Anda di halaman 1dari 11

TUGAS RESUME

KELOMPOK PEMBELAJARAN
PPKN DI SD
MODUL 1
MODUL 2

: HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN DI SD
: KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI
DAN MORAL

KELOMPOK 1
1. KARSAJAYA
(
)
2. NUR EVA DWIASRINI (
)
3. LILIS MARIFAH
( 836306341 )

PROGRAM STADI PENDIDIKAN GURU SD


FAK U LTAS K E G U R U A N D A N I L M U P E N D I D I K A N

UNIVERSITAS TERBUKA
MANDALAWANGI 2016

MODUL 1
HAKIKAT, FUNGSI DAN TUJUAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SD
1.1 KEGIATAN BELAJAR 1
Hakikat, Fungsi dan Tujuan PKn di SD
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu muatan kurikulum
pendidikan dasar dan menengah, sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 37 Undangundang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (selanjutnya disebut
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003).
A. HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Menurut kurikulum SD 1968 Pendidikan Kewarganegaraan mencakup
Sejarah Indonesia, Geografi dan Civics yang diartikan sebagai pengetahuan
kewargaan Negara. Somantri (1967) Istilah Kewarganegaraan merupakan
terjemahan dari Civics yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan
membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga negara yang baik
(goof citizen). Warga Negara yang baik adalah warga negara yang tahu, mau, dan
mampu berbuat baik (Somantri 1970). Kewarganegaraan digunakan dalam
perundangan mengenai status formal warga negara dalam suatu negara, misalnya
sebagaimana diatur dalam UU No. 2 Tahun 1949 dan peraturan tentang diri
kewarganegaraan serta peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status
sebagai warga negara Indonesia bagi orang-orang atau warga asing.
B. FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sekolah sebagai
wahana pengembangan warga negara yang demokrasi dan bertanggungjawab, yang
seara kurikuler Pendidikan Kewarganegaraan yang harus menjadi wahana
psikologis-pedagogis

yang utama. Pentingnya

peran PKn dalam proses

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, melalui pemberian


keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran maka dengan melalui PKn sekolah perlu dikembangkan
sebagai pusat pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan hidup dan
berkehidupan yang demokratis untuk membangun konsep dasar dapat dikemukakan
bahwa paradigma pendidikan demokrasi melalui PKn yang perlu dikembangkan

dalam lingkungan sekolah adalah pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensi


atau berisi-jamak. Sifat multidimensionalitasnya itu antara lain : 1) pandangannya
yang pluralistic-uniter (bermacam-macam, tetapi menyatu dalam pengertian
Bhineka Tunggal Ika, (2) sikapnya dalam menempatkan individu, negara, dan
masyarakat global secara harmonis, (3) tujuannya yang diarahkan pada semua
dimensi kecerdasan (spiritual, rasional, emosional, dan sosial); dan (4) konteks
(learning) yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka, fleksibel atau
luwes, dan bervariasi merujuk kepada dimensi tujuannya.
1.2 KEGIATAN BELAJAR 2
Ruang Lingkup PKn di SD
Pelajaran Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan warga negara yang menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan dengan tegas oleh Pancasila dan UUD
1945, tujuannya digariskan dengan tegas, adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta antikorupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Struktur Kurikulum SD/MI
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu
jenjang pendidikan selama enam tahun, mulai Kelas I sampai dengan kelas VI. Struktur
kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar
kompetensi mata pelajaran. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Ruang lingkup mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah secara
umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Ketuhanan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap

positif terhadap Negara kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan Jaminan


Keadilan.
b. Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, Tata
tertib disekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah,
Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan
perailan nasional, Hukum dan peradilan internasional.
c. Hak Asasi Manusia, meliputi Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM.
d. KOnstitusi Negara, meliputi Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan
dasar negara dengan konstitusi.
e. Kekuasaan dan Politik, meliputi Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik,
Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem
pemerintahan, Pancasila dalam masyarakat demokrasi.
f. Pancasila, meliputi Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology
negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengalaman nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideology terbuka
g. Globalisasi, meliputi Globalisasi dilingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di
era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.
1.3 KEGIATAN BELAJAR 3
Tuntutan Pedagogis PKn di SD
Tuntutan pedagogis diartikan sebagai pengalaman belajar (leraning experiences) yang
bagaimana yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan kewarganegaraan yang
tersurat dan tersirat dalam lingkup isi dan kompetensi dasar. PKn menuntut
terwujudnya pengalaman belajar yang bersifat utuh memuat belajar kognitif, belajar
nilai dan sikap, dan belajar perilaku. Proses pendidikan yang dituntut dan menjadi
kepedulian PKn adalah proses pendidikan yang terpadu utuh, yang juga disebut sebagai
bentuk confluent education (Mc. Neil, 1981). Tuntutan pedagogis ini memerlukan
persiapan mental, profesionalitasm dan hubungan sosial guru-murid yang kohesif. PKn
dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan moral,
alasannya sebagai berikut :
1. Materi PPKn adalah konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD 45 beserta dinamikan
perwujudak dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia.
2. Sasaran belajar akhir PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam perilaku
nyata kehidupan sehari-hari.

3. Proses pembelajarannya menuntut terlibatnya emosional, intelektual, dan sosial


dari peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami (bersipat
kognitif), tetapi dihayati (bersifat objektif) dan dilaksanakan (bersifat perilaku).
4. PKn merupakan mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi
yang bersifat multidimensi karena merupakan pendidikan nilai demokrasi,
pendidikan moral, pendidikan sosial, dan masalah pendidikan politik. Namun yang
paling menonjol adalah sebagai pendidikan nilai dan pendidikan moral. Oleh
karena itu secara singkat PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi
pendidikan nilai dan moral.
5. PKn merupakan program pembelajaran nilai dan moral Pancasila dan UUD 1945
yang bermuara pada terbentuknya watak Pancasila dan UUD 45 dalam diri peserta
didik. Watak ini pembentukannya harus dirancang sedemikian rupa, sehingga
terjadi keterpaduan konsep moral, sikap moral dan perilaku moral demokrasi yang
bersumber dari Pancasila dan UUD 45. Dengan demikian pula kita dapat
menegaskan kembali bahwa PKn merupakan suatu bentuk mata pelajaran yang
mencerminkan konsep, strategi, dan

nuansa

counfluent

education

memusatkan perhatian pada pengembangan manusia Indonesia seutuhnya.

yang

MODUL 2
KARAKTERISTIK PKn
SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL
2.1 KEGIATAN BELAJAR 1
Pendekatan PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral di SD
Konsep pendidikan nilai secara teoritik, Hermann (1972) mengemukakan suatu printip
yang sangat mendasar, yakni bahwa .value is neither tought nor cought it is
learned, yang artinya bahwa substansi nilai dicerna tidaklah semata-mata ditangkap
dan diajarkan tetapi lebih jauh, nilai dicerna dalam arti ditangkap, diinternalisasi dan
dibakukan sebagai bagian yang melekat dalam kualitas pribadi seseorang melalui
proses belajar.
Dalam pengertian generic, konsep dan proses pendidikan merupakan proses yang
sengaja dirancang dan dilakukan untuk mengemukakan potensiu individu dalam
interaksi dengan lingkungannya sehingga menjadi dewasa dan dapat mengurangi
kehidupan dengan baik, tujuan pendidikan tidak lain adalah mengembangkan individu
dan masyarakat agar cerdas (smari) dan baik (good). Secara elaborative dimensi tujuan
ini oleh Bloom dkk (1962) dirinci pengembangan pengetahuan dan pengertian, nilai
dan sikap, dan keterampilan psikomotorik.
- Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosiokultural yang jelas dan
mendesak bagi kelangsungan kehidupan yang berkeadaban karena pada dasarnya
pewarisan nilai antar generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana
-

sosiopsikologis dan selalu menjadi tugas dari proses peradaban.


Peranan sekolah sebagai wahana psikopedagogis dan sosiopedagogis yang
berfungsi sebagai pendidik moral menjadi semakin penting, pada saat dimana
hanya sebagian kecil anak yang mendapat pendidikan moral dari orangtuanya dan

peranan lembaga keagamaan semakin kecil.


Dalam setiap masyarakat terdapat landasan etika umum, yang bersifat universal
melintasi batas ruang dan waktu, sekalipun dalam masyarakat pluralistic yang

mengandung banyak potensi terjadinya konflik nilai.


Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan moral karena inti dari
demokrasi adalah pemerintahan yang berakar dari rakyat, dilakukan oleh wakil
pembawa amanah rakyat, dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan

kesejahteraan rakyat.
Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun masyarakat adalah
pertanyaan moral. Hal ini menunjukan bahwa secara sosiokultural terdapat

dukungan yang mendasar dan luas bagi terselenggaranya pendidikan nilai


-

disekolah.
Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai suatu
keniscayaan

kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa

dan

bernegara

serta

bermasyarakat global.
Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral sangatlah esensial untuk menarik

dan membina guru-guru yang berkeadaban dan professional.


Pendidikan nilai di Indonesia bersifat tidak skuler karena negara tidak melepaskan
pendidikan nilai keagamaan dari tanggungjawabnya. Dalam konteks itu maka
pendidikan nilai moral di Indonesia mencakup nilai moral keagamaan dan nilai

moral sosial dan nilai sosioestetika.


Secara konstitusional demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang Theistis atau
demokrasi yang ber Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu pendidikan nilai
bagi Indonesia seyogyinya berpijak pada nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai
demokrasi yang berketuhahan Yang Maha Esa, dan nilai sosial-kultural yang ber
Bhineka Tunggal Ika. Dalam konteks itu maka teori perkembangan moral dari
PIeget dan Kohlberg yang dapat diadaptasikan adalah terhadap nilai moral sosialkultural selain nilai yang berkenaan denga keyakinan atau awidah keagamaan yang

tidak selamanya dapat atau boleh dirasionalkan.


Konsepsi pendidikan nilai moral Pieget yang menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan dalam kehidupan dapat diadaptasikan dalam pendidikan nilai di
Indonesia dalam konteks demokrasi konstitusional Indonesia dan konteks sosialkultural masyarakat Indonesia yang ber Bhineka Tunggal Ika termasuk dalam

keyakinan agama.
Konsepsi pendidikan nilai moral Kohlberg yang menitikberatkan pada penalaran
moral melalui pendekatan klarifikasi nilai yang memberi kebebasan kepada
individu peserta didik untuk memilih posisi moral, dapat digunakan dalam konteks
pembahasan nilai selain itu aqidah sesuai dengan keyakinan agama masingmasing. Sedangkan teori tingkatan dan tahapan perkembangan moral Kohlberg
secara konseptual dapat digunakan sebagai salah satu landasan bagi pengembangan

paradigma penelitian perkembangan moral bagi orang Indonesia.


Kerangka konseptual komponen Good Character dari Lickona yang membagi
karakter menjadi wawasan moral, perasaan moral, dari perilaku moral dapat
dipakai untuk mengklarifikasi nilai moral dalam pendidikan nilai di Indonesia
dengan menambahkan kedalam masing-masing dimensi itu, aspek nilai yang
berkenaan dengan konteks keagamaan seperti wawasan ketuhanan Yang Maha Esa

dalam dimensi Wawasan Moral, perasaan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha
Esa dalam dimensi Perasaan Moral dan perilaku moral kekhalifahan dalam
-

dimensi perilaku Moral.


Kesemua teori pendidikan nilai Barat antara lain teori Pieget. Kohlberg, dan
Lickonna dapat digunakan sebagai sumber akademik dalam membangun desain
penelitian pendidikan nilai di Indonesia dengan cara mengambil secara adaptif

sesuai dengan konteks sosial cultural dan sosial-religius masyarakat Indonesia.


Proses pendidikan tidak bisa dilepaskan dari proses kebudayaan yang pada
akhirnya akan mengantarkan manusia menjadi insan yang berbudaya dan

berkeadaban.
Substansi nilai tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh, nilai
dicerna, dalam arti ditangkap, diinternalisasi, dan dikabulkan sebagai bagian yang

melekat dalam kualitas pribadi seorang melalui proses belajar.


Kenyataan menunjukan bahwa proses belajar tidaklah terjadi dalam ruang bebasbudaya tetapi dalam masyarakat yang syarat-budaya karena kita hidup dalam

kehidupan masyarakat yang berkebudayaan.


Proses pendidikan yang memusatkan perhatian pada pengembangan dan sikap ini
di dunia Barat dikenal dengan value education, affective education, moral

education, character education.


Di Indonesia, wacana pendidika nilai tersebut secara kurikuler terintegritasi antara

lain dalam pendidikan bahasa dan seni.


Muatan pendidikan kewarganegaraan,

secara

substantive

dan

pedagogis

mempunyai misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memliki


rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air.

2.2 KEGIATAN BELAJAR 2


Pendidikan Nilai dan Moral dalam Standar Isi PKn di SD
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. PKn bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Berpikir secara kritis rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2. Partisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan


karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya.
4. Berinterkasi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan tekonologi informasi dan komunikasi.
Pendidikan kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah, menurut
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 nilai dan moral sebagai berikut :
-

Persatuan dan kesatuan Negara, meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan
Negara kesatuan republik Indobnesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan

keadilan.
Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi : Tertib dalam kehidupan keluargha,
Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan
daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum

dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.


Hak Asasi Manusia, meliputi : Hak dan Kewajiban anak, Hak dan Kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

penghormatan dan perlindungan HAM.


Kebutuhan Warga Negara, meliputi : Hidup gotong-royong, Harga diri sebagai
warga

masyarakat,

Kebebasan

berorganisasi,

Kemerdekaan

mengeluarkan

pendapat, menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan


-

warga negara.
Konstitusi Negara, meliputi : Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan

dasar negara dengan konstitusi.


Kekuasaan dan Politik, meliputi : Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi-Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik,
Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem

pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.


Pancasila, meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology
negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideology terbuka.

Globalisasi, meliputi : Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri, Indonesia


di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

2.3 KEGIATAN BELAJAR 3


Hubungan Interaktif Pengembangan NIlai dan Moral dalam PKn SD
Proses pengembangan nilai dan moral dengan proses pendidikan di sekolah harus
dilihat dalam paradigm pendidikan nilai konseptual dan operasional. Konsep-konsep
value education, moral education, education for values yang seacra teoristik, oleh
Lickona (1992) diperkenalkan sebagai program dan proses pendidikan yang tujuannya
selain mengembangkan pikiran, atau menurut pendidikan yang mengembangkan nilai
dan sikap.
- Konsep values education, moral education for virtues sebagai program dan
proses pendidikan yang tujuannya selain mengembangkan pikiran, juga
-

mengembangkan nilai dan sikap.


Setiap individu warganegara seyogyanya mengerti dan memiliki komitmen
terhadap fondasi moral demokrasi yakni menghormati hak orang lain, mematuhi
hukum yang berlaku, partisipasi dalam kehidupan masyarakat, dan peduli terhadap

perlunya kebaikan bagi umum.


Pendidikan nilai berdasarkan teori Pieget adalah pendidikan nilai moral atau nilai
etis yang dikembangkan berdasarkan pendekatan psikologi perkembangan moral
kognitif yang menitikberatkan pada pengembangan perilaku moral yang dilandasi

oleh penalaran moral yang dicapai dalam konteks kehidupan masyarakat.


Kohlberg mengajukan postulat atau anggapan dasar bahwa anak membangun cara
berfikir melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral seperti keadilan,

hak, persamaan, dan kesejahteraan manusia.


Kohlberg menolak pendidikan nilai/karakter tradisional yang berpijak pada
pemikiran bahwa ada seperangkat kebijakan/keadilan (bag of virtues) seperti
kejujuran, budi baik, kesabaran, ketegaran yang menjadi landasan perilaku moral
yang memberi implikasi bahwa tugas guru adalah pembelajaran kebaikan itu
melalui pencontohan dan komunikasi langsung keyakinan serta memfasilitasi

peserta didik untuk melaksanakan kebajikan itu dengan memberinya penguatan.


Kohlberg mengajukan pendekatan pendidikan nilai dengan menggunakan
pendekatan klarifikasi nilai (value clarification approach). Pendekatan ini bertolak
dari asumsi bahwa tidak ada jawaban benar satu-satunya terhadap suatu dilemma
moral tetapi di situ ada nilai yang dipegang sebagai dasar berpikir dan berbuat.

Kedua teori perkembangan moral ini memiliki visi dan misi yang sama dan sampai
dengan saat ini menjadi landasan dan kerangka berpikir pendidikan nilai di dunia
barat yang dengan jelas menitikberatkan pada peranan pikiran manusia dalam
mengendalikan perilaku moralnya dan mengabaikan pertimbangan bahwa di dunia
ini ada nilai religious yang melandasi kehidupan individu dan masyarakat yang
tidak bisa sepenuhnya didekati secara rasional.

Anda mungkin juga menyukai