PEMBELAJARAN PKn DI SD
MODUL 7 DAN 8
Oleh:
NAMA : ANIS MUBASIROH
NIM : 856233799
MATA KULIAH : STRATEGI PEMBELAJARAN DI SD
POKJAR : SITIUNG
Kegiatan Belajar I
Konsep Demokrasi
Demokrasi ialah sebuah kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa inggris “democracy”
yang diserap dari dua kata bahasa Yunani “demos” dan ‘ratos” atau “kratein”. Demos berarti rakyat, kratos
berarti kekuasaan.
Demokrasi adalah negara dengan prinsip pemerintahannya yang ditandai oleh adanya partisipasi warga
negara yang sudah dewasa ikut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilny yang dipilih.
Dalam penerapan dinegara kesatuan republik indonesia demokrasi dapat dipandang sebagai suatu
mekanisme dan cita-cita hidup berkelompok yang ada dalam UUD 1945 yang disebut kerakyatan. Demokrasi
dapat juga dipandang sebagai pola hidup berkelompok dalam organisasi negara, sesuai dengan keinginan orang-
orang yang hidup dalam kelompok tersebut (demos).
Keinginan orang-orang yang ada dalam kelompok tersebut ditentukan oleh pandangan hidupnya
(weltanschaung), falsafah hidupnya (filosofiche Gronslag) dan ideologi bangsa yang bersangkutan.
Dengan demikian demokrasi atau pemerintahan rakyat di indonesia didasarkan pada :
1) Nilai-nilai falsafah pancasila atau pemerintahan dari, oloh dan untuk rakyat berdasarkan sila-sila pancasila.
2) Transformasi nilai-nilai pancasila pada bentuk dan sistem pemerintahan
3) Merupakan konsekuaensi dan komitmen terhadap nilai-nilai pancasila dan UUD 1945
Dengan kata lain bahwa demokrasi di samping sebagai sistem pemerintahan, juga diperlukan proses demokrasi
yang meliputi 4 hal yaitu :
1) Mengutamakan kepentingan khalayak
2) Manusia sebagai makhluk memiliki potensi untuk mengembangkan kekuasaan dan kemampuan
3) Memperhatikan keseimbangan antara partisipasi dan apatisme
4) Untuk mencapai partisipasi perlu ada perubahan terlebih dahulu serta perubahan itu sendiri akan terwujud
jika adanya partisipasi.
Demokrasi Indonesia telah melewati berbagai macam tahap dan telah sampai pada tingkat kedewasaan yang
cukup baik, walaupun dalam faktanya demokrasi di Indonesia masih dibatasi dengan bermacam aturan tertulis
maupun tidak. Oleh karena itu perlu diberikan pemahaman yang dapat mengantar untuk memenuhi persyaratan
tersebut antara lain melalui pemahaman wawasan nusantara.
Kegiatan Belajar 2
Pendidikan Demokrasi Sebagai Esensi PKn
Suatu negara yang menerapkan sistem demokrasi di mana pun berada pad adasarnya untuk mlindungi
hak-hak warga negaranya dan secara tidak langsung menginginkan warga negaranya memiliki wawasan,
menyadari akan keharusan serta menampakkan partisipasinya sesuai dengan status danperannya dalam
masyarakat.
Salah satu solusi strategis secara konseptual adalah dengan cara memperkuat demokrasi dalam berbagai bidang
dan aspek kehidupan. Upaya itu tentu tidak semudah membalikkan tepalak tangan di mana negaranya menganut
sistem demokrasi maka warga negaranya akan demokrastis, tetapi memerlukan proses pendidikan demokrasi.
Winaputra (2001) dalam disertasinya memberikan penjelasan bahwa pendidikan demokrasi adalah
upaya sistematis yang dilakukan negara dan masyarakat untuk memfasilitasi individu warga negara agar
memahami, menghayati, mengamalkan dan mengembangkan konsep,prinsip dan nilai demokrasi sesuai dengan
status perannya dalam masyarakat.
PKN atau Civic Education adalah program pendidikan/pembelajaran yang secara programatik –
prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudyakan (civilizing) serta memberdayakan
(empowering) manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi warga negara yang baik sebagaimana
tuntutan keharusan/ yuridis konstitusional bangsa/negara yang bersangkutan.
Rujukan WNI yang baik dalam NKRI ialah UUD 1945/2003 yang jabarannya termuat dalam TAP MPR
dan UU (a.l. UUSPN menjadi kiblat seluruh Program dan Sistem pendidikan ). Menurut landasan konstitusional
di atas, maka Visi PKN NKRI lahirnya manusia/ WNI dan kehidupan masyarakat bangsa NKRI religius, cerdas,
demokratis dan lawful ness, damai – tenteram – sejahtera, moderen dan berkeribadian Indonesia. Misi yang
diembannya adalah program pendidikan; yang membelajarkan dan melatih anak didik secara demokratis –
humanistic – fungsional.
Membelajarkan hendaknya dimaknai memberi pembekalan pengetahuan melek politik – hukum,
membina jati diri WNI berkepribadian/berbudaya Indonesia, melatih pelakonan diri/kehidupan WNI yang
melek politik hukum serta berbudaya Indonesia dalam tatanan kehidupan masyarakat – bangsa – negara yang
moderen. Dari gambaran di atas maka jelas target harapan pembelajaran PKN NKRI, yakni:
1. Secara Programatik memuat bahan ajar yang kaffah/utuh (CAP) berupa bekal pengetahuan untuk melek
politik & hukum yang ada/berlaku/imperative dalam kehidupan bermasyarakat – berbangsa dan bernegara
NKRI yang demokratis sistim perwakilan – konstitusional.
2. Secara Prosedural target sasaran pembelajarannya ialah penyampaian bahan ajar pilihan – fungsional kearah
membina, mengembangkan dan membentuk potensi diri anak didik secara kaffah serta kehidupan siswa &
lingkungannya (fisik – non fisik) sebagaimana diharapkan/keharusannya ( 6 sumber normative di Indonesia)
serta pelatihan pelakonan pemberdayaan hal tersebut dalam dunia nyata astagatranya secara demokratis,
humanis dan fungsional.
Wahab (civicus, 2001)
Kegiatan Belajar 3
Sekolah sebagai Laboratorium Demokrasi
Sekolah dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 disebut “satuan pendidikan” Sekolah Dasar (SD) sebagai
satuan pendidikan merupakan suatu entity (satuan utuh) wahana pendidikan nasional yang mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Paradigma pendidikan demokrasi yang perlu dikembangan dalam lingkungan sekolah adalah pendidikan
demokrasi yang bersifat multidimensional atau bersisi jamak. Sifat multidimensionalnya itu antara lain terletak
pada berikut ini :
1. Pandangannya yang bermacam-macam tetapi menyatu
2. Sikapnya dalam menempatkan individu, negara dan masyarakat global secara harmonis
3. Tujuannya yang diarahkan pada semua dimensi kecerdasannya
4. Konteks yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka.
Nilai, Moral dan Norma sangat erat kaitannya dengan tuntunan perilaku suatu warga Negara. Tiap
warga Negara memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap Negara,terutama peran serta dalam
pembangunan. Pembentukan perilaku seseorang memerlukan proses, kebiasaan dan keteladanan. Kelompok
perilaku warga Negara dan Negara, meliputi hal-hal yang mencakup kehidupan berbangsa dan bernegara, antara
lain bidang politik,ekonomi,sosial budaya dan hankam.
Salah satu kewajiban warga Negara yaitu ikut serta dalam kegiatan bela Negara. Bela Negara sendiri
dapat terwujud bila dilandasi oleh adanya tekad,sikap dan tindakan warga Negara yang teratur,
menyeluruh,terpadu dan berlanjut yang didasarkan oleh: kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara Indonesia serta keyakinan akan kesaktian pancasila sebagai ideologi Negara dan kerelaan berkorban.
A. Konsep, Nilai , Moral , dan Norma (KNMN) dalam Hubungan Warga Negara dengan Negara
Konsep adalah pengertian yang menunjukkan kepada sesuatu. Pengertian tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk kata-kata, nama, atau pernyataan. Oleh karena konsep dapat dinyatakan dengan kata maka ada ahli yang
mendefinisikan konsep sebagai kata yang menunjuk kepada sesuatu.
Nilai adalah sesuatu yang merujuk kepada tuntutan perilaku yang membedakan perbuatan yang baik dan
buruk atau dapat diartikan sebagai kualitas kebaikan yang melekat pada sesuatu.
Moral adalah keharusan perilaku yang dibawakan oleh nilai.
Norma adalah sumber dasar hokum yang menguatkan kedudukan konsep, nilai, dan moral serta perilaku
yang dilakukan.
Perilaku kita sebagai warga Negara tentu kita memiliki kewajiban dan rasa tanggung jawab secara moral
terhadap Negara.
Dalam aspek berkehidupan berbangsa dan bernegara tentunya sangat luas dan tidak lepas dari kehidupan
yang meliputi berbagai satu kesatuan dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hankam (GBHN 1993)
Pendidikan politik berdasarkan pancasila dan UUD 1945 perlu lebih ditingkatkan agar rakyat makin
sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara sehingga makin mampu ikut berperan secara aktif dan
bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk lebih memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam pembahasan ini bahwa keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara
merupakan hal yang mutlak, dalam pemerintahan demokrasi pancasila terutama dalam pembangunan.
Partisipasi yang diberikan pada Negara tersebut haruslah partisipasi yang tumbuh karena kesadarannya sendiri,
artinya kesadran-kesadaran tentang hak dan kewajibannya sebagai warga Negara yang dilandasi oleh
penghayatan akan nilai-nilai luhur yang menjiwai sitem yang berlaku. Tentunya kesadaran harus disesuaikan
dengan peningkatan kecerdasan.
Hakikat Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
seluruh masyarakat Indonesia yang mengandung berikut ini:
1. Adanya keselarasan, keserasian, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh kegiatan pembangunan. Meskipun
pembangunan ekonomi mendapat tempat utama dalam pembangunan nasional dewasa ini dan didalam jangka
panjang,unsur manusia,unsur sosial budaya dan unsure lainnya mendapat perhatian seimbang.
2. Pembangunan merata untuk seluruh masyarakat dan seluruh wilayah tanah air.
3. Hal yang ingin dibangun manusia dan masyarakat Indonesia sehingga pembangunan harus berkepribadian
Indonesia dan menghasilkan manusia dan masyarakat maju yang tetap berkepribadian Indonesia pula.
Pembangunan mengandung arti bahwa warga Negara adalah objek dan subjek pembangunan karena
warga Negara sebagai subjek pembangunan maka warga Negara sebagai manusia harus diperhitungkan. Oleh
karena itu perlu mengajak subjek pembangunan untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan (pasaribu:62)
Dalam rangka ajakan ini para pemimpin diharapkan memiliki persepsi yang tajam guna mendeteksi
keinginan msyarakat untuk menggerakan partisipasi masyarakat. Walaupun bagaimana bahwa pembangunan
adalah usaha rakyat. Masyarakat sebanyak mungkin ikut serta dengan pemerintah untuk memberikan bantuan
guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya pembangunan. Keberhasilan
pembangunan ditentukan oleh partisipasi unsur masyarakat.
B. Konsep, Nilai, Moral, dan Norma (KNMN) dalam Hubungannya dengan Sesama Warga Negara
Secara kodrati manusia dilahirkan ke bumi ini sebagai mahkluk sosial (zoon politicon) ia akan
senantiasa berhubungan dengan manusia lain dan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya itu.
Menurut Rustandi (1988:60) ‘ Warga Negara ialah mereka yang brrdasarkan hokum merupakan anggota
dari suatu Negara. Mereka yang tidak termasuk warga Negara disebut orang asing (bukan warga Negara)’ dari
rumusan tersebut diperoleh suatu pengertian untuk dapat dikatakan sebagai warga Negara maka seseorang
harud dinyatakan secara legal (sah) menjadi warga Negara.
Pasal 26 ayat 1 menyatakan bahwa ‘ yang menjadi warga Negara Indonesia ialah orang-oarang bangsa
Indonesia asli dan orang0orang bangsa lain yang si sahkan oleh undang-undang sebagai warga negara’ Ayat 2
menyatakan bahwa ‘ syarat-syrat yang mengenai warga negaraan Negara ditetapkan dengna undnag-undang’’.
Dengan demikian yang menjadi WNI adalah sebagai berikut
1. Orang-orang bangsa Indonesia asli
2. Orang-orang bangsa lain yang bisahkan dengan undang-undang sebagai warga Negara Indonesia
Tuntutan perilaku warga Negara diharapkan memiliki sikap berbudi luhur, sehat jasmani, dan rohani
berkepribadian dan sifat mandiri, disamping memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakataan dan bernegara.
Ciri-ciri warga Negara yang baik dapat dilukiskan, yaitu warga Negara yang patriotik, loyal terhadap
bangsa dan negara, toleran, beragama, demokratis atau yang lebih popular disebut warga Negara
yang pancasialis sejati.
Kita harus peduli dan tanggap terhadap tetangga dan lingkungan sekitar kita di mana kita berada.
Penanaman dan membiasakan sikap yang berlandaskan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari sangat
perlu dari usia dini dalam rangka pembinaan dan pembentukan pribadi warga Negara.
Adapun yang menjadi pertimbangan selain dari manusia-manusia Indonesia secara pribadi-pribadi, yang
memiliki nilai-nilai tersebut, landasan utamanya adalah sebagai berikut:
1. Landasan Idiil pancasila
Dalam hal ini,pancasila mengajarkan dalam bekerja sama dengan bangsa lain untuk menciptakan perdamaian
dilandasi pertanggungjawaban kepada Tuhan Yang Maha Esa.pada pembukaan UUD 1945 pada alinea IV
menyebutkan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan
kaedilan sosial
2. Landasan Struktural
Dalam hal ini bidang luar negeri UUD 1945 menyebutkan pasal 11 sebagai berikut: presiden dengan
persetujuan DPR menyatakan perang,membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain.
3. Landasan Operasional
Sebagai realisasi dan apa yang tercantum dalam pancasila.pembukaan UUD 1945 di atas untuk politik luar
negeri Republik Indonesia bebas aktf intinya agar bangsa Indonesia berkawan baik dengan semua bangsa di
dunia dan tidak pilih kasih.selama ada masalah-masalah kehidupan masyarakat dunia bangsa Indonesia tidak
boleh berpangku tangan ,artinya harus ikut aktif mengatasinya.penegasan tercantum di dalam GBHN (ketetapan
MPR No.II/MPR/1983)
C. Konsep, Nilai, Moral, dan Norma (KNMN) dalam Pengembangan Komitmen Bela Negara
Cita-cita perjuangan bangsa (alinea 2 pembukaan UUD 1945) mewujudkan Negara kesatuan republik
Indonesia yang,merdeka,bersatu ,berdaulat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Untuk mewujudkan cita-cita bangsa tersebut perlu dipelihara adanya kepentingan nasional demi tetap
tegaknya Negara kesatuan republik indonesia serta terwujudnya tujuan nasional melalui pembangunan nasional.
Bela Negara merupakan tekad, sikap, dan tindakan warga Negara yang teratur, menyeluruh terpadu dan
berlanjut yang dilandasi:
1. Kecintaan pada tanah air
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia
3. Keyakinan akan kesaktian pancasila sebagai ideologi Negara
4. Kerelaan berkorban
Hak, kewajiban, dan kehormatan untuk ikut serta dalam usaha pembelaan Negara bagi setiap warga
Negara harus dapat dilaksanakan. Partisipasi aktif bagi setiap warga Negara untuk menjaga ketertiban dan
keamanan lingkunganya masing-masing sangat diharapkan.
Setiap warga Negara diharapkan dapat berperilaku sesuai dengan UUD 1945 dan pancasila sebagai
ideologi bangsa. Pedoman tuntutan perilaku warga Negara tersebut diharapkan dapat diterapkan dan
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.