Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN MATERI

MODUL 1

Hakikat, fungsi, dan tujuan pendidikan kewarganegaraan di SD

Kelompok belajar 1

Hakikat, fungsi, tujuan PKN di SD

A. Hakikat pendidikan kewarganegaraan


Dalam wacana yang berkembang selama ini ada dua istilah yang perlu dibedakan,
yakni kewargaannergara dan kewarganegaraan. Seperti dibahas oleh Soematri istilah
kewargaan negara merupakan terjemahan dari Civics Yang merupakan mata pelajaran sosial
yang bertujuan membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga negara yang
baik atau good Citizen. Warga negara yang baik adalah warga negara yang tahu, mau, dan
mampu berbuat baik atau secara umum yang mengetahui, menyadari, dan melaksanakan hak
dan kewajibannya sebagai warga negara. Di lain pihak, istilah kewarganegaraan digunakan
dalam perundangan mengenai status formal warga negara dalam satu negara, misalnya
sebagaimana diatur dalam UU No. 2 tahun 1949 dan peraturan tentang diri kewarganegaraan
serta peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia
bagi orang orang atau warga negara asing. Namun demikian, kedua konsep tersebut kini
digunakan untuk kedua duanya dengan istilah kewarganegaraan yang secara konseptual di
adopsi dari konsep Citizenship, yang secara umum diartikan sebagai hal hal yang terkait pada
status hukum dan karakter warga negara, sebagaimana digunakan dalam perundang undangan
kewarganegaraan untuk status hukum warga negara, dan pendidikan kewarganegaraan untuk
program pengembangan karakter warga negara secara kurikuler.
B. Fungsi dan tujuan pendidikan kewarganegaraan
Kewarganegaraan harus menjadi wahana psikologis dan pedagogis yang utama. Jika
dirunut secara yuridis ada beberapa ketentuan perundang undangan yang mengandung amanat
tersebut:
- pembukaan undang undang dasar negara republik Indonesia dan
perubahannya, khususnya alinea ke empat yang menyatakan bahwa pembentukan
pemerintahan negara Indonesia dimaksud untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh Tumpah darah Indonesia….
- Undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
(UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas) khususnya:
1. Pasal 3 yang menyatakan bahwa “ Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta Peradaban bangsa yang
bermartabat…”
2. Pasal 4 mengatakan sebagai berikut,
a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia
b. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan dan sistemik dengan
sistem terbuka dan multi makna
c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang Hayat
d. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik
e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung
f. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan
pendidikan
3. Pasal 37 ayat 1 Yang menyatakan bahwa “ kulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat: pendidikan agama., Pendidikan kewarganegaraan; bahasa;
matematika …”
4. Pasal 38 ayat yang menyatakan bahwa “kurikulum pendidikan dasar Dan
menengah dikembangkan sesuai referensinya oleh setiap kelompok atau suatu pendidikan dan
komite sekolah atau madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor departemen agama kabupaten…”
- Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan
- Pasal 6 ayat 4 yang menyatakan bahwa “ kelompok mata pelajaran
sebagaimana dimaksud dalam ayat satu dilaksanakan secara Holistik sehingga pembelajaran
masing masing kelompok...“
- pasal tujuh ayat dua yang menyatakan bahwa kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian pada SD sederajat SMP sederajat SMA sederajat atau
bentuk lain yang sederajat dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan Wawasan peserta
didik...”

Dalam konteks itu, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sekolah
seyogyanya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan sosial atau Pedagogis yang kondusif
atau memberi suasana bagi tumbuh kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik.
Menyadari betapa pentingnya peran PKN dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sepanjang Hayat, melalui pemberian keteladanan, pembangunan ke Mawan, dan
pengembangan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran maka dengan melalui
PKN sekolah perlu dikembangkan sebagai pusat pengembangan Wawasan, sikap, dan
keterampilan hidup dan berkehidupan yang demokratis untuk membangun kehidupan
demokrasi. Paradigma pendidikan demokrasi melalui PKN yang perlu dikembangkan dalam
lingkungan sekolah adalah pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional atau bersisi
sama. Sifat multidimensionalnya itu antara lain terletak pada: pandangan nya yang Pluralis
Uniter, sikapnya dalam menempatkan individu, negara, dan masyarakat global secara
Harmonis, tujuannya yang diarahkan pada semua dimensi kecerdasan, dan yang
menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka fleksibel atau luas dan bervariasi merujuk
pada dimensi tujuannya.

KB 2 ruang lingkup PKN di SD

Struktur kurikulum SD atau MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam


jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas satu sampai dengan kelas enam. Struktur
kurikulum SD atau MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata
pelajaran. Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi aspek aspek sebagai
berikut.
- persatuan dan kesatuan bangsa
- Norma, hukum dan peraturan
- Hak asasi manusia
- Kebutuhan warga negara
- Konstitusi negara
- Kekuasaan dan politik
- Pancasila
- Globalisasi

KB 3 tuntutan pedagogis PKN di SD

Istilah pedagogis diserap dari bahasa Inggris Pedagogical. Sesungguhnya akar katanya adalah
Paes dan ago artinya saya membimbing. Tuntunan pedagogis dalam modul ini diartikan sebagai
pengalaman belajar yang bagaimana yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan
kewarganegaraan, dalam pengertian Ketuntasan penguasaan kompetensi kewarganegaraan yang
tersurat dan tersirat dalam lingkup isi dan kompetensi dasar. Semua kompetensi dasar untuk setiap
kelas menuntut perilaku nyata. Hal ini berarti bahwa konsep dan nilai kewarganegaraan diajarkan
tidak boleh berhenti pada pikiran semata, tetapi harus teruskan dalam perbuatan nyata.

PKN merupakan mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang
bersifat multi Dimensional. Iya merupakan pendidikan nilai demokrasi, pendidikan moral, pendidikan
sosial, dan masalah pendidikan politik. Setiap konsep nilai Pancasila yang telah di rumuskan sebagai
Putin materi PPKN pada dasarnya harus memiliki aspek konsep moral, sikap moral, dan perilaku
moral. Contohnya, untuk butir materi tenggang rasa pembelajaran PKN harus menyentuh ketika aspek
seperti berikut

- konsep moral
a. Kesadaran perlunya tenggang rasa
b. Pemahaman tentang tenggang rasa
c. Manfaat Tenggang rasa di masa depan
d. Alasan perlunya saling menanggang rasa
e. Bagaimana memilih cara menenggang rasa
- sikap moral
a. Kata hati kita tentang orang lain
b. Rasa percaya diri kita dalam berhadapan dengan orang lain
c. Empati kita mengenai orang lain
- perilaku moral
a. Kemampuan menenggang rasa orang lain
b. Kemauan menenggang rasa orang lain
c. Kebiasaan menenggang rasa orang lain

PKN sebagai pendidikan nilai dan moral dikaitkan dengan konsep pendidikan watak yaitu :

- PKN sebagai mata pelajaran yang memiliki aspek utama sebagai pendidikan
nilai dan moral pada akhirnya akan bermuara pada pengembangan watak atau karakter peserta
didik sesuai nilai nilai dan moral Pancasila
- Nilai dan moral Pancasila dan UUD 1945 dapat dikembangkan dalam diri
peserta didik melalui pengembangan konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral setiap
Perumusan butir nilai yang telah dipilih sebagai materi PPKN.
MODUL 2 karakteristik PKN sebagai pendidikan nilai dan moral

KB 1 pendekatan PKN sebagai pendidikan nilai dan moral di SD

Menurut Hermann (1972) mengemukakan suatu prinsip yang sangat mendasar yakni bahwa
substansi nilai tidaklah semata mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh, nilai dicerna dalam arti
ditangkap, di internalisasi, dan dibakukan sebagai bagian yang melekat dalam kualitas pribadi
seseorang melalui proses belajar. Oleh karena itu memang betul bahwa proses pendidikan pada
dasarnya merupakan proses pembudayaan atau enkulturasi untuk menghasilkan manusia yang
berkeadaban, termasuk di dalamnya yang berbudaya.

Dalam latar belakang kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah


berlangsung dalam kehidupan masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Tradisi ini dapat
dilihat dari petatah Petitih adat, tradisi lisan turun temurun seperti dongeng, nasehat, simbol
simbol, kesenian daerah seperti kakawihan di tatar Pasundan dan berbalas pantun di Tatar
Melayu. Sebagai salah satu unsur kebudayaan kesenian pada dasarnya merupakan produk
budaya masyarakat yang melukiskan Penghayatan tentang nilai yang berkembang dalam
lingkungan masyarakat pada masing masing sama nya. Berkaitan dengan nilai nilai dalam
masyarakat, proses indiginasi yakni pemanfaatan kebudayaan daerah untuk pembelajaran
mata pelajaran lain dengan bertujuan untuk mendekatkan pelajaran itu dengan lingkungan
sekitar siswa menjadi sangat penting.

Dalam pengertian genetik, konsep dan proses pendidikan merupakan proses yang
sengaja dirancang dan dilakukan untuk mengembangkan potensi individu dalam interaksi
dengan lingkungannya sehingga menjadi dewasa dan dapat mengarungi kehidupan dengan
baik, dalam arti selama di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu tepat sekali dikatakan bahwa
pada dasarnya pendidikan mempunyai dua tujuan besar yakni mengembangkan individu dan
masyarakat yang smart and good. Selanjutnya sebagai prinsip pendidikan di tegaskan hal hal
sebagai berikut.

- pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak


diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
dan kemajemukan bangsa
- Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan Yang sistematik dengan
sistem terbuka dan multi makna
- Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang Hayat
- Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan dan pengembangan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
- Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat
- Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan
pendidikan

Dalam konteks kehidupan masyarakat, kita melihat betapa masih besarnya


kesenjangan antara konsep dan muatan nilai yang tercermin dalam suatu sumber normatif
konstitusional dengan fenomena sosial, kultural, politik, ideologis, dan religiositas dalam
kehidupan bermasyarakat, Berbangsa, dan bernegara RI sampai dengan saat ini.
Dalam media massa tercetak, tersiar, dan jaringan internet setiap saat kita
menyaksikan kondisi paradoksal antara nilai dan fakta, sebagai kekerasan, pelanggaran lalu
lintas, kebohongan publik, arogansi kekuasaan, korupsi kolektif, kolusi dengan menggunakan
baju professionalisme, nepotisme lokal dan institusional, telah menyalahgunakan
kewenangan, dan konflik antara pemeluk agama, pemalsuan ijazah, konflik buruh dengan
majikan, konflik antara rakyat dengan penguasa, demonstrasi yang cenderung merusak,
koalisi antara partai secara konseptual dan musiman, politik uang, kecurangan dalam
pelaksanaan Pemilu dan Pilkada, otonomi daerah yang berdampak tumbuhnya etnosentrisme,
dan lainnya.

Secara lebih rinci masalah perilaku moral yang ada dalam masyarakat Barat adalah sebagai
berikut diantaranya:

- vandalisme dan kekerasan


- Mencuri
- Menyontek
- Tidak hormat pada pejabat publik
- Kekejaman terhadap teman seusia
- Menyerang keyakinan orang lain yang berbeda
- Bicara kasar atau tak pantas
- Perkosaan dan pelecehan seksual
- Bertambahnya orientasi pada diri sendiri dan menurunnya tanggung jawab
sebagai warga negara
- Perilaku merusak diri sendiri

Upaya pendidikan nilai moral yang dilakukan secara menyeluruh dengan pertimbangan
sebagai berikut:

- pendidikan nilai
- Pewarisan nilai antargenerasi dan dalam satu generasi
- Peranan sekolah sebagai wahana psikopedagodis dan sosiopedagogis
- Dalam setiap masyarakat terdapatlandasan etika umum
- Demokrasi
- Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun masyarakat adalah
pertanyaan moral
- Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral
- Pendidikan nilai

Dalam dunia pendidikan di Indonesia pendidikan nilai moral secara formal kurikuler terdapat
dalam mata pelajaran pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan atau pendidikan kewarganegaraan
dan pendidikan agama dan bahasa. Ketika mata pelajaran tersebut berdiri sendiri namun ketika nya
mengemban misi yang sama dalam hal ketiganya mengandung unsur yang pokok sebagai pendidikan
nilai moral dan sosial, nilai religius, dan nilai Estetis dan Etis. Secara historis, dalam kurikulum 1975
istilah pendidikan kewargaan negara diubah menjadi pendidikan moral Pancasila yang berisikan
materi Pancasila sebagaimana diuraikan dalam pedoman Penghayatan dan pengamalan Pancasila atau
P4. Mata pelajaran PMP, pada saat itu merupakan mata pelajaran wajib untuk SD, SMP, SMA, SPG
dan sekolah kejuruan yang terus dipertahankan baik istilah maupun isinya sampai dengan berlakunya
kurikulum 1984 sebagai penyempurnaan dari kurikulum 1975. Selanjutnya kurikulum pendidikan
dasar dan sekolah menengah 1994 mengakomodasikan misi baru pendidikan tersebut dengan
memperkenalkan mata pelajaran pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan atau PPKN. Berbeda
dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum PKN 1994 mengorganisasikan materi pembelajaran nya
bukan atas dasar rumusan butir butir nilai P4, tetapi atas dasar konsep nilai yang di Saripati kan dari
P4 dan sumber resmi lainnya yang ditata dengan menggunakan pendekatan Spiral meluas.

Dengan berlakunya UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,


kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi secara imperatif wajib memuat
pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa. Jika dikaji dalam teks Proklamasi 17
Agustus 1945 yang ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia, yang secara
Substantif merupakan the higest political development bangsa Indonesia, pada kalimat pertama
dengan tegas dinyatakan kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Dengan proklamasi tersebut berarti kita pada saat itu memasuki kehidupan bermasyarakat Berbangsa
Indonesia yang merdeka dan berdaulat.

KB 2 pendidikan nilai dan moral dalam standar isi PKN di SD

Menurut peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 “pelajaran pendidikan
kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara
yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, Trampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945“.
Rumusan kualitas perilaku yang terdapat dalam ke empat rumusan tujuan di atas yakni berfikir kritis,
berfikir rasional, berfikir kreatif, partisipasi aktif dan bertanggung jawab, bertindak cerdas, hidup
bersama dengan bangsa bangsa lain, menggunakan ICT untuk berinteraksi. Berfikir kritis adalah
proses psikologis untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek atau fenomena dengan informasi
yang akurat dan otentik. Berfikir rasional adalah proses pisikologis untuk memahami suatu obyek
dengan logika. Berfikir kreatif adalah proses pisikologis untuk menghasilkan suatu cara atau proses
baru yang lebih berkualitas atas dasar pemikiran terbaik. Partisipasi aktif dan bertanggung jawab
proses pelipatan sosial kultural seseorang atas dasar inisiatif sendiri dengan penuh perhatian dan
kesediaan memikul resiko. Bertindak cerdas adalah aktivitas nyata untuk melakukan sesuatu dengan
pertimbangan yang matang dan utuh. Hidup bersama dengan bangsa bangsa lain adalah sikap dan cara
hidup dengan individu yang berasal dengan masyarakat bangsa lain dengan prinsip saling
menghormati dan hidup berdampingan secara damai.

Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 secara umum meliputi substansi kurikuler yang
didalamnya mengandung nilai dan moral sebagai berikut.

- persatuan dan kesatuan bangsa. Meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan negara
kesatuan republik Indonesia, dan lain lain.
- Norma, hukum dan peraturan. Meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata
tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan peraturan daerah, norma
norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
- Hak asasi manusia. Meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional hak asasi manusia, pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM.
- Kebutuhan warga negara. Meliputi: hidup Gotongroyong, harga diri sebagai
warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, dan lain
lain.
- Konstitusi negara. Meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara
dengan konstitusi.
- Kekuasaan dan politik. Meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya
politik, dan lain lain.
- Pancasila. Meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan idiologi
negara, proses Perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
- Globalisasi. Meliputi: Globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di Era Globalisasi, dampak Globalisasi, hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan Mang evaluasi Globalisasi.

KB 3 hubungan interaktif pengembangan nilai dan moral dalam PKN di SD

Hubungan interaktif proses pengembangan nilai dan moral dengan proses pendidikan di
sekolah harus dilihat dalam paradigma pendidikan nilai secara konseptual dan operasional. Hal
tersebut juga tampaknya dipicu oleh kenyataan meningkatkan permasalahan moral dalam masyarakat
yang merentang dari sikap rakus dan tidak jujur sampai pada aneka Kriminalitas dan perilaku rusak
diri sendiri seperti narkoba dan bunuh diri. Seperti dikemukakan oleh Lickona kini semua negara
bagian Amerika Serikat dan semua unsur dalam masyarakat, publik dan privat sepakat dan mendorong
agar dunia per sekolahan mengambil peran yang aktif dalam pendidikan nilai khususnya pendidikan
nilai moral. Tujuannya adalah agar peserta didik memiliki melek etika, dan mampu berperilaku baik
di dalam masyarakat. Dalam konsep itu dunia pendidikan diharapkan semakin mampu mewujudkan
tujuan utama pendidikan, yakni mengembangkan individu yang cerdas dan baik.

Jean Piaget pada masa hidupnya pernah menjadi pake direktur institute of Educational science
Dan sebagai guru besar psikologi eksperimental pada university of Geneva. Piaget bertolak dari
Postulat atau asumsi dasar bahwa moralitas berada dalam suatu sistem aturan, oleh karena itu hakikat
moralitas seyogyanya dilihat dari sudut bagaimana individu menyadari kebutuhannya akan aturan itu.
Atas dasar itu yang meneliti bagaimana anak menyadari adanya aturan dan bagaimana yang
menerapkan aturan itu dalam suatu permainan. Sifat heteronomi anak disebabkan oleh faktor
kematangan struktur kognitif yang ditandai sifat egosentrisme dan hubungan interaktif dengan orang
dewasa di mana anak merasa kurang berkuasa di pada orang dewasa. Sedangkan sifat autonomi
dipengaruhi oleh kematangan struktur kognitif yang ditandai oleh kemampuan mengkaji aturan secara
kritis dan menerapkannya secara selektif yang muncul dari sikap resiprositas dan kerjasama.

Secara teori. Nilai moral berkembang secara psiko logis dalam diri individu mengikuti
perkembangan usia dan konteks sosial. Piaget membagi beberapa tahapan dalam dua domain yakni
kesadaran mengenai aturan dan pelaksanaan aturan. Bertolak dari teorinya itu Piaget menyimpulkan
bahwa pendidikan sekolah seyogyanya menitikberatkan pada pengembangan kemampuan mengambil
keputusan dan memecahkan masalah dan membina perkembangan moral dengan cara menuntut para
peserta didik untuk mengembangkan aturan berdasarkan keadilan atau kepatutan. Di lain pihak
Lawrence Kohlberg selama 18 tahun sejak tahun 1969 ia mengadakan penelitian tentang
perkembangan moral berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget. Pendekatan pendidikan nilai
yang ditawarkan oleh Kohlberg sama dengan yang ditawarkan Piaget dalam hal fokusnya terhadap
perilaku moral yang dilandasi oleh Penalaran moral, namun berbeda dalam hal. Berat pembelajaranya
di mana Piaget menitikberatkan pada pengembangan kemampuan mengambil keputusan dan
memecahkan masalah, sedangkan Kohlberg menitikberatkan pada pemilihan nilai yang dipegang
terkait dengan alternatif pemecahan terhadap suatu dilema moral melalui proses klarifikasi bernalar.
Kedua teori perkembangan moral ini memiliki visi dan misi yang sama dan sampai dengan saat ini
menjadi landasan dan kerangka berfikir pendidikan nilai di dunia barat Yang dengan jelas
menitikberatkan pada peranan pikiran manusia dalam mengendalikan perilaku moral nya. Tampak
jelas di situ bahwa pendidikan nilai atas dasar teori Piaget dan Kohlberg tersebut sangat kental dengan
pendidikan nilai yang bersifat sekuler tidak mempertimbangkan bahwa di dunia ini ada nilai religius
yang melandasi kehidupan individu dan masyarakat yang tidak bisa sepenuhnya didekati secara
rasional.

Anda mungkin juga menyukai