Anda di halaman 1dari 7

1.

Matakuliah/ Kode : Pembelajaran PKn di SD


2. Kelompok 2 : Kartika Budiati / 857832929
Listyawati Utami / 857832667
3. Pokjar : Wonogiri/ kelas B
4. Semester : 1 (119/ PGSD-BI)
5. Nama Dosen Pengampu : Shohib Budiono
6. Tugas : Rangkuman Modul 2

MODUL 2

KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI NILAI DAN MORAL

Tujuan

1. Menjelaskan pendekatan PKn sebagai Pendidikan nilai dan moral

2. Pendidikan nilai dan moral dalam standar isi PKN SD

3. Hubungan interaktif nilai moral dalam PKN SD

 Kegiatan Belajar 1
A. Pendekatan PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral
1. Konsep Pendidikan nilai secara teoritik , Hermann (1972)
“ value is neither taugh nor cougt, it is learned”
bahwa subtansi nilai tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh,
nilai dicerna dalam arti ditangkap, diinternalisasi, dan dibakukan sebagai bagian yang
melekat dalam kualitas pribadi seseorang melalui proses belajar.
Proses indiginasi: pemanfaatan kebudayaan daerah untuk pembelajaran mata
pelajaran lain dengan tujuan untuk mendekatkan pelajaran itu dengan lingkungan
sekitar siswa menjadi sangat penting.
Co: legenda
Digunakan sebagi stimulus dalam pembahasan suatu konsep nilai atau moral.
2. Dalam pengertian generic, konsep dan proses Pendidikan merupakan proses yang
sengaja dirancang dan dilakukan untuk mengembangkan potensi individu dalam
interaksi dengan lingkungannya sehingga menjadi dewasa dan dapat mempengaruhi
kehidupan dengan baik, dalam arti selamat dunia dan akhirat.
- Tujuan Pendidikan : mengambangkan individu dan masyarakat yang “smart and
good” (Lickona, 1992:6).
- Secara elaborative tujuan Pendidikan Bloom (1962): pengembangan kognitif
(pengetahuan dan pengertian), afektif (nilai dan sikap), dan psikomotorik
(keterampilan)
3. Prinsip Pendidikan diselenggarakan dengan:
a. demokratis dan berkeadilan serta diskrimintif serta menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai, keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa
b. sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan system terbuka dan multimakna
c. sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat
d. memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran
e. mengembangkan budaya membaca menulis dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat
f. memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan penddikan (Pasal 4).
4. Pkn sebagai mata pelajaran yang memiliki misi Pendidikan nilai dan moral
- Secara implisit (tersirat) Pasal 37 Undang-uandang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003, tentang Pendidikan nasional
Muatan Pendidikan kewarganegaraan yang secara substantive dan pedagogis
mempunyai misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki
rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air.
- Secara eksplisit Pasal 36 ayat (3) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan,
perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni, keragaman potensi daerah
dan lingkungan dan peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik.
5. Ada beberapa kasus penyimpangan di negara ini yang justru melibatkan orang-orang
yang sebagian besar bersekolah dan mengetahui nilai. Tampaknya kita sedang berada
dalam salah satu dimensi krisis multidimensi, yakni krisis nilai dan moral.
- Alisyahbana (1976) “ Values as integrating forces in personality, society dan
culture”
Nilai merupakan kekuatan perekat-pemersatu dalam diri, masyarakat dan
kebudayaan.
6. Tujuan akhir Pendidikan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Pasal 3) untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
7. Pendidikan moral/ nilai perlu diberikan di sekolah-sekolah Indonesia
Pendidikan moral secara formal/kurikuler terdapat dalam mata pelajaran
- Pkn : Pendidikan nilai: sikap, perilaku
- Agama: nilai sikap dan keyakinan
- Bahasa: pemaknaan, harmoni (keindahan dan keselarasan)
Ketiganya mengemban misi yang sama.
8. Tujuan PPKn:
a. di SD : menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang
didasarkan kepada nilai-nilaiPancasila baik sebagai pribadi maupun sebagai
anggota masyarakaat dan memberi bekal kemampuan untuk mengikuti Pendidikan
di SLTP (Depdikbud, 1993:1)
b. di SLTP : untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan memahami dan
menghayati nilai-nilai pancasila dalam rangka pembentukan sikap dan perilaku
sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara yang bertanggung jawab
dan memberi bekal kemampuan mengikuti pendidikan di SMU (Depdikbud,
1994:2)
c. di SMU : untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan
memahami, menghayati, dan meyakini nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman
berperilku dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga
menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan serta
memberi bekal kemampuan untuk belajar lebih lanjut (Depdikbud, 1994b:2)
9. Secara konstitusional demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang Theitis :
demokrasi yang berKetuhanan YME.
- Pendidikan nilai bagi Indonesia seyogyanya berpijak pada nilai-nilai keagamaan,
nilai demokrasi yang ber Ketuhanan YME, dan nilai social-kultural yang
Berbineka Tunggal Ika
- Dalam konteks itu maka toeri dari Piaget dan Kohlberg yang dapat diadaptasikan
adalah terhadap nilai moral social-kultural selain nilai yang berkenaan dengan
keyakinan atau akidah keagamaan yang tidak selamanya dapat atau boleh
dirasionalkan.

 Kegiatan Belajar 2
B. Pendidikan Nilai dan Moral dalam Standar Isi PKn di SD
1. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 : Mata pelajatran Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,
dan berkarakteryang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
2. PKn bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan:
a. Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
b. Partisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti-korupsi
c. Berkembang secara positf dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup Bersama dengan
bangsa-bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
3. Kualitas perilaku:
a. Berpikir kritis : proses psikologis untuk memberikan penilaian
terhadap suatu objek atau fenomena dengan informasi yang akuratdan otentik.
b. Berpikir rasional : proses psikologis memahami sesuatu objek denga
logika
c. Berpikir kreatif : proses psikologis uuntuk menghasilkan suatu cara atau
proses baru yang lebih berkualitas atas dasar pemikiran terbaik.
d. Partipasi aktif dan bertanggungjawab : proses pelibatan social kultural
seseorang atas dasar inisiatif sendiri dengan penuh perhatian dan kesediaan
memikul resiko.
e. Bertindak cerdas : aktivitas nyata untuk melakukan sesuatu dengan
pertimbangan yang matang dan utuh.
f. Hidup Bersama bangsa-bangsa yang lain dengan prinsip saling menghormati
dan hidup berdampingan secara damai.
4. Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan diatur dalam Permendiknas No. 22
tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah:
a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, 14
sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan
jaminan keadilan.
b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata
tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan
daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem
hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.
c. Hak Asasi Manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan
penghormatan dan perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga
negara.
e. Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan
dasar negara dengan konstitusi.
f. Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem
politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem
pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
g. Pancasila, meliputi, kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan
nilainilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi
terbuka.
h. Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional
danorganisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi
 Kegiatan Belajar 3
C. Hubungan Interaktif Pengembangan Nilai dan Moral dalam PKn SD
1. Hubungan interaktif proses pengembangan nilai dan moral disekolah dilihat pada
paradigm pendidikan nilai secara konseptual dan operasional.
2. Konsep values education, moral education, education for virtues sebagai program
dan proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan pikiran dan
mengembangkan sikap dan nilai.
3. Bedasar teori Piaget pendidikan nilai moral atau etnis yang dikembangkan
berdasarkan pendekatan psikologi perkemangan moral kognitif.
4. Kaitanya dengan usia, Piaget merumuskan perkembangan kesadaran dan
pelaksanaan atauran dibagai menjadi dua domain sebagai berikut:
a. Tahap pada domain kesadaran mengenai aturan:
- Usia 0-2 tahun : atauran dirasakan sebagai hal yang tidak memaksa.
- Usia 2-6 tahun : aturan dilakukan sebagai hal yang bersifat sacral dan diterima
tanpa pemikiran.
- Usia 8-12 tahun : aturan diterima sebagai kesepakatan.
b. Tahap pada domain pelaksanaan aturan:
- Usia 0-2 tahun : aturan dilakukan sebagai hal yang hanya bersifat motoric saja.
- Usia 2-6 tahun aturan dilakukan sebagai perilaku yang lebih berorientasi pada diri
sendiri.
- Usia 6-10 tahun : aturan diterima sebagai perwujudan kesepakatan.
- Usia 10-12 tahun : aturan diterima sebagai ketentuan yang sudah dihimpun.
5. Menurut Kholbergh, berdasar teori perkembangan kognitif Piaget. Ia mengajukan
postulat atau anggapan dasar bahwa anak membangun cara berpikir melalui
pengalaman termasuk pengertian konsep moral seperti keadilan, hak persamaan,
dan kesejahteraan manusia.
6. Menurut Kholbergh ada tiga tingkatan/ level yang terdiri atas enam tahap
perkebangan moral sebagai berikut:
a. Tingkat 1 : Prakonvensional
- Tahap 1 : orientasi hukum dan kepatuhan
- Tahap 2 : orientasi instrumental nisbi
b. Tingkat 2 : konvensional
- Tahap 3 : orientasi kesepakatan timbal balik
- Tahap 4 : orientasi hukum dan ketertiban
c. Tingkat 3 : poskonvensional
- Tahap 5 : orientasi kontrak sosial legalistic
- Tahap 6 : orientasi prinsip etika universal
7. Kohlbergh menolak pendidikan nilai/karakter tradisional yang berpijak pada
pemikiran bahwa ada seperangkat kebijakan seperti kejujuran, budi pekerti,
kesabaran, ketegaran yang menjadi landasan perilaku moral. Ia menyatakan
bahwa pendekatan pendidikan nilai dengan menggunakan pendekatan klarifikasi
nilai.
8. Pendekatan nilai yang ditawarkan oleh Kohelbergh sama dengan yang ditawarkan
Piaget dalam hal fokusnya terhadap perilaku moral yang dilandasi oleh penalaran
moral, namun berbeda dalam hal menitik beratkan pembelajaran dimana Piaget
menitikberatkan pada pengembangan kemampuan mengambil keputusan dan
memecahkan masalah, sedangan Kohlbergh minitikberatkan pada pemilihan nilai
yang dipegang terkait dengan alternative pemecahan terhadap suatu dilemma
moral melalui proses klarifikasi nalar.
9. Kedua teori perkembangan moral ini memiliki visi dan misi yang sama, menjadi
landasar berpikir pendidikan nilai di dunia barat yag dengan jelas menitikberatkan
pada peran pikiran manusia dalam mengendalikan perilaku moralnya dan
mengabaikan pertimbangan bahwa, di dunia ini ada nilai religius yang melandasi
kehidupan individu dan masyarakat yang tidak sepenuhnya didekati secara
rasional.

Anda mungkin juga menyukai