page_id=733
PPK merupakan upaya untuk menumbuhkan dan membekali generasi penerus agar
memiliki bekal karakter baik, keterampilan literasi yang tinggi, dan memiliki kompetensi
unggul abad 21 yaitu mampu berpikir kritis dan analitis, kreatif, komunikatif, dan
kolaboratif.
Berlangsungnya revolusi industri keempat yang ditandai dengan fenomena kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi dalam era revolusi digital;
Ketiga hal tersebut telah memunculkan tatanan baru, ukuran-ukuran baru, dan
kebutuhan-kebutuhan baru yang berbeda dengan sebelumnya, yang harus ditanggapi
dan dipenuhi oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Disinilah letak peran
sentral dari dunia pendidikan untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai
kapital intelektual yang mampu beradaptasi dan diharapkan memiliki keunggulan
kompetitif di dalam era persaingan global.
membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun
2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi
dinamika perubahan di masa depan;
merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, Peserta
Didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK
Agenda Nawacita No. 8: Penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dan
pembangunan karakter peserta didik sebagai bagian dari revolusi mental.
RPJMN 2015-2019: “Penguatan pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua
jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian peserta didik
dengan memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran”.
5. Karakter seperti apa yang menjadi titik fokus (karakter yang diharapkan muncul) dalam
kebijakan PPK ini?
Religiositas
Mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam
perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai
perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai
karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu
dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta
(lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan
menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain beriman dan bertaqwa, disiplin ibadah, cinta damai,
toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya
diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,
persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil dan
tersisih, mencintai dan menjaga lingkungan, bersih, memanfaatkan lingkungan dengan
bijak
Nasionalisme
Merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri menjaga kekayaan
budaya bangsa, rela berkorban, semangat kebangsaan, unggul, dan berprestasi, cinta
tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghargai kebhinnekaan,
menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.
Kemandirian
Merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan
segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh, tahan banting, daya
juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Gotong Royong
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas
keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti
diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
Integritas
Merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral
(integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga
negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan
perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral,
anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu
(terutama penyandang disabilitas).
PPK berbasis kelas yaitu integrasi nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran atau mata
pelajaran, pengelolaan kelas dan metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran/pembimbingan,
pengembangan kurikulum muatan lokal sesuai karakteristik daerah.
PPK berbasis budaya sekolah yaitu pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah;
keteladanan antar warga sekolah, pelibatan seluruh pemangku kepentingan Pendidikan,
membangun norma, peraturan, dan tradisi sekolah, pengembangan keunikan, keunggulan, dan
daya saing sekolah sebagai ciri khas sekolah, memberi ruang yang luas kepada siswa untuk
mengembangkan potensi melalui kegiatan literasi, dan kegiatan ekstrakurikuler.
PPK berbasis masyarakat yaitu memperkuat peranan orang tua dan Komite Sekolah, melibatkan
dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber belajar seperti keberadaan dan
dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, alumni, dunia usaha, dan dunia industri;
dan sinergi PPK dengan berbagai program yang ada dalam lingkup akademisi, pegiat pendidikan,
lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga informasi.
Penyelenggaraan PPK dilaksanakan selama 6 (enam) atau 5 (lima) hari sekolah dalam
1 (satu) minggu. Perlu diketahui bahwa PPK bukan Fullday School sebagaimana
pernah ramai di media, kebijakan PPK tidak mematikan madrasah diniyah, tapi justru
mendorong sekolah agar mampu membangun kerjasama dengan sumber-sumber
belajar di luar sekolah, seperti institusi pendidikan keagamaan, lembaga seni dan
budaya, komunitas sastra, klub olah raga, dan sebagainya.
melakukan kerja sama dengan unit pelaksana teknis kementerian/lembaga di wilayahnya yang
mendukung penyelenggaraan PPK;
memfasilitasi kerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri yang mendukung
penyelenggaraan PPK;
melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala paling sedikit satu kali dalam 1 tahun.
10. Bagaimana bentuk riil dari sinkronisasi kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler
dan nonkurikuler?
Sebagai contoh:
Kegiatan Intrakurikuler
Kegiatan Kokurikuler
Contoh penerapan pada bidang kokurikuler, misalnya, siswa melakukan kegiatan studi
lapangan di kawasan pertanian, untuk mengetahui cara bertani yang baik. Siswa dapat
menghayati, bagaimana kerja keras petani dalam menghasilkan padi/beras untuk
kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan demikian, diharapkan siswa peduli terhadap kerja
keras, menghargai sesama, dan juga dapat mensyukuri berkah dari Yang Maha Kuasa.
Hal ini juga akan membentuk karakter siswa.
Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan Nonkurikuler
Kegiatan nonkurikuler: seperti kerja bakti, melakukan ibadah bersama misalnya sholat
berjemaah, bersalaman dengan guru atau orang yang lebih tua yang ditemui baik di
sekolah atau di lingkungan rumah, juga merupakan pembiasaan-pembiasaan baik yang
dilakukan untuk menumbuhkan budi pekerti atau karakter yang baik bagi siswa kita.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan misalnya juga adalah: upacara Bendera (Senin),
Apel, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Lagu Nasional, dan berdoa bersama
dilanjutkan dengan membaca Kitab Suci dan/atau buku-buku non-pelajaran tentang
PBP 15 menit sebelum memulai pembelajaran.
11. Bagaimana peran pendidikan formal maupun non formal dalam pendidikan karakter?
Pada hakekatnya pendidikan karakter perlu didukung oleh tata peradaban dan
penyelenggaraan pendidikan dalam arti luas. Pendidikan sebagai tanggung jawab
kolektif seluruh warga Indonesia, memerlukan dukungan struktur pendidikan formal,
informal dan bahkan non-formal secara komprehensif dan terpadu, sesuai dengan nilai-
nilai luhur budaya bangsa secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Pendidikan
karakter secara ideal diimplementasikan di semua jenjang pendidikan yaitu PAUD,
Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Tinggi, serta di lingkungan masyarakat
luas.
Lingkungan terdekat anak-anak kita yaitu orang tua dan keluarga, lingkungan domisili
rumah dan lingkungan pergaulan teman-teman, merupakan lingkungan strategis anak-
anak kita untuk memperolah pendidikan karakter. Disinilah perlunya peran serta aktif
lingkungan terdekat anak-anak kita, melalui komunikasi dialogis yang intens antar orang
tua, keluarga, teman lingkungan dengan anak. Adapun Kepala Sekolah dan Guru-guru
sebagai salah satu aktor utama pendidikan karakter, wajib membangun interaksi dan
komunikasi positif dengan orang tua untuk memantau perkembangan pendidikan
karakter siswa. Upaya ini perlu disosialisasikan agar peran penumbuhan dan
penyemaian karakter baik dapat terus-menerus dilakukan oleh seluruh ekosistem
pendidikan dan khususnya peran orang tua sebagai pendidik pertama dan utama anak-
anak kita. Dengan demikian, kebersamaan dan komunikasi yang baik merupakan faktor
yang mendukung terwujudnya lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan
masyarakat yang kondusif dan sehat sebagai bagian dari upaya mendukung
pembangunan karakter anak-anak.
Restorasi pendidikan dasar dan menengah akan dilakukan secara bertahap. Sesuai
dengan arahan Rencana Strategis Kemdikbud 2015-2019, upaya yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
Penguatan Aktor/Pelaku dalam pendidikan, yaitu siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, dan
pemimpin institusi pendidikan dalam ekosistem pendidikan dan kebudayaan.
Perbaikan Mutu dan Akses Pendidikan, sehingga mutu pendidikan semakin meningkat dan akses
pendidikan semakin luas, merata, dan berkeadilan, khususnya untuk masyarakat yang
terpinggirkan, serta bagi wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal.
Pelibatan Publik, yaitu bagaimana menggerakan partisipasi masyarakat, pegiat pendidikan, dunia
industry dan dunia usaha untuk menumbuhkan budi pekerti agar terlaksana secara menyeluruh.
Pelaksanaan Tata Kelola yang baik, untuk menjamin pelaksanaan dan keberhasilan dalam
menumbuhkan karakter yang baik, di tingkat pusat dan daerah.
Untuk itu, peran dan partisipasi aktif tripusat, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat
sangat dibutuhkan dalam upaya pembangunan karakter menghadapi berbagai dinamika
kehidupan dan tantangan di era digital ini.
Sisi yang belum tersentuh adalah dari aspek internal dan eksternal. Aspek internal
adalah belum optimalnya keseimbangan dan harmonisasi olah hati (etik), olah rasa
(estetik), olah pikir (literasi) dan olah raga (kinestetik). Penyelenggaraan pendidikan
dalam dua dekade belakangan ini, nampaknya cenderung untuk mengedepankan
pembangunan aspek pengetahuan akademis dan suasana kompetisi ketat antarsiswa
dan antarsekolah, dibandingkan dengan pembangunan karakter dan pengembangan
berkolaborasi, mewujudkan sifat saling menghargai dan berbagi diantara anak dan
sekolah.
Kemudian aspek eksternal, di era revolusi industri keempat ini, yang ditandai dengan
kemajuan pesat dan revolusi teknologi digital, maka kita harus mempersiapkan
generasi yang memiliki keterampilan literasi yang tinggi, khususnya literasi digital serta
literasi informasi dan komunikasi. Kemampuan memanfaatkan arus informasi yang
sedemikian masif dan beragam, serta kemampuan berkomunikasi dan pengelolaan
informasi yang tak terbatas, menjadi upaya strategis yang harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Anak-anak perlu ditumbuhkan dan dibekali dengan kompetensi unggul
abad 21 yaitu mampu berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Hal inilah yang
selama ini belum sepenuhnya tersentuh secara sistemik dalam proses
penyelenggaraan pendidikan.
Budaya lokal sebagai bagian dari kearifan bangsa yang hidup ditengah-tengah
lingkungan masyarakat Indonesia, merupakan referensi utama dari pembentukan nilai-
nilai luhur budaya bangsa. Ia merupakan identitas dan kepribadian luhur bangsa
Indonesia yang harus terus dilindungi, dikembangkan dan diwariskan kepada generasi
penerus secara berkelanjutan. Oleh karena itu, aktivitas PPK yang dikenal dengan 3
(tiga) basis utama yaitu berbasis kelas, berbasis budaya sekolah dan
berbasis partisipasi masyarakat, sangat memperhatikan kearifan budaya lokal bangsa
Indonesia secara kontekstual, serta dengan tetap memperhatikan keberagaman
wilayah masing-masing. Sehingga di era globalisasi ini, berbagai kebudayaan lokal
harus mampu membangun, mewarnai dan memperkuat identitas dan karakter
bangsa anak-anak kita di sekolah, keluarga dan masyarakat, serta mampu tumbuh dan
berkembang menjadi pemain utama di kancah global dan memiliki keunggulan bersaing
untuk tampil dalam masyarakat internasional.
17. Bagaimana bentuk realisasi program ini pada kurikulum dan proses pembelajaran di sekolah?
Gerakan PPK, tentu bersifat fleksibel sehingga mampu terintegrasi dalam struktur
kurikulum, yakni PPK melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan
nonkurikuler. Nilai-nilai inti karakter dalam konsep PPK dapat dikembangkan dan
diintegrasikan melalui berbagai mata pelajaran, muatan lokal, maupun pengelolaan
kelas.
18. Secara riil, apa yang harus dilakukan kepala sekolah? Guru? Orangtua?
Pertama dan utama adalah Keteladanan (Kepala Sekolah Guru, Orang tua)
Kepala Sekolah harus mampu mendesain program sekolah yang mendorong pelibatan publik
Pengembangan kapasitas guru melalui pelatihan dan forum-forum kependidikan, sehingga guru
mampu mendesain pengelolaan kelas yang menyenangkan
Keterlibatan aktif orang tua di rumah dan sekolah dalam mendukung PPK
19. Budaya seperti apa yang ingin ditumbuhkan dari program ini?
Budaya yang perlu ditumbuhkan dan menjadi suatu kebiasaan dalam program ini
adalah Gerakan. Gerakan yang tumbuh dalam pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian
di sekolah, keteladanan Guru yang selalu menjadi hal patut dicontoh, Lalu tercipta
tradisi dan aturan sekolah yang baik.
20. Apa kekhususan dari PPK dan adakah pengaruhnya program ini pada anggaran sekolah?
21. Pemerintah menyatakan ada dua aspek pendidikan yang harus mendapat perhatian:
pendidikan karakter dan pengetahuan umum. Apa yang harus dilakukan agar dua aspek itu
terwujud?
Pendidikan karakter adalah upaya untuk menumbuhkan kebiasaan dan perilaku baik siswa
melalui tahapan yang dimulai dari diajarkan, dibiasakan, dilatih secara konsisten, menjadi
kebiasaan, terbentuk karakter, dan menjadi budaya bangsa.
Sarana dan Prasarana: Kemdikbud terus membenahi kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
di sekolah-sekolah, terutama di daerah-daerah terluar, terdepan dan tertinggal, sesuai dengan
amanat Nawacita, “Membangun Indonesia dari Pinggiran”.
Peningkatan Kualitas Guru: Kemdikbud terus memperbaiki kulitas guru melalui program Guru
Pembelajar, Uji Kompetensi Guru (UKG), serta upaya peingkatan kesejahteraan guru, dengan
upaya peningkatan pelayanan guru melalui Program Guru Garis Depan (GGD) dan Sarjana
Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T).