Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 3

PEMBELAJARAN PKn DI SD
RESUME PETA KOMPETENSI MODUL 7 DAN 8

Dikerjakan Oleh :
Nama : Diah Pratiwi
NIM : 856030105
Kelas :1A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
2020
MODUL 7
KONSEP DAN PRAKTIK DEMOKRASI SERTA PENDIDIKAN
DEMOKRASI

Kegiatan Belajar 1
Konsep Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa inggris “democracy” yang diserap dari 2 kata
bahasa yunani “demos” dan “kratos” atau “kratein”. Demos berarti rakyat, kratos
kekuasaan, demokrasi berarti rakyat berkuasa. Jadi,demokrasi artinya negara dengan
prinsip pemerintahannya yang ditandai dengan adanya partisipasi warga negara yang
sudah dewasa ikut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih ,
negara dengan pemerintahannya menjamin kemerdekaan berbicara,beragama,
berpendapat , berserikat dan menegakkan rule of law.
“Democracy is the government from the people,by the people and for the people”
atau demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Center For
Indonesian Civic education (CICED) bekerja sama dengan Center For Civic Education
(CCE) Colabasas USA memberikan penjelasan bahwa Demokrasu dipandang sebagai
kerangka berfikir dalam melakukan pengaturan urusan umum atas dasar prinsip dari,
oleh dan untuk rakyat diterima baik sebagai ide, norma, sistem sosial, maupun sebagai
wawasan sikap perilaku individual yang secara konsektual diwujudkan,dipelihara dan
dikembangkan.

Kegiatan Belajar 2
Pendidikan Demokrasi sebagai Esensi PKn

Suatu negara yang menerapkan sistem demokrasi di mana pun berada, pada
dasarnya untuk melindungi hak-hak warga negaranya, dan secara tidak langsung
menginginkan warga negaranya memiliki wawasan, menyadari akan keharusannya serta
menampakkan partisipasinya sesuai dengan status dan perannya dalam masyarakat.
Winataputra (2001) dalam disertasinya memberikan pendapat bahwa pendidikan
dekomrasi adalah upaya sistematis yang dilakukan negara dan masyarakat untuk
memfasilitasi individu warga negara agar memahami, mengahayati, mengamalkan dan
mengembangkan konsep, prinsip dan nilai demokrasi sesuai dengan status perannya
dalam masyarakat.
Berkenaan dengan hal tersebut disarankan Gandal and Finn, (1992) perlu
dikembangkannya model "school baced democracy education", dalam bentuk empat
alternatif (1) the root and brances of the democratic idea, perhatian yang cermat yaitu
landasan dan bentuk-bentuk demokrasi, (2) how the idea of democracy have been
translated into instructions and practices around the world and through the age ,
bagaimana ide demokrasi telah diterjemahkan ke dalam bentuk kelembagaan dan praktik
di berbagai belahan bumi dalam berbagai kurun waktu. (3) adanaya kurikulum yang
memungkinkan siswa dapat mengeksplorasi sejarah demokrasi di negaranya untuk dapat
menjawab persoalan apakah kekuatan dan kelemahan demokrasi yang diterapkan di
negaranya dalam berbagai kurun waktu, (4) tersedianya kesempatan bagi siswa untuk
memahami kondisi demokrasi yang diterapkan di negara-negara di dunia sehingga para
siswa memiliki wawasan luas tentang aneka ragam sistem sosial demokrasi dalam
berbagai konteks.
Dalam kepustakaan asing Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) disebut civic
education yang batasannya ialah seluruh kegiatan sekolah, koma, dan masyarakat yang
dapat menumbuhkan demokrasi (Somantri,2001). artinya bahwa PKN merupakan
pendidikan demokrasi atau disebut juga pendidikan demokrasi merupakan esensi dari
pendidikan kewarganegaraan titik pendidikan kewarganegaraan yang disusun melalui
hierarki tingkat pengetahuan ilmu sosial, yaitu fakta, konsep, generalisasi dan teori
hukum sehingga membentuk ide pundamental ilmu kewarganegaraan (IKN).
IKN bersumber kepada social studies. Social studies merupakan turunan dari
ilmu-ilmu sosial (Social Science). Perbedaan ilmu ilmu sosial dengan social studies
( Dufty, 1967; dalam Winataputra, 2001) menjelaskan bahwa ilmu-ilmu sosial adalah
tubuh pengetahuan ilmiah yang terorganisir mengenai hubungan manusia. Pengetahuan
ini bersifat objektif yang diperoleh melalui proses penelitian ilmiah baku yang dilakukan
para ahli ilmu ilmu sosial sesuai bidangnya sedangkan social studies diartikan sebagai
social studies for pedagogical papers (Edgar Bruce Wesley, 1937; Barr, Bath, dan
Shermis, 1977) yakni social studies merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial
untuk tujuan pendidikan.

Kegiatan Belajar 3
Sekolah Sebagai Laboratorium Demokrasi

Dalam konteks pendidikan formal, khususnya pada jenjang pendidikan dasar,


sekolah seyogyanya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan sosial-pedagogis yang
kondusif atau memberi suasana bagi tumbuh-kembangnya berbagai kualitas pribadi
peserta didik. Oleh karena itu sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat perlu
dikembangkan sebagai pusat pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang
hayat, yang mempu memberi keteladanan, membangun kamauan, dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran demokrasi. Sekolah dalam Undang-
Undang RI No.20 Tahun 2003 disebut “satuan pendidikan” Sekolah Dasar (SD) sebagai
satuan pendidikan merupakan suatu entity (satuan utuh) wahana pendidikan nasional
yang mencapai tujuan pendidikan nasional.
Paradigma pendidikan demokrasi yang perlu dikembangkan dalam lingkungan
sekolah adalah pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional atau bersisi jamak.
Sifat multidimensional itu antara lain terletak pada :
1. Pandangannya yang pluralistik-uniter (bermacam-macam tetapi menyatu dalam
pengertian Bhinneka Tunggal Ika)
2. Sikapnya dalam menempatkan individu, negara, dan masyarakat global secara
harmonis
3. Tujuannya yang diarahkan kepada semua dimensi kecerdasan (spiritual, rasional,
emosianal, dan sosial)
4. Konteks (setting) yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka, fleksibel
atau luwes, dan bervariasi merujuk kepada dimensi tujuannya.

Apabila ditampilkan dalam wujud program pendidikan paradigma baru, salah


satunya menuntut tersedianya sumber belajar yang dapat memfasilitasi siswa untuk
memahami penerapan demokrasi di negara lain sehingga mereka memiliki wawasan yang
luas tentang ragam ide dan sistem demokrasi dalam berbagai konteks.

1. Strategi Umum Pengembangan Warga Negara yang Demokratis di Lingkungan


Sekolah
Strategi dapat diartikan sebagai serangkaian langkah yang dipilih untuk mencapai
tujuan atau target. Winataputra (2005) menjelaskan karakteristik pokok untuk
masing-masing strategi, yaitunya sebagai berikut:
1) Pertemuan kelas berita baru
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan kelas guna membahas berita aktual yang ada di media masa.
2) Cambuk bersiklus
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan saling bertanya dan menjawan secara bergantian.
3) Waktu untuk penghargaan
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk memberikan penghargaan terhadap orang lain.
4) Waktu untuk yang terhormat
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
acara yang secara khusus diadakan atas inisiatif siswa untuk memberi
penghargaan untuk orang yang sangat dihormati.
5) Pertemuan perumusan tujuan
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan yang sengaja diadakan atas inisiatif guru dan/atau siswa untuk
merumuskan visi atau tujuan sekolah.
6) Pertemuan legislasi
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk merumuskan norma atau aturan yang akan dilakukan di sekolah.
7) Pertemuan evaluasi aturan
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
untuk mengevaluasi pelaksanaan norma atau aturan yang telah disepakati yang
berlaku di sekolah.
8) Pertemuan perumusan langkah kegiatan
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk menetapkan prioritas atau tahapan kegiatan yang akan dilakukan
oleh siswa dibawah supervisi sekolah.
9) Pertemuan refleksi belajar
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan pengendapan dan evaluasi terhadap proses hasil belajar setelah selesai
satu atau beberapa pertemuan.
10) Pertemuan pemecahan masalah
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan terencana untukmemecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitar
yang menyangkut kehidupan siswa.
11) isu akademis
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk membahas akademis.
12) Pertemuan perbaikan kelas
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk membahas masalah yang menyangkut kehidupan siswa.
13) Pertemuan tindak lanjut
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk membahas tundak lanjut suatu kegiatan
14) Pertemuan perencanaan
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk menyusun rencana bersama.
15) Pertemuan pengembangan konsep
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk menyusun gagasan baru untuk pemecahan masalah yang pelik.
16) Pembahasan situasi pelik
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk membahas masalah yang pelik.
17) Kotak saran
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pengumpulan saran secara bebas dan rahasia.
18) Pertemuan dalam pertemuan
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan kelompok kecil dalam konteks pertemuan klasikal atau pertemuan
besar.

2. Fungsi dan Peran Sekolah dalam Mengembangkan Warga Negara yang


Demokratis
Sekolah sebagai organisasi mempunyai struktur dan kultur. Sebagai bagian
dari struktur birokrasi pendidikan, SD merupakan satuan pendidikan dalam linkungan
Pemerintah Daerah yang pembinaannya langsung di bawah Dinas Pendidikan.
Sekolah merupakan satuan pendidikan maka di dalam sekolah terdapat komunitas
yang terdiri dari pendidik, peserta didik, dan tenaga kependidikan.
Sistem manajerial yang dianut meskipun masih dalam tahap rintisan adalah
menejemen berbasis sekolah (MBS). Otonomi kurikulum merupakan imperatif
sebagaimana hal itu digariskan dalam pasal 38 ayat (2) UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang sisdiknas yang menyatakan bahwa “kurikulum pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan sesuai relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar
dan provinsi untuk pendidikan menengah”. Sistem sarana prasaran ditetapkan dalam
pasal 51 ayat (1) yang menyatakan bahwa “pengelolaan satuan pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilakukan berdasarkan standar
pelayanan minimal dengan prinsip menejaman berbasis sekolah/madrasah”.
Dalam pengembangan sesisteman sekolah diperlukan mekanisme dan kerja sama
internal dalam organisasi sekolah, yaitu kepala sekolah, dewan guru, peserta didik,
pegawai tat usaha, sarana prasarana, fasilitas, lingkungan, organisasi kesiswaan, dan
antara organisasi sekolah dengan komite sekolah.
3. Mekanisme Kerja dalam Konteks Kesisteman Sekolah
PP RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam pasal 4
ayat (3) dinyatakan bahwa “Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat”.
Selanjutnya dalam Pasal 4 ayat (4) dinyatakan bahwa “Pendidikan diselenggarakan
dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pemberdayaan”, dan dalam Pasal 4 ayat (6) dinyatakan
bahwa “Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan seluruh komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan”. Komponen-konpenen organisasi sekolah adalah sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah
b. Wakil Kepala Sekolah
c. Tata Usaha
d. Dewan Guru
e. Unit Laboratorium
f. Unit Perpustakaan
g. Osis
h. Komite Sekolah
Secara psikopedagogis seluruh unsur yang ada dilingkungkan sekolah,
terutama guru dan kepala sekolah harus menjadi fasilitator utama dalam pencapaian
tujuan pendidikan nasional, termasuk didalamnya mengembangkan warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai