Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 1

PEMBELAJARAN PKn DI SD
RESUME PETA KOMPETENSI MODUL 1, 2 DAN 3

Dikerjakan Oleh :
Nama : Diah Pratiwi
NIM : 856030105
Kelas :1A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
2020

MODUL 1
Hakikat, Fungsi, Dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Di SD

Pada akhir modul, diharpakan anda memperoleh kemampuan sebagai berikut :


1. Menjelaskan hakikat, fungsi, dan tujuan PKn di SD
2. Menjelasakan ruang lingkup PKn di SD
3. Menguraikan tuntunan pedagosis PKn di SD

KEGIATAN BELAJAR 1
Hakikat, Fungsi, Dan Tujuan PKn Di SD

A. HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


Dalam kurikulum 1964,kurikulum 1957 dan kurikulum 1961 tidak dikenal adanya mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Materi itu dikenal dengan mata pelajaran Pengetahuan
Umum di SD. Baru dalam Kurikulum SD tahun 1968 dikenal mata pelajaran Pendidikan
Kewargaan Negara (PKN). Dalam wacana yang berkembang dibagi menjadi 2 istilah yaitu :
Kewargaannegara dan kewarganegaraan. Kewargaannegara merupakan mata pelajaran social
yang bertujuan membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga Negara yang baik.
Di lain pihak, istilah kewarganegaraan digunakan dalam perundangan mengenai status formal
warga Negara dalam suatu Negara yang diartikan sebagai hal-hal yang terkait pada status hokum
dan karakter warga Negara.

B. FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


Dikehidupan berbangsa dan bernegara sekolah sebagai wahana pengmbangan warga
Negara yang demokratis dan bertangung jawab. Jika dirunut secara yuridis ada beberapa
ketentuan perundang-udangan yaiutu :
1. Pembukaan UUD 1945 Khususnya alinea ke-4.
2. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Peraturan pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan
Pasal 6 ayat (1).
4. Pasal 6 ayat (4)
5. Pasal 7 ayat (2)
Pelajaran PKn berfungsi sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga
Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab. Melalui Pkn yang perlu
dikembangkan dalam lingkungan sekolah adalah pendidikan demokrasi yang bersifat
multidimensional yaitu : 1. Pandangannya terhadap Bhinneka Tunggal Ika, 2. Sikap
dalam menempatkan diri secara harmonis, 3. Tujuannya diarahkan pada kecerdasan
(spiritual, rasional, emosional dan social), 4. Konteks yang menghasilkan pengalaman
belajarnya secara terbuka, fleksibel dan bervariasi.

KEGIATAN BELAJAR 2
Ruang Lingkup PKn di SD

PKn merupakan pembentukan warga Negara untuk menjadi warga Negara yang
cerdas, terampil dan berkarakter dengan tujuan :
1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif
2. Berpatisipasi secara altif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas
3. Berkembang secara positif dan demokratis
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pencaturan dunia secara langsung atau
tidak langsung

Struktur Kurikulum SD/MI


Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan
standar kompetensi mata pelajaran yang harus ditempuh selama 6 tahun yaitu :
a. Muatan local merupakan kegiatan kurikuler untuk pengembangan diri siswa dengan
mengekspresikan diri sesuai kebutuhan, bakat, dan minat.
b. Mata pelajaran IPA dan IPS merupakan IPA terpadu dan IPS terpadu
c. Kelas I sd III mempelajari Tematik, sedangkan kelas IV dan VI mempelajari mata
pelajaran
d. Jam pembelajaran maksimum dimungkinkan menambah 4 jam pembelajaran per minggu
secara keseluruhan
e. Alokasi waktu 1 jam adalah 35 menit
f. Dalam satu tahun (dua semester) adalah 34-38 minggu
Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 Ruang lingku PKn meliputi :
a. Persatuan dan Kesatuan bangsa: Hidup Rukun
b. Norma, hokum dan peraturan : Tertib
c. Hak asasi manusia : Hak dan kewajiban
d. Kebutuhan warga Negara : gotong royong
e. Konstitusi Negara : Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia
f. Kekuasaan dan politik : system pemerintahan
g. Pancasila : pengamalan nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari
h. Globalisasi : meliputi Politik luar negri, dampak, hubungan internasional, organisasi
internasional dan mengevaluasi globalisasi

KEGIATAN BELAJAR 3
Tuntutan pedagosis Pkn di SD

Pedagosis dalam bahasa latin terbagi menjadi paes dan ago yang berarti membimbing.
Dalam modul ini diartikan dalam pengalaman belajar dalam pengertian ketuntasan penguasaan
kompetensi kewarganegaraan yang tersurat dan tersirat. PKn menuntut terwujudkannya
pengalaman belajar Sdan bersifat utuh memuat belajar kognitif, nilai dan sikap, dan belajar
perilaku. Guru seyogianya siap memberi contoh dan menjadi contoh. PKn mengusung misi
pendidikan nilai dan moral. Alasannya :
1. Konsep-konsep nilai pancasila dan UUD 45
2. Perwujudan nilai-nilai dalam perilaku nyata
3. Terlibatnya emosional, intelektual, dan social dari siswa dan guru sehingga nilai-nilai itu
bukan hanya dipahami tetapi dihayati dan dilaksanakan

Materi PKn pada dasarnya harus memiliki konsep moral, sikap moral dan perilaku moral.
Contohnya untuk butir tenggang rasa :
1. Konsep Moral
a. Kesadaran
b. Pemahaman
c. Manfaatnya di masa depan
d. Bagaimana memilih cara menenggang rasa
e. Penilaian diri sendiri
2. Sikap Moral
a. Kata hati kita tentang orang lain
b. Rasa percaya diri kita dalam berhadapan dengan orang lain
c. Empati kita mengenai orang lain
d. Cinta kita terhadap tenggang rasa
e. Pengendalian diri kita untuk orang lain
f. Rasa hormat kita
3. Perilaku Moral
a. Kemampuan menenggang rasa orang lain
b. Kemauan menenggang rasa orang lain
c. Kebiasaan menggang rasa orang lain

Dengan demikian PKn merupakan suatu bentuk mata pelajaran yang mencerminkan
konsep strategi dan nuansa complement education. Pendidikan yang memusatkan mperhatian
pada pengembangan manusia Indonesia seutuhnya,.

MODUL 2
Karakteristik PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral

Karakteristik PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral merupakan mata kuliah
Pembelajaran PKn di SD yang diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pendekatan PKn sebagai pendidikan nilai dan moral
2. Menjelaskan pendidikan nilai dan moral dalam standar isi PKn SD
3. Menjelaskan hubungan interaktif nilai moral dalam PKn SD

KEGIATAN BELAJAR 1
Pendekatan PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral di SD
Secara teoritik, Herman (1972) mengemukakan “Value is neither taught nor cought,
it is learned” yang artinya nilai tidak semata mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh.
Dalam konteks pendidikan IPS dan PKn merupakan mata pelajaran yang mempelajari nilai
social, nilai patriotism, seperti cinta tanah air, hormat pada pahlawan untuk melahirkan individu
yang baik dan cerdas dengan tujuan mengembangkan individu dan masyarakat agar cerdas
(smart) dan baik (good). Lebih lanjut dalam pasa 3 dikemukakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang bertanggung jawab. Dalam
konteks konsep cerdas dan baik seyogiyanya diartikan cerdas rasional, emosional, social dan
spiritual.

Bagaimana PKn Mata Pelajaran yang Memiliki Misi adalah Pendidikan Nilai dan Moral ?
Secara substansif dan pedagosis mempunyai misi mengembangkan peserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air. Jika dianalisis,
pendiidkan niai memiliki dimensi pedagosi praktis yang jauh lebih kompleks daripada dimensi
teoritisnya karena terkait pada konteks social-kultural dimana nilai pendidikan itu dilaksanakan.
Dilihat dari substansi dan prosesnya menururut lickona (1992: 53-63) pendidikan nilai adalah
nilai karakter yang baik yang didalamnya mengandung tiga dimensi nilai moral sebagai berikut:
1. Dimensi Wawasan Moral
2. Dimensi Perasaan Moral
3. Dimensi Perilaku Moral

Mengapa pendidikan nilai/moral perlu diberikan di sekolah-sekolah Indonesia?


Karena PKn merupakan wahana untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan
peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mewujudkan tujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi warganegara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Di dalam kurikulum pelajaran sekolah tahun 1947 hakikat
tujuan membentuk warga Negara yang cerdas, demokratis dan religious itu sudah ditegaskan,
namun tidak diwadahi oleh mata pelajaran khusus. Mata pelajaran Didikan Budi Pekerti mulai
dari kelas I s/d VI dan Pendidikan Agama mulai kelas IV s/d VI. Yang perlu dicatat adalah
berbahnya PKn menjadi PMP menurut kurikulum tahun 1975/1967 maupun 1984 pengembangan
dalam praksis demokrasi, yang seyogyanya menjadi jati diri PKN, berubah menjadi pendidikan
moral. Yang dalam kenyataannya lepas dari konteks pendidikan cita-cita, nilai dan konsep
demokrasi.

KEGIATAN BELAJAR 2
Pendidikan Nilai dan Moral dalam standar isi PKn di SD
Dilihat dari rumusan tujuan bahwa PKn merupakan Pendidikan Niai Moral. Namun dikaji
secara cermat dan mendasar pada setiap rumusan kualitas perlaku yang ingin dikembangkan
melekat sejumlah nilai dan moral. Mari kita cermati satu per satu,yakni: Berpikir secara kritis
adalah memberikan penilaian terhadap suatu objek atau fenomena dengan informasi yang akurat,
rasional adalah proses untuk memahami seusatu objek dengan logika, kreatif adalah proses
psikologis untu menghasilkan suatu cara yang lebih berkualitas atas dasar pemikiran terbaik,
partisipasi aktif dan bertanggung jawab adalah proses perlibatan proses cultural seseorang atas
dasar inisiatif sendiri dengan penuh perhatian dan menanggung resiko, cerdas adalah aktivitas
nyata utk melakukan suatu dengan pertimbangan yang matang. dan hidup bersama dengan bangsa
lain serta menggunakan ICT untk berinteraksi dengan prinsip saling menghormati dan hidup
berdampingan secara damai.
Standar kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi
pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam
merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan standar proses dan standar
nasional.
KEGIATAN BELAJAR 3
Hubungan Interaktif Pengembangan Nilai dan Moral dalam PKn SD

Di kegiatan belajar ini dalam paradigma pendidikan nilai secara konseptual dan
operasional selain bertujuan untuk mengembangkan diri ( Lickona,1992) atau untuk
mengembangkan nilai dan sikap (Bloom). Theodore Rooselvet dan Bill Honing member landasan
pendidikan nilai di Amerika Rooselvet mengatakan “Mendidik orang, hanya tertuju pada
pikirannya dan bukan moralnya, sama dengan mendidik keburukan kepada masyarakat”.
Sedangkan Bill Honing mengatakan “ Bandul telah berayun kembali dari ide romantika yang
memandang bahwa semua nilai kemasyarakatan adalah ancaman. Dari kedua kutipan tersebut
menyatakan bahwa pendidikan nasional sangatlah penting dalam menjamin kelangsungan hidup
masyarakat,bangsa dan Negara. Pendidikan moral didunia barat merupakan aspek yang esensial
bagi perkembangan dan berhasilnya kehidupan demokrasi. Dan diharakan Negara dapat mengerti
dan memiliki komitmen terhadap fondasi moral demokrasi yakni menghormati hak orang lain,
mematuhi hokum yang berlaku, partisipasi alam kehidupan masyarakat, dan peduli terhadap
perlunya kebaikan umum. Namun pendidikan nilai dalam dunia barat adalah pendidikan nilai
yang bertolak dari bermuara pada nilai-nilai social-kultural demokrasi, dimana urusan agama
bukan lah tanggung jawab Negara.
Jean piaget melakukan penelitian dengan tekun yang didasarkan pada sikap variable anak
yaitu heteronomi anak disebabkan oleh fator kematangan struktur kognitif yang ditandai sifata
egosentrisme dan hubungan interaktif denganorang dewasa dimana anak kurang berkuasa
dibanding orang dewasa sedangkan sifat autonomi ditandai oleh kemampuan mengkaji aturan
secara kritis dan menerapkannya secara selektif dari sifat resiprositas dan kerjasama.

Bagaimana nilai moral berkembang dalam diri individu?


Lawrence Kohlberg sejak 1969 mengadakan penelitian selam 18 tahun, ia mengemukakan
bahwa anak membangun cara berpikir melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral
seperti keadilan, hak, persamaan dan kesejahteraan manusia. Ia juga menolak pendidikan nilai
karakter seperti kejujuran, budi baik, kesabaran, ketegaran menjadi landasan perrilaku moral.
Oleh karena itu guru bertugas membelajarkan kebajikan itu melalui percontohan dan komunikasi
secara langsung agar bisa diikuti oleh peserta didik.
Dari kedua teori tersebut, Jean Piaget dan Kohlberg bahwapendidikan nilai didunia barat
menitikberatkan pada peranana pikiran manusia dalam mengendalikan perilaku moralnya.
Pendidikan nilai juga bersifat sekuler tidak mempertimbangkan bahwa di dunia ini ada nilai
religious melandasi kehidupan individu dan masyarakat yang tidak bisa sepenuhnya didekati
secara rasional.

Anda mungkin juga menyukai