Anda di halaman 1dari 15

MODUL 1

Hakekat, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di SD


K B.1 Hakekat, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di SD
A. Hakekat PKn di SD adalah:

Hakekat PKn di SD adalah memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami
dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD
1945.

B. Fungsi PKn di SD adalah:

Sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga negara Indonesia yang demokratis
dan bertanggung jawab.

C. Tujuan PKn di SD adalah:

− Memberikan pengertian, pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila yang benar dan
sah.
− Meletakkan dan membentuk pola piker yang sesuai dengan Pancasila dan ciri khas serta
watak ke-Indonesiaan.
− Menanamkan nilai-nilai moral Pancasila ke dalam diri anak didik.
− Menggugahkesadaran anak didik sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia
untuk selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai moral Pancasila tanpa menutup
kemungkinan bagi diakomodasikannya nilai-nilai laindari luar yang sesuai dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai moral Pancasila terutama dalam menghadapi arus
globalisasi dan dalam rangka kompetisi dalam pasar bebas dunia.
− Memberikan motivasi agar dalam setiap langkah laku lampahnya bertindak dan
berperilaku sesuai dengan nilai, moral dan norma Pancasila.
− Mempersiapkan anak didik utuk menjadi warga negara dan warga masyarakat Indonesia
yang baik dan bertanggung jawab serta mencintai bangsa dan negaranya.

Serta untuk mengembangkan kemampuan:

− Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
− Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta antikorupsi.
− Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
− Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

1
K B. II RUANG LINGKUP PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SD

Semenjak diberlakukan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional ( Permendiknas) Republik


Indonesia ( RI) No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan Pendidikan Jenjang Dasar
dan menengah, terdapat standarisasi materi kurikulum setiap mata pelajaran yang memuat ruang
lingkup materi, tujuan dan stuktur materi yang harus di ajarkan masing – masing jenjang
pendidikan.

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai


berikut:

1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan,
kebanggan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan NKRI, partisipasi dalam
pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI.

2. Norma, hukum, dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di
sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, system hokum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan
internasional.

3. Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat,
instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga negara, meliputi: gotong royong, harga diri sebagai masyarakat, kebebasan
berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi
diri, persamaan kedudukan warga negara.

5. Konstitusi negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-
konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6. Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintah daerah dan
otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan system politik, budaya politik, budaya demokrasi
menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

7. Pancasila, meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses
perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

8. Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era


globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
mengevaluasi globalisasi.

K B. III TUNTUTAN PEDAGOGIS PKN SI SD

2
Istilah Pedagogis diserap dari bahasa Inggris paedagogical. Akar kata dari paes
dan ago (bahasa latin), artinya Saya Membimbing. Kemudian muncul istilah paedagogy
yang artinya ilmu mendidik atau Ilmu Pendidikan (Purbakawatja 1956) . tututan
pedagogis dalam modul ini diartikan sebagai pengalaman belajar (learning experiences)
yang bagaimana diperlakukan untuk mencapai tujuan Pindidikan Kewarganegaraan ,
dalam pengertian ketuntasan penguasaan kompetensi penguasaan kompetesi
kewarganegaraan yang tersurat dan tersirat dalam lingkup dan kompetensi dasar.

Semua kompetensi dasar untuk setiap kelas menuntut prilaku nyata (overt
behavior). Hal ini berarti bahwa konsep dan nilai kewarganegaraan diajarkan tidak boleh
berhenti pada pemikiran semata, tetapi harus terwujudkan dalam perbuatan nyata.

Dengan kata lain PKn menuntut terwujudnya pengalaman belajar yang bersifat
utuh memuat belajar kognitf, belajar nilai dan sikap, dan belajar prilaku. PKn seharusnya
tidak lagi memisah-misahkan domain-domain prilaku dalam belajar.

Proses pendidikan yang menjadi kepedulian PKn adalah proses pendidikan yang
terpadu utuh, yang juga disebut sebagai bentuk confluent educatin (Mc, Neil, 1981),
tuntutan pedagogis ini memerlukan persiapan mental, professionalitas, sossial guru-
Murid yang kohesif.

Guru siap memberi contoh dan menjadi contoh. Ingatlah pada postulat bahwa
Value is neither tough now cought, it is learned (Herman 1966). Nilai tidak bisa diajarkan
ataupun ditangkap sendiri, tetapi dicerna melalui proses belajar. Oleh karena itu, nilai
harus termuat dalam mater Pelaajaran PKn.

PKn mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang
bersifat multidimensional. Ia merupakan pendidikan demokrasi, pendidikan moral ,
pendidikan sosial, dan masalah pendidikan politik.

PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi Pendidikan Nilai dan
Moral, dengan alasan sebagai berikut:

1. Materi PKn adalah Konsep- konsep nilai Pancasila dan UUD 1945 beserta dinamika
peerwujudan dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia.
2. Sasaran akhir belajar PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam prilaku nyata
dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran menuntut terlibatnya emosional, intelektual, dan sosial dari
peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami (bersifat kognitif)
tetapi dihayati (bersifat objektif) dan dilaksanakan (bersifat prilaku).
Sebagai pengayaan teoritik, pendidikan nilai dan moral sebagaimana dicakup dalam PKn
tersebut, dalam pandangan Lickona (1992) disebut “Educating for character” atau
“pendidkan watak”

3
Lickona mengartikan watak atau karakter sesuai dengan pandangan filosof
Michael Novak (Lickona 1992 : 50-51). Yakni compatible mix of all thoese virtues
identified sense down traditions , litersry, stories, the sages, and persons of common
sense down through history. Artinya suatu perpaduan yang harmomis dari berbagai
kebijakan yang tertuang dalam keAgamaaan, Sastra, pandangan kaum,cerdik-pandai dan
manusia pada mumnya sepanjang zaman.

Liickona (1992,51) memamdang karakter atau watak itu memiliki tiga unsur yang
saling berkaitan yakni: moral knowing, moral feeling, and moral behavior (Konsep
moral, sikap moral, Prilaku moral).

MODUL II
Karekteristik PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral
K B.1 Pendekatan PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral di SD

Dalam pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan Nasional


berfungsimengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
4
kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya sebagai
prinsip pendidikan ditegaskan hal-hal sebagai berikut:

1) Pendidikan disekengarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak


diskriminatifdengan menjunjung itnggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultual,dan kemajemukan bangsa.
2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematis dengan sistem
terbuka ddan multimakna.
3) Pedidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
pesserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5) Pendidikan diselenggarakan demgan mengembangkan budaya membaca , menulis,
dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pngendalian mutu pendidikan (Pasal
4)
7) Aspek cerdas dan baik itu seyogyanya dipandang sebagai satu kesatuan utuh. Hal itu
tercermin dari konsep kecerdasan saat ini, dimana kecerdasan tidak semata-mata
berkenaan denga aspek nalar atau intelektualitas atau kognitif, tetapi melingkupi
ssegala poensi individu.

Didalam konteks pemikiran taksonomi bloom pengembangan nilai dan sikap


termasuk dalam kategori afektif, yang secara khusus berisikan perassaan dan sikap (value
and attitudes)
Proses pendidikan yang memusatkan perhatian pada penembangan nilai dan sikap
ini didunia barat dikenal dengan “value education, effective education, moral education,
caracteer education” (Winataoutra 2001)
Pendidikan nilai dalam penjelasan pasal 37 Undang-Undang Republik Indonesia
No 20 Tahun 2003, secara khusus tidak menebutkan tetapi secara Implisit, antara lain
tercakup dalam muatan pendidikan kewarganegaraan yang secara substantif dan
pedagogis mempunyai misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsan dan rasa cinta tanah air.
Hal itu juga di topang oleh rumusan landasan kurikulum, yang pada pasal 36 ayat (3)
secara eksplesit perlu memperhatikan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan,

5
perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni, keragaman potensi daerah dan
lingkungan dan peningkatan potensi, kecerdasan dan minat pesrta didik.
Dalam konteks kehidupan masyarakat, kita melihat betapa masih besarnya kesenjangan
antara konsep dan muatan nilai yang tercermin dalam sumber-sumber normatif
konstitusional dengan fenomena sosial,cultural, politik, ideologis, dan regiositas. Kita
menyaksikan kondisi paradoksl antara nilai dan fakta dalam keidupan masyarakat
berbangsa dan bernegara RI sampai dengan saat ini.
Alisyahbana (1976) mengatakan bahwa “value as integrating forces and personality,
society and culture” nilai merupakan perekat-pemersatu dalam diri masyarakat dan
kebudayaan.
Secara psikologis dan sosial yang dimaksudkan dengan cerdas itu bukanlah hanya cerdas
rasional tetapi jugs cerdas emosional, ceerdas sosial dan cerdas spiritual. (Sanusi 1998,
winataputra 2001) dengan kata lain indivvidu yang cerdas pikirannya, perasaannya, dan
prilakunya.
Oleh karena itu proses pendidikan tidak boleh dilepaskan dari proses kebudayaanyang
pada akhirnya akan mengantarkan manusia menjadi inssan yang berbudaya dan
berkeadaban.
Secara umum yang dimaksud dengan pembudayaan adalahproses pengembangan nilai
norma dan moral dalam diri individumelalui proses perlibatan pesrta didik dalam proses
pendidikan yang merupakan bagian integral dari proses kebudayaan bangsa Indonesia.
Jika dianalisis lebih cermat dan mendalam, pendidikan nilai memiliki dimensi pedagogis
praktis yang jauh lebih kompleks daripada dimensi teoritasnya karena terkait pada
konteks sosial-kultural dimana pendidian nilai dilaksanakan.
Perlunya upaya pendidikan nilai moral yang di lakukan secara menyaluaruh dengan
pertimbsngan sebagai berikut:

1) Pendidikan moral merupakan suatu kebutuhan sosiokultural yang jelas dan mendesak
bagi kelangsungan kehidupan yang berkeadaban
2) Pewarisan nilai antar generasi dan dalam suatu generasi merpakan ahana sosiopsikologis
dan sselalu menjadi tugas dari proses peradaban
3) Eranan sekolah sebagai wahana psikopedagogis dan sosiopsikologis yang berfungsi
sebagai pendidik moral menjadi semakin penting, pada saat dimana hanya sebagian kecil
anak yang mendapat pendidikan moral dari orang tuanya da peranan lembaga keagamaan
semakin kecil.
4) Dalam setiap masyassrakat terdapat landasan etika umum, yang bersifat universal
melintasi batas ruang dan waktu sekalipun dalam masyarakat pluralistik yang
mengandung banyak potensi terjadi konflik nilai.
5) Demokrasi mempunyai banyak kebutuhan khususnya pendidikan moral karena inti dari
demokrasi adalah pemerintah yang berakar dari rakyat dilakukan oleh wakil pembawa
amanah rakyat, dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
rakyat.

6
6) Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun masyarakat adalah peertanyaan
moral
7) Terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan nilai disekolah.
8) Komitmen yang uat terhadap pendidikan moral sangatlah esensial untuk menarik dan
membina guru-guru yang berkeadaban dan fropesional.
9) Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan haarus dilakukan sebagai suatu
keniscayaan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat global.

Dilihat dari substansidan prosesnya, Lickona (1992 : 53-63) yang perlu


dikembangkan dalam rangka pendidikan nilaitersebut adalah Nilai karakter yang baik,
(good character) yang didalamnya mengandung tiga dimensi nilai moral yaitu dimensi
wawasaan moral, dimensi perasaan moral, dimensi prilaku moral.
Ketiga domain moralita tersebut satu dengan yang lainya memiliki keterkaitan
substantifdan fungsional. Artinya bahwa wawasan dan perasaan atau sikap dan prilaku
moral merupakan tigs hal yang secara psikologis bersinergi.

K B. 2 Pendidikan Nilai dan Moral dalam Standar Isi PKn di SD


Muatan isi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamankan oleh Pancasila dan UUD
1945.
Secara umum PKn diSD bertujuan untuk mengembangkan kemampuan:
1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
anti-korupsi.

7
3) Berkembang secara positif dan demokrasi untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indoensia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya;
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam persatuan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Struktur kurikulum diSD meliputi subtanti pembelajaran yang ditempuh
dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas 1 sampai
dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar
kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.
Muatan materi tentang Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi; Hidup
rukun dalam perbedaan, Cinta Lingkungan, kebanggaan, sebagai bangsa
Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara, Kesatuan Republik Indonesia,
partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
Muatan materi tentang Norma, hukum dan peraturan, meliputi; Tata tertib
dalam kehidupan keluarga, Tata tertib disekolah, norma yang berlaku
dimasyarakat, Peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam dalam
kehidupan berbangsa, sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan
peradilan internasional.
Mautan materi tentang hak asasi manusia meliputi; hak dan kewajiban anak,
hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan
internasional Ham, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
Muatan materi tentang kebutuhan warga negara meliputi; hidup gotong
royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi,
kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama,
prestasi kedudukan warga negara,.
Muatan materi tentang konstitusi Negara meliputi; Proklamasi Kemerdekaan
dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia, hubungan agar negara dengan konstitusi.

8
Muatan materi tentang Kekuasaan dan Politik meliputi; Pemerintahan desa
dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat,
demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju
masyarakat madani, sistem pemerintahan pers dalam masyarakat
demokrasi.
Muatan materi tentang Pancasila meliputi; kedudukan Pancasila sebagai
dasaar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai
dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
Pancasila sebagai ideologi terbuka.
Muatan materi tentang Globalisasi meliputi; globalisasi di lingkungannya,
poloitik luar negeri Indonesia di era globalisasi dampak globalisasi, hubungan
internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globaalisasi.

Pendidikan moral

Pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia


bermoral atau bermanusiawi.Artinya pendidikan moral adalah pendidikan
yang bukan mengajarkan tentang akademik, namun non akademik
khususnya tentang sikap dan bagaimana perilaku sehari-hari yang
baik.Sayangnya saat ini, di Indonesia sudah minim sekali atau hampir tidak
ada guru yang mengajarkan hal tersebut. Hal ini tentu saja menyebabkan
kehancuran moral siswa atau siswi saat ini, dampak yang jelas sekali terlihat
adalah bayaknya tawuran yang terjadi sekarang.Hal ini membuktikan bahwa
tidak terkontrolnya emosi yang ada pada diri siswa, siswa sudah mulai
mengikuti hawa nafsunya tanpa bisa mengendalikannya.Hal ini tentu saja
merupakan salah satu tugas guru untuk mendidik siswa siswinya untuk
menjadi manusia yang bermartabat yang bisa mengendalikan hawa nafsu
siswa siswinya.

9
K B. 3 Hubungan Interaktif Pengembangan Nilai dan Moral dalam PKN SD.

Konsep-konsep values education, moral education, education for virtues


diperkenalkan sebagai program dan proses pendidikan yang tujuannya selain
mengembangkan pikiran, atau menurut bloom untuk mengembangkan nilai dan sikap.
Pendidik di dunia barat mempunyai keyakinan wahana sosiopedagogis dalam menjamin
kelangsungan hidup masyarakat, bangsa, dan Negara.

Lickona (1992: 4-5) mengemukakan semua negara bagian amerika serikat dan
semua unsur dalam masyarakat, publik dan privat sepakat dan mendorong agar dunia
persekolahan mengambil peran yang aktif dalam pendidikan nilai khususnya pendidikan
nilai moral. Tujuan utama pendidikan, yaitu mengembangkan individu yang “cerdas dan
baik”. Lickona (1992:6-7) melihat bahwa pemikir dan pembangun demokrasi, sebagai
paradigma kehidupan di dunia barat berpandangan bahwa pendidikan moral merupakan
aspek yang esensial bagi perkembangan dan berhasilnya kehidupan demokrasi.
Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Setiap
individu warga negara seyogyanya mengerti dan memiliki komitmen terhadap fondasi
moral demokrasi yakni menghormati hak orang lain, mematuhi hukum yang berlaku,
partisipasi dalam kehidupan masyarakat, dan peduli terhadap perlunya kebaikan bagi
umum.

Pendidikan nilai dalam dunia barat adalah pendidikan nilai yang bertolak dari dan
bermuara pada nilai-nilai sosial-kultural demokrasi.

Jean piaget pada masa hidupnya pernah menjadi wakil direktur “institute of
education science” dan sebagai guru besar (profesor) psikologi eksperimental pada
university of geneva. Piaget bertolak dari postulat/asumsi dasar bahwa “moralita berada
dalam suatu sistem aturan”. Atas dasar itu ia meneliti bagaimana anak menyadari adanya
aturan dan bagaimana ia menerapkan aturan itu dalam suatu permainan. Sifat heteronomi
anak disebabkan oleh faktor kematangan struktur kognitif yang ditandai sifat
egosentrisme dan hubungan interaktif dengan orang dewasa dimana anak merasa kurang
berkuasa dibanding orang dewasa . Sedang sifat autonomi dipengaruhi oleh kematangan
struktur kognitif yang ditandai oleh kemampuan mengkaji aturan secara kritis dan
menerapkannya secara selektif yang muncul dari sikap resiprositas dan kerjasama.

Bertolak dari teorinya itu piaget menyimpulkan bahwa pendidikan sekolah


seyogyanya menitikberatkan pada pengembangan kemampuan mengambil keputusan
(decision making skills) dan memecahkan masalah (problem solving) dan membina

10
perkembangan moral dengan cara menuntut para peserta didik untuk mengembangkan
aturan berdasarkan keadilan/kepatutan (fairness).

Lawrence kohiberg, profesor pada harvard university, USA, sejak tahun 1969
selama 18 tahun ia mengadakan penelitian tentang perkembangan moral berlandaskan
teori perkembangan kognitif piaget ia mengajukan postulat/anggapan dasar bahwa anak
membangun cara berfikir melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral seperti
keadilan, hak, persamaan dan kesejahteraan manusia.

Kohlberg (SMDE-website, 2002) menolak pendidikan nilai/karakter tradisional


yang berpijak pada pemikiran bahwa ada seperangkat kebajikan/keadaban (bag of
virtues) seperti kejuruan, budi baik, kesabaran, ketegaran yang menjadi landasan perilaku
moral. Kohlberg mengajukan pendekatan pendidikan nilai dengan menggunakan
pendekatan klarifikasi nilai (value clarification aprroach).

Kedua teori perkembangan moral ini memiliki visi dan misi yang sama dan sampai
dengan saat ini menjadi landasan dan kerangka berfikir pendidikan nilai di dunia barat
yang dengan jelas menitiberatkan pada peranan pikiran manusia dalam mengendalikan
perilaku moralnya dan mengabaikan pertimbangan bahwa di dunia ini ada nilai religius
yang melandasi kehidupan individu dan masyarakat yang tidak bisa sepenuhnya didekati
secara rasional.

MODUL III

11
KETERKAITAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN
IPS DAN MATA PELAJARAN LAIN.

K B. 1 Gambaran Umum dan Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan serta Mata


Pelajaran IPS dan Mata Pelajaran lainnya.

A. Pengantar
Pembahasan tentang hubungan atau keterkaitan antarmata pelajaran di SD, khususnya
antara mata pelajaran lainnya, seperti Bahasa Indonesia, Penidikan agama, Pendidikan Jasmani
dan kesehatan dengan IPA dan dengan kurikulum muatan lokal. Ada baiknya jika hal itu di awali
dengan membahas terlebih dahulu gambaran atau karakteristik mata pelajaran tersebut, hal ini
bertujuan agar mengaitkan antar mata pelajaran dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan
dasar – dasar pertimbangan psikologis sekolah dasar yaitu: Kerangka berfikir anak SD bersifat
holistic (menyeluruh) dan belum bersifat fragmentaris dan detail. Oleh karena itu, upaya
mengaitkan antar mata pelajaran memang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan
anak, dengan demikian anak akan belajar secara lebih wajar, bermakna dan menantang.

B. Gambaran Umum, Hakikat dan Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan.

1. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memang


mengalami perubahan nama dengan sangat cepat karena mata pelajaran tersebut sangat rentan
terhadap perubahan politik, namun ironisnya nama berubah berkali – kali, tetapi isi secara umum
serta pendekatan dan system persamaannya kebanyakan tidak berubah. Dari sisi isi, misalnya
lebih menekankan pada pengetahuan untuk dihafal dan bukannya materi pelajaran yang
mendorong berfikir apalagi berfikir kritis. Dari segi pendekatan maka yang lebih ditinjolkan
dalam segi politis dan kekuasaan, dari segi proses pembelajaran atau sistem penyampaiannya
lebih menekankan pada pembelajaran satu arah dengan dominasi guru yang menonjol sehingga
hasilnya sudah dapat diduga, yaitu verbalisme yang sangat melekat pada pendidikan umum di
Indonesia.

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

12
Tujuan mata pelajaran kewarganegaraan adalah untuk mengembangkan kemampuan –
kemampuan sebagai berikut:

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta antikorupsi.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa- bangsa lain.

C. HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK BIDANG STUDI PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN

1. Hakikat pendidikan kewarganegaraan

Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah merupakan mata pelajaran yang


memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia,
dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang di
landasi oleh pancasila dan UUD 1945.

2. Karakteristik Bidang Studi Pkn

a. Civis intelegence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga Negara baik dalam dimensi
spiritual, rasional, emusional, maupun social.
b. Civis responsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagain warga Negara
yang bertanggung jawab.
c. Civis participations, kemampuan berpartisipasi warga Negara atau dasar tanggung
jawabnya, baik secara individual, sosila maupun pemimpin.

Kompetensi – kompetensi yang hendak diwujudkan melalui pelajaran pendidikan kewarga


negaraan dibagi menjadi tiga kelompok.

a. Kelompok untuk menguasai pengetahuan kewarganegaraan


1) Memahami tujuan – tujuan pemerintah dan prinsip dasar konstitusi pemerintahan
republik Indonesia.
2) Mengetahui struktur, dan fungsi dan tugas pemerintahan daerah dan nasional serta
bagaimana keterlibatan warga Negara membentuk keterlibatan public.
b. Kopetensi untuk menguasai keterampilan kewarganegaraan
c. Kompetensi untuk memguasai karakter kewarganegaraan

13
D. BIDANG STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM KURIKULUM SI
PGSD.

Berdasarkan landasan konsep atau konsep utama Pendidikan Kewarganegaraan secara


umum adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan nilai dan moral Pancasila serta Undang – Undang Dasar 1945.
b. Pendidikan politik.
c. Pendidikan Kewarganegaraan
d. Pendidikan Hukum dan Kemasyarakatan
K B. 2 Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan IPS
Pendidikan kewarganegaraan secara histori memiliki keterkaitan dengan ips karena pada
mulanya Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian dari ips, dimana semua materi
pelajaran IPS erat kaitannya dengan pancasila dan UUD 1945 dan hal – hal yang menyangkut
warga Negara serta pemerintah menurut versi kurikulum 1975. Mata pelajaran yang termasuk
materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah UUD 1945, MPR, demokrasi pancasila.
Kata moral tidak lagi dicantumkan dalam pendidikan pancasila karena membantu siswa
menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik adalah tanggung jawab semua guru. Pelaksaan
pendekataan korelasi dengan pembelajaran terpadu dianggap penting karena kemampuan dalam
melaksanakan kolerasi akan membantu guru melakukan pembelajaran terpadu.

K B. 3 Hubungan Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan denga Mata Pelajaran


Lainnya.

Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya dengan mata pelajaran IPS tetapi
dengan mata pelajaran lainya seperti : Agama, matematika, ipa, pjok, sbk. Pembelajaran terpadu
disebut juga pendekatan atara disiplin (interdisc inappproach). Tujuan pembelajaran terpadu
dalam pkn adalah membantu anak untuk bekerja berdasarkan kemampuan dan kebutuhan.
Jenis- jenis pendekatan terpadu :
a. Pendekatan yang besifat intra bidang studi ( connected)
b. Pendekatan yang bersifat antar, inter, atau lintas ( webber dan intergared)

14
Intradisiplin adalah menghubungkan antara disiplin dan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Bentuk pendekatan conecteed adalah menghubungkan antara pokok bahasan atau konsep
kerapihan, kebersihan dan ketertiban dan cinta tanah air, menghubungkan satu keterampilan
dengan keterampilan yang lain. Ciri utama pendekatan pembelajaran terpadu yaitu webber.
Dalam konsep pembelajaran terpadu konsep yang dipadukan adalah : Pengetahuan,
keterampilan.

Langkah- langkah pembelajaran terpadu adalah:

a. Menentukan langkah – langkah perencanaan


b. Menysun tujuan pembelajaran
c. Tahap pelaksanaan dan penilaian
d. Dalam pelaksanaannya harus di susun sekenario pembelajaran, satuan mata pelajaran
tersebut mencangkup Nama mata pelajaran, kelas, tema serta pokok – pokok bahasan atau
konsep. Webber (Jaringan laba- laba) model pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik, yang pengembangannya dengan menetukan tema tertentu. Tema tersebut
dijadikan dasar dalam menetukan sub – sub tema lain yang terkait dengan bidang studi lain.

15

Anda mungkin juga menyukai