Home
Tentang PPK
Inspirasi
Tanya
Kontak
Kemdikbud
Tanya
Tanya JawabPenguatan Pendidikan Karakter
1. Apa itu Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)?
Sebagaimana tercantum dalam Perpres Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter, PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan
pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah
rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi
Mental (GNRM).
PPK merupakan upaya untuk menumbuhkan dan membekali generasi penerus agar
memiliki bekal karakter baik, keterampilan literasi yang tinggi, dan memiliki kompetensi
unggul abad 21 yaitu mampu berpikir kritis dan analitis, kreatif, komunikatif, dan
kolaboratif.
Subnilai religius antara lain beriman dan bertaqwa, disiplin ibadah, cinta damai,
toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya
diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,
persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil dan
tersisih, mencintai dan menjaga lingkungan, bersih, memanfaatkan lingkungan dengan
bijak
Nasionalisme
Merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri menjaga kekayaan
budaya bangsa, rela berkorban, semangat kebangsaan, unggul, dan berprestasi, cinta
tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghargai kebhinnekaan,
menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.
Kemandirian
Merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan
segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh, tahan banting, daya
juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Gotong Royong
Mencerminkan tindakan menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu
menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi
bantuan pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas
keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti
diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
Integritas
Merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral
(integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga
negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan
perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral,
anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu
(terutama penyandang disabilitas).
1. PPK berbasis kelas yaitu integrasi nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran atau
mata pelajaran, pengelolaan kelas dan metode pembelajaran, evaluasi
pembelajaran/pembimbingan, pengembangan kurikulum muatan lokal sesuai karakteristik
daerah.
2. PPK berbasis budaya sekolah yaitu pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian
sekolah; keteladanan antar warga sekolah, pelibatan seluruh pemangku kepentingan Pendidikan,
membangun norma, peraturan, dan tradisi sekolah, pengembangan keunikan, keunggulan, dan
daya saing sekolah sebagai ciri khas sekolah, memberi ruang yang luas kepada siswa untuk
mengembangkan potensi melalui kegiatan literasi, dan kegiatan ekstrakurikuler.
3. PPK berbasis masyarakat yaitu memperkuat peranan orang tua dan Komite Sekolah,
melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber belajar seperti keberadaan
dan dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, alumni, dunia usaha, dan dunia
industri; dan sinergi PPK dengan berbagai program yang ada dalam lingkup akademisi, pegiat
pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga informasi.
7. Bagaimana PPK diimplementasikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan Formal diimplementasikan melalui
manajemen berbasis sekolah, yaitu memberikan kewenangan dan tanggung jawab
kepada kepala sekolah, guru, dan pengawas sekolah serta tenaga kependidikan
bersama Komite Sekolah sesuai dengan kebutuhan dan konteks satuan pendidikan.
Bebrapa yang perlu diupayakan dalam konteks manajemen berbasis sekolah yaitu
menguatkan jejaring Tri Pusat Pendidikan (Sekolah, Keluarga dan Masyarakat),
Sekolah menjadi sentral yaitu lingkungan sekitar dijadikan sumber-sumber belajar,
Individualisasi Anak yaitu guru perlu membantu setiap anak untuk mengaktualkan
potensi yang dimilikinya, revitalisasi peran kepala sekolah (sebagai innovator,
motivator, kolaborator) dan guru (sebagai penghubung sumber belajar, pelindung,
fasilitator, katalisator), melakukan penilaian berupa catatan kepribadian atau karakter
anak, melakukan sinkronisasi dan pembiasaan baik dalam kegiatan intrakurikuler,
kokurikuler, ekstrakurikuler dan nonkurikuler, serta melaksanakan Penguatan peran
keluarga sebagai pendidik pertama dan utama dalam penumbuhan dan pembiasaan
karakter anak.
melakukan kerja sama dengan unit pelaksana teknis kementerian/lembaga di
wilayahnya yang mendukung penyelenggaraan PPK;
memfasilitasi kerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri yang mendukung
penyelenggaraan PPK;
menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dalam penyelenggaraan PPK;
menyediakan anggaran untuk penyelenggaraan PPK di sekolah; dan
melakukan sosialisasi penyelenggaraan PPK.
melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala paling sedikit satu kali dalam
1 tahun.
10. Bagaimana bentuk riil dari sinkronisasi kegiatan intrakurikuler, kokurikuler,
ekstrakurikuler dan nonkurikuler?
Sebagai contoh:
Kegiatan Intrakurikuler
Contoh penerapan dalam intrakurikuler, misalnya, dalam proses pembelajaran tematik
dalam kurikulum 2013, telah dilengkapi dengan rambu-rambu dimana guru tidak hanya
menyampaikan ilmu pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran, namun memasukan
unsur budi pekerti/karakter didalamnya. Sebagai contoh, seorang guru kimia, ketika
mengajar tentang chlorine, tidak hanya menyampaikan tentang telaah unsur kimia
chlorine, namun harus mampu memberikan informasi tentang apa manfaat, dampak,
dan bagaimana menggunakan chlorine dengan bijak atau ramah lingkungan. Berarti
didalamnya ada nilai karakter kepedulian pada lingkungan.
Kegiatan Kokurikuler
Contoh penerapan pada bidang kokurikuler, misalnya, siswa melakukan kegiatan studi
lapangan di kawasan pertanian, untuk mengetahui cara bertani yang baik. Siswa dapat
menghayati, bagaimana kerja keras petani dalam menghasilkan padi/beras untuk
kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan demikian, diharapkan siswa peduli terhadap kerja
keras, menghargai sesama, dan juga dapat mensyukuri berkah dari Yang Maha Kuasa.
Hal ini juga akan membentuk karakter siswa.
Kegiatan Ekstrakurikuler
Contoh penumbuhan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler, misalnya di bidang
olahraga, seni budaya lokal, dan keterampilan lainnya menumbuhkan karakter
kreativitas, kemandirian bagi siswa. Kegiatan ini dilakukan sesuai minat dan bakat
siswa dan dilakukan di bawah bimbingan guru, pelatih, serta melibatkan orang tua dan
masyarakat: Pramuka, PMR, Paskibraka, Kesenian, Bahasa, KIR, Keagamaan,
Jurnalistik, Olahraga, dsb
Kegiatan Nonkurikuler
Kegiatan nonkurikuler: seperti kerja bakti, melakukan ibadah bersama misalnya sholat
berjemaah, bersalaman dengan guru atau orang yang lebih tua yang ditemui baik di
sekolah atau di lingkungan rumah, juga merupakan pembiasaan-pembiasaan baik yang
dilakukan untuk menumbuhkan budi pekerti atau karakter yang baik bagi siswa kita.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan misalnya juga adalah: upacara Bendera (Senin),
Apel, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Lagu Nasional, dan berdoa bersama
dilanjutkan dengan membaca Kitab Suci dan/atau buku-buku non-pelajaran tentang
PBP 15 menit sebelum memulai pembelajaran.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siswa tersebut tentu harus disesuaikan dengan
kreativitas sekolah dan budaya lokal setempat. Peningkatan kualitas guru, tersedianya
fasilitas sarana dan prasarana, penguatan kurikulum 2013, serta mekanisme pelibatan
publik juga masih harus terus dilakukan dan dikaji lebih dalam. Dengan demikian, ikhtiar
Kemendikbud dan seluruh elemen dalam ekosistem pendidikan dapat berjalan dengan
baik dan optimal.
11. Bagaimana peran pendidikan formal maupun non formal dalam pendidikan karakter?
Pada hakekatnya pendidikan karakter perlu didukung oleh tata peradaban dan
penyelenggaraan pendidikan dalam arti luas. Pendidikan sebagai tanggung jawab
kolektif seluruh warga Indonesia, memerlukan dukungan struktur pendidikan formal,
informal dan bahkan non-formal secara komprehensif dan terpadu, sesuai dengan nilai-
nilai luhur budaya bangsa secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Pendidikan
karakter secara ideal diimplementasikan di semua jenjang pendidikan yaitu PAUD,
Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Tinggi, serta di lingkungan masyarakat
luas.
Kemudian aspek eksternal, di era revolusi industri keempat ini, yang ditandai dengan
kemajuan pesat dan revolusi teknologi digital, maka kita harus mempersiapkan
generasi yang memiliki keterampilan literasi yang tinggi, khususnya literasi digital serta
literasi informasi dan komunikasi. Kemampuan memanfaatkan arus informasi yang
sedemikian masif dan beragam, serta kemampuan berkomunikasi dan pengelolaan
informasi yang tak terbatas, menjadi upaya strategis yang harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Anak-anak perlu ditumbuhkan dan dibekali dengan kompetensi unggul
abad 21 yaitu mampu berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Hal inilah yang
selama ini belum sepenuhnya tersentuh secara sistemik dalam proses
penyelenggaraan pendidikan.
17. Bagaimana bentuk realisasi program ini pada kurikulum dan proses pembelajaran di
sekolah?
Gerakan PPK, tentu bersifat fleksibel sehingga mampu terintegrasi dalam struktur
kurikulum, yakni PPK melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan
nonkurikuler. Nilai-nilai inti karakter dalam konsep PPK dapat dikembangkan dan
diintegrasikan melalui berbagai mata pelajaran, muatan lokal, maupun pengelolaan
kelas.
18. Secara riil, apa yang harus dilakukan kepala sekolah? Guru? Orangtua?
Pertama dan utama adalah Keteladanan (Kepala Sekolah Guru, Orang tua)
Kepala Sekolah harus mampu mendesain program sekolah yang mendorong pelibatan
publik
Pengembangan kapasitas guru melalui pelatihan dan forum-forum kependidikan,
sehingga guru mampu mendesain pengelolaan kelas yang menyenangkan
Keterlibatan aktif orang tua di rumah dan sekolah dalam mendukung PPK
19. Budaya seperti apa yang ingin ditumbuhkan dari program ini?
Budaya yang perlu ditumbuhkan dan menjadi suatu kebiasaan dalam program ini
adalah Gerakan. Gerakan yang tumbuh dalam pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian
di sekolah, keteladanan Guru yang selalu menjadi hal patut dicontoh, Lalu tercipta
tradisi dan aturan sekolah yang baik.
20. Apa kekhususan dari PPK dan adakah pengaruhnya program ini pada anggaran
sekolah?
Gerakan PPK sebetulnya sudah diimplementasikan oleh sekolah-sekolah. PPK
bukanlah produk baru, bukan mata pelajaran, bukan kurikulum baru tetapi merupakan
penguatan atau fokus dari proses pembelajaran dan sebagai poros/ruh/jiwa Pendidikan.
Kekayaan pengalaman, praktik-praktik baik, keteladanan dan perilaku baik Kepala
Sekolah, Guru, Orang Tua dalam keseharian di sekolah dan luar sekolah sebenarnya
sudah sangat kaya dimiliki sekolah. Sehingga sekolah pun sudah terbiasa membuat
program dengan anggaran yang sudah ada. Namun perlu dikuatkan dengan pelibatan
publik dan sumbangsih masyarakat dalam bentuk apapun agar masyarakat memiliki
rasa tanggung jawab pada institusi pendidikan.
21. Pemerintah menyatakan ada dua aspek pendidikan yang harus mendapat perhatian:
pendidikan karakter dan pengetahuan umum. Apa yang harus dilakukan agar dua aspek
itu terwujud?
Pendidikan karakter adalah upaya untuk menumbuhkan kebiasaan dan perilaku baik
siswa melalui tahapan yang dimulai dari diajarkan, dibiasakan, dilatih secara konsisten, menjadi
kebiasaan, terbentuk karakter, dan menjadi budaya bangsa.
Sekolah sebagai rumah kedua yang menyenangkan: Kemdikbud berupaya ingin
menjadikan sekolah sebagai rumah kedua bagi siswa dan menempatkan peran orang tua sebagai
pendidik pertama dan yang utama bagi anak-anaknya.
Sarana dan Prasarana: Kemdikbud terus membenahi kualitas dan kuantitas sarana dan
prasarana di sekolah-sekolah, terutama di daerah-daerah terluar, terdepan dan tertinggal, sesuai
dengan amanat Nawacita, “Membangun Indonesia dari Pinggiran”.
Program Indonesia Pintar: Gerakan pemerataan kesempatan pendidikan sebagai upaya
membangun karakter dan pengetahuan umum siswa di seluruh Indonesia.
Peningkatan Kualitas Guru: Kemdikbud terus memperbaiki kulitas guru melalui
program Guru Pembelajar, Uji Kompetensi Guru (UKG), serta upaya peingkatan kesejahteraan
guru, dengan upaya peningkatan pelayanan guru melalui Program Guru Garis Depan (GGD) dan
Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T).
Kami membuka kesempatan untuk mengirimkan
pertanyaan lebih lanjut melalui email di bawah ini:
pendidikankarakter@kemdikbud.go.id
Contoh lain kegiatan ekskul Palah Merah Remaja (PMR). Dalam kegiatan ini,
siswa dilatih kepekaannya untuk menolong sesama, seperti menolong
seseeorang yang mengalami kecelakaan sebelum dibawa ke dokter atau rumah
sakit, memecahkan persoalan, menentukan pencegahan, dan pengobatan suatu
kasus penyakit tertentu, dan kemanusiaan tanpa membedakan suku, agama,
ras, dan antargolongan (SARA).
Dasar hukum mengenai hal itu, terdapat dalam UUD Tahun 1945 Pasal 31 Ayat
(3) yang berbunyi ”Pemerintah mengusahakan dan menyelesaikan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Melalui ekskul, siswa dapat menumbuhkan sikap cinta Tuhan, tanggung jawab,
toleransi, rela berkorban, displin, menghargai sesama, gotong royong, dan
sebagainya. Diharapkan siswa menyadari pentingya kegiatan ekskul, sehingga
dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan baik demi menjadi pribadi yang
berakhlak mulia. Juga diharapkan pihak sekolah mampu menyadari peran ekskul
demi menumbuhkan karakter siswa dengan mengadakan berbagai ekskul yang
mendukung perkembangan siswa. (*)