Anda di halaman 1dari 14

KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

BAB IV
URGENSI DAN TUJUAN MATAPELAJARAN PPKn

Kemampuan Akhir Pembelajaran


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
menganalisis tujuan dan urgensi PPKn.

Indikator
1. Menjelaskan tujuan pendidikan nasional
2. Menjelaskan tujuan PPKn
3. Mengidentifikasi keterkaitan tujuan PPKn dengan tujuan nasional
Indonesia dan tujuan pendidikan nasional
1. Mengidentifikasi urgensi PPKn bagi bangsa dan Negara Indonesia

Pengantar
alam prembule UUD 1945 disebutkan ada empat

D tujuan nasional Indonesia yang dicita-citakan


tercapai. Keempat tujuan tersebut disebut sebagai
tujuan Negara Indonesia sebagai sebuah organisasi
kekuasaan (state). Salah satu dari keempat tujuan tersebut adalah
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tujuan ini secara jelas
menyuratkan bahwa tujuan yang dimaksudkan adalah peningkatan
kualitas sumber daya manusia Indonesia. Aspek yang dikembangkan
dalam diri manusia adalah aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap (moralitas).
Tujuan sebagaimana disebutkan di atas yang tertuang dalam
pembukaan UUD, lebih lanjut dirumuskan dalam UU Sistem
Pendidikan Nasional, UU No. 20 tahun 2003 yang memuat 9 tujuan
pendidikan nasional. Tejuan pendidikan nasional Indonesia tersebut
merupakan penjelasan rinci dari rumusan nasional Indonesia
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tujuan pendidikan nasional
Indonesia selanjutnya dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan
tujuan setiap mata pelajaran yang ada dalam kurikulum, salah
satunya adalah mata pelajaran PPKn.
Dalam bab ini akan dibahas secara mendetail apa saja tujuan
pendidikan nasional Indonesia, apa saja tujuan mata pelajaran PPKn
dan bagaimana keterkaitan tujuan nasional Indonesia dengan tujuan
mata pelajaran PPKn. Untuk membelajarkan materi ini model
pembelajaran yang akan digunakan adalah model pembelajaran
Unjuk Kerja. Model ini ditujukan untuk melatih kemampuan berfikir

Lalu Sumardi & M. Ismail 1


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

kritis-analitis mahasiswa, selain tentunya untuk mempercepat


penguasaan materi.

4.1. URGENSI PPKn BAGI PESERTA DIDIK


Sejak timbulnya gerakan reformasi dan demokratisaasi di
indonesia pada akhir dasawarsa 1990-an yang ternyata telah berhasil
mengakhiri secara formal tatanan dan instrumentasi demokrasi semu
di era orde baru, dan secara perlahan menapaki era baru orde
reformasi, mulai berkembang pemikiran perlunya
merekonseptualisasi dan merespons isi pendidikan kewarganegaraan
dalam konteks pendidikan demokrasi dalam arti mendasar. Dan
sesuai dengan undang undang no. 2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional di dalam kurikulum pendidikan tinggi telah
ditetapkan adanya mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
(kewiraan) sebagai salah satu komponen dari kelompok mata kuliah
umum.
Sampai saat ini secara umum mata kuliah ini mencakup materi
pendidikan kewarganegaraan dengan tujuan untuk mengembangkan
mahasiswa agar mampu berperan aktif sebagai warga negara dalam
kontek bela negara. Hal ini dapat dipahami karena memang pada
awalnya, yakni sebelum ada undang-undang no. 2 tahun 1989 itu,
mata kuliah ini lebih dikenal sebagai mata kuliah kewiraan. Dan kini
telah menjadi pendidikan kewarganegaraan yang bertujuan dari jalur
pendidikan formal akan menjadi warga negara yang memiliki berbagai
kemampuan untuk melakukan perubahan dalam masyarakat dan
menjadi agent perubahan bagi masyarakatnya serta mampu
melakukan proses pembelajaran diri, proses pengewanjatahan nilai-
nilai dan pengalihan prinsip-prinsip dalam kehidupan nyata.
Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air (penjelasan pasal ayat 1 uu no.20/2003) dalam kontek
pendidikan nasional pendidikan kewarganegaraan dijadikan sebagai
wadah dan instrument untuk menwujudkan tujuan pendidikan
nasional yaitu perkembangan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Tujuan dari pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya
adalah bagaimana menjadikan warga negara yang cerdas dan baik
serta mampu mendukung keberlangsungan bangsa dan negara.
Upaya kewarganegaraan individu atau orang-orang yang hidup dalam
suatu negara merupakan tugas pokok negara. Konsep warga negara
yang cerdas dan baik tentunya tergantung dari pandangan hidup dan
Lalu Sumardi & M. Ismail 2
KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

sistem politik negara yang bersangkutan. Pendidikam


kewarganegaraan, khususnya sepanjang pemerintahan orde baru,
telah direkayasa sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan
melalui cara indoktrinasi, manipulasi atas demokrasi dan pancasila,
dan tindakan paradoks penguasa orde baru. Sikap paradoks orde
baru terlihat dari tidak jalannya antara program pendidikan kewiraan
dan pancasila dengan perilaku elit orde baru dalam mengelola negara
yang penuh dengan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (kkn).
Besarnya jumlah masyarakat indonesia yang awam tentang
demokrasi , maka membutuhkan sebuah model pendidikan
kewarganegaraan yang memperdayakan dan membebaskan rakyat
dari keawaman demokrasi tersebut.
Penggunaan pendidikan kewarganegaraan tidak lepas dari
realitas empiris bangsa indonesia saat ini yang masih awam tentang
demokrasi. Dengan kata lain, pendidikan kewarganegaraan (civic
education) adalah suatu program pendidikan yang berusaha
menggabungkan unsur-unsur substantif dari komponen civic
education diatas melalui model pembelajaran yang demokratis,
interaktif, dan humanis dalam lingkungan yang demokratis. Unsur-
unsur substantif civic education tersebut terangkum dalam tiga
komponen inti yang saling terkait dalam pendidikan kewarganegaraan
yaitu: demokrasi, ham, dan masyarakat madani. Dengan kata lain,
pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah suatu program
pendidikan yang berusaha menggabungkan unsur-unsur substantif
dari komponen civic education diatas melalui model pembelajaran
yang demokratis, interaktif, dan humanis dalam lingkungan yang
demokratis.
Unsur-unsur substantif civic education tersebut terangkum
dalam tiga komponen inti yang saling terkait dalam pendidikan
kewarganegaraan yaitu: demokrasi, ham, dan masyarakat madani.
Dengan kata lain, pendidikan kewarganegaraan (civic education)
adalah suatu program pendidikan yang berusaha menggabungkan
unsur-unsur substantif dari komponen civic education diatas melalui
model pembelajaran yang demokratis, interaktif, dan humanis dalam
lingkungan yang demokratis. Unsur-unsur substantif civic education
tersebut terangkum dalam tiga komponen inti yang saling terkait
dalam pendidikan kewarganegaraan yaitu: demokrasi, ham, dan
masyarakat madani.
Pendidikan kewarganegaraan mengembangkan paradigma
demokratis yakni orientasi yang menekankan pada upaya
penberdayaan mahasiswa sebagai warga negara indonesia secara
demokratis. Paradigma demokratis dalam pendidikan menempatkan
Lalu Sumardi & M. Ismail 3
KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

peserta didik sebagai subyek aktif, pendidik sebagai mitra peserta


didik dalam proses pembelajaran.sedangkan tujuan dari paradigma
demokrasi ini adalah sebagai upaya pembelajaran yang diarahkan
agar peserta didik tidak hanya mengetahuai sesuatu melainkan dapat
belajar untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab sebagai
individu dan makhluk sosial serta belajar untuk melakukan
sesuatu yang didasari oleh pengetahuan yang memilikinya.
Sebagai output dari pendidikan yang demokratis, kedewasaan
warga negara dalam berdemokrasi di Barat bisa menjadi referensi
adanya keterkaitan antara sikap-sikap demokratis warga negara dan
program pendidikan demokrasi, populer dengan sebutan civic
education (pendidikan kewarganegaraan), yang ditempuh melalui
jalur pendidikan formal.
Bagi negara yang tengah bertransisi menuju demokrasi,
seperti Indonesia, pendidikan kewarganegaraan yang mampu
memperkuat barisan masyarakat sipil yang beradab dan demokratis
amat penting diakukan. Pendidikan kewarganegaraan bukanlah
barang baru dalam sejarah pendidikan nasional. Di era Soekarno,
misalnya, pendidikan kewarganegaraan dikenal dengan pendidikan
civic.
Secara konseptual, pendidikan kewarganegaraan adalah suatu
bentuk pendidikan yang memuat unsur-unsur pendidikan demokrasi
yang berlaku universal, di mana prinsip umum demokrasi yang
mengandung pengertian mekanisme sosial politik yang dilakukan
melalui prinsip dari, oleh, dan untuk warga negara menjadi fondasi
dan tujuannya.
Mengaca pada realitas demokrasi di Indonesia, pendidikan
demokrasi yang disubordinasikan dalam pendidikan
kewarganegaraan dengan konsep itu sudah saatnya dilakukan.
Tujuan pendidikan ini adalah untuk membangun kesadaran peserta
didik akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu
menggunakannya secara demokratis dan beradab.
Orientasi lama pengajaran PPKn yang lebih menekankan
kepatuhan peserta didik kepada negara sudah saatnya diubah ke
arah pengajaran yang berorientasi pada penyiapan peserta didik
menjadi warga negara yang kritis, aktif, toleran, dan mandiri. Jika
orientasi pendidikan PPKn masa lalu telah terbukti gagal melahirkan
manusia Indonesia yang mandiri dan kreatif, karena terlalu kuatnya
muatan “pengarahan” negara atas warga negara, pendidikan
kewarganegaraan mendatang seharusnya diarahkan untuk
membangun daya kreativitas dan inovasi peserta didik melalui pola-
pola pendidikan yang demokratis dan partisipatif. Perilaku budaya
Lalu Sumardi & M. Ismail 4
KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

demokrasi harus terus dikembangkan dalam kehidupan demokrasi,


baik dalam suprastruktur maupun infrastruktur. Perilaku budaya
demokrasi yang dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara akan menghasilkan demokrasi yang
berbudaya dan peradaban. Kondisi demikian merupakan iklim yang
cukup mendukung terwujudnya masyarakat madani.
Untuk membentuk suatu negara yang demokratis, maka
negara tersebut harus melaksanakan prinsip demokrasi yang
didukung oleh warga negara. Prinsip demokrasi adalah perilaku yang
dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi. Nilai-nilai demokrasi tersebut
antara lain : adil, terbuka, menghargai, mengakui perbedaan, anti
kekerasan, damai, tanggung jawab ,dan kerja sama. Sistem politik
demokrasi yang berlaku di Indonesia adalah Sistem Politik Demokrasi
Pancasila. Budaya demokrasi Pancasila merupakan paham
demokrasi yang berpedoman pada asas kerakyatan yang di pimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan yang
berketuhanaan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berpersatuan Indonesia, dan bersama sama menjiwai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keinginan rakyat dapat
tersalurkan baik dalam lembaga suprastruktur politik (lembaga
negara), maupun dalam infrastruktur politik (partai politik, organisasi
massa, dan media politik lainnya). Membiasakan diri melaksanakan
budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan di
lingkungan keluarga ,maupun lingkungan sekolah, di organisasi
masyarakat (ormas) dan partai politik (parpol), serta di DPR sebagai
lembaga pembuat Undang-Undang.
Ada banyak urgensi mata pelajaran PPKn bagi peserta didik,
yaitu;
1. Meningkatkan kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang
sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif
dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama
menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian dan
berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan
dalam sepuluh tahun terakhir ini. Definisi berpikir kritis banyak
dikemukakan para ahli.
Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan
keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses
tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan
mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang
perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah,
merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan,
Lalu Sumardi & M. Ismail 5
KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan


tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir
kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan
kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa
faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa
disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang
akan dituju.
Keterkaitan berpikir kritis dalam pembelajaran adalah perlunya
mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh,
pembuat keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah
berhenti belajar. Penting bagi siswa untuk menjadi seorang pemikir
mandiri sejalan dengan meningkatnya jenis pekerjaan di masa yang
akan datang yang membutuhkan para pekerja handal yang memiliki
kemampuan berpikir kritis. Selama ini, kemampuan berpikir masih
belum merasuk ke jiwa siswa sehingga belum dapat berfungsi
maksimal di masyarakat yang serba praktis saat ini. Sebuah laporan
di Malaysia menyebutkan bahwa pembelajaran kognisi tingkat tinggi
membantu siswa untuk menjadi pembelajar mandiri,
mengembangkan keterampilan berpikir siswa lebih umum dinyatakan
sebagai tujuan pendidikan saja. Rajendran menemukan kurangnya
kemampuan siswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang
mereka dapatkan di sekolah dan kelas ke permasalahan yang
mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Dia menegaskan bahwa
banyak siswa tidak mampu memberikan bukti tak lebih dari
pemahaman yang dangkal tentang konsep dan hubungan yang
mendasar bagi mata pelajaran yang telah mereka pelajari, atau
ketidakmampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah
mereka peroleh ke dalam permasalahan dunia nyata.
Menurut kajian ini kebutuhan untuk mengajarkan kemampuan
berpikir sebagai bagian yang menyatu dengan kurikulum sekolah
merupakan hal yang sangat penting. Sebagian besar negara
mempedulikan kenaikan standar pendidikan melalui wajib belajar
pada pendidikan formal. Menurut Cotton, pada tatanan masyarakat
yang serba praktis ini, pendidikan anak-anak menjadi tujuan utama
pendidikan. Hal ini akan membekali anak-anak dengan pembelajaran
sepanjang hayat dan kemampuan berpikir kritis yang dibutuhkan
untuk menangkap fakta dan memproses informasi di era dunia yang
makin berkembang ini. Salah satu dari fungsi sekolah adalah
menyediakan tenaga kerja yang mumpuni dan siap dengan berbagai
masalah yang ada di masyarakat, maka penting pembelajaran
berpikir dimasukkan ke dalam proses pembelajaran. Selain perhatian
terhadap penguasaan hal-hal dasar seperti membaca, menulis, sains
Lalu Sumardi & M. Ismail 6
KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

dan matematika, perhatian yang sama juga terletak pada kemampuan


berpikir kritis. Pengetahuan dasar atau penguasaannya saja tidak
cukup untuk memenuhi tuntutan perkembangan dunia masa yang
akan datang.
Kunci berpikir kritis adalah mengembangkan pendekatan
impersonal yang memperhatikan argumentasi dan fakta sejalan
dengan pandangan, pendapat dan perasaan personal. Wacana
akademik didasarkan pada prinsip-prinsip berpikir kritis yang
dijelaskan oleh Northedge sebagai berikut: Debat: membantah poin-
poin yang memiliki pandangan berbeda. Keilmuan: kesadaran akan
hal lain apa yang telah ditulis, dan mengutipnya dengan tepat.
Argumen: mengembangkan poin-poin dalam urutan logis yang akan
mengarah pada kesimpulan. Kritis: mengetahui/ memperhatikan
kekuatan dan kelemahan. Analisis: menguraikan argumen yang
dikemukakan. Bukti: meyakinkan orang bahwa argumen yang dibawa
didukung oleh bukti yang valid. Objektif: tidak memihak dan
emosional serta tanpa menimbulkan daya tarik langsung pada orang
lain. Presisi: menuju ketepatan, hal-hal apapun yang tidak terkait
dengan argumen harus dihilangkan. Pemikiran kritis dan analitis
harus diaplikasikan pada semua aspek kegiatan akademik, misalnya
aktivitas memilih informasi, membaca, menulis, berbicara, dan
menyimak. Belajar membaca dan mengevaluasi informasi secara
kritis merupakan keahlian yang paling penting, apabila telah dikuasai
dapat diaplikasikan di bidang-bidang lainnya.
2. Meningkatkan Kemampuan Berfikir Analitis
Kemampuan analitis adalah kemampuan siswa untuk
menguraikan atau memisahkan suatu hal ke dalam bagian-bagiannya
dan dapat mencari keterkaitan antara bagian-bagian tersebut.
Menganalisis adalah kemampuan memisahkan materi (informasi) ke
dalam bagian-bagiannya yang perlu, mencari hubungan
antarabagian-bagiannya, mampu melihat (mengenal) komponen-
komponennya, bagaimana komponen-komponen itu berhubungan
dan terorganisasikan, membedakan fakta dari hayalan Dalam
kemampuan analisis ini juga termasuk kemampuan menyelesaikan
soal-soal yang tidak rutin, menemukan hubungan, membuktikan dan
mengomentari bukti, dan merumuskan serta menunjukkan benarnya
suatu generalisasi, tetapi baru dalam tahap analisis belum dapat
menyusun.
Pendapat lain yang sejalan, Suherman dan Sukjaya
menyatakan bahwa kemampuan analisis adalah kemampuan untuk
merinci atau menguraikan suatu masalah (soal) menjadi bagian-

Lalu Sumardi & M. Ismail 7


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

bagian yang lebih kecil (komponen) serta mampu untuk memahami


hubungan diantara bagian-bagian tersebut. Hal ini juga diperkuat oleh
Bloom yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir analitis
menekankan pada pemecahan materi ke dalam bagian-bagian yang
lebih khusus atau kecil dan mendeteksi hubungan-hubungan dan
bagian-bagian tersebut dan bagian-bagian itu diorganisir.
Ross mengungkapkan beberapa indikator kemampuan analitis,
yaitu:
a. Memberikan alasan mengapa sebuah jawaban atau pendekatan
suatu masalah adalah masuk akal.
b. Membuat dan mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan atas
penyelidikan atau penelitian.
c. Meramalkan atau menggambarkan kesimpulan atau putusan dari
informasi yang sesuai.
d. Mempertimbangkan validitas dari argumen dengan menggunakan
berpikir deduktif dan induktif.
e. Menggunakan data yang mendukung untuk menjelaskan
mengapa cara yang digunakan dalam jawaban adalah benar.
3. Meningkatkan Kemampuan Berfikir Logis (Rasional)
Rasional diambil dari kata bahasa inggris yaitu “rational” yang
mempunyai definisi yaitu dapat diterima oleh akal dan pikiran dapat
ditalar sesuai dengan kemampuan otak.Hal-hal yang rasional adalah
suatu hal yang di dalam prosesnya dapat dimengerti sesuai dengan
kenyataan dan realitas yang ada.Biasanya kata rasional ditujukan
untuk suatu hal atau kegiatan yang masuk diakal dan diterima
dengan baik oleh masyarakat . Rasional juga berarti norma norma
yang sudah baku di dalam masyarakat dan telah menjadi suatu hal
yang biasa dan permanen.
4. Meningkatkan Perilaku Positif yang Mencerminkan Nilai-nilai
Positif
Dalam kehidupan, terdapat nilai-nilai yang lahir dalam suatu
masyarakat. Nilai itu sendiri adalah sesuatu yang dianggap baik dan
benar. Nilai adalah sesuatu yang dianggap berharga oleh suatu
masyarakat. Nilai itu sendiri diwujudkan dalam bentuk norma yang
berguna untuk mengatur hidup manusia. Nilai tersebut
diimplementasikan dalam bentuk norma. Berikut adalah beberapa
nilai yang dikaitkan hubungannya dengan integrasi nasional, antara
lain :
a. Kesopanan
Bahasa dan sopan santun menunjukkan cerminan pribadi
seseorang. Sifat atau watak pribadi seseorang dapat dilihat dari

Lalu Sumardi & M. Ismail 8


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

perkataan yang ia ucapkan maupun penampilan diri. Penggunaan


bahasa yang lemah lembut, sopan, santun, sistematis, teratur,
jelas, dan lugas mencerminkan pribadi yang berbudi. Bagi saya
nilai kesopanan merupakan perwujudan budi pekerti luhur yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan dari berbagai orang
dalam kedudukannya masing-masing, seperti: orang tua dan guru,
para pemuka agama dan masyarakat umum dan tulisan-tulisan
dan hasil karya para bijak.
Dari pendidikan dan latihan tersebut, saya mewujudkannya
dalam bentuk sikap dan perilaku yang sehat dan serasi dengan
kodrat, tempat waktu dan lingkungan dimana saya berada sehari-
hari. Perwujudan nilai sopan santun disesuaikan dengan kondisi
dan situasi secara pribadi ( individu ) maupun secara kelompok.
Secara Pribadi dapat mewujudkan tata krama dan sopan santun
dalam kehidupan sehari–hari sesuai nilai sopan santun sebagai
pencerminan kepribadian dan budi pekerti luhur.
Sebagai mahluk sosial yang memiliki norma nilai sopan
santun, berkepribadian dan berbudi pekerti luhur harus dapat
mewujudkan sikap dan perilaku kelompok sehari-hari sesuai
dengan norma nilai sopan santun dilingkungan sosialnya.
Pencerminan sikap dan perilaku bermasyarakat dan
bernegara antara lain sebagai berikut :
1) Menghormati orang yang lebih tua.
2) Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan.
3) Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong.
4) Tidak meludah di sembarang tempat.
Nilai kesopanan merupakan karakteristik masyarakat
Indonesia yang sangat menjunjung tinggi persaudaraan, saling
menghormati dan menghargai orang lainnya sangatlah kental,
bahkan kadang sering saya lihat banyak yang berbasa-basi atau
memaksakan diri untuk menegur dan bercengkrama hanya untuk
menanyakan kabar pribadi dan keluarga masing-masing,
kemudian baru dilanjutkan dengan membicarakan suatu kejadian,
masalah ataupun topik pembicaraan yang menarik perhatian
sehingga akhirnya menyatu didalam komunikasi yang hangat dan
bersahabat.
Keadaan sekarang ini yang secara realita kebudayaan terus
berubah karena masuknya budaya barat akan sulit
mempertahankan kesopanan di semua keadaan ataupun di
semua tempat. Misalnya saja sopan santun dalam tutur kata. Di
barat, anak-anak yang sudah dewasa biasanya memanggil orang
tuanya dengan sebutan nama, tetapi di Indonesia sendiri
Lalu Sumardi & M. Ismail 9
KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

panggilan tersebut sangat tidak sopan karena orang tua umurnya


lebih tua dari kita dan kita harus memanggilnya bapak ataupun
ibu. Kemudian sopan santun dalam berpakaian, di luar negeri
orang yang berpakaian bikini di pantai bagi mereka wajar. Tapi
bagi kita berpakaian seperti itu sangat tidak sopan karena
dianggap tidak sesuai dengan norma kesopanan.
Maka dapat disimpulkan bahwa nilai kesopanan merupakan
bentuk dari jati diri bangsa. Bangsa tersebut dapat dikatakan baik
atau buruknya etika warga Negara terlihat jelas dari nilai
kesopanan. Oleh karena itu, sangat penting kita terapkan nilai
kesopanan mulai dari sekarang, terutama dalam bermasyarakat
dan bernegara karena nilai kesopanan merupakan pembentuk jati
diri bangsa. Integrasi nasional menjadi benteng kita dari dampak
negative globalisasi dan alat pemersatu nilai kesopanan dengan
menempatkan kurikulum yang memberikan pendidikan Karakter
kepada peserta didik sebagai masa depan Indonesia. Pada
tingkat dasar pendidikan karakter masuk dalam Pendidikan
Kewarganegaraan(PKn). Pendidikan karakter mengajarkan budi
pekerti yang berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur
menurut kebaikan dan ke-burukannya melalui ukuran norma
agama, norma hukum, tata krama, dan sopan santun, norma
budaya/adat istiadat masyarakat. Pendidikan karakter akan
mengidentifikasi perilaku positif yang diharapkan dapat terwujud
dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan
kepribadian peserta didik. Budi pekerti luhur dapat menciptakan
sikap sopan santun, suatu sikap dan perbuatan menunjukkan
hormat, takzim, tertib menurut adat yang baik yang menunjukkan
tingkah laku yang beradab.
b. Nilai Ketekunan
Ketekunan merupakan sikap pantang menyerah, telaten dan
ulet yang ditunjukkan seorang manusia untuk mencapai tujuan.
Nilai ketekunan amat sangat penting bagi kehidupan manusia
karena melalui nilai itulah bisa diukur seberapa besar tekad dan
usaha seseorang untuk mencapai keinginannya.
Dalam konteks pendidikan nasional, ketekunan merupakan
salah satu pilar yang sangat penting. Terdapat sembilan pilar yang
saling berkaitan dalam system pendidikan di Indonesia,
yaitu responsibility (tanggungjawab), respect (rasahormat), fairnes
s (keadilan), courage (keberanian), honesty (kejujuran), citizenship
(kewarganegaraan), selfdiscipline (disiplindiri), caring (peduli),dan
perseverance (ketekunan).

Lalu Sumardi & M. Ismail 10


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Berkaitan dengan integrasi nasional, nilai ketekunan


memegang peranan penting bagi persatuan negara Indonesia.
Ketekunan harus diterapkan bagi masing-masing diri warga
negara Indonesia. Jika semua warga negara Indonesia memiliki
ketekunan dalam masing-masing kegiatannya, maka tidak heran
jika negara ini akan menjadi negara maju. Kemajuan suatu negara
akan sangat berpengaruh bagi integrasi/persatuan suatu negara.
Jarang sekali kita mendengar dalam negara maju terjadi
pemberontakan dari suatu kelompok masyarakat yang ingin
berlepas diri dari negara itu.
c. Disiplin
Disiplin adalah sikap/ tindakan yang sesuai dengan aturan dan
tata tertib yang berlaku. Jadi, kedisiplinan adalah suatu kondisi
yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses
pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga
kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar,
tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi peserta
didik.
Setiap orang dalam hidup bernegara pasti diatur oleh hukum
yang berlaku pada suatu negara itu. Di Indonesia, misalnya setiap
warga negara wajib membayar pajak kepada negara. Kalau
semua warga negara disiplin dalam membayar pajak maka
pembangunan negara akan berjalan lancar, ekonomi negarapun
akan jadi kuat. Jika semua warga negara sadar akan hal itu maka
negara Indonesia akan maju, tidak akan ada wilayah dari negara
Indonesia yang ingin keluar dari Indonesia karena kurang
mendapat perhatian dari pemerintah dan kehidupan rakyatnya pun
akan menjadi makmur dan sejahtera. Dengan semua itu maka
akan menyatukan semua warga Indonesia (integrasi) yang terdiri
dari berbagai suku, ras, agama, dan budaya dengan semboyan
“Walaupun berbeda-beda tetap satu juga”
d. Tenggang Rasa dan Kepedulian
Nilai tenggang rasa adalah nilai yang harus ada dan tertanam
dalam seluruh elemen masyarakat khususnya masyarakat dalam
satu kesatuan utuh sebagai bagian dari satu bangsa dan satu
Negara. Adapun nilai kepedulian adalah nilai yang harus muncul
dan terwujud dalam pribadi diri seseorang kemudian nilai tersebut
di praktekan di dalam kehidupan sehari-hari dan berkesimbungan
ke masyarakat lain sebagai pihak yang saling berkaitan,
selanjutnya nilai tersebut mewujudkan kesadaran bahwa individu-
Lalu Sumardi & M. Ismail 11
KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

individu yang saling berkaitan itu tidak dapat hidup sendiri dan
saling membutuhkan, adanya nilai kepedulian ini sebagai tanda
dan dari nilai inilah terciptakan sebuat ikatan batin di antara
individu satu dengan individu yang lainnya.
Kedua nilai diatas sebagai perwujudan pembentuk keeratan
antara individu/kelompok satu dengan individu/kelompok lain
berkaitan erat dan membentuk rasa persatuan dan kesatuan
sebagai bagian dari satu bangsa dan satu Negara yang utuh.

e. Kerukunan
Kerukunan adalah salah satu nilai yang berkaitan erat dengan
integrasi nasional. Kerukunan di sini memiliki arti yang luas, bukan
hanya menjurus pada kerukunan beragama saja. Namun, juga
merupakan kerukunan dalam hal lain seperti kerukunan antar
suku, ras, dan lain-lain. Dalam kerukunan, haruslah kita
mengedepankan sikap toleransi yagn tinggi. Toleransi merupakan
kunci dari kerukunan tersebut. Jika kita sudah tidak dapat
toleransi, maka dapat timbul suatu konflik. Misalnya dalam
kehidupan sehari-hari, Ani dan Ana akan mengerjakan tugas
kuliah bersama, di waktu bersamaan datang waktu shalat Duhur.
Ana yang memiliki agama yang berbeda harus memiliki rasa
toleransi kepada temannya si Ani untuk mengizinkannya
melakukan kewajibannya itu.
Rendahnya empati dan kepedulian terhadap persoalan
minoritas merupakan gejala dari toleransi pasif. Ketidaktegasan
pemerintah dalam penyelesaian konflik sektarian seperti kasus
Ahmadiyah, Syiah, dan sengketa rumah ibadah mempertebal
apatisme publik. Ketidaktuntasan proses penyelesaian konflik-
konflik telah menggerus rasa kepercayaan masyarakat terhadap
komitmen pemerintah. Kondisi semacam ini memicu
ketidakpuasan kelompok masyarakat yang berujung pada
lunturnya kepercayaan mereka terhadap efektivitas penegakan
hukum. Masa depan kerukunan umat beragama menjadi
taruhannya mengingat potensi konflik sektarian menjadi bagian
tak terpisahkan dari realitas heterogenitas etnis dan agama.
Meningkatnya intensitas konflik sosial berlatar agama,
khususnya tiga tahun terakhir, telah memaksa kita memahami
kembali makna kerukunan kehidupan beragama dalam konteks
kekinian. Penelitian Lazuardi Birru menyimpulkan bahwa indeks
kerentanan radikalisme nasional di tahun 2011 sebesar 43,6
persen, masih jauh dari zona aman, yaitu 33,33 persen. Topik
kerukunan ini mengemuka dalam diskusi terbatas yang diadakan
Lalu Sumardi & M. Ismail 12
KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Lembaga Ketahanan Nasional (20/3/2012) di Jakarta. Kerentanan


kerukunan antar-umat beragama akan mengancam integrasi
bangsa. Terlebih, potensi konflik sosial di Indonesia diperkirakan
semakin mengeskalasi beberapa tahun ke depan.

4.2. TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL


Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 3, dijelaskan bahwa tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan
pendidikan nasional tersebut selanjutnya dijabarkan salah satunya
dalam mata pelajaran PPKn.

4.3. TUJUAN PPKn


Terdapat 2 tujuan tentang Pendidika Pancasila dan
Kewarganegaraan, yaitu Tujuan Umum dan Tujuan khusus dari
pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum PPKn adalah untuk memberikan pengetahuan
dan kemampuan dasar kepada peserta didik mengenai hubunga
antara warga negara dengan warga Negara, dan antara warga
Negara dengan negara agar menjadi warga negara yang
diandalkan oleh bangsa dan negara.
2. Tujuan Khusus
Ada beberapa tujuan khusus mata pelajaran PPKn, yaitu;
a. Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan
kewajiban secara santun, jujur dan demokrasi serta ikhlas
sebagai Warga Negara Indonesia terdidik dan bertanggung
jawab.
b. Agar mahasiswa mmenguasai dan memahami berbagai
masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran
kritis dan bertanggung jawab yang berdasarkan Pancasila,
Wawasan Nusantara, dan ketahanan nasional.
c. Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilku yang sesuai
dengan nilai-nilai perjuangan, cinta tanah air, serta rela
berkorban bagi nusa dan bangsa.

Rangkuman

Lalu Sumardi & M. Ismail 13


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Tujuan pendidikan nasional Indonesia tertuang dalam pasal 3


UU No. 20 tahun 2003, yaitu; menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut berlandaskan
pada tujuan nasional Indonesia yang ada dalam pembukaan UUD
1945 “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Adapun tujuan PPKn
adalah, civic intelligence, civic attitude, civic skill, dan civic moral. Hal
itu sekaligus menjadi urgensi PPKn.

Tugas
Berikan argumentasi saudara tentang pentingnya mata
pelajaran PPKn dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Uji Kompetensi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar
1. Jelaskan urgensi PPKn bagi mahasiswa
2. Jelaskan urgensi bagi Bangsa dan Negara Indonesia
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “mencerdaskan kehidupan
bangsa” yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.
4. Jelaskan keterkaitan (sequensi) antara tujuan nasional Indonesia
dengan tujuan pendidikan nasional, dan tujuan pendidikan PPKn
5. Jelaskan tujuan pendidikan PPKn

Lalu Sumardi & M. Ismail 14

Anda mungkin juga menyukai