Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN

MODUL 1,2,3
PEMBELAJARAN PKN DI SD

Nama : Wiwik Wijayanti


NIM : 856772931
Nama Tutor : Dra. Sri Hidayati, M.Si

Modul 01
Hakikat, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di SD

Kegiatan Belajar 1 (Hakikat, Fungsi dan Tujuan PKn di SD)


Dalam kurikulum SD 1968 terdapat mata pelajaran pendidikan kewargaan negara (PKN)
yang di dalamnya mencangkup materi geografis dan sejarah Indonesia serta civics atau
kewargaan Negara. Dalam kurikulum SD 1975 dan kurikulum SD 1984 mata pelajaran PKN
tersebut namanya berubah menjadi pendidikan moral pancasila (PMP). Menurut kurikulum
Dikdas 1994 mata pelajaran itu diberi label pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
(kemudian dipakai singkatan PPKn).
Konsep kewarganegaraan yang semula secara khusus membahas masalah hak dan kewajiban
warga Negara, dan konsep kewarganegaraan yang semula secara khusus membahas masalah
status politik warga Negara telah berkembang menjadi konsep kewarganegaraan dalam arti luas
yang mencangkup baik mengenai hak dan kewajiban maupun status warga Negara.
Tujuan dan isi PPKn SD 1994 berkenaan dengan konsep nilai, moral dan norma yang
terkandung dalam pancasila dan UUD 45 serta penjabarannya dalam sumber hukum dibawah
UUD 45. Untuk tingkat sekolah dasar, kurikulum PPKn SD 1994 menjabarkan konsep, nilai,
moral dan norma pancasila dan UUD 45 itu secara ‘bejenjang berkelanjutan semakin luas’ mulai
dari kelas I sampai kelas VI.
Patut digaris bawahi isi pasal 3 UU Sisdiknas 20/2003 yang menyatakan bahwa ‘pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Pasal 6 ayat (1) PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan
bahwa kurikulum SD/MI/SDLB/PaketA,SMP/MTs/SMPLB/PaketB, SMA/MA/SMALB/ Paket
c/SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat terdiri dari :
a. Kelompok mata pelajaran keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia,
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi,
d. Kelompok mata pelajaran estetika,
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Kegiatan Belajar 2 (Ruang Lingkup PKn di SD)


Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.
Secara umum, PPKn di SD bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta antikorupsi
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa bangsa lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Sruktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang
pendidikan selama enam tahun mulai kelas I sampai dengan kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI
disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.
 Muatan materi tentang Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi hidup rukun dalam
perbedaan, cinta lingkungan, kebangsaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda,
keutuhan Negara kesatuan republic Indonesia, partisipasi dalam pembelaan Negara, sikap
positif terhadap Negara kesatuan republic Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
 Muatan materi tentang Norma, hukum dan peraturan, meliputi:
1. Tertib dalam kehidupan keluarga
2. Tata tertib di sekolah
3. Norma yang berlaku dimasyarakat
4. Peraturan di daerah
5. Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
6. Sistem hukum dan peradilan nasional,
7. Hukum dan peradilan internasional.
 Muatan materi tentang hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan
kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM, kemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM.
 Muatan materi tentang kebutuhan warganegara, meliputi: hidup gotong royong, harga diri
sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara.
 Muatan materi tentang konstitusi Negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar
Negara dengan konstitusi.
 Muatan materi tentang kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, pers
dalam masyarakat demokrasi.
 Muatan materi tentang pancasila, meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar Negara dan
ideology Negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar Negara, pengamalan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sehari hari, pancasila sebagai ideology terbuka.
 Muatan materi tentang globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Kegiatan Belajar 3 (Tuntutan Pedagogis PKn di SD)


Setiap substansi PKn memiliki tuntutan pedagogis berupa pengalaman belajar (learning
experiences) yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan kewarganegaraan, dalam
pengertian ketuntasan penguasaan kompetensi kewarganegaraan yang tersurat dan tersirat dalam
lingkup isi dan kompetisi dasar.
Implikasi dari lingkup isi PKn SD/MI perlu dikaitkan dengan esensi kualitas warga Negara
yang demokratis dan bertanggungjawab. Pada dasarnya PKn menuntut perwujudnya pengalaman
belajar kognitif, belajar nilai dan sikap, dan belajar perilaku. Proses pendidikan yang dituntut dan
menjadi kepedulian PKn adalah proses pendidikan yang terpadu utuh, yang juga disebut sebagai
bentuk confluent education.
Dalam PKn berlaku pada postulat bahwa value is neither trought now cought, it is learned.
Postulat tersebut mengandung makna bahwa nilai tidak bisa diajarkan ataupun ditangkap sendiri
tetapi dicerna melalui proses belajar. Oleh karena itu, nilai harus termuat dalam materi pelajaran
PKn.
Untuk standar kompetensi dasar mengenal ‘sistem pemerintahan tingkat pusat’ yang
diturunkan menjadi kompetensi dasar mengenal lembaga-lembaga Negara dalam susunan
pemerintahan tingkat pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK dan BPK. Dapat dijabarkan
pengalaman belajar ‘siswa mempelajari dokumen tentang pemerintahan desanya dan
kecamatannya dan beraudiensi dengan lurah dan camat disekolah atau di kantornya untuk
mendapatkan informasi mengenai jalannya pemerintahan desa dan kecamatan.’ Dan ‘ siswa
berdiskusi tentang
1. Kedudukan dan fungsi lembaga pemerintahan desa dan kecamatan dengan menggunakan
dokumen dan hasil audiensi dengan lurah dan camat,
2. Hubungan timbal balik antara warga desa/kecamatan dengan pemerintahan desa kecamatan ,
3. Hubungan structural dan fungsional pemerintahan desa dan kecamatan
PKn merupakan mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang
bersifat multidimensional karena merupakan pendidikan nilai demokrasi, pendidikan moral,
pendidikan sosial, dan masalah pendidikan politik.
PKn merupakan program pembelajaran nilai dan moral pancasila dan UUD 45 yang bermuara
pada terbentuknya watak pancasila dan UUD 45 dalam diri peserta didik. Watak ini
pembentukannya harus dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi keterpaduan konsep moral,
sikap moral dan perilaku moral demokrasi yang bersumber dari pancasila dan UUD 45. Dengan
demikian pula kita dapat menegaskan kembali bahwa PKn merupakan suatu bentuk mata
pelajaran yang mencerminkan konsep, strategi, dan nuansa confluent education yang
memusatkan perhatian pada pengembangan manusia Indonesia seutuhnya.

Modul 02
Karakteristik PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral

Kegiatan Belajar 1 (Pendekatan PKn sebagai Nilai dan Moral di SD)


Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosiakultural yang jelas dan mendesak bagi
kelangsungan kehidupan yang berkeadaban karena pada dasarnya pewarisan nilai antar generasi-
generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana sosiopsikologis dan selalu menjadi tugas
dari proses peradaban.
Peranan sekolah sebagai wahana psikopedagogis dan sosiopedagodis yang berfungsi sebagai
pendidik moral menjadi semakin penting, pada saat dimana hanya sebagian kecil anak yang
mendapat pendidikan moral dari orangtuanya dan peranan lembaga keagamaan semakin kecil.
Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan moral karena inti dari demokrasi
adalah pemerintahan yang berakar dari rakyat, dilakukan oleh wakil pembawa amanah rakyat,
dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai suatu peniscayaan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat global.
Pendidikan nilai di Indonesia bersifat tidak sekuler karena Negara tidak melepaskan
pendidikan nilai keagamaan dari tanggungjawabnya. Dalam konteks itu maka pendidikan nilai
moral di Indonesia mencangkup nilai moral keagamaan dan nilai moral sosial dan nilai
sosiostetika.
Secara konstitusional demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang theistis atau demokrasi
yang berketuhanan yang maha esa. Oleh karena itu pendidikan nilai bagi Indonesia seyogyanya
berpijak pada nilai nilai keagamaan, nilai yang berbineka tunggal ika. Dalam konteks itu maka
teori perkembangan moral dari Piaget dan Kohlberg yang dapat diadaptasikan adalah terhadap
nilai moral sosial kultural selain nilai yang berkenaan dengan keyakinan atau aqidah keagamaan
yang tidak selamanya dapat atau boleh dirasionalkan.
 Konsepsi pendidikan nilai moral Piaget yang menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan mengambil keptusan dan memecahkan masalah moral dalam kehidupan dapat
diadaptasikan dalam pendidikan nilai di Indonesia dalam konteks demokrasi konstitusional
Indonesia dan konteks sosial kultural masyarakat Indonesia yang berbineka tunggal ika termasuk
dalam keyakinan agama.
 Konsepsi pendidikan nilai moral Kohlberg yang menitikberatkan pada penalaran
individu peserta didik untuk memilih posisi moral yang memberi kebebasan kepada individu
peserta didik untuk memilih posisi moral, digunakan dalam konteks pembahasan nilai selain nilai
aqidah sesuai dengan keyakinan agama masing masing. Sedangkan teori tingkatan dan tahapan
perkembangan moral Kohlberg secara konseptual dapat digunakan sebagai salah satu landasan
bagi perkembangan pradigma penelitian perkembangan moral bagi orang Indonesia.
 Kerangka konseptual komponen good character dari Lickona yang membagi karakter
menjadi wawasan moral, perasaan moral, dan perilaku moral dapat dipakai untuk
mengklasifikasi nilai moral dalam pendidikan nilai di Indonesia dengan menambahkan ke dalam
masing masing dimensi itu aspek nilai yang berkenaan dengan konteks keagamaan seperti
wawasan ketuhanan yang maha esa dalam dimensi wawasan morak, perasaan mengabdi kepada
Tuhan Yang Maha Esa dalam dimensi perasaan moral, dan perilaku moral kekhalifahan dalam
dimensi perilaku moral.
Kesemua teori pendidikan nilai Barat antara lain teori Piaget, Kohlberg dan Lickona dapat
digunakan sebagai sumber akademis dalam membangun desain penelitian pendidikan nilai di
Indonesia dengan cara mengambil secara adaptis sesuai dengan konteks sossial kultural dan
sosial religious masyarakat Indonesia.

Kegiatan Belajar 2 (Pendidikan Nilai Moral dalam Standar Isi PKn di SD)
Muatan isi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memfokuskan pada pembentukan
warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
pancasila dan UUD 1945.
Secara umum PKn di SD bertujuan untuk mengembangkan kemampuan;
1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti-korupsi
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Kegiatan Belajar 3 (Hubungan Interaktif Pengembangan Nilai dan Moral dalam PKn SD)
Konsep values education, moral education, education for virtues sebagai program dan proses
pendidikan yang tujuannya selain mengembangkan pikiran, juga mengembangkan nilai dan
sikap.
Setiap individu warga Negara seyogyanya mengerti dan memiliki komitmen terhadap fondasi
moral demokrasi,yakni menghormati hak oranglain, mematuhi hukum yang berlaku, partisipasi
dalam kehidupan masyarakat, dan peduli terhadap perlunya kebaikan bagi umum.
Pendidikan nilai berdasarkan teori Piaget adalah pendidikan nilai moral atau nilai etis yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan psikologi perkembangan moral kognitif yang
menitikberatkan pada pengembangan prilaku moral yang dilandasi oleh penalaran moral yang
dicapai dalam konteks kehidupan masyarakat.
Kohlberg mengajukan postulat atau anggapan dasar bahwa anak membangun cara berpikir
melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral seperti keadilan, hak, persamaan, dan
kesejahteraan manusia.
Kohlberg menolak pendidikan nilai/karakter tradisional yang berpijak pada pemikiran bahwa
ada seperangkat kebajikan/keadaban (bag of virtues) seperti kejujuran, budi baik, kesabaran,
ketegaran yang menjadi landasan perilaku moral yang memberi implikasi bahwa tugas guru
adalah mempelajarkan kebajikan itu melalui percontohan dan komunikasi langsung keyakinan
serta memfasilitasi peserta didik untuk melaksanakan kebajikan itu dengan memberinya
penguatan.
Kohlberg mengajukan pendekatan pendekatan pendidikan nilai dengan menggunakan
pendekatan klarifikasi nilai (value clarification approach). Pendekatan ini bertolak dari asumsi
bahwa tidak ada jawaban benar satu satunya terhadap suatu dilemma moral tetapi disitu ada nilai
yang dipegang sebagai dasar berpikir dan berbuat.
Kedua teori perkembangan moral ini memiliki visi dan misi yang sama dan sampai dengan
saat ini menjadi landasan dan kerangka berpikir pendidikan nilai didunia barat yang dengan jelas
menitikberatkan pada peranan pikiran manusia dalam mengendalikan perilaku moralnya dan
mengabaikan pertimbangan bahwa didunia ini ada nilai religious yang melandasi kehidupan
individu dan masyarakat yang tidak bisa sepenuhnya didekati secara rasional.

Modul 03
Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan IPS dan Mata Pelajaran Lain
Kegiatan Belajar 1 (Gambaran Umum dan Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan
Serta Mata Pelajaran IPS dan Mata Pelajaran Lainnya di SD)
Pemberlakuan kurikulum pendidikan dasar tahun 2006 secara bertahap dan pemberlakuan
kurikulum D-II PGSD yang baru diberlakukan pada tahun akademik 1995 menuntut adanya
pemahaman tentang kurikulum tersebut bagi keberhasilan pelaksanaannya.
Hakikat dan karakteristik pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk memperoleh
persepsi yang sama tentang bidang studi tersebut agar pelaksanaannya oleh guru SD dapat
berjalan dengan baik. Disamping itu, secara spesifik pendidikan kewarganegaraan juga selain
sebagai pendidikan politik juga berfungsi sebagai pendidikan politik, pendidikan
kewarganegaraan, pendidikan hukum dan kemasyarakatan. Pendidikan kewarganegaraan
merupakan wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar
pada budaya bangsa Indonesia yang diwujudkan dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari
hari peserta didik. Selain sebagai bagian dari kurikulum SI PGSD, bidang studi pendidikan
kewarganegaraan juga sebagai mata pelajaran SD.

Kegiatan Belajar 2 (Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan IPS)


Mata pelajaran atau bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan sesuai dengan hakikat dan
karakteristiknya memiliki keterkaitan dengan bidang studi lainnya, khususnya dengan IPS.
Pendidikan Kewarganegaraan menuntut sejarah perkembangannya sampai dalam bentuk seperti
sekarang ini secara historis memiliki keterkaitan yang kuat dengan IPS sebab sebelum menjadi
bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan pada mulanya bidang studi ini merupakan bagian dari
IPS, dimana semua materi pelajaran IPS yang erat kaitannya dengan pancasila dan undang-
undang dasar 1945. Adapun yang menjadi tantangan dalam mengimplementasikan konsep
pembelajaran terpadu di SD adalah tuntutan terhadap kemampuan professional guru dalam
melaksanakan konsep pembelajaran terpadu tersebut. Selain memiliki keunggulan sebagaimana
layaknya setiap pendekatan, konsep pembelajaran terpadu pun memiliki kelemahan dalam
penerapannya. Salah satu kelemahannya ialah umumnya guru lebih senang dengan apa yang
sudah sering dikerjakan dalam proses belajar mengajarnya dengan lain perkataan agak sulit
menerima pembaharuan dan perubahan.

Kegiatan Belajar 3 (Hubungan Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan dengan Mata


Pelajaran Lainnya)
Dengan memperhatikan karakteristik anak SD maka pembelajaran yang menggunakan
pendekatan keterkaitan amatlah tepat, karena hal itu akan membantu siswa memperoleh
pengetahuan secara utuh dan melakukan tugas tugasnya sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhannya. Hal itu sesuai pula pesan kurikulum pendidikan kewarganegaraan 1994 yang
memungkinkan dikaitkannya mata pelajaran atau bidang studi pendidikan kewarganegaraan
dengan mata pelajaran dan bidang studi lainnya. Keterkaitan anatara pendidikan
kewarganegaraan tidak hanya dengan mata pelajaran IPS, tetapi juga dengan mata pelajaran atau
bidang studi studi lainnya seperti pendidikan agama, matematika, IPA, pendidikan jasmani dan
kesehatan, dan kerajinan tangan dan kesenian.
Untuk melaksanakan keterkaitan tersebut, ada berbagai pendekatan yang dapat digunakan,
namun pada kesempatan ini contoh contoh pendekatan pendekatan yang dikemukakan hanyalah
beberapa diantaranya pendekatan yang bersifat intra (connected) dan pendekatan yang bersifat
antar, inter atau lintas (webbed dan integrated). Dalam melaksanakannya harus dilakukan
perancangan dan penyusunan atau pengembangan satuan pelajaran sebagai lazimnya suatu
pembelajaran atau menyusun scenario pembelajaran. Satuan pembelajaran tersebut mencangkup
nama mata pelajaran, kelas dan Cawu, tema atau topic serta pokok-pokok bahasan atau konsep,
waktu dan pertemuan. Kemudian, dilakukan tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian baik
menyangkut proses maupun produk sebagai mana juga dilakukan dalam pembelajaran lainnya.

Anda mungkin juga menyukai