Anda di halaman 1dari 13

https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?

page_id=733

1. Apa itu Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)?

Sebagaimana tercantum dalam Perpres Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan


Pendidikan Karakter, PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan
pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah
rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi
Mental (GNRM).

PPK merupakan upaya untuk menumbuhkan dan membekali generasi penerus agar
memiliki bekal karakter baik, keterampilan literasi yang tinggi, dan memiliki kompetensi
unggul abad 21 yaitu mampu berpikir kritis dan analitis, kreatif, komunikatif, dan
kolaboratif.

2. Apa yang melatarbelakangi pentingnya Kebijakan PPK?

Indonesia tengah menghadapi abad ke 21 yang ditandai dengan berbagai


kecenderungan global. Setidaknya terdapat 3 (tiga) kecenderungan penting yang
dihadapi bangsa Indonesia saat ini:

Berlangsungnya revolusi industri keempat yang ditandai dengan fenomena kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi dalam era revolusi digital;

Perubahan peradaban masyarakat yang ditandai dengan berubahnya sendi-sendi kehidupan,


kebudayaan, peradaban, dan kemasyarakatan termasuk Pendidikan;

Semakin tegasnya fenomena Abad Kreatif yang menempatkan informasi, pengetahuan,


kreativitas, inovasi dan jejaring sebagai sumber daya strategis bagi individu, masyarakat,
korporasi, dan negara.

Ketiga hal tersebut telah memunculkan tatanan baru, ukuran-ukuran baru, dan
kebutuhan-kebutuhan baru yang berbeda dengan sebelumnya, yang harus ditanggapi
dan dipenuhi oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Disinilah letak peran
sentral dari dunia pendidikan untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai
kapital intelektual yang mampu beradaptasi dan diharapkan memiliki keunggulan
kompetitif di dalam era persaingan global.

3. Apa tujuan dari PPK?

membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun
2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi
dinamika perubahan di masa depan;

mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai


jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi Peserta Didik dengan dukungan pelibatan
publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan
memperhatikan keberagaman budaya Indonesia;

merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, Peserta
Didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK

4. Apa yang menjadi dasar kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter ini?

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan


kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.”

Agenda Nawacita No. 8: Penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dan
pembangunan karakter peserta didik sebagai bagian dari revolusi mental.

Trisakti: Mewujudkan Generasi yang Berkepribadian dalam Kebudayaan.

RPJMN 2015-2019: “Penguatan pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua
jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian peserta didik
dengan memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran”.

Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2018 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan Formal.

5. Karakter seperti apa yang menjadi titik fokus (karakter yang diharapkan muncul) dalam
kebijakan PPK ini?

Karakter adalah perwujudan dari kebiasaan-kebiasaan berperilaku baik dalam


keseharian yang meliputi watak terpuji, akhlak mulia, sikap mental dan budi pekerti
yang luhur. Adapun nilai-nilai utama karakter yang menjadi fokus dari
kebijakan PPK adalah: religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan
integritas. Nilai-nilai utama tersebut berdasarkan nilai-nilai Pancasila, 3 pilar Gerakan
Nasional Revolusi Revolusi Mental (GNRM), kekayaan budaya bangsa (kearifan lokal)
dan kekuatan moralitas yang dibutuhkan bangsa Indonesia menghadapi tantangan di
masa depan. Uraian dari 5 nilai utama tersebut adalah sebagai berikut:

Religiositas

Mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam
perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai
perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai
karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu
dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta
(lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan
menjaga keutuhan ciptaan.

Subnilai religius antara lain beriman dan bertaqwa, disiplin ibadah, cinta damai,
toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya
diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,
persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil dan
tersisih, mencintai dan menjaga lingkungan, bersih, memanfaatkan lingkungan dengan
bijak

Nasionalisme
Merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,  lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri menjaga kekayaan
budaya bangsa, rela berkorban, semangat kebangsaan, unggul, dan berprestasi, cinta
tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghargai kebhinnekaan,
menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

Kemandirian

Merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan
segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.

Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh, tahan banting, daya
juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Gotong Royong

Mencerminkan tindakan menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu


menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi
bantuan pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.

Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas
keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti
diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

Integritas

Merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral
(integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga
negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan
perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral,
anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu
(terutama penyandang disabilitas).

6. Bagaimana pendekatan implementasi PPK pada satuan pendidikan?

PPK diimplementasikan dengan 3 pendekatan sebagai berikut:

PPK berbasis kelas yaitu integrasi nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran atau mata
pelajaran, pengelolaan kelas dan metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran/pembimbingan,
pengembangan kurikulum muatan lokal sesuai karakteristik daerah.

PPK berbasis budaya sekolah yaitu pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah;
keteladanan antar warga sekolah, pelibatan seluruh pemangku kepentingan Pendidikan,
membangun norma, peraturan, dan tradisi sekolah, pengembangan keunikan, keunggulan, dan
daya saing sekolah sebagai ciri khas sekolah, memberi ruang yang luas kepada siswa untuk
mengembangkan potensi melalui kegiatan literasi, dan kegiatan ekstrakurikuler.

PPK berbasis masyarakat yaitu memperkuat peranan orang tua dan Komite Sekolah, melibatkan
dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber belajar seperti keberadaan dan
dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, alumni, dunia usaha, dan dunia industri;
dan sinergi PPK dengan berbagai program yang ada dalam lingkup akademisi, pegiat pendidikan,
lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga informasi.

7. Bagaimana PPK diimplementasikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?

Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan Formal diimplementasikan melalui


manajemen berbasis sekolah, yaitu memberikan kewenangan dan tanggung jawab
kepada kepala sekolah, guru, dan pengawas sekolah serta tenaga kependidikan
bersama Komite Sekolah sesuai dengan kebutuhan dan konteks satuan pendidikan.
Bebrapa yang perlu diupayakan dalam konteks manajemen berbasis sekolah yaitu
menguatkan jejaring Tri Pusat Pendidikan (Sekolah, Keluarga dan Masyarakat),
Sekolah menjadi sentral yaitu lingkungan sekitar dijadikan sumber-sumber belajar,
Individualisasi Anak yaitu guru perlu membantu setiap anak untuk mengaktualkan
potensi yang dimilikinya, revitalisasi peran kepala sekolah (sebagai innovator,
motivator, kolaborator) dan guru (sebagai penghubung sumber belajar, pelindung,
fasilitator, katalisator), melakukan penilaian berupa catatan kepribadian atau karakter
anak, melakukan sinkronisasi dan pembiasaan baik dalam kegiatan intrakurikuler,
kokurikuler, ekstrakurikuler dan nonkurikuler, serta melaksanakan Penguatan peran
keluarga sebagai pendidik pertama dan utama dalam penumbuhan dan pembiasaan
karakter anak.

8. Berapa hari penyelenggaraan PPK di satuan pendidikan formal?

Penyelenggaraan PPK dilaksanakan selama 6 (enam) atau 5 (lima) hari sekolah dalam
1 (satu) minggu. Perlu diketahui bahwa PPK bukan Fullday School sebagaimana
pernah ramai di media, kebijakan PPK tidak mematikan madrasah diniyah, tapi justru
mendorong sekolah agar mampu membangun kerjasama dengan sumber-sumber
belajar di luar sekolah, seperti institusi pendidikan keagamaan, lembaga seni dan
budaya, komunitas sastra, klub olah raga, dan sebagainya.

9. Apa wewenang dan tanggung jawab Dinas Pendidikan di tingkat kabupaten/kota/provinsi


dalam rangka mendukung implementasi PPK?

Dinas Pendidikan di tingkat kabupaten/kota/provinsi berwenang dan memiliki tanggung


jawab sebagai berikut:menjamin terlaksananya penyelenggaraan PPK;

melakukan kerja sama dengan unit pelaksana teknis kementerian/lembaga di wilayahnya yang
mendukung penyelenggaraan PPK;

memfasilitasi kerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri yang mendukung
penyelenggaraan PPK;

menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dalam penyelenggaraan PPK;

menyediakan anggaran untuk penyelenggaraan PPK di sekolah; dan

melakukan sosialisasi penyelenggaraan PPK.

melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala paling sedikit satu kali dalam 1 tahun.
10. Bagaimana bentuk riil dari sinkronisasi kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler
dan nonkurikuler?

Sebagai contoh:

Kegiatan Intrakurikuler

Contoh penerapan dalam intrakurikuler, misalnya, dalam proses pembelajaran tematik


dalam kurikulum 2013, telah dilengkapi dengan rambu-rambu dimana guru tidak hanya
menyampaikan ilmu pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran, namun memasukan
unsur budi pekerti/karakter didalamnya. Sebagai contoh, seorang guru kimia, ketika
mengajar tentang chlorine, tidak hanya menyampaikan tentang telaah unsur kimia
chlorine, namun harus mampu memberikan informasi tentang apa manfaat, dampak,
dan bagaimana menggunakan chlorine dengan bijak atau ramah lingkungan. Berarti
didalamnya ada nilai karakter kepedulian pada lingkungan.

Kegiatan Kokurikuler

Contoh penerapan pada bidang kokurikuler, misalnya, siswa melakukan kegiatan studi
lapangan di kawasan pertanian, untuk mengetahui cara bertani yang baik. Siswa dapat
menghayati, bagaimana kerja keras petani dalam menghasilkan padi/beras untuk
kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan demikian, diharapkan siswa peduli terhadap kerja
keras, menghargai sesama, dan juga dapat mensyukuri berkah dari Yang Maha Kuasa.
Hal ini juga akan membentuk karakter siswa.

Kegiatan Ekstrakurikuler

Contoh penumbuhan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler, misalnya di bidang olahraga,


seni budaya lokal, dan keterampilan lainnya menumbuhkan karakter kreativitas,
kemandirian bagi siswa. Kegiatan ini dilakukan sesuai minat dan bakat siswa dan
dilakukan di bawah bimbingan guru, pelatih, serta melibatkan orang tua dan
masyarakat: Pramuka, PMR, Paskibraka, Kesenian, Bahasa, KIR, Keagamaan,
Jurnalistik, Olahraga, dsb

Kegiatan Nonkurikuler
Kegiatan nonkurikuler: seperti kerja bakti, melakukan ibadah bersama misalnya sholat
berjemaah, bersalaman dengan guru atau orang yang lebih tua yang ditemui baik di
sekolah atau di lingkungan rumah, juga merupakan pembiasaan-pembiasaan baik yang
dilakukan untuk menumbuhkan budi pekerti atau karakter yang baik bagi siswa kita.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan misalnya juga adalah: upacara Bendera (Senin),
Apel, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Lagu Nasional, dan berdoa bersama
dilanjutkan dengan membaca Kitab Suci dan/atau buku-buku non-pelajaran tentang
PBP 15 menit sebelum memulai pembelajaran.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siswa tersebut tentu harus disesuaikan dengan


kreativitas sekolah dan budaya lokal setempat. Peningkatan kualitas guru, tersedianya
fasilitas sarana dan prasarana, penguatan kurikulum 2013, serta mekanisme pelibatan
publik juga masih harus terus dilakukan dan dikaji lebih dalam. Dengan demikian, ikhtiar
Kemendikbud dan seluruh elemen dalam ekosistem pendidikan dapat berjalan dengan
baik dan optimal.

11. Bagaimana peran pendidikan formal maupun non formal dalam pendidikan karakter?

Pada hakekatnya pendidikan karakter perlu didukung oleh tata peradaban dan
penyelenggaraan pendidikan dalam arti luas. Pendidikan sebagai tanggung jawab
kolektif seluruh warga Indonesia, memerlukan dukungan struktur pendidikan formal,
informal dan bahkan non-formal secara komprehensif dan terpadu, sesuai dengan nilai-
nilai luhur budaya bangsa secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Pendidikan
karakter secara ideal diimplementasikan di semua jenjang pendidikan yaitu PAUD,
Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Tinggi, serta di lingkungan masyarakat
luas.

12. Upaya apa yang dilakukan dalam menyinkronkan keluarga, lingkungan, teman pergaulan


dalam pembangunan karakter?

Lingkungan terdekat anak-anak kita yaitu orang tua dan keluarga, lingkungan domisili
rumah dan lingkungan pergaulan teman-teman, merupakan lingkungan strategis anak-
anak kita untuk memperolah pendidikan karakter. Disinilah perlunya peran serta aktif
lingkungan terdekat anak-anak kita, melalui komunikasi dialogis yang intens antar orang
tua, keluarga, teman lingkungan dengan anak. Adapun Kepala Sekolah dan Guru-guru
sebagai salah satu aktor utama pendidikan karakter, wajib membangun interaksi dan
komunikasi positif dengan orang tua untuk memantau perkembangan pendidikan
karakter siswa. Upaya ini perlu disosialisasikan agar peran penumbuhan dan
penyemaian karakter baik dapat terus-menerus dilakukan oleh seluruh ekosistem
pendidikan dan khususnya peran orang tua sebagai pendidik pertama dan utama anak-
anak kita. Dengan demikian, kebersamaan dan komunikasi yang baik merupakan faktor
yang mendukung terwujudnya lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan
masyarakat yang kondusif dan sehat sebagai bagian dari upaya mendukung
pembangunan karakter anak-anak.

13. Pemerintah berupaya melakukan restorasi pendidikan dasar dan menengah, termasuk


pendidikan karakter. Apa saja yang akan dilakukan untuk merestorasi pendidikan di negeri kita?

Restorasi pendidikan dasar dan menengah akan dilakukan secara bertahap. Sesuai
dengan arahan Rencana Strategis Kemdikbud 2015-2019, upaya yang dilakukan
adalah sebagai berikut:

Penguatan Aktor/Pelaku dalam pendidikan, yaitu siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, dan
pemimpin institusi pendidikan dalam ekosistem pendidikan dan kebudayaan.

Perbaikan Mutu dan Akses Pendidikan, sehingga mutu pendidikan semakin meningkat dan akses
pendidikan semakin luas, merata, dan berkeadilan, khususnya untuk masyarakat yang
terpinggirkan, serta bagi wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal.

Pelibatan Publik, yaitu bagaimana menggerakan partisipasi masyarakat, pegiat pendidikan, dunia
industry dan dunia usaha untuk menumbuhkan budi pekerti agar terlaksana secara menyeluruh.

Pelaksanaan Tata Kelola yang baik, untuk menjamin pelaksanaan dan keberhasilan dalam
menumbuhkan karakter yang baik, di tingkat pusat dan daerah.

Pelestarian kebudayaan dan pengembangan bahasa Indonesia di sekolah. Sarana pendidikan


menjadi juga wadah untuk pewarisan dan pengembangan budaya agar jati diri bangsa Indonesia
kuat. Karakter yang bercirikan budaya bangsa juga perlu untuk ditumbuhkan di sekolah.
Dengan demikian, penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mengemban amanat
Negara untuk mencerdaskan bangsa yang berbudi pekerti luhur dalam menghadapi
iklim persaingan global yang semakin ketat.

14. Apa kelemahan pembangunan karakter selama ini?

Pertama, kita harus mengakui bahwa terbatasnya pelibatan publik merupakan salah


satu kelemahan dalam menumbuhkan karakter anak-anak. Kedua, fakta-fakta yang lain
adalah terbatasnya pendampingan orang tua di rumah dalam membimbing dan
membangun karakter anak-anaknya. Mereka seperti melakukan pembiaran terhadap
berbagai perilaku menyimpang yang terjadi. Ketiga, faktor keteladanan orang tua, guru
maupun kepala sekolah, dan bahkan tokoh-tokoh masyarakat yang tidak dapat menjadi
role model bagi anak-anak. Keempat, harmonisasi antara olah hati (etik), olah pikir
(literasi), olah rasa (estetik) dan olah raga (kinestetik) masih belum optimal, karena
sekolah masih memprioritaskan kompetisi pengetahuan akademis, tanpa diperkuat
dengan pendidikan karakter. Kelima, masih terbatasnya prasarana dan sarana fisik dan
pembelajaran di sekolah yang kondisi kesenjangannya masih sangat beragam.

Untuk itu, peran dan partisipasi aktif tripusat, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat
sangat dibutuhkan dalam upaya pembangunan karakter menghadapi berbagai dinamika
kehidupan dan tantangan di era digital ini.

15. Sisi apa yang belum tersentuh?

Sisi yang belum tersentuh adalah dari aspek internal dan eksternal. Aspek internal
adalah belum optimalnya keseimbangan dan harmonisasi olah hati (etik), olah rasa
(estetik), olah pikir (literasi) dan olah raga (kinestetik). Penyelenggaraan pendidikan
dalam dua dekade belakangan ini, nampaknya cenderung untuk mengedepankan
pembangunan aspek pengetahuan akademis dan suasana kompetisi ketat antarsiswa
dan antarsekolah, dibandingkan dengan pembangunan karakter dan pengembangan
berkolaborasi, mewujudkan sifat saling menghargai dan berbagi diantara anak dan
sekolah.
Kemudian aspek eksternal, di era revolusi industri keempat ini, yang ditandai dengan
kemajuan pesat dan revolusi teknologi digital, maka kita harus mempersiapkan
generasi yang memiliki keterampilan literasi yang tinggi, khususnya literasi digital serta
literasi informasi dan komunikasi. Kemampuan memanfaatkan arus informasi yang
sedemikian masif dan beragam, serta kemampuan berkomunikasi dan pengelolaan
informasi yang tak terbatas, menjadi upaya strategis yang harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Anak-anak perlu ditumbuhkan dan dibekali dengan kompetensi unggul
abad 21 yaitu mampu berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Hal inilah yang
selama ini belum sepenuhnya tersentuh secara sistemik dalam proses
penyelenggaraan pendidikan.

16. Bagaimana budaya lokal berpengaruh terhadap pembangunan karakter?

Budaya lokal sebagai bagian dari kearifan bangsa yang hidup ditengah-tengah
lingkungan masyarakat Indonesia, merupakan referensi utama dari pembentukan nilai-
nilai luhur budaya bangsa. Ia merupakan identitas dan kepribadian luhur bangsa
Indonesia yang harus terus dilindungi, dikembangkan dan diwariskan kepada generasi
penerus secara berkelanjutan. Oleh karena itu, aktivitas PPK yang dikenal dengan 3
(tiga) basis utama yaitu berbasis kelas, berbasis budaya sekolah dan
berbasis partisipasi masyarakat, sangat memperhatikan kearifan budaya lokal bangsa
Indonesia secara kontekstual, serta dengan tetap memperhatikan keberagaman
wilayah masing-masing. Sehingga di era globalisasi ini, berbagai kebudayaan lokal
harus mampu membangun, mewarnai dan memperkuat identitas dan karakter
bangsa anak-anak kita di sekolah, keluarga dan masyarakat, serta mampu tumbuh dan
berkembang menjadi pemain utama di kancah global dan memiliki keunggulan bersaing
untuk tampil  dalam masyarakat internasional.

17. Bagaimana bentuk realisasi program ini pada kurikulum dan proses pembelajaran di sekolah?

Gerakan PPK, tentu bersifat fleksibel sehingga mampu terintegrasi dalam struktur
kurikulum, yakni PPK melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan
nonkurikuler. Nilai-nilai inti karakter dalam konsep PPK dapat dikembangkan dan
diintegrasikan melalui berbagai mata pelajaran, muatan lokal, maupun pengelolaan
kelas.

18. Secara riil, apa yang harus dilakukan kepala sekolah? Guru? Orangtua?

Pertama dan utama adalah Keteladanan (Kepala Sekolah Guru, Orang tua)

Kepala Sekolah harus mampu mendesain program sekolah yang mendorong pelibatan publik

Pengembangan kapasitas guru melalui pelatihan dan forum-forum kependidikan, sehingga guru
mampu mendesain pengelolaan kelas yang menyenangkan

Keterlibatan aktif orang tua di rumah dan sekolah dalam mendukung PPK

19. Budaya seperti apa yang ingin ditumbuhkan dari program ini?

Budaya yang perlu ditumbuhkan dan menjadi suatu kebiasaan dalam program ini
adalah Gerakan. Gerakan yang tumbuh dalam pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian
di sekolah, keteladanan Guru yang selalu menjadi hal patut dicontoh, Lalu tercipta
tradisi dan aturan sekolah yang baik.

20. Apa kekhususan dari PPK dan adakah pengaruhnya program ini pada anggaran sekolah?

Gerakan PPK sebetulnya sudah diimplementasikan oleh sekolah-sekolah. PPK


bukanlah produk baru, bukan mata pelajaran, bukan kurikulum baru tetapi merupakan
penguatan atau fokus dari proses pembelajaran dan sebagai poros/ruh/jiwa Pendidikan.
Kekayaan pengalaman, praktik-praktik baik, keteladanan dan perilaku baik Kepala
Sekolah, Guru, Orang Tua dalam keseharian di sekolah dan luar sekolah sebenarnya
sudah sangat kaya dimiliki sekolah. Sehingga sekolah pun sudah terbiasa membuat
program dengan anggaran yang sudah ada. Namun perlu dikuatkan dengan pelibatan
publik dan sumbangsih masyarakat dalam bentuk apapun agar masyarakat memiliki
rasa tanggung jawab pada institusi pendidikan.

 
21. Pemerintah menyatakan ada dua aspek pendidikan yang harus mendapat perhatian:
pendidikan karakter dan pengetahuan umum. Apa yang harus dilakukan agar dua aspek itu
terwujud?

Pendidikan karakter adalah upaya untuk menumbuhkan kebiasaan dan perilaku baik siswa
melalui tahapan yang dimulai dari diajarkan, dibiasakan, dilatih secara konsisten, menjadi
kebiasaan, terbentuk karakter, dan menjadi budaya bangsa.

Sekolah sebagai rumah kedua yang menyenangkan: Kemdikbud berupaya ingin menjadikan


sekolah sebagai rumah kedua bagi siswa dan menempatkan peran orang tua sebagai pendidik
pertama dan yang utama bagi anak-anaknya.

Sarana dan Prasarana: Kemdikbud terus membenahi kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
di sekolah-sekolah, terutama di daerah-daerah terluar, terdepan dan tertinggal, sesuai dengan
amanat Nawacita, “Membangun Indonesia dari Pinggiran”.

Program Indonesia Pintar: Gerakan pemerataan kesempatan pendidikan sebagai upaya


membangun karakter dan pengetahuan umum siswa di seluruh Indonesia.

Peningkatan Kualitas Guru: Kemdikbud terus memperbaiki kulitas guru melalui program Guru
Pembelajar, Uji Kompetensi Guru (UKG), serta upaya peingkatan kesejahteraan guru, dengan
upaya peningkatan pelayanan guru melalui Program Guru Garis Depan (GGD) dan Sarjana
Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T).

Anda mungkin juga menyukai