Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS TERBUKA UPJJ BANDUNG

POKJAR CENTEH (SMPN 12 BANDUNG)

Nomor urut : 3 (tiga) Prodi : 119 – PGSD


Nama : Asep Jaenal Budiman Masa reg. : 2020.2
NIM : 857444559 Mata kuliah : Pembelajaran PKn di SD
Semester : 1 (satu) Dosen/Tutor : Iim Siti Masyitoh, Dr., M.Si.

Penjelasan dari bu Dr. Iim Siti Masyitoh


 Lebih kemana pembelajaran PKn itu? Moral atau materi?
 4 KI dalam PKn  untuk mempermudah dalam pembelajaran, esensinya pada moral (afektif) tetapi
kognitif juga harus diperhatikan
 Tahu, paham, mampu membedakan, keinginan/menerima konsep yang diterimanya dengan lapang
dada (menurut taksonomi bloom)
 Moral menurut Lickona, moral knowing (baru ada keinginan dalam pikiran), moral feeling (sudah ada
perasaan), moral acting (sudah masuk ke ranah praktek)
 Kapasitas anak untuk anak sekolah dasar dalam menerima pengetahuan kognitif
 Pendidikn moral dengan pendekatan nilai budaya dan agama bisa lebih efektif
 Autonomous, contoh; mau berbuat kebaikan muncul dari diri sendiri
 Kasus andi yang diminta membereskan buku oleh ibunya, malah minta bi minah untuk membereskan
buku dengan suara tinggi, kemudian ibu mengingatkan andi, namun masih tetap membangkang
 Untuk melatih empati; siswa bisa diajak ke panti asuhan, mengajarkan kerjasama; dengan melakukan
gotong royong di lingkungan sekolah
 Paksaan melakukan kebaikan di awal dengan iming2 reward, mungkin kedepannya bisa menjadi
kebiasaan siswa dalam menjalankan apa yang kita ajarkan (bukan mendapatkan rewardnya, tapi)

RESUME MODUL 1

KB1
HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN PKN DI SD

A. HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


Perkembangan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dari masa ke masa terus mengalami
perkembangan. Kurikulum SD tahun 1968 mengenalkan mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara
PKN. Mata pelajaran ini mencakup sejarah Indonesia, Geografi, dan Civics yang diartikan sebagai
pengetahuan Kewargaan Negara.
Dua istilah yang perlu dibedakan, kewargaannegara dan kewarganegaraan. Somantri (1967)
membahas istilah kewargaannegara merupakan terjemahan dari Civics yang merupakan mata
pelajaran sosial yang bertujuan membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga negara
yang baik (good citizen)
B. FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, sekolah sebagai wadah pembelajaran warga
negaranya agar memiliki sikap demokratis dan bertanggung jawab yang secara kurikuler sudah
terdapat dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Ketentuan perundang-undangan yang mengandung amant tersebut, diantaranya:
1. UUD 1945 dan perubahannya, khususnya alinea ke-4
2. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
3. PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang SNP
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sekolah seyogyanya dikembangkan sebagai sebagai
pranata atau tatanan sosial-pedagogis yang kondusif atau memberi suasana bagi tumbuh kembangnya
berbagai kualitas pribadi peserta didik.
Melalui PKn sekolah perlu dikembangkan sebagai pusat pengembangan wawasan, sikap, dan
keterampilan hidup dalam kehidupan yang demokratis untuk membangun kehidupan demokratis.
KB 2
RUANG LINGKUP PKN DI SD

Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai amanat Pancasila dan UUD 1945
Tujuannya agar peserta didik memiiki kemmpuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab
3. Berkembang secara positif dan demokratis
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa yang lain dalam percaturan dunia.

Struktur kurikulum SD/MI


a. Memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan keterampilan
b. IPA dan IPS di SD merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu
c. Kelas I, II, II (menggunakan pendekatan tematik) kelas IV, V, VI (menggunakan pendekatan mata
pelajaran)
d. Maksimum 4 jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan
e. Alokasi 1 jam pembelajaran adalah 35 menit
f. Minggu efektif dalam 1 tahun (2 semester) adalah 34-38 minggu

PKn untuk pendidikan dasar dan menengah meliputi aspek-aspek:


a. Persatuan dan kesatuan bangsa  seperti cinta lingkungan, kebaganggaan sebagai bangsa Indonesia,
dan lain-lain.
b. Norma, hukum, dan peraturan  tertib dalam kehidupan keluarga, sekolah, dan norma yang berlaku
di masyarakat, dan lain-lain.
c. Hak asasi manusia  hak dan kewajiban sebagai anak, anggota masyarakat, penghormatan dan
perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warga negara  meliputi bergotong royong, berorganisasi dalam masyarakat, dan lain-lain.
e. Konstitusi negara  meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama.
f. Kekuasaan dan politik  meliputi pemerintahan desa, kecamatan, otonomi daerah, dan lain-lain
g. Pancasila  meliputi keududukan Pancasila sebagai dasar negara.
h. Globalisasi  meliputi politik luar negeri, dampak globalisasi, hubungan internasional, dan lain-lain

KB 3
TUNTUTAN PEDAGOGIS PKN DI SD

Dalam modul ini, Tuntutan Pedagogis diartikan sebagai pengalaman belajar (learning experience) yang
diperlukan untuk mencapai tujuan PKn dalam pengertian ketuntasan penguasaan kompetensi
kewarganegaraan yang ersurat dan tersirat dalam lingkup isi dan kompetensi dasar.
Semua KD untuk semua kelas menuntut perilaku nyata (overt behavior), artinya konsep dan nilai
kewarganegaraan yang diajarkan tidak boleh berhenti pada pikiran semata, tetapi harus terwujudkan dalam
perbuatan nyata.
PKn menuntut terwujudkannya pengalaman belajar yang bersifat utuh memuat belajar kognitif, nilai,
sikap, dan perilaku. Tuntutan pedagogis ini memerlukan persiapan mental, profesionalitas, dan hubungan
sosial guru-murid yang kohesif. Guru seyogyanya siap memberi contoh dan menjadi contoh. Hal yang paling
menonjol dalam PKn dadalh pendidikan moral. Lickona (1992) menyebutkan educating for character atau
pendidikan watak dan mengartikan watak atau karakter sesuai dengan pandangan filosof Michael Novak,
suatu perpaduan yang harmonis dari berbagai kebijakan yang tertuang dalam keagamaan, sastra, pandangan
kaum cerdik-pandai dan manusia pada umumnya sepanjang zaman  moral knowing, moral feeling, moral
behavior
PKn  pendidikan nilai dan moral  konsep pendidikan watak. Maka dari itu PKn mengedepankan:
1. PKn sebagai pendidikan nilai dan moral yang membentuk karakter sesuai nilai-nilai dan moral
Pancasila.
2. Nilai dan Moral Pancasila dan UUD 1945 dapat dikembangkan dalam diri peserta didik
4. UU No. 4 Tahun 1950
MODUL 2
KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI

Salah satu misi PKn adalah sebagai pendidikan nilai. PKn sebagai pendidikan nilai memiliki misi psiko-
pedagogis dan sosio-pedagogis dalam pengembangan nilai-nilai; keberagaman, keagamaan, kesehatan
jasmani, kebenaran dan kejujuran akademis, terampil dan cermat, percaya diri dan mandiri, demokratis dan
patriotisme, serta bertnggung jawab.

KB 1
PENDEKATAN PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DI SD
Hermann (1972) mengemukakan suatu prinsip yang sangat mendasar, yakni substansi nilai tidaklah
semata-mata ditangkap dan diajarkan, tetapi lebih jau, nilai dicerna dalam arti ditangkap, diinternalisasi, dan
dibakukan sebagai bagian yang melekat dalam kualitas pribadi seseorang melalui proses belajar.
Proses pendidikan nilai sebetulnya sudah berlangsung dalam kehidupan masyarakat dalam berbagai
bentuk tradisi. Contohnya, tradisi dongeng dan sejenisnya yang dulu biasa dilakukan oleh orangtua, namun
sekarang tradisi tersebut tergerus dengan kemajuan teknologi dan informasi. Sebagai salah satu unsur
kebudayaan (Kuncaraningrat: 1978) kesenian pada dasarnya merupakan produk budaya masyarakat yang
melukiskan penghayatan tentang nilai yang berkembang dalam lingkungan masyarakat pada masing-masing
jamannya.
Dalam pengertian generik, konsep dan proses pendidikan merupakan proses yang sengaja dirancang
dan dilakukan untuk mengembangkan potensi individu dalam interaksi dengan lingkungannya sehingga
menjadi dewasa dan dapat mengarungi kehidupan dengan baik , dalam arti selamat dunia dan akhirat. Oleh
karena itu, tepat sekali dikatakan bahwa pada dasarnya pendidikan mempunyai dua tujuan besar, yakni
mengembangkan individu dan masyarakat yang smart and good (Lickona, 1992: 6).
Prinsip-prinsip pendidikan;
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak deskriminatif.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan (sistematik, terbuka, multimakna)
3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sepanjang hayat.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreativitas peserta didik.
5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung
6. Pendidikan diselenggarakan memberdayakan semua komponen masyarakat demi layanan mutu
pendidikan.
PKn secara substantif dan pedagogis memiliki misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air. Namun, masih ada kesenjangan konsep dan muatan
nilai dalam praktek kehidupan sehari-hari, seperti; pelanggaran lalu lintas, kebohongan publik, arogansi
kekuasaan, korupsi kolektif, dan lain-lain. Selanjutnya, sering kita jumpai fenomena yang justru potensial
memperlemah komitmen nilai kebangsaan tersebut.
Pemerintah Indonesia dibentuk antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang dapat
ditempuh melalui program pendidikan nasional. Dengan kata lain, WNI yang seyogyanya dikembangkan itu
adalah individu yang cerdas pikirannya, perasaannya, dan perilakunya. Proses pendidikan tidak bisa terlepas
dari proses kebudayaan yang mengantarkan manusia menjadi insan yang berbudaya dan berkeadaban.
Pembudayaan adalah pengembangan nilai, norma, dan moral dalam diri individu melalui proses
perlibatan peserta didik dalam proses pendidikan yang merupakan bagian integral dari proses kebudayaan
bangsa Indonesia. Pendidikan nilai merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan secara
keseluruhan, karena tujan akhir pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

KB 2
PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM STANDAR ISI PKN DI SD

Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, mapel PKn merupakanmapel yang memfokuskan pada
pembantukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
UUD 1945. Tujuan PKn agar peserta didik memiiki kemmpuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab
3. Berkembang secara positif dan demokratis
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa yang lain dalam percaturan dunia.
Dari pernyataan di atas tidak terdapat rumusan bahwa PKn adalah pendidikan nilai dan moral,namun
jika dikaji kembali, dari perilaku yang ingin dikembangkan melekat sejumlah nilai dan moral.
Berpikit kritis  memberikan penilaian pada suatu objek secara akurat dan otentik
Berpikit rasional  memahami suatu objek dengan logika
Berpikit kreatif  menghasilkan suatu proses berdasar pemikiran terbaik
Bertindak cerdas  aktivitas nyata untuk melakukan sesuatu dengan pertimbangan yang matang

PKn di pendidikan dasar dan menengah menurut Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 didalamnya
mengandung moral sebagai berikut:
a. Persatuan dan kesatuan bangsa  seperti cinta lingkungan, kebaganggaan sebagai bangsa Indonesia,
dan lain-lain.
b. Norma, hukum, dan peraturan  tertib dalam kehidupan keluarga, sekolah, dan norma yang berlaku
di masyarakat, dan lain-lain.
c. Hak asasi manusia  hak dan kewajiban sebagai anak, anggota masyarakat, penghormatan dan
perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warga negara  meliputi bergotong royong, berorganisasi dalam masyarakat, dan lain-lain.
e. Konstitusi negara  meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama.
f. Kekuasaan dan politik  meliputi pemerintahan desa, kecamatan, otonomi daerah, dan lain-lain
g. Pancasila  meliputi keududukan Pancasila sebagai dasar negara.
h. Globalisasi  meliputi politik luar negeri, dampak globalisasi, hubungan internasional, dan lain-lain

KB 3
Hubungan interaktif pengembangan nilai dan moral dalam PKn SD

Konsep-konsep values education, moral education, education for virtues, secara teoritik diperkenalkan
oleh Lickona (1992) sebagai program dan proses pendidikan yang tujuannya adalah mengembangkan pikiran,
selain itu menurut Bloom tujuannya juga untuk mengembangkan nilai dan sikap. Pendidikan di dunia barat
mempunyai keyakinan bahwa pendidikan nilai, etika, dan moral sangat pentingsebagai salah satu wahana
sosiopedagogis dalam menjamin kelangsungan hidup masyarakat, bangsa, dan negara. Lebih jauh juga
Lickona (1992: 6-7) melihat bahwa pemikir dan pembangun demokrasi, sebagai paradigma kehidupan di
dunia Barat, berpandangan bahwa pendidikan moral merupakanaspek yang esensial bagi perkembangan dan
hasilnya kehidupan demokrasi. Pendidikan nilai di dunia Barat secara konseptual berlandaskan pada teori
perkembangan moral Piaget dan Kohlberg.

Piaget merumuskan perkembangan kesadaran dan pelaksanaan aturan sebagai berikut:

Tahapan pada domain kesadaran mengenai aturan:


1. Usia 0-2 tahun  aturan tidak bersifat memaksa
2. Usia 2-8 tahun  aturan disikapi sebagai hal yang bersifat sakral dan diterima tanpa pemikiran
3. Usia 8-12 tahun  aturan diterima sebagai hasil kesepakatan

Tahapan pada domain pelaksanaan aturan:


1. Usia 0-2 tahun  aturan bersifat motorik
2. Usia 2-6 tahun  perilaku yang berorientasi pada diri sendiri
3. Usia 6-10 tahun  diterima sebagai perwujudan dari kesepakatan
4. Usia 10-12 tahun  diterima sebagai ketentuan yang sudah dihimpun

Bertolak dari teorinya, Piaget menyimpulkan bahwa pendidikan sekolah seyogyanya menitik beratkan
kepada pengembangan kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah dan membina
perkembangan moral dengan cara menuntut peserta didik untuk mengembangkan aturan berdasarkan
keadilan/kepatuhan (fairness). Di lain pihak, Kohlberg mengajukan postulat atau anggapan dasar bahwa anak
membangun cara berpikir melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral seperti keadilan, hak,
persamaan, dan kesejahteraan manusia.
Kolhberg merumuskan 3 tingkat (level) yang terdiri dari 6 tahap (stage) perkembangan moral:
1. Tingkat I: Prakonvensional
a. Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan  reaward = baik, funishment = buruk
b. Tahab 2: Orientasi instrumental nisbi  seseorang berbuat baik bila orang lain berbuat baik
padanya

2. Tingkat II: Konvensional


a. Tahap 3: orientasi kesepakatan timbal balik  sesuatu dianggap baik untuk pertimbangan
anggapan orang lain
b. Tahap 4: orientasi hukum dan ketertiban  hal baik  diatur hukum

3. Tingkat III: Poskonvensional


a. Tahap 5: orientasi kontrak sosial legalistik  suatu hal dinilai baik jika sesuai dengan
kesepakatan umum
b. Tahap 6: Orientasi prinsip etika universal  sesuatu dianggap baik bila telah menjadi prinsip
etika yang bersifat universal

Anda mungkin juga menyukai