Anda di halaman 1dari 7

I.

LIFE SKILLS A. Konsep Dasar Life Skills Life skills yang biasa dikenal dalam Bahasa Indonesia yaitu kecakapan hidup. Makna dari kecakapan hidup adalah keterampilan untuk bekerja, sebagai modal untuk memecahkan masalah dalam pekerjaannya. Kecakapan hidup menurut Broling ada beberapa jenis yaitu : 1. Kecakapan Personal(kecakapan mengenal diri dan berfikir rasional) penekanannya pada penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan YME, anggota masyarakat, mampu mensyukuri nikmat Tuhan dan kekurangannya. Semua bisa dijadikan modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungan. 2. Kecakapan Sosial penekanannya pada kecakapan berkomunikasi menyampaikan pesan dan bekerja sama dengan individu lain kecakapan hidup dibedakan menjadi dua yaitu : a. Kecakapan hidup yang bersifat spesifik yaitu : kecakapan untuk menghadapi masalah-masalah tertentu. Contoh : Kecakapan tentang computer Kecakapan tentang dagang Kecakapan tentang hewan, dan lain-lain. b. Kecakapan hidup yang bersifat khusus yaitu : kecakapan untuk menghadapi masalah-masalah khusus. Contoh : Kecakapan mata pelajaran tertentu, dan lain-lain. 3. Kecakapan Akademik penekanannya pada kemampuan berfikir ilmiah, yang mencakup kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungan pada suatu fenomena tertentu. 4. Kecakapan Vokasional / Kecakapan Kejuruan Artinya : kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Menurut Sonata Stein bahwa terdapat 4 kategori standar yang perlu dipersiapkan di masa mendatang tentang kecakapan bagi orang dewasa, yaitu : 1. Mendapat informasi dan ide-ide. 2. Mengkomunikasikan dengan penuh percaya diri perasaannya dan dapat dimengerti oleh orang lain. 3. Membuat keputusan yang didasarkan pada informasi yang solid dan mampu menganalisis dan dapat menentukan secara hati-hati. 4. Selalu belajar agar tidak ketinggalan.

B. Jenis-Jenis Life Skills Dari sekian banyak pendapat tentang life skills dan pengelompokkan jenisjenisnya, beberapa pendapat menuliskan kutipannya sebagai : 1. Broling Menurut Broling kecapakan hidup meliputi :

2.

3.

4.

5.

6.

a. Kecakapan hidup sehari-hari. b. Kecakapan hidup sosial. c. Kecakapan hidup bekerja. WHO (Word Health Organization) Kecakapan Hidup adalah sebagai keterampilan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi tantangan dalam hidup sehari-hari secara efektif. Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Ada 4 jenis yaitu : a. Kecakapan Pribadi b. Kecakapan Sosial c. Kecakapan Akademik d. Kecakapan Vokasional Direktorat Kepemudaan Ada 3 jenis yaitu : a. Kecakapan Personal b. Kecakapan Sosial c. Kecakapan Vokasional Satori Ada 3 keterampilan yaitu : a. Keterampilan Dasar b. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi c. Keterampilan Efektif dan Karakter Slameto Ada 2 bagian yaitu : a. Kecakapan Dasar , adalah bersifat universal berlaku sepanjang masa. b. Kecakapan Bersifat Instrumental, adalah bersifat relatif, kondisional, dapat berubah-ubah sesuai dengan ruang dan waktu.

Dengan demikian dengan belajar sepanjang hayat secara terus menerus baik di pendidikan formal dan non formal akan mampu mengingat pengalaman belajar masa lalu yang tidak lagi relevan dengan saat ini.

II. MEMAHAMI SUBJEK DIDIK SECARA HOLISTIK Subjek didik sebagai individu sesungguhnya merupakan kesatuan dari berbagai karakteristik yang terpadu di dalam dirinya. Karakteristik yang mereka miliki yang berfungsi secara berkaitan satu sama lain dalam suatu kesatuan itu menghasilkan proses belajar yang mereka lakukan. Mengabaikan atau menafikan salah satu atau beberapa karakteristik subjek didik dalam suatu sistem proses pembelajaran akan berakibat timbulnya ketimpangan proses belajar yang mereka lakukan. Pemahaman berbagai karakteristik subjek didik secara holistik ini akan mengantarkan para guru atau pendidik kepada pemahaman dan penghayatan secara mendalam tentang keberbedaan individual (individual differences) subjek didik, karena dengan demikian mereka akan mampu menyelenggarakan proses pembelajaran secara arif dan bijaksana. A. Individu sebagai Suatu Kesatuan Psiko-fisik Pandangan bahwa manusia sebagai individu yang merupakan satu kesatuan dari aspek fisik/jasmani dan psikis/rokhani/jiwa yang tidak dapat dipisahkan, fisik/jasmani merupakan aspek yang bersifat kasat mata, konkrit, dapat diamati, dan tidak kekal, sedangkan psikis/rokhani/jiwa merupakan aspek yang sifatnya abstrak, immaterial, tidak dapat diamati, dan kekal. Plato (427-347 SM), sebagai filosof yang amat tersohor membagi jiwa menjadi tiga aspek kekuatan, yaitu : 1. Pikir atau kognitif berlokasi di kepala. 2. Kehendak berlokasi di dada. 3. Keinginan berlokasi di perut. Pembagian jiwa oleh Plato ke dalam tiga aspek ini kemudian dikenal dengan istilah pendekatan trikhotomi (tiga dalam satu). Pandangan Plato dengan konsep trikhotominya itu kemudian diikuti oleh para filosof terkenal lainnya. Diantaranya adalah Jean Jaques Rousseau (Prancis, 1712-1778), J.N. Tetens (Jerman, 1736-1805), dan Immanuel Kant (Jerman, 1724-1804). Salah seorang murid Plato yaitu Aristoteles, (384-322 SM) mengemukakan hasil perenungannya tentang pembagian jiwa yang agak berlainan dengan gurunya. Gejala jiwa tidak dibagi ke dalam tiga aspek melainkan menjadi dua aspek saja, yaitu : 1. Kognisi, disebut juga sebagai gejala mengenal, berpusat pada pikir. 2. Konasi, disebut juga gejala menghendaki, berpusat pada kemauan. Pandangan Aristoteles yang melakukan pembagian gejala jiwa menjadi dua ini dikemudian dikenal dengan istilah pendekatan dikhotomi (dua dalam satu). Pengikut dikhotomi yang terkenal ialah Cristian Wolf (Jerman, 1670-174). Pada perkembangan berikutnya, terutama sejak zaman Abad Pertengahan, para filsuf pada era itu mulai menyadari dan semakin mengembangkan pemikiran dan pengkajian mengenai jiwa manusia ini. Aspek jasmani dan rokhani dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Antara jasmani dan rokhani itu merupakan suatu kesatuan sehingga tidak dapat dibagi atau dipisahkan sama sekali. Pandangan ini kemudian dikenal dengan pendekatan monoisme. 2. Meskipun disadari bahwa aspek jasmani dan rokhani merupakan satu kesatuan, tetapi antara jasmani dan rokhani itu dapat berdiri sendiri. Pandangan ini kemudian dikenal dengan pendekatan dualisme.

B. Gejala-gejala Berkembangnya Berbagai Aspek dalam Diri Individu Subjek Didik Gejala-gejala yang biasanya tampak sebagai gambaran berkembangnya berbagai aspek dalam diri individu itu adalah sebagai berikut : 1. Aspek Jasmani atau Fisik Gejala yang tampak pada aspek fisik sebagai perwujudan dari adanya perkembangan dalam diri individu antara alin : a. Pertumbuhan payudara pada wanita. b. Lekum pada remaja pria. c. Kulit yang makin halus pada wanita. d. Otot yang makin kuat dan kekar pada pria. 2. Aspek Intelek Gejala yang tampak sebagai perkembangan individu dalam aspek intelek antara lain : a. Perubahan secara kuantitatif dan kualitatif mengenai kemampuan anak dalam mengatasi berbagai masalah. b. Kemampuan berpikir abstrak semakin berkembang. c. Semakin berkembangnya kemampuan memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetik. 3. Aspek Emosi Gejala yang tampak sebagai perkembangan pada aspek emosi antara lain: a. Ketidakstabilan emosi pada anak remaja. b. Mudahnya menunjukkan sikap emosional yang meluap-luap pada remaja, seperti: mudah menangis, mudah marah, dan mudah tertawa terbahak-bahak. c. Semakin mampu mengendalikan diri. 4. Aspek Sosial Gejala yang tampak sebagai perkembangan pada aspek sosial antara lain: a. Semakin berkembangnya sifat toleran, empati, serta memahami dan menerima pendapat orang lain. b. Semakin santun dalam menyampaikan pendapat dan kritik kepada orang lain. c. Adanya keinginan untuk selalu bergaul dengan orang lain dan bekerjasama dengan orang lain.

d. e. f.

Semakin senang menolong kepada siapa yang membutuhkan pertolongan. Adanya kesediaan memberikan sesuatu yang dibutuhkan orang lain. Semakin mampu bersikap hormat, sopan, ramah, dan menghargai orang lain.

5. Aspek Bahasa Gejala yang tampak sebagai perkembangan pada aspek bahasa antara lain: a. Bertambahnya perbendaharaan kata. b. Semakin bertambah mahir dan lancar dalam menggunakan bahasa dengan memilih kata-kata secara tepat, penggunaan tekanan kalimat dengan tepat, dan membuat variasi kalimat. c. Dapat memformulasikan bahasa secara baik dan benar untuk menjabarkan sesuatu ide atau konsep. d. Dapat memformulasikan bahasa secara baik dan benar untuk meringkas ide ke dalam deskripsi singkat. 6. Aspek Bakat Khusus Bakat merupakan kemampuan potensial yang dibawa sejak lahir dan apabila ditunjang dengan fasilitas dan usaha belajar yang minimal pun dapat mencapai hasil secara cepat dan maksimal. Seseorang dikatakan mempunyai bakat khusus tertentu, jika dapat membuktikan bahwa dirinya mampu dengan mudah mempelajari suatu bidang tertentu dengan hasil yang cepat dan memuaskan. 7. Aspek Nilai, Moral, dan Sikap Gejala yang tampak pada perkembangan nilai, moral, dan sikap ini antara lain adalah: a. Terbentuknya pandangan hidup yang semakin jelas dan tegas. b. Berkembangya pemahaman tentang apa yang baik dan seharusnya dilakukan serta apa yang dianggap tidak baik dan tidak boleh dilakukan. c. Berkembangnya sikap untuk menghargai nilai-nilai dan mentaati normanorma yang berlaku serta mewujudkannya ke dalam kehidupan sehari-hari. d. Berkembangya sikap menentang terhadap kebiasaan-kebiasaan yang dianggap tidak sesuai dengan norma yang berlaku.

C. Perbedaan Karateristik Individual Subjek Didik Perbedaan perkembangan berbagai karakteristik individual itu tampak dalam aspek-aspek yang ada pada setiap diri individu sebagaimana dijelaskan berikut ini: 1. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Fisik a. Ada anak yang lekas lelah dalam pekerjaan fisik, tetapi ada yang tahan lama. b. Ada yang dapat bekerja secara fisik dengan cepat, tetapi ada yang bekerjanya sangat lambat. c. Ada yang tahan lapar, tetapi ada yang tidak tahan lapar.

2. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Intelek a. Ada anak yang cerdas, tetapi ada juga yang kurang cerdas atau bahkan sangat kurang cerdas. b. Ada yang dapat dengan segera memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan intelektual, tetapi ada yang lambat atau bahkan tidak mampu mengatasi suatu masalah yang mudah sekalipun. c. Ada yang sanggup berpikir abstrak dan kreatif, tetapi ada yang hanya sanggup berpikir hanya jika disodorkan wujud bendanya atau dengan bantuan benda tiruannya. 3. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Emosi a. Ada anak yang mudah sekali marah, tetapi ada pula yang penyabar. b. Ada anak yang perasa, tetapi ada pula yang tidak mau peduli. c. Ada anak yang pemalu atau penakut, tetapi ada pula yang pemberani. 4. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Sosial a. Ada anak yang mudah bergaul dengan teman, tetapi ada pula yang sulit bergaul. b. Ada anak yang mudah toleransi dengan teman, tetapi ada pula yang egois. c. Ada anak yang mudah memahami perasaan temannya, tetapi ada pula yang maunya menang sendiri. d. Ada anak yang mempunyai kepedulian sosial yang tinggi, tetapi ada pula yang tidak peduli dengan lingkungan sosialnya. e. Ada anak yang selalu memikirkan kepentingan orang lain, tetapi ada pula yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri. 5. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Bahasa a. Ada anak yang dapat berbicara dengan lancar, tetapi ada juga yang mudah gugup. b. Ada anak yang dapat berbicara secara ringkas dan jelas, tetapi ada pula yang berbelit-belit dan tidak jelas. c. Ada anak yang dapat berbicara dengan intonasi suara menarik, tetapi ada pula yang monoton. 6. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Bakat a. Ada anak yang sejak kecil dengan mudah belajar memainkan alat-alat musik, tetapi ada juga yang sampai hampir dewasa belum juga dapat memainkan satu jenis pun alat musik. b. Ada anak yang sejak kecil begitu mudah dan kreatif melukis segala sesuatu yang ada di sekelilingnya, tetapi ada juga yang sangat sulit kalau harus melukis. c. Ada anak yang demikian cepatnya menghafal dan menyanyikan lagu dengan baik, tetapi ada pula yang sudah latihan berkali-kali masih saja sumbang.

7. Perbedaan Karakteristik Individual Aspek Nilai, Moral dan Sikap a. Ada anak yang bersikap taat pada norma, tetapi ada yang begitu mudah dan enak saja melanggar norma. b. Ada anak yang perilakunya bermoral tinggi, tetapi ada yang perilakunya tak bermoral dan tak senonoh. c. Ada anak yang penuh sopan santun, tetapi ada yang perilaku maupun tutur bahasanya seenaknya sendiri saja

Anda mungkin juga menyukai