Anda di halaman 1dari 31

Tugas Kelompok Modul 1, 2, dan 3

PEMBELAJARAN PKn DI SD
(PDGK4201)

Tutor : Muhammad Adika Nugraha, S.Pd., M.Pd

Kelompok 1 :

• Friskanita Oktavia T. Sitohang 855839861


• Ranggawana Lumban Gaol 859881586
• Awie Audia Pranata Sitohang 855849278
• Pitri Solida Simanullang 855841417
• Redika Simamora 855841345
Modul 1
Hakikat, Fungsi, dan
Tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan di SD
KEGIATAN BELAJAR 1
Hakikat, Fungsi dan Tujuan PKn di SD

A. Hakikat PKn
  Kurikulum 1946, Kurikulum 1957, Kurikulum 1961 : Tidak dikenal mata pelajaran PKn
  Yang ada pada Kurikulum 1946 dan Kurikulum 1957 : Pengetahuan Umum di SD dan Tata Negara di
SMP/SMA
  Kurikulum SD tahun 1968 : dikenal mata pelajaran PKN ( Pendidikan Kewargaan Negara ) mencakup
Sejarah Indonesia, Geografi dan Civics
  Kurikulum SMP 1968 PKN mencakupmateri Sejarah Indonesia dan Tata Negara
  Kurikulum SMA 1968 PKN lebih banyak berisi materi UUD 1945
  Kurikulum SPG 1969 PKN mencakup Sejarah Indonesia, UUD, Kemasyarakatan dan Hak Asasi
Manusia
  Beda Kewargaan Negara dan Kewarganegaraan :
Kewargaannegara merupakan terjemahan dari “Civics” yang merupakan mata pelajaran sosial yang
 bertujuan membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warganegara yang baik. Kewarganegaraan
digunaakan dalam perundangan mengenai status formal warga negara dalam suatu negara.
B. Fungsi dan Tujuan PKn

Ketentuan perundang-undangan yang mendasari PKn mejadi wahana psikologis-pedagogis adalah sebagai berikut :
 
1. Pembukaan UUD 1945 dan perubahaaannya, alinea 4
2. UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Pasal 3, Pasal 4, Pasal 37 ayat (1), Pasal 38
3. Peraturan Pemerintah RI no. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional Pasal 6 ayat (1), Pasal 6 ayat (4), Pasal 7 ayat (3)
 PKn harus berfungsi sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab.
Sekolah dikembangkan sebagai wahana sosial kultural untuk membangun kehidupan yang demokratis, artinya sekolah harus menjadi wahana pendidikan untuk
mempersiapkan kewarganegaraan yang demokratis melalui pengembangan kecerdasan spiritual, rasional, emosional, dan sosial warganegara baik sebagai aktor
sosial maupun sebagai pemimpin pada hari ini dan hari esok.
Paradigma pendidikan demokrasi melalui PKn yang perlu dikembangkan dalam lingkungan sekolah adalah penddikan demokrasi yang bersifat multidimensial
atau bersisi jamak.

Sifat multidimensialitasnya itu antara lain terletak pada :


  pandangannya yang pluralistik-uniter ( bermacam-macam, tetapi tetap menyatu dalam  perngertian  Bhinneka Tunggal Ika
 sikapnya dalam menempatkan individu, negara dan masyarakat global secara harmonis.
 tujuannya yang diarahkan pada semua dimensi kecerdasan ( spiritual, rasional, emosional dan sosial )
 konteks (setting) yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka, fleksibel, dan  bervariasi merujuk kepada dimensi tujuannya.

 
 
KEGIATAN BELAJAR 2
Ruang Lingkup PKn di SD

Dalam Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dikemukakan bahwa “ Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila UUD 1945”, sedangkan tujuannya adalah agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :  
 Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
 Berpatisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
 bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta antikorupsi.
 Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
 Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Struktur Kurikulum SD/MI

Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan staandar kompetensi lulusan dan standar
kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut :
 a. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.  
 b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu
 c. Pembelajaran pada kelas I s.d.III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas
IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
 d. Jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur
kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 jam pembelajaran per
minggu secara keseluruhan.
 e. Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit
 f. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran adalah 34-38 minggu
Berdasarkan Permendiknas No.22 Tahun 2006 Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:

A. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi Hidup rukun dalam E. Konstitusi Negara, meliputi Proklamasi kemerdekaan dan
perbedaan, Cinta lingkunan, Kebanggaan sebagai bangsa konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yag pernh
Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan NKRI, Partisipasi dalam digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan
 pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI, Keterbukaan konstitusi
dan jaminan keadilan.
F. Kekuasaan dan Politik, meliputi Pemerintahan Desa dan
B. Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan kecamatan, Pemerintahan Daerah dan otonomi, Pemerintah
keluarga, Tata tertib di sekolah,  Norma yang berlaku di Pusat, Demokrasi dan sistem politik , Budaya politik, Budaya
masyarakat, Peraturan-perturan Daerah, Noma-norma dalam demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan,
kehidupan  berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan Pers dalam masyarakat demokrasi.
peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.
G. Pancasila, meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
C. Hak Asas Manusia, meliputi Hak dan kewajiban anak, Hak dan dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan negara , Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
internasional HAM, Pemajuan, penghormatan, dan perlindungan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
HAM.
H. Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, Politik luar
D. Kebutuhan Warga Negara, meliputi hidup gotong royong, Harga negeri Indoesia di era globalisasi, Dampak globalisasi,
diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional dan
Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan Mengevaluasi globalisasi
bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara
KEGIATAN BELAJAR 3
Tuntutan Pedagogis PKn di SD

 Tuntunan pedagogis dalam modul ini diartikan sebagai Setiap konsep nilai Pancasila yang telah dirumuskan
pengalaman belajar yang bagaimana yang diperlukan untuk sebagai butir materi PKn pada dasarnya harus memiliki aspek
mencapai tujuan pendidikan kewarganegaraan , dalam konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral.
pengertian ketuntasan penguasaan kompetensi
PKn sebagai pendidikan nilaidan moral kaitannya dengan
kewarganegaraan yang tersurat dan tersirat dalam lingkup isi
pendidikan watak, ada catatan sebagai  berikut :
dan kompetensi dasar. PKn merupakan mata pelajaran
sebagai pendidikan nilai dan moral, alasannya sebagai 1. PKn sebagai mata pelajaran yang memiliki aspek utama
berikut : sebagai pendidikan nilaidan moral, yang  bermuara pada
pengembangan watak dan karakter peserta didik.sesuai
1 Materi PKn adalah konsep-konsep nilai Pancasila dan
nilai-nilai dan moral Pancasila
UUD 1945 beserta dinamika perwujudan alam kehidupan
masyarakat negara Indonesia. 2. Nilai dan moral Pancasila dan UUD 45 dapat
dikembangkan dalam diri peeserta didik melalui
2.Sasaran Belajar Akhir PKn adalah perwujudan nilai-nilai
 pengembangan konsep moral, sikap moral, dan perilaku
tersebut dalam perilaku nyata kehidupan sehari-hari.
moral setiap rumusan butir nilai materi PKn.
3. Proses pembelajarannya menuntut terlibatnya
emosioal, intelektual, dan sosial dari peseta didik dan guru
sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami ( bersifat
kognitif), tetapi dihayati (  bersifat objektif), dan dilaksanakan
(bersifat perilaku)
MODUL
2
Karakteristik PKn
Sebagai Pendidikan
Nilai dan Moral
KEGIATAN BELAJAR 1
Pendekatan PKn sebagai Pendidikan Nilai dan
Moral di SD
Herman ( 1972 ) mengemukakan suatu prinsip yang sangat
mendasar , yakni bahwa”...value is neither taugh nor cought, it
learned”, yang artinya bahwa substansi nilai, tidak semata –
mata ditangkap , diinternalisasi , dan dibakukan sebagai bagian
melekat dalam kualitas pribadi seseorang melalui proses
belajar. Proses pendidikan pada dasarnya merupakan proses
pembudayaan atau enkulturasi untuk menghasilkan manusia
yang berkeadaban, termasuk didalamnya yang berbudaya.
Dalam latar belakang kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah barlangsung dalam
kehidupan masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Contohnya tradisi dongen dan sejenisnya yang dulu
dilakukan oleh orang tua terhadap anak dan cucunya semakin lama semakin tergeser oleh film kartun atau
sinetron dalam media massa tersebut. Disitulah pendidikan nilai menghadapi tantangan konseptual,
instrumen, dan operasional. Dalam Konteks Pendidikan Nasional Indonesia telah ditegaskan dalam Pasal 3
UU Sidikan 20/2003 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkan mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak ulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara
yang demokrasi, serta bertanggung jawab. Oleh karena itu maka proses pendidikan seyogyanya bukan
hanya sebagai proses pendidikan berfikir tetapi pendidikan berwatak seperti nilai dan perilaku.
Di lingkungan masyarakat barat sendiri yang secara ekonomi termasuk masyarakat modern terdapat
berbagai persoalan moral yang dirasa perlu mendapat perhatian pendidikan nilai. Melihat keadaan seperti
itu dirasakan perlunya upaya pendidikan nilai moral yang dilakukan secara menyeluruh dengan
pertimbangan sebagai berikut :
1. Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosiokulturai yang jelas dan mendesak bagi kelangsungan kehidupan yang
berkeadaban.
2. Pewarisan nilai antar generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana sosiopsikologis dan selalu menjadi tugas dari
proses peradaban.
3. Peranan sekolah sebaagai wahana psikopedagogis dan sosiopedagogik yang berfungsi sebagai pendidik moral menjadi
semakin penting, pada saat dimana hanya sebagian kecil anak yang mendapat pendidikan moral dari orang tuanya dan
peranan lembaga keagamaan semakin kecil.
4. Dalam setiap masyarakat sebagai terdapat landasan etika umum, yang bersifat universal melintasi batas ruang dan waktu,
sekalipun dalam masyarakat pluralistik yang mengandung banyak potensi terjadinya konflik nilai.
5. Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan moral karena inti dari demokrasi adalah pemerintahan yang
berakar dari rakyat dilakukan oleh wakil pembawa amanah rakyat, dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan rakyat.
6. Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun masyarakat adalah pertanyaan moral.
7. Terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan nilai sekolah.
8. Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral sangatlah esensial untuk menarik dan membina guru-guru yang
berkeadaban dan profesional.
9. Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai suatu keniscayaan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat global.
Dilihat dari substansi dan prosesnya , menurut Lickona ( 1992 : 53-63 ) yang perlu
dikembangkan dalam rangka pendidikan nilai tersebut adalah nilai karakter yang baik
( good character ) yang di dalamnya mengandung tiga dimensi nilai moral yaitu dimensi
wawasan moral, dimensi wawasan nilai moral, dimensi perasaan moral dan dimensi
perilaku moral. Pendidikan nilai moral secara formal – kurikuler terdapat dalam mata
pelajaran PPKn (Kurikulum 1994) atau PKn (UU RI No.20 Thn.2003) dan Pendidikan
Agama dan Bahasa. Pkn mengandung unsur pokok sebagai pendidikan nilai
moral-sosial/etis, Pend.Agama mengandung nilai religius, dan Bahasa mengandung nilai
estetis dan etis.
Dari kajian dan bahasan terhadap konsep , isi dan strategi pendidikan nilai di dunia Barat yang lebih cenderung bersifat bersifat
sekuler dan berpijak serta bermuara pada pengembangan moral kognitif , kiranya terdapat beberapa hal yang dapat bisa diaptasikan
bagi kepentingan pendidikan nilai di Indonesia dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
Secara konstitusional demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang Theistis atau demokrasi yang ber Ketuhanan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu pendidikan nilai bagi Indonesia seyogyanya berpijak pada nilai – nilai keagamaan , nilai – nilai demokrasi yang
ber Bhinneka Tunggal Ika . Dalam konteks itu maka teori perkembangan moral dari Piaget dan Kohlberg yang dapat diadaptasikan
adalah terhadap nilai moral sosial- kultural selain nilai yang berkenaan atau boleh dirasionalkan.
Konsep pendidikan nilai moral Piaget yang menitikberatkan pada pengembangan kemampuan mengambil keputusan dan
memecahkan masalah moral dalam kehidupan dapat diadaptasikan dalam pendidikan nilai di Indonesia dalam konteks demokrasi
konstitusional Indonesia dan konteks sosial- kultural masyarakat Indonesia yang ber Bhinneka Tunggal Ika termasuk dalam
keyakinan agama. Konsepsi pendidikan nilai moral Kholberg yang menitikberatkan pada penalaran moral melalui pendekatan
klarifikasi nilai yang memberikan kebebasan kepada individu peserta didik untuk memilih posisi moral, dapat digunakan dalam
konteks pembahasan nilai selain aqidah sesuai dengan keyakinan masing-masing . Sedangkan teori tingkatan dan tahapan
perkembangan moral Kohlberg secara konseptual dapat digunakan sebagai salah satu landasan bagi pengembangan paradigma
penelitian perkembangan moral bagi orang Indonesia.
Kerangka konseptual komponen Good Character dari Lickona yang membagi karakter menjadi wawasan moral, perasaan
moral , dan perilaku moral dapat dipakai untuk mengklasifikasikan nilai moral dalam pendidikan nilai di Indonesia dengan
menambahkan ke dalam masing-masing dimensi itu aspek nilai yang berkenaan dengan konteks keagamaan seperti wawasan
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam dimensi Wawasan Moral , perasaan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam dimensi
Perasaan Moral, dan perilaku moral kekhalifahan dalam dimensi Perilaku Moral.
KEGIATAN BELAJAR 2
Pendidikan Nilai dan Moral dalam Standar Isi
PKn di SD
Muatan isi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamankan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Secara umum PKn diSD bertujuan untuk mengembangkan kemampuan:
1. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, serta anti-korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokrasi untuk membentuk diri berdasarkan karakterkarakter masyarakat Indoensia agar
dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya;
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam persatuan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Struktur kurikulum di SD meliputi susbtansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama
enam tahun mulai kelas 1 sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar
kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. Pendidikan Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar
dan menengah, menurut Permendiknas No.22 Tahun 2006 secara umum meliputi substansi kurikuler yang
didalamnya mengandung nilai dan moral sebagai berikut :
1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi; Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta Lingkungan, kebanggaan, sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,
Keutuhan Negara, Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
keterbukaan dan jaminan keadilan. 2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi; Tata tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib disekolah, norma yang
berlaku dimasyarakat, Peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam dalam kehidupan berbangsa, sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan
peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia meliputi; hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional Ham, Pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi; hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi kedudukan warga negara,.
5. Konstitusi Negara meliputi; Proklamasi Kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan agar
negara dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan Politik meliputi; Pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik,
budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila meliputi; kedudukan Pancasila sebagai dasaar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan seharihari Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi meliputi; globalisasi di lingkungannya, poloitik luar negeri Indonesia di era globalisasi dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan mengevaluasi globaalisasi.
KEGIATAN BELAJAR 3
Hubungan Interaktif Pengembangan Nilai dan Moral dalam PKn di SD

Konsep “values eduation, moral education, education for vitues” sebagai


program dan proses pendidikan yang tujuannya selain mengembangkan
pikiran, juga mengembangkan nilai dan sikap. Lickona (1992:6-7)
“pendidikan moral merupakan aspek yang esensial bagi pekembangan dan
berhasilnya kehidupan demokrasi” Yakni: Menghormati hak orang lain
Mematuhi hukum yang belaku,
Partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan Peduli terhadap perlunya kebaikan bagi umat.
Secara teoritik nilai dan moral berkembang secara psikologis dalam diri individu mengikuti
perkembangan usia dan konteks social. Piaget merumuskan perkembangan kesadaran dan
pelaksanaan aturan yang dibagi menjadi dua domain yaitu sebagai berikut :

1. Tahapan Domain Kesadaran Mengenai Aturan


Terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan dirasakan sebagai susatu hal yang bersifa tidak memaksa, usia 2-8 tahun, aturan
disikapi dengan hal yang bersifat sacral dan diterima tanpa pemikiran, usia 8-12 tahun aturan diterima sebagai
hasil kesepakatan.
2. Tahapan Domain Pelaksanaan Aturan
Terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan dilakukan sebagai susatu hal yang bersifa monorik saja, usia 2-6 tahun, aturan
dilakukan sebagai perilaku yang lebih berorientasi diri sendiri, usia 6-10 tahun diterima sebagai hasil kesepakatan.
Piaget menyimpulkan bahwa pendidikan sekolah seyogyanya menitik beratkan pada pengembangan kemampuan
mengambil keputusan (decision making skills) dan memecahkan masalah (problem solving) dan membina
pengembangan moral yang dilakukan dengan cara menutut peserta didik untuk mengembangkan aturan
berdasarkan keadilan (fairness).
Sedangkan Koherlberg merumuskan adanya tiga tingkat / level yang terdiri atas enam tahap/stage yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat I : Prakonvensional (Preconventional)
a. Tahap 1, Orientasi hukuman dan kepatuhan.
b. Tahap 2, Orientasi instrumental nisbi.
2. Tingkat II : Konvensioanal (Conventional)
a. Tahap 3, Orientasi kesepakatan timbal balik.
b. Tahap 4, Orientasi hokum dan ketertiban.
3. Tingkat III : Poskonvensional (Postconventional)
a. Tahap 5, Orientasi kontrak social lagalistik
b. Tahap 6, Orientasi prinsip etika universal
Dengan kata lain pendekatan pendidikan nilai yang ditawarkan Kohlberg sama dengan yang ditawarkan Piaget dalam hal fokusnya
terhadap perilaku moral yang dilandasi oleh penalaran moral, namun berbeda dalam hal titik berat pembelaarannya dimana Piaget
menitikberatkan pada pengembangan kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah, sedangkan Kohlberg
menitikberatkan pada pemilihan nilai yang dipegang terkait dengan alternative pemecahan terhadap suatu dilemma moral melalui
proses klarifikasi bernalar.
Kedua teori perkembangan moral ini memiliki visi dan misi yang sama dan sampai dengan saat ini landasan dan kerangka berpikir
pendidikan nilai di dunia barat yang dengan jelas menitikberatkan pada peranan pikiran manusia dalam mengendalikan perilaku
moralnya.
KETERKAITAN
PENDIDIKAN
MODUL 3 KEWARGANEGARAAN
DENGAN IPS DAN MATA
PELAJARAN LAIN
KB 1. Gambaran Umum dan Karakteristik Pendidikan
Kewarganegaraan serta Mata Pelajaran IPS dan Mata Pelajaran
Lainnya di SD

 Latar belakang masalah


Pendidikan moral pancasila lebih menekankan pada penanaman nilai nilai moral pancasila yang selama ini dikenal lewat
pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila ( P4) dan BP7 untuk masyarakat.
Mata pelajaran pkn adalah mata pelajaran yang memang mengalami perubahan nama dengan sangat cepat karna rentan
terhadap perubahan politik.
 
 Tujuan
Berpikir secara kritis,rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta tindak cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa lain
Berinteraksi dengan bangsa bangsa lain dalam percaturan dunia serta langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi
 HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK BIDANG STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
 
 Hakikat bidang studi pendidikan kewarganegaraan
Tujuan pendidikan kewaranegaraan sebagai berikut
Memberikan pengertian, pengetahuan dan pemahaman tentang pancasila yang benar dan sah
Meletakkan dan membentuk pola piker yang sesuai dengan pancasila dan ciri khas serta watak
keindonesiaan
Menanamkan nilai nilai moral pancasila ke dalam diri anak
Mengunggah kesadaran anak didik sebagai warga Negara dan warga masyarakat untuk mempertahankan
dan melestarikan nilai moral .
Memberikan motivasi agar dalam setiap langkah laku bertindak sesuai dengan nilai,moral,dan norma
pancasila
Mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga Negara dan warga masyarakat Indonesia yang baik dan
bertanggung jawab
 
 Karakteristik bidang studi pendidikan kewarganegaraan
Konsep yang mendasari pendidikan kewarganegaraan yaitu manusia sebagai makhluk hidup ciptaan
tuhan dan insan social politik yang terorganisasi dengan tujuan agar manusia memiliki kemauan dan
kemampuan untuk:
Sadar dan patuh terhadap hukum ( melek hukum )
Sadar dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ( melekpolitik)
Memahami dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional (insane pembangunan )
Cinta bangsa dan tanah air ( memiliki sikap heroism dan patriotisme )
Karakteristik PKN dengan paradigma baru sebagai wahana serta esensi pendidikan
demokrasi di Indonesia yang dilaksanakan melalui berikut ini :
 civic intelligence
 civic responsibility
 civic participatiom
 D.BIDANG STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM KURIKULUM S1 PGSD
 
 Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran SD
Berdasarkan landasan konsep atau konsep utama pendidikan kewarganegaraan secara umum adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan nilai dan moral Pancasila dan UUD 45
Nilai dan moral yang diperlukan yaitu dapat membantu siswa meningkatkan pengetahuan serta pemahaman siswa
tentang nilai dan moral
 
b. Pendidikan politik
Siswa dapat mengetahui hak hak dan kewajibannya serta menumbuhkan sikap postif terhadap hasil pembangunan
nasional
 
c. Pendidikan kewarganegaran
Pendidikan kewarganegaraan diharapkan juga dapat menumbuhkan pengertian dan pemahaman siswa terhadap
fungsi dan peran warga Negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
 
d. Pendidikan hukum dan kemasyarakatan
Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidik politik dan hukum, tidak hanya mendidik siswa memiliki
pengetahuan dan keterampilan terhadap apa yang menjadi hak dan kewajibanya,namun dapat pula menggunakannya
dalam menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
KEGIATAN BELAJAR 2
KETERKAITAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DENGAN IPS

 A KETERKAITAN ANTARA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN IPS


SERTA BAGAIMANA KETERKAITAN ITU TERJADI
Bidang studi pendidikan kewarganegaraan sesuai dengn hakikat dan karakteristiknya
memiliki keterkaitan dengan bidang studi lainnya khususnya dengan IPS .Dikatakan demikian
karena sebelum menjadi bidang studi pendidikan kewarganegaraan yang menurut kurikulum
tahun 1994 diberi nama bidang studi pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (sebagai upaya
mewujudkan pesan UU system pendidikan nasional no .2 Tahun 1989khususnya pasal 39 ayat
(2)dan (3) ,Bidang studi pendidikan kewarganegaraan adalah pengajaran yang erat kaitannya
dengan pancasila dengan undang -undang dasar 1945 dan hal -hal yang yang menyangkut
warga negara serta pemerintahan menurut versi kurikulum tahun 1975 dan kurikulum tahun
1984.bagian –bagian yang erat kaitannya dengan panasila dan undang –undang dasar 1945
tersebut antara lain adalah undang –undang dasar dan Pancasila itu sendiri ,juga tentang
pemerintahan negara RI yang meliputi pemerintah pusat dan Daerah ,Majelis permusyawaratan
Rakyat dan Dewan perwakilan rakyat serta lembaga –lembaga negara demikrasi Pancasila, hak
– hak dan kewajiban – kewajiban warga negara ,musyawarah dan mufakat .
 B KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU o Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu
proses pembelajaran
Pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai berikut ;
o Bersifat luwes
1.pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai
pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala –gejala o Hasil pemelajaran dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan
dan konsep lain ,baik yang berasal dari bidang studi lainnya . anak
2.Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai Sebagai salah satu pendekatan dalam
bidang studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan pembelajaran ,pendekatan pembelajaran terpadu memiliki
dalam rentang dan kemampuan perkembangan anak . beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan pendekatan
pembelajaran yang bersifat konvensional.
3.suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan anak secara simultan . Kelebihan –kelebihan tersebut diantaranya adalah;
4.Merakit dan menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa  Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan
bidan studi yang berbeda ,dengan harapan anak belajar dengan dengan tingkat perkembangn anak
lebih baik dan bermakna .  Kegiatan yang dipilih dengan dan bertolak dari minat dan
  kebutuhan .
Karakteristik Pembelajaran Terpadu  Seluruh kegiatan belajar leih bermakna bagi anak sehingga
hsil belajar akan dapat bertahan lebih lama
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki ciri- ciri
sebagai berikut;  Pembelajaran terpadu menumbuh kembangkan keterampilan
o Berpusat pada anak berpikir anak

o Memberi pengalaman langsung kepada anak  Menyajikan kegiatan ang bersifat prgmatis sesuai dengan
permasalahan yang seing ditemui dalam lingkungan anak.
o Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas
 C.PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PEMBELAJARAN TERPADU
Dasar- dasar pertimbangan pengembangan program pembelajaran terpadu, antar lain adalah ;
 Karakteristik anak SD
 Konsep disiplin ilmu
 Standar kompetensi ,kompetinsi dasar ,dan indikator
 Lingkungan hidup belajar anak
 Bahan /sumber- sumber penunjang
Selain itu juga dengan memperhatikan pengembangan pembelajaran terpadu khususnya tentang
perancangan pembelajaran terpadu terutama tentang
 1)pemilihan topik ,masalah atau tema dan subtema dari pokok bahasan dan subpokok bahasan serta
kegiatan yang disarankan
 2)pengembangan model –model pemebelajaraan terpadu ,misalnya
- Keterhubungan
- Jaring labah –labah
KEGIATAN BELAJAR 3
HUBUNGAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DENGAN MATA PELAJARAN LAINNYA

Sebagaimana telah diutarakan bahwa bidang studi pendidikan kearganegaraan


selain memiliki hubungan dengan mata pelajarn IPS idang studi tersebut juga telah
mengandung elemen –elemen untuk dipadukan atau memiliki kemungkinan untuk
disajikan seara terpadu,dengan bidang studi lainnya ,seperti Bahasa Indonesia,
Matematika, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, ILmu pengetahuan Alam (IPA), serta
Kesenian.

Keterkaitan antara pendidikan kearganegaraan dengan bidang studi lain dapat


diwujudkan dalam berbagai bentuk sebagaimana sudah dikemukakan diatas dari
berbagai model kurikulum terpadu itu ada beberapa model yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran terpadu sebagaimana telah disebutkan diatas, yaitu model
connected, model webbed, dan model integrated.

Anda mungkin juga menyukai