2. Keterampilan warga negara
3. Keterampilan partisipasi warga
4. Di posisi warga negara
PKN berpusat program pendidikan guru harus membantu siswa untuk
mengidentifikasi sifat sifat karakter yang paling konsisten dengan
pemerintahan yang demokratis dan mengembangkan mereka melalui metode
5

yang dijamin (Bahmueller dan Quigley 1991:55). dalam hal ini, guru yang
kompeten dapat membantu siswa mengembangkan disposisi warga negara,
misalnya melalui contoh positif, bermain peran, dan studi masalah. Selanjutnya
metode pengajaran yang mendorong ekspresi ide bebas dalam lingkungan kelas
yang terbuka telah berhubungan secara empiris untuk pengembangan disposisi,
keterampilan, dan pengetahuan (Niemi dan Junn 1999 : 151-152)

B. Sejarah Perjalanan Materi PKn di SD


Mata pelajaran PKn di Indonesia dalam perkembangan sjarahnya
mengalami perjalanan panjang dan tidak lepas dari pengaruh kekuasaan. Mulai
dari awal kemerdekaan perkembangan mata pelajaran PKn dalam kurikulum
nasional sering berganti nomenklatur atau persamaan serta kajian materi di
dalamnya. Ada istilah yang mengungkapkan "adigum adiguno" artinya ganti
menteri ganti kebijakan. Hal ini pun berlaku dalam pendidikan di Indonesia.4
Sejarah mencatat perkembangan pendidikan kewarganegaraan telah
mengalami berbagai dinamika dalam kurikulum khususnya pada sekolah dasar
di Indonesia. Beberapa hasil kajian penelitian sarjana PPKn (Samsuri 2010, dan
Sunarso 2012) menggolongkan dinamika pendidikan kewarganegaraan dalam
kurikulum sekolah dasar di Indonesia menjadi tiga periode yaitu periode orde
lama, orde baru, dan reformasi.
1. Periode Orde Lama (1945-1965)
Perkembangan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan Era orde
lama terjadi dalam kurun waktu tahun 1945 sampai 1965. Pada awal Era
orde lama masih mengacu pada kurikulum yang digunakan pada masa
kolonial. Baru pada tahun 1947, pemerintah mengeluarkan kurikulum
1947.
Pada kurikulum tersebut, pendidikan kewarganegaraan masih belum
muncul dalam mata pelajaran yang berdiri sendiri, masih dalam satu dalam
pendidikan budi pekerti. Buku yang digunakan adalah civic, masyarakat,
dan manusia Indonesia baru. Pada tahun 1964 pemerintah mengeluarkan
kurikulum baru yaitu kurikulum 1964. kurikulum ini berlaku hingga 1966.

4
Ibid., hal.4
6

Pada kurikulum 1964, pendidikan kewarganegaraan pada sekolah dasar


berganti nama menjadi pendidikan kemasyarakatan.
Perkembangan pendidikan pada era orde lama lebih mendominasi
muatan materi tentang pidato-pidato kenegaraan dari presiden
Soekarno.Pemikiran menguatkan rasa nasionalisme dan kecintaan kepada
bangsa. Hal ini yang mengakibatkan pendidikan kewarganegaraan
terkesan sebagai alat politik pemerintahan orde lama. Faktor politik yang
mengakibatkan pendidikan kewarganegaraan terkena dampaknya. Hal ini
terjadi karena adanya pergolakan nasional ketika masa itu, antara lain
pemberontakan dari PKI serta pergantian pemerintahan dari presiden Ir.
Soekarno berganti presiden Soeharto.5

2. Periode Orde Baru (1996-1994)


Pergolakan nasional Paca pemberontakan PKI 1965 mempengaruhi
kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya bahkan pendidikan. Pergantian
pemerintah dari presiden Soekarno digantikan presiden Soeharto juga turut
serta memiliki andil dalam perubahan pendidikan kewarganegaraan di
Indonesia.
Faktor yang mencolok adalah bagaimana pendidikan
kewarganegaraan digunakan sebagai alat untuk mencegah faham
komunisme akibat dari munculnya pemberontakan PKI di masa lalu.
Selama pemerintahan presiden Soeharto pendidikan kewarganegaraan
beberapa kali berganti-berganti nomenklatur atau penamaan maupun
materi kajiannya. Jika melihat masa orde Baru ini telah terjadi empat kali
perubahan kurikulum. Pertama pada kurikulum 1968 menggantikan
kurikulum 1964, selanjutnya kurikulum 1975 hingga muncul kurikulum
1984 hingga kurikulum 1994.
Pada kurikulum 1968 pendidikan kewarganegaraan memiliki nama
pendidikan "kewarga negaraan". Kata pemisah kewarga negaraan
memiliki arti penekanan dalam pembentukan warga negara sesuai pada
tujuan negara Indonesia. Namun ketika masa itu, tujuan pendidikan

5
Ibid., hal.6
7

kewarga negaraan pada kurikulum 1968 adalah menekankan bagaimana


menghilangkan atau menghapus doktrin-doktrin komunis pasca
penyerangan pemberontakan PKI pada tahun 1965. selanjutnya kurikulum
1975 pendidikan kewarganegaraan lebih mengalami perubahan yang
cukup signifikan dibandingkan pada kurikulum sebelumnya. meskipun
penamaan berubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
Pada materi atau kajian yang dimuat lebih menekankan pada moral-
moral yang terkandung dalam Pancasila serta muatan-muatan materi
demokrasi. Pada kurikulum 1984 dan 1994 tidak banyak terjadi perubahan
muatan kajian dalam pendidikan kewarganegaraan. hanya lebih
menekankan pada pedoman Penguatan Pengalaman Penghayatan Pancasila
(P4) pada materi di sekolah dasar. Penamaan pada kurikulum 1994
berbeda dengan kurikulum 1984 dan 1975. Pendidikan kewarganegaraan
berubah nama menjadi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.
Meskipun pada muatan materi pendidikan kewarganegaraan kurikulum
sekolah dasar periode orde baru lebih menekankan pada penguatan
pancasila sebagai dasar negara. Namun dalam pelaksanaannya masih
terjadi kesamaan pada periode sebelumnya, era orde lama.6

3. Periode Era Reformasi


Era reformasi yang bergulir pada tahun 1998, memberikan
pengaruh perubahan pendidikan kewarganegaraan. Kurikulum 1994 masih
tetap berlaku hingga kemudian digantikan Kurikulum Berbasis Komputer
(KBK) pada tahun 2000. Penamaan Pendidikan Kewarganegaraan pada
KBK berganti Pendidikan Kewarganegaraan (PKN). muatan kajiannya
pada KBK di sekolah dasar masih ada kesamaan pada kurikulum 1994.
Namun demikian ada perbedaan yaitu pengurangan materi P4. Lebih
menekankan konsep kajian demokrasi dalam materinya.
Meskipun dalam pelaksanaannya terjadi berbagai masalah karena
telah terjadi masa transisi pemerintahan. Kemudian pada tahun 2006,
pemerintahan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

6
Ibid.,hal.8
8

mengeluarkan kurikulum baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP). Kemudian pada tahun 2013 pemerintah kemudian
mengeluarkan kurikulum baru pengganti KTSP. Kurikulum 2013
mengalami perubahan mendasar jika dibandingkan dengan kurikulum
sebelumnya pada sekolah dasar. Muatan kajian serta waktu dalam
kurikulum 2013 untuk SD atau MI menjadi Tematik integratif antara
berbagai mata pelajaran. Dalam hal ini pendidikan kewarganegaraan pun
juga mengalami penggantian nama menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn).
Sementara itu konsep dan kajian muatan PPKn untuk SD atau MI
pada K13 lebih menekankan pada penguatan pendidikan karakter serta
pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, terdapat
pula materi hak asasi manusia, nilai dan norma serta Bhinneka Tunggal
Ika sebagai simbol persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Pada K13
telah terjadi dua kali revisi pada tahun 2014 dan 2016. Revisi K13 ini lebih
menekankan konsep pendidikan abad 21 yakni lebih menekankan kepada
HOTS (Higher Order Thinking Skill), literasi 4C (Comunication, Critical
thinking, Colaboratif, Creatif) dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Disisi lain muatan kajian PPKN pada kurikulum 2013 lebih menekankan
pada empat pilar kebangsaan (UUD, Pancasila, NKRI, dan Bhinneka
Tunggal Ika).7

C. Dasar Hukum dan Tujuan Pebelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan di Sekolah Dasar
Tujuan pembelajaran PKN dalam Depdiknas adalah untuk memberikan
kompetensi sebagai berikut:
1. Berfikir kritis rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2. ...............................................Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta b
secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara,

7
Ibid., hal 12
9

3. ..............................................Berkembang secara positif dan demokratis untuk membe


berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat
hidup bersam dengan bangsa-bangsa lain.
4. ................................................Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peratura
secra langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan pembelajran PKn secara
umum mempersiapkan generasi bangsa yang unggul dan berkepribadian,
baik dalam lingkungan lokal, regional, maupun global. Berakhlak baik
berdasarkan sila Ketuhanan yang Maha Esa untuk meningkatkan sikap
religius agar seimbang dengan kepribadian yang baik. Dapat
mengembangan ilmunya berdasarkan sikap yang ilmiah. Juga dapat
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara baik dan sesuai
dengan kebutuhan sekarang. Serta dapat mempertanggungjawabkan segala
sesuatu yang telah diperbuatanya kepada negara.
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sekolah dijadikan
sebagai wahana pengembangan potensi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab, yang secara kulikuler pendidikan kewarganegaraan
yang harus menjadi wahana psikologis pedagogis yang utama, secara
yuridis ada beberapa ketentuan perundang-undangan yang mengandung
amanat tersebut, diantaranya yaitu:
1. Pembukaan undang-undang dasar negara republik indonesia dan
perubahannya (UUD1945 dan perubahannya), khususnya alinea ke 4.
2. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas).
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 19 Tahun 2005
tentang SNP).
Dalam konteks tersebut, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, sekolah sebaiknya dikembangkan sebagai peranata atau tatanan sosial
pedagogis yang kondusif atau memberi suasana bagi tumbuh kembangnya
10

berbagai kualitas individu peserta didik. Kualitas individu ini sangat penting guna
untukdijadikan bekal dalam masa depannya nanti.
Diharapkan untuk peserta didik dapat berperan sebagai warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu peserta didik juga diajarkan untuk
berpikir kritis guna menghadi suatu masalah, agar tidak tergesa-gesa dalam
mengambil keputusan.
Oleh karena itu, sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat perlu
dikembangkan sebagai pusat pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sepanjang hayat, yang mampu memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kretifitas peserta didik dalam proses pembelajaran demokratis
dengan demikian secara tertahap sekolah akan menjadi komunitas yang memiliki
budaya yang berintikan pengakuan dan penghormatan terhadap hak dan kewajiban
serta keharmonisan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat yang tertib, adil
dan berkeradaban. Dalam kerangka semua itu maka pelajaran PKN harus
berfungsi sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga negara
indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab.8

D. PKn Untuk Siswa SD


Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan
membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of
law, HAM, hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi (Azyumardi
Azra 2002)”

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran


yang sangat penting dan berguna untuk kalangan Sekolah Dasar.Karena memuat
pembelajaran karakter dan moral.Untuk itu siswa-siswi Sekolah Dasar memiliki
sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang tercantum didalam
Pancasila dan UUD 1945.Kita sebagai calon guru SD haruslah memiliki karakter
dan perilaku yang baik. Agar nantinya akan ditiru dan diterapkan oleh siswea-
siswi kita.Kita sebagai calon guru Sekolah Dasar haruslah mampu mengajak
8
Feri Tirtoni, M. Pd. , Pembelajaran PKn Di Sekolah Dasar (Yogyakarta : CV. Buku Baik
Yogyakarta, 2016), hlm. 34
11

siswa-siswi kita untuk menjadi Warga Negara Indonesia dengan baik.Contohnya


sebagai pelajar kita wajib untuk belajar dengan sungguh-sungguh. 9

Pengkajian dan pembahasan tentang Pendidikan Kewarganegaraan ini


tentunya dalam porsi yang tidak terlalu berat dan dalam, karena ditujukan untuk
peserta didik sekolah dasar. Pembahasan-pembahasan yang diangkat umumnya
hanya untuk pengenalan saja.Pembahasan yang diangkat tentang pemerintahan
misalnya, hanya dikenalkan sebatas tata urutan pemerintahan dari yang tertinggi
hingga terendah.Misalnya lagi tentang pembahasan hak dan kewajiban,hanya
diajarkan sebatas bagaimana hak dan kewajiban mereka sebagai seorang siswa,
anak, dan warga negara yang baik. Begitu pula dengan pembahasan tentang
konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM dan lainnya hanya
dibahas secara singkat dan tidak terlalu mendalam. Pendidikkan Kewarganegaran
juga memiliki kompetensi-kompetensi yang ingin dibentuk dalam sikap peserta
didik.
“BSNP (Badan Standar NasionalPendidikan) menetapkan beberapa
kompetensikompetensi yang sesuai dengan siswa, dijelaskan sebagai
berikut:
1. Berpikir secara kreatif, rasional dan kritis dalam menanggapi
permasalahan kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara bertanggung jawab, bermutu dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3. Berfikir dengan berkembang secara demokratis namun positif
untuk membentuk diri sendiri berdasarkan pada karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup berdampingan dan
beriringan dengan negara lain. 10

E. Definisi Tuntutan Pedagogis atau Strategi Pembelajaran

9
Ibid.,hal. 68
10
Feri Tirtoni, Pengembangan Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar, (Sidoarjo, Umsida Press,
2018) hal 4-5
12

Konsep dasar mengenai pendidikan banyak diberikan oleh pada


ahli. Konsep-konsep tersebut saling melengkapi dan menambah kekayaan
pemikiran mengenal pendidikan. Disiplin ilmu biologi, sosiologi,
antropologi, psikologi, ekonomi, dan lainya memberikan sumbangan dan
memperbaiki teori-teori pendidikan yang ada.
Pendidikan itu harus dilakukan oleh keluarga,masyarakat,dan
pemerintah melalui kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah
dan di luar sekolah yang berguna untuk mempersiapkan peserta didik atau
menjadikan peserta didik agar dapat memainkan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tepat dan baik pada masa yang akan datang kelak.
Oleh karena itu, pendidikan pendidikan sangat berguna dalam
pengalaman-pengalaman belajar yang berprogram dalam bentuk
pendidikan formal, nonformal,informal disekolah dan di luar sekolah yang
berlangsung dalam seumur hidup yang bertujuan untuk mengoptimalkan
kemampuan kemampuan individu agar di kemudian hari dapat memainkan
peran hidup secara tepat.
Pemahaman hakikat pendidikan akan menyebabkan kita
memahami peran, mendudukannya, dan menilai pendidikan secara
proporsional. Pada zaman Yunani Kuno, seorang anak yang pergi dan
pulang sekolah diantar seorang pelayan pelayan tersebut biasa disebut
pedagogis, penuntun anak. Disebut demikian karena disamping mengantar
dan menjemput, juga berfungsi pengasuh anak tersebut dalam rumah
tangga orang tuanya, sedangkan gurunya sendiri, yang mengajar pada
Yunani Kuno disebut governor. Governor sebagai guru tidak mengajar
secara klasikal seperti sekarang, melainkan individual (Muhadjir,2000;
20).
Jadi, tuntutan pedagogis merupakan kemampuan yang harus
dimiliki seorang guru dalam melakukan KBM. Dalam tulisan ini
menjelaskan kemampuan seorang guru dalam melakukan KBM tidak
terkecuali dalam satu mata pelajaran PKn. Seorang guru harus memiliki
kemampuan tersendiri dalam mengajar PKn di sekolah dasar. Dan
kemampuan tersebut dapat menjadikan pembelajaran PKn di sekolah dasar
13

dapat berjalan secara efektif dan menyenangkan. Salah satu contoh


pembelajaran yang menyenangkan dalam mata pelajaran PKn yaitu
dengan cara menggunakan media yang di kenal siswa dalam kehidupan
sehari-hari nya. Misalnya, menyampaikan materi dengan permainan ular
tangga atau monopoli. Dengan melalui media tersebut siswa dapat
mengingat dan memahami dengan baik mata pelajaran PKn tersebut.
Pedagogik atau ilmu mendidik adalah ilmu atau teori yang sistem
matis tentang pendidikan yang sebenarnya bagai anak atau untuk anak
sama ia mencapai kedewasaan (Sukardjo dan Komarudin 2010:7).11

F. Karakteristik konsep diri anak usia sekolah dasar dalam mata pelajaran
PKn

Konsep diri bukanlah sesuatu yang di bawah sejak lahir. Kita tidak
dilahirkan dengan konsep diri tertentu. Bahka ketika kita lahir, kita tidak memiliki
konsep diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak memiliki
pengharapan bagi diri kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian apapun terhadap
diri kita sendiri. Dengan demikian, konsep diri terbentuk melalui proses belajar
yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa. Lingkungan,
pengalaman, dan pola asuh orng tua turut memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pembentukan konsep diri seseorang. Sikap dan respon orang tua serta
lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya.
Anak-anak yang tumuh dan di besarkan dalam pola asuh yang keliru atau negatif,
seperti prilaku orang tua yang suka memikul, mengabaikan, kurang memberikan
kasih sayang, melecehkan, menghina, tidak berlaku adil, dll, di tambah dengan
lingkungan yang kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang
negatif. Hal ini adalah karena anak cenderung menilai dirinya berdasarkan apa
yang ia alami dan dapatkan dari lingkungannya. Jika lingkungan memberikan
sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya berharga, sehingga
berkembangan konsep diri yang positif. Seiring dengan pertumbuhan dan
perubahan fisik, kognitif, dan kemampuan sosial, anak usia sekolah dasar jua
mengalami peerubahan dalam pandangan terhadap dirinya sendiri. mcDeviit dan
11
Feri Tirtoni, Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar, (Yogyakarta,Buku Baik,2016) Hal. 40-41
14

Ormrod, 2002, memberikan gambaran tentang perubahan-perubahan konsep diri


anak usia sekolah (usia 6-10 tahun). Karakteristik yang dimiliki siswa sekolah
dasar cenderung senang bermain dan menilai dirinya sendiri dengan orang lain.
Karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Dalam mata pelajaran PKn siswa dapat membedakan bagaimana


karakteristik anak terebut. Karakteristiknya mudah bersosialisasi atau cenderung
pendiam dengan lingkungan sekitar nya. Karena dalam mata pelajaran PKn
tersebut seorang guru harus dapat memahami setiap karakter siswa satu dengan
yang lain nya. Dalam mata pelajaran PKn juga diajarkan bagaimana kita bergaul
dalam keseharian. Anak-anak kelas dua jauh lebih cenderung menyebutkan
karakteristik psikologis (seperti preferensi atau sifat-sifat kepribadian) dalam
pendefenisiandiri mereka dan kurang cenderung menyebutkan karakteristik fisik
(sepertiwarna mata atau pemilikan)F. Abound danS Skerry: 1983.12

G. Karakteristik anak usia sekolah dasar (SD) dalam mata pelajaran PKn

Usia rata-rata anak indonesia saat masih sekolah dasar adalah 6 tahun dan
selesai pada usia 12 tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan
perkembangan anak, berarti anak usia sekolah berada dalam dua masa
perkembanga, yaitu masa kanak-kanak tengah ( 6-9 tahun ), dan masa kanak-
kanak akhir (10 – 12 tahun ). Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik
yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain,
senang bergerak, senang berkerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau
melakukan sesuatu secara langsung.Oleh sebab itu, guru hendaknya
mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan,
mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam
pembelajaran.

Menurut Havinghurst fisik yang diperlukan usia sekolah dasar meliputi:

1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan


aktivitas fisik.

12
Zaenal Aqib, Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. (Bandung: CV,2019), hlm 21
15

2. Membina hidup sehat


3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok
4. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.
5. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi
dalam masyarakat .

Mencapai kemandirian pribadi Dalam upaya yang mencapai setiap tugas


perkembangan tersebut, guru dituntut untuk memberikan bantuan berupa:

1. Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan


fisik
2. Melaksanakan pembelajaran yang menberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya, sehingga
kepribadian sosialnya berkembang.
3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yankg memberikan pengalaman
yang konkrit atau langsung dalam membangun konsep.
4. Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai
sehigga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi
pegangan bagi diri.

Setiap calon guru harus bisa memahami karakteristik peserta didik agar
selama melakukan KBM dapat berjalan dengan baik. Sebab, karakteristik anak SD
masih senang dengan dunia mereka sendiri. Seorang guru harus mempunyai cara
sendiri dalam cara menyampaikan pelajaran yang dapat dimengerti oleh peserta
didik. Karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu:senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok,dan senang merasakan atau melakukan
sesua tu secara langsung (Sumantri&Sukmadinatadalam wardani:2012).13

13
Ibid., hal. 23
16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Paradigma pendidikan kewarganegaraan di Indonesia sekarang ini membentuk
warga negara yang memiliki kebaikan dan kecerdasan. peran tersebut tidak hanya
membentuk warga negara hanya menjalankan dan mengetahui hak dan
kewajibannya, tetapi juga memahami tanggung jawab seperti partisipasi atau
keterlibatan warga negara dalam setiap kebijakan publik.
2. Dari awal kemerdekaan perkembangan mata pelajaran PKn dalam kurikulum
nasional sering berganti nomenklatur atau persamaan serta kajian materi di
dalamnya. Sejarah mencatat perkembangan pendidikan kewarganegaraan telah
mengalami berbagai dinamika dalam kurikulum khususnya pada sekolah dasar di
Indonesia.
3. Tujuan pembelajran PKn secara umum mempersiapkan generasi bangsa yang
unggul dan berkepribadian, baik dalam lingkungan lokal, regional, maupun
global. Berakhlak baik berdasarkan sila Ketuhanan yang Maha Esa untuk
meningkatkan sikap religius agar seimbang dengan kepribadian yang baik. Dapat
mengembangan ilmunya berdasarkan sikap yang ilmiah, juga dapat menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi secara baik dan sesuai dengan kebutuhan
sekarang. Serta dapat mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah
diperbuatanya kepada negara.
4. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
sangat penting dan berguna untuk kalangan Sekolah Dasar.Karena memuat
pembelajaran karakter dan moral.Untuk itu siswa-siswi Sekolah Dasar memiliki
sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang tercantum didalam
Pancasila dan UUD 1945.Kita sebagai calon guru SD haruslah memiliki karakter
dan perilaku yang baik. Agar nantinya akan ditiru dan diterapkan oleh siswea-
siswi kita.Kita sebagai calon guru Sekolah Dasar haruslah mampu mengajak
siswa-siswi kita untuk menjadi Warga Negara Indonesia dengan baik.
5. Tuntutan pedagogis merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang guru
dalam melakukan KBM. Dalam tulisan ini menjelaskan kemampuan seorang
guru dalam melakukan KBM tidak terkecuali dalam satu mata pelajaran PKn.
Seorang guru harus memiliki kemampuan tersendiri dalam mengajar PKn di

17
18

sekolah dasar. Dan kemampuan tersebut dapat menjadikan pembelajaran PKn di


sekolah dasar dapat berjalan secara efektif dan menyenangkan.
6. Konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang berlangsung sejak masa
pertumbuhan hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman, dan pola asuh
orng tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pembentukan konsep diri seseorang. Sikap dan respon orang tua serta
lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa
dirinya. Anak-anak yang tumuh dan di besarkan dalam pola asuh yang
keliru atau negatif, jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan
positif, maka anak akan merasa dirinya berharga, sehingga berkembangan
konsep diri yang positif.
7. Setiap calon guru harus bisa memahami karakteristik peserta didik agar
selama melakukan KBM dapat berjalan dengan baik. Sebab, karakteristik
anak SD masih senang dengan dunia mereka sendiri. Seorang guru harus
mempunyai cara sendiri dalam cara menyampaikan pelajaran yang dapat
dimengerti oleh peserta didik. Karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu:
senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok,dan
senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.

B. SARAN
1. Untuk tenaga pendidik seyogyanya dapat menguasai bagaimana cara mengajar
pelajaran pendidikan kewarganegaraan di lingkungan SD/MI agar lebih bisa
beradaptasi dengan siswa yang masih berusia kanak-kanak dan dapat mengerti
bagaimana karakteristik peserta didik.
2. Untuk peserta didik khususnya mahasiswa FTIK UIN Sayyid Ali Rahmatullah,
sebagai calon guru tentunya harus faham dan mengerti bagaimana cara
menyampaikan materi Pendidikan Kewarganegaraan yang baik dan benar.
3. Untuk masyarakat sebaiknya mengetahui apa pentingnya belajar Pendidikan
Kewarganegaraan sejak dini agar bisa menjadi rakyat yang mengerti identitas
bangsanya sendiri.
19

DAFTAR RUJUKAN

Tirtoni, Feri.2018.Pengembangan Pembelajaran PKn di Sekolah


Dasar.Sidoarjo: Umsida Press

Handoko, Duwi, dkk.2020. Pendidikan Kewarganegaraan .Pekanbaru :


HAWA dan AHWA

Mulyoto, Galih Puji , dkk.2020. Konsep Dasar dan Pengembangan


Pembelajaran PPKn untuk MI/SD .Jakarta : Publica Institute Jakarta.

Tirtoni, Feri.2016.Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar.Yogyakarta:Buku


Baik.

Aqib, Zaenal.2019.Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Bandung:


CV.
20

Anda mungkin juga menyukai