Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR TUGAS TUTORIAL

UNIVERSITAS TERBUKA JEMBER

TUGAS TUTORIAL KE-1


Kode MK : PDGK4203 NIM : 858931126
Nama MK : PENDIDIKAN MATEMATIKA 1 NAMA : DEDY PRASETYA SURJONO
Prodi/Semester : 118/3 (Ganjil) Pokjar : BONDOWOSO

Petunjuk:
1. Jawab pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar.
2. Lembar Soal ini dicetak, Jawaban ditulis tangan di Lembar Jawaban
3. Tugas Tutorial ini dikerjakan di rumah.
4. Jawaban difoto atau discan dijadikan dalam satu file format PDF
5. Dikumpulkan paling lambat 13 Mei 2023 Pukul 23.59 WIB Melalui Laman Silayar.

Pertanyaan/Soal/Tugas
1. Sebutkan tahapan matematika menurut Bruner, Dienes, dan Van Hiele!
2. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat Bilangan Bulat pada:
a. Operasi penjumlahan dan pengurangan
b. Operasi perkalian
3. Pak Yusuf mempunyai persediaan 30 rambutan. Beliau membeli lagi 6 kardus rambutan. Setiap
kardus berisi 115 rambutan. Semua rambutan akan dikemas kembali dalam kantong plastic.
Jika setiap kantong plastic berisi 10 rambutan. Berapa kantong plastik yang harus disediakan?
4. Selesaikan operasi pengurangan dan penjumlahan bilangan bulat berikut!

contoh : 0 + a = -4
a= 0 – 4
a= - 4
Jawaban :

1. Tahapan matematika menurut :Bruner, Dienes, dan Van Hiele


a. Menurut Bruner, ada proses belajar yang terbagi dalam tiga tahap. Yaitu :
a) Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive)
Tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-benda real atau
mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Pada tahap ini anak masih dalam gerak reflek dan
coba-coba, belum harmonis. Ia memanipulasikan, menyusun, menjejerkan, mengutak-ngatik,
dan bentuk-bentuk gerak lainnya (serupa dengan tahap sensori motor dari Peaget).
b) Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic)
Pada tahap ini, anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam
bentuk bayangan mental. Dengan kata lain anak dapat membayangkan kembali atau
memberikan gambaran dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang dialami atau
dikenalnya pada tahap enaktif, walaupun peristiwa itu telah berlalu atau benda real itu tidak
lagi berada di hadapannya (tahap pre-operasi dari Peaget).
c) Tahap Simbolik (Symbolic)
Pada tahap terakhir ini anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk
symbol dan bahasa. Apabila ia berjumpa dengan suatu simbol maka bayangan mental yang
ditandai oleh simbol itu akan dapat dikenalnya kembali. Pada tahap ini anak sudah mampu
memahami simbol-simbol dan menjelaskan dengan bahasanya. (Serupa dengan tahap operasi
konkret dan formal dari Peaget)

b. Menurut Dienes, ada enam tahapan secara berurutan. Yaitu :


a) Tahap Bermain (Free Play)
Pada tahap awal ini anak-anak bermain bebas tanpa diarahkandengan menggunakan benda-
benda matematika konkret. Siswa belajar konsep matematika mulai mengotak-ngatik atau
memanipulasikan benda-benda konket. Tugas guru adalah menyediakan benda-benda konkret
yang bisa menyajikan konsep-konsep matematika. Pada tahap ini guru tidak seperti biasa
mengajar matematika, dengan cara terstruktur dan pengarahan, namun demikian tetap ini
penting bagi anak dalam belajar konsep matematika. Di sini anak pertama kali mengalami
banyak komponen konsep melalui interaksi dengan lingkungan belajar yang berisi penyajian
konkret dari konsep. Anak membentuk mental dan sikap sebagai persiapan memahami struktur
matematika dari konsep.
b) Tahap Permainan (Games)
Pada tahap kedua ini, anak mulai mengamati pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep.
Mereka akan memperhatikan bahwa ada aturan-aturan tertentu yang terdapat dalam suatu
konsep tertentu, tetapi tidak terdapat dalam konsep-konsep lainnya. Melalui permainan, siswa
diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan struktur-struktur matematika. Dengan berbagai
permainan untuk penyajian konsep-konsep yang berbeda, akan menolong anak untuk bersifat
logis dan matematis dalam mempelajari konsep-konsep tersebut. Misalnya, bermain berjejer
membentuk garis lurus, berjejer membentuk lingkaran, melangkah maju mundur untuk
menanamkan konsep bilangan bulat positif dan negative, mengumpulkan bangun-bangun
segitiga dan sekumpulan bangun-bangun geometri dan sebagainya.
c) Tahap Penelaahan Kesamaan Sifat (Searching for Communities)
Pada tahap ini siswa mulai diarahkan pada kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam
permainan yang sedang diikuti. Dalam melatih mencari kesamaan sifat ini, guru perlu
mengarahkan mereka dengan mentranslasikan kesamaan struktur dan bentuk permainan lain.
Pada tahap ini siswa mulai belajar membuat abstraksi tentang pola, keteraturan, sifat-sifat
bersama yang dimiliki dari model-model yang disajikan. Misalnya dari berbagai benda
segitiga, segitiga dari kawat, segitiga dari karet pada papan berpaku, dengan berbagai ukuran
dan berbagai bentuk segitiga (sembarang, tumpul, lancip, samasisi, siku-siku), siswa membuat
atraksi tentang konsep segitiga. Bahwa untuk sembarang segitiga, segitiga itu sisinya lurus da
nada 3 buah demikian pula dengan titik sudutnya ada 3 buah. Dari pengalaman tentang konsep
segitiga ini siswa bisa membedakan yang mana segitiga dan yang mana yang bukan segitiga.
Contoh lainnya tentang konsep bilangan genap. Para siswa diajak mencoba membagi beberapa
bilangan oleh 2 dengan beberapa contoh sedemikian rupa sehingga selalu bersisa nol atau
dengan kata lain habis dibagi oleh 2.
d) Tahap Representasi (Representation)
Pada tahap ke-4 ini, para siswa ini mulai belajar membuat pernyataan atau representasi tentang
sifat-sifat kesamaan suatu konsep matematika yang diperoleh pada tahap penelahaan kesamaan
sifat (tahap 3). Representasi ini dapat dalam bentuk gambar, diagram, atau verbal (dengan
kata-kata atau ucapan). Dalam menyajikan konsep segitiga itu, siswa dapat menggunakan
gambar segitiga atau mengucapkannya bahwa segitiga itu sisinya ada tiga buah dan titik
sudutnya ada tiga buah. Bilangan genap itu adalah bilangan yang dibagi oleh 2 sisanya nol.
e) Tahap Simbolisasi (Symbolization)
Pada tahap ke-5 ini, siswa perlu menciptakan symbol matmatika atau rumusan verbal yang
cocok untuk menyatakan konsep yang representasinya sudah diketahuinya pada tahap ke 4.
Simbol segitiga adalah ∆, simbol untuk bilangan genap adalah 2n dengan n adalah bilangan
bulat.
f) Tahap Formalisasi (Formalitation)
Tahap formalisasi merupakan tahap yang terakhir dan belajar konsep menurut Dienes. Pada
tahap ini siswa belajar mengorganisasikan konsep-konsep membentuk secara formal, dan
harus sampai pada pemahaman aksioma, sifat, atyran, dalil sehingga menjadi struktur dari
sistem yang dibahas. Dalam tahapan ini anak bukan hanyasekedar mampu merumuskan
teorema sertaa membuktikannya secara deduktif, tetapi harus sampai pada suatu sistem yang
berlaku dari pemahaman konsep-konsep yang terlibat satu sama lainnya. Isalnya bilangan bulat
dengan operasi penjumlahan beserta beberapa sifatnya seperti tertutup, pengelompokan,
adanya unsur satuan (identitas), dan mempunyai unsur lawan (invest) membentuk sebuah
sistem matematika. Tahap ke-6 ini di luar jangkauan anak usia SD

c. Menurut Van Hiele ada 5 tahapan, yaitu :


a) Tahap Pengenalan
Pada tahap ini siswa mulai belajar mengenal suatu bangun Geometri secara keseluruhan, tetapi
ia belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bangun Geometri yang dilihatnya itu.
Misalnya, jika seorang anak telah mengenal segitiga, bujursangkar, bola, kubus, dan
semacamnya, tetapi ia belum mengetahui sifat-sifat segitiga, bujursangkar, bola, kubus, dan
semacamnya itu. Ia belum tahu bahwa sisi-sisi kubus berbentuk bujursangkar ada sebanyak 6,
rusuknya ada 12 dan sebagainya. Ia belum tahu bahwa bujursangkar itu keempat sisinya sama
panjang dan keempat sudutnya siku-siku.
b) Tahap Analisis
Pada tahap analisis siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki bangun Geometri
yang diamati. Misalnya siswa telah mengenal sifat-sifat persegipanjang bahwa dua sisi yang
berhadapan sejajar dan sama panjang. Namun, pada tahap ini siswa belum mampu mengetahui
hubungan antara konsep-konsep. Misalnya, apakah persegipanjang itu jajarangenjang, apakah
jajarangenjang itu bujursangkar atau bujursangkar (persegi) itu adalah persegipanjang?
c) Tahap Pengurutan
Pada tahap ke tiga ini, siswa sudah mengenal dan memahami sifat-sifat satu bangun Geometri
serta sudah dapat mengurutkan bangun-bangun Geometri yang satu dengan yang lainnya
saling berhubungan. Misalnya ia telah mengenal bahwa bujursangkar itu adalah
jajarangenjang. Bahwa jajarangenjang adalah trapezium bahwa kubus adalah balok. Walaupun
kegiatan pata tahap ini berpikir secara deduktifnya belum berkembang tetapi baru mulai. Pada
tahap ini sudah mengenal bahwa kedua diagonal persegipanjang adalah sama panjangnya,
tetapi mungkin ia belum mampu menjelaskannya.
d) Tahap Deduksi
Pada tahap ini, siswa telah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu menarik
kesimpulan yang bersifat umum dan menuju ke hal-hal yang bersifat khusus. Siswa sudah
mulai memahami perlunya mengambil kesimpulan secara deduktif.. pada tahap ini siswa sudah
memahami pentingnya unsur-unsur yang tidak didefinisikan, aksioma atau postulat, dan dalil
atau teorema, tetapi ia belum bisa mengerti mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau
dijadikan dalil
.
e) Tahap Akurasi
Pada tahap kelima ini siswa sudah mulai menyadari pentingnya ketepatan prinsip-prinsip dasar
yang melandasi suatu pembuktian. Misalnya ia mengetahui pentingnya aksioma-aksioma atau
postulat-postulat dari geometri Euclid. Tahap berpikir ini merupakan tahap berpikir yang
paling tinggi, rumit dan kompleks, karena itu tahap akurasi (rigor) ini di luar jangkauan usia
anak-anak SD sampai tingkat SMP.

2. Sifat-sifat Bilangan Bulat pada:


a. Sifat-sifat Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
1) Sifat tertutup
Sifat tertutup untuk operasi penjumlahan maupun pengurangan dapat ditemukan oleh para
siswa dengan bimbingan guru. Misalnya kita ambil beberapa pasang bilangan bulat, kemudian
kita jumlahkan, dan tayakan hasilnya, apakah setiap dua bilangan bulat jumlahnya merupakan
bulat juga? Ambil 6 dan -2 adalah dua buah bilangan bulat, kemudian 6 + (-2) = 4 dengan 4
bilangan bulat juga. -9 bilangan bulat, -6 bilangan bulat dan -9 + (-6) = -15 adalah bilangan
bulat juga dan seterusnya. Apakah ada dua bilangan bulat yang dijumlahkan hasilnya bukan
bilangan bulat? Ternyata tidak ada.
Selanjutnya, kita bertanya apakah operasi pengurangan dalam bilangan bulat tertutup? Coba
berikan contoh-contohnya!, 7 - 4 = 3, 8 - 10 = -2, -4 - 5 = -9, -8 - (-5) = 3, dan sebagainya.
Apakah ada dua bilangan bulat kalau dikurangkan hasilnya bukan bilangan bulat? Apakah
yang dapat kita simpulkan tentang pengurangan dua bilangan bulat? Karena selisih
(pengurangan) dari dua bilangan bulat selalu merupakan bilangan bulat maka pengurangan
pada bilangan bulat itu tertutup.

2) Sifat pertukaran
Akan diperlihatkan bahwa dengan operasi penjumlahan untuk setiap bilangan bulat a dan b
berlaku a + b = b + a. misalnya beberapa orang siswa diminta untuk memilih dua buah
bilangan bulat, kemudian dijumlahkan, disebutkan hasilnya, kemudian diminta untuk
ditukarkan pasangannya, disebutkan lagi hasilnya. Setelah itu para siswa lauinnya diminta
mencocokkan kedua hasilnya. Apakah hasilnya sama atau tidak? Kemudian siswa lainnya
disuruh lagi ke depan, dan diminta untuk mengerjakan seperti yang telah dilakukan oleh
temannya tadi. Misalnya seperti berikut ini :
8 + 2 = 10 dan 2 + 8 = 10
3 + (-9) = -6 dan -9 + 3 = -6
-2 + 7 = 5 dan 7 + (-2) = 5
-5 + (-4) = -9 dan -4 + (-5) = -9, dan sebagainya.
Dikarenakan penjumlahan dua bilangan bulat dapat dipertukarkan maka penjumlahan pada
bilangan bulat memenuhi sifat pertukaran (sifat komutatif).

3) Sifat pengelompokan
Kita akan memperlihatkan bahwa dengan operasi penjumlahan untuk setiap a, b, dan c
bilangan-bilangan bulat berlaku (a + b) + c = a + (b + c).
Alternatif pembelajaran dapat ditempuh seperti pada kegiatan (1) dan (2) di atas tadi.
Misalnya pada salah satu kelompok atau salah seorang siswa diminta untuk memeriksa
kebenaran, apakah
(9+(-5)) + (-2) = 9 + ((-5) + (-2))?
Ruas kiri : (9 + (-5)) + (-2) Ruas kanan : 9 + ((-5)) + (-2))
= 4 + (-2) = 9 + (-7)
=2 =2
Jadi : (9 + (-5)) + (-2) = 9 + ((-5) + (-2))

Kelompok-kelompok lain atau siswa-siswa lainnya dimita pula memeriksa kebenaran bahwa
setiap 3 bilangan bulat jumlahnya tidak berubah, apakah bilangan pertama dengan bilangan
kedua atau bilangan kedua dengan bilangan ketiga dijumlahkan terlebih dahulu. Karena itulah
maka kebenaran yang seperti itulah dalam matematika dinamakan sifat pertukaran (sifat
asosiatif).
4) Sifat bilangan nol
Untuk menjelaskan konsep dari sifat bilangan 0, dapat dilakukan dengan menjumlahkan
sembarang bilangan dengan 0. Misalnya 5 + 0 = □, -2 + 0 = □, 0 + 0 = □. Apa yang dapat kita
simpulkan? Ternyata bahwa setiap bilangan bulat ditambah dengan nol sama dengan dirinya
sendiri. Hal ini dapat pula diperlihatkan dengan garis bilangan. Melalui pengertian tersebut
kita telah menjelaskan sifat bilangan nol dalam operasi penjumlahan. Nol merupakan unsur
satuan (identitas) dalam bilangan bulat untuk operasi penjumlahan.

b. Sifat-sifat perkalian
1) Sifat tertutup
Pembelajaran pemahaman sifat ini seperti halnya dalam operasi penjumlahan di atas. Salah
seorang siswa diminta untuk memilih sembarang dua bilangan bulat, kemudian
mengalikannya, dan menyebutkan hasilnya. Apakah setiap hasil kali dari dua bilangan bulat
merupakan bilangan bulat juga? Kemudian dicoba lagi kepada beberapa siswa lainnya.
Misalnya : 4 dan -2 adalah bilangan bulat dan 4 x (-2) = -8 dengan (-8) adalah bilangan bulat
juga. Demikian pula (-3) x (-5) = 15 dengan (-3), (-5) an 15 adalah bilangan-bilangaj bulat.

2) Sifat pertukaran
Kita sudah mengetahui bahwa untuk setiap 2 bilangan bulat hasil kalinya juga merupakan
bilangan bulat. Kemudian berdasarkan pada pengetahuan sebelumnya, yaitu tentang perkalian
bilangan-bilangan bulat kita ajukan beberapa pertanyaan dan memberikan contoh-contohnya,
misalnya :
2x3 =3x2 sebab 2x 3 = □ dan 3 2 =□
3 x (-4) = -4 x 3 sebab 3 x (-4) = □ dan (-4) x 3 =□
(-2) x 5 = 5 x (-2) sebab (-2) x 5 = □ dan 5 x (-2) =□
(-5) x (-3) = (-3) x (-5) sebab (-5) x (-3) = □ dan (-3) x (-5) =□

3) Sifat pengelompokan
Kita sudah mengetahui berlakunya sifat pengelompokan pada operasi penjumlahan, dan
sekarang kita akan memeriksanya pada operasi perkalian. Melalui diskusi dan bimbingan dari
guru para siswa dibentuk dalam beberapa kelompok , kemudian diminta untuk mencari hasil
perkalian dari ruas kiri dan ruas kanan serta membandingkannya. Misalnya :
a. Periksalah apakah hasil perkalian di sebelah kiri (ruas kiri) sama dengan di sebelah kanan
(ruas kanan)?
3 x ((-2) x 4) = (3 x (-2)) x 4
Ruas kiri : 3 x ((-2) x 4) = 3 x (-8) = -24 Ruas kanan : (3 x (-2)) x 4 = -6 x 4 = -24
Ternyata ruas kiri = ruas kanan = -24
Jadi, 3 x ((-2) x 4) = (3 x (-2) x 4

Periksa lagi hasil-hasil perkalian di ruas kiri dengan di ruas kanan untuk variasi-variasi
berikut ini :
Apakah 5 x (2 x -3) = (5 x 2) x (-3)?
Apakah (-7) x (-2 x 3) = ((-7) x (-2)) x 3?, dan seterusnya.

b. Ternyata bahwa setiap kita mengambil sembarang tiga bilangan bulat lainnya hasilmya
selalu sama. Hal ini menunjukkan bahwa sifat pengelompokan perkalian pada bilangan
bulat berlaku. Dengan kata lain operasi perkalian pada bilangan bulat memenuhi sifat
pengelompokan.

4) Sifat penyebaran
Pada pembelajaran pemahaman sifat penyebaran perkalian terhadap penjumlahan dapat
dilakukan seperti halnya pembelajaran pada sifat pengelompokan di atas. Misalnya :
a. Apakah : 3 x ((-2) + 4) = (3 x (-2)) + (3 x 4)?
Ruas kiri : 3 x ((-2) + 4) = 3 x 2 = 6 Ruas kanan : (3 x (-2)) + (3 x 4) = 6 + 12 = 6
Ruas kiri = ruas kanan = -2
Jadi, 3 x ((-2) + 4) = (3 x (-2)) + (3 x 4)
b. Dengan memeriksa untuk beberapa contoh lainnya sebagai latihan dapat disimpulkan
bahwa sifat penyebaran perkalian terhadap penjumlahan pada bilangan bulat berlaku.
Untuk lebih memahami sifat penyebaran dalam perkalian, berikanlah beberapa variasi soal
latihan

5) Sifat bilangan satu dan nol


Melalui tanya jawab dengan berbekal pengetahuan sebelumnya, para siswa diajak untuk
menjawab beberapa pertanyaan dari guru, kemudian dengan bimbingan dan arahan dari guru
ditentukan kesimpulannya.
Misalnya :
2 x 1 = □ (2) 9 x 0 = □ (0)
-3 x 1 = □ (3) -7 x 0 = □ (0)
10 x 1 = □ (10) 1 x 0 = □ (0)
-9 x 1 = □ (-9) 0 x 0 = □ (0)
dan sebagainya.

Ternyata bahwa setiap bilangan bulat dikalikan dengan hasilnya sama dengan bilangan bulat
itu sendiri, dan setiap bilangan bulat dikalikan dengan nol hasilnya adalah nol. Sebagai
penguatannya, para siswa diminta untuk mencoba dengan bilangan-bilangan lainnya.

3. Jumlah rambutan seluruhnya = 30 + 6 x 115


= 30 + 690
= 720 rambutan
Jumlah kantong plastik = 720 : 10
= 72 kantong plastik
Jadi, kantong plastik yang disediakan adalah 72 kantong plastik.

4. 0 + a = -4 (-4) - f = 1
a=0-4 f = (-4) + 5
a = -4 f=1

(-2) + b = -5 5 + g = -1
b = (-2) - 3 g=5-6
b = -5 g = -1

(-1) - c = 4 (-5) - h = -2
c = (-1) + 5 h = (-5) + 3
c = -1 h = -2

(-2) - d = 1 1- i=5
d = (-2) + 3 i=1+ 4
d=1 i=5

6+e=1 3 + j = -1
e=6-5 j=3- 4
e=1 j = -1

Anda mungkin juga menyukai