Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya mengganti

pendidikan

kewiraan

menjadi

pendidikan

kewarganegaraan pada perguruan tinggi menemukan momentumnya, baik


secara substantif dalam kerangka pembangunan demokrasi yang merupakan
amanat gerakan reformasi maupun secara legal yaitu ditetapkannya UU sistem
pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 37 yang mewajibkan
kurikulum setiap satuan dan jenjang pendidikan termasuk pada jenjang
pendidikan tinggi memuat Pendidikan agama, Pendidikan kewarganegaraan,
dan Bahasa.
Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air
(penjelasan pasal ayat 1 uu no.20/2003) dalam konteks pendidikan nasional
pendidikan kewarganegaraan dijadikan sebagai wadah dan instrument untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu perkembangan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.Tujuan dari pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya adalah
bagaimana menjadikan warga negara yang cerdas dan baik serta mampu
mendukung keberlangsungan bangsa dan negara. Konsep warga negara yang
cerdas dan baik tentunya tergantung dari pandangan hidup dan sistem politik
negara yang bersangkutan.
Maka diharapkan dengan berubahnya pendidikan kewiraan menjadi
pendidikan kewarganegaraan dan sesuai amanat pada sistem pendidikan
nasional nomer 20 tahun 2003 pasal 37 kita bisa leluasa belajar pendidikan
kewarganegaraan baik di strata sd/mi, smp/mts, aliyah/sma, dan perguruan
tinggi

sehingga

terwujudnya

kecakapan

partisipasi

dan

dapat

bertanggungjawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadikan


masyarakat sebagai warga negara indonesia yang cerdas, aktif, kritis, dan

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 1

demokratis namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuaan dan


integritas bangsa serta mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di
Indonesia?
2. Bagaimana visi, misi dan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi?
3. Bagaimana kompetensi
4.

Pendidikan

Kewarganegaraan

di

Perguruan Tinggi?
Bagaimana kontribusi Pendidikan Kewarganegaraan terhadap masyarakat,

bangsa dan negara ?


5. Bagaimana urgensi Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembangunan
demokrasi berkeadaban ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui visi, misi dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
dipelajari di Perguruan Tinggi.
3. Untuk mengetahui kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi.
4. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Pendidikan Kewarganegaraan
terhadap masyarakat, bangsa dan negara.
5. Untuk mengetahui urgensi Pendidikan

Kewarganegaraan

dalam

pembangunan demokrasi berkeadaban.

1.4 Batasan masalah


Agar makalah ini tidak menyimpang dari tema serta mempermudah
mendapatkan data dan informasi yang diperlukan maka penulis membatasi
isi

makalah

ini

berupa

sejarah

Kewarganegaraan, visi misi, tujuan


Kewarganegaraan

di

Perguruan

perkembangan

Pendidikan

dan kompetensi Pendidikan


Tinggi,

kontribusi

Pendidikan

Kewarganegaraan terhadap masyarakat, bangsa dan negara serta urgensi

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 2

Pendidikan

Kewarganegaraan

dalam

pembangunan

demokrasi

berkeadaban.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan
Di Indonesia pelajaran Civics telah dikenal sejak zaman Hindia
Belanda dengan nama "Burgerkunde". Pada zaman tersebut ada dua buku yang
digunakan sebagai sumber pelajaran, yaitu: Indische Burgerschapokunde dan
Recht en Plicht (Indische Burgerschapkunde voor iedereen). Pada tahun 1950
dalam suasana Indonesia telah merdeka kedua buku ini menjadi pegangan guru
Civics di Sekolah Menengah Atas.
Perjalanan mata pelajaran Civics setelah Indonesia merdeka mengalami
beberapa kali perubahan istilah yang digunakan. Perubahan-perubahan tersebut

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 3

sangat berkaitan dengan kebijaksanaan pemerintah pada waktu itu dan kurikulum
sekolah yang digunakan. Pada kurikulum 1957 istilah yang digunakan yaitu
Pendidikan Kewarganegaraan. Kemudian pada kurikulum 1961 berubah menjadi
civics lagi, kemudian pada kurikulum 1968 menjadi Pendidikan Kewargaan
Negara (PKN). Selanjutnya kurikulum 1975 menjadi PMP-KN . Pada kurikulum
1994 berubah lagi menjadi PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan).
Pada kurikulum 2006 KTSP berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan
sampai sekarang.
Perubahan-perubahan istilah mata pelajaran PKn atau Civics dikalangan
sekolah dasar dan menengah tersebut di atas, juga terjadi dikalangan Perguruan
Tinggi

di

Indonesia.

sesungguhnya

bukan

Civic
sesuatu

Education
yang

baru,

(Pendidikan
beberapa

Kewarganegaraan)
bentuk

pendidikan

kewarganegaraan di Perguruan Tinggi telah lama dilakukan seperti: penataran P4


dan mata kuliah Kewiraan yang kemudian berganti dengan mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kenyataannya memang demikian, civic
education (Pendidikan Kewarganegaraan) yang dilakukan tersebut lebih banyak
didistorsi oleh kepentingan kekuasaan semata. Sehingga pada era reformasi ini
paradigma Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya bergeser ke arah yang lebih
civilized, Sobirin Malian (2003: 10).
Munculnya gelombang reformasi memang telah mendorong Departemen
Pendidikan Nasional menerbitkan Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Nomor 267 / DIKTI / KEP / 2000 untuk menyempurnakan mata kuliah
kewiraan menjadi mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2.1.1

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan kewarganegaraan dijelaskan dalam Depdiknas (2006:49)

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada


pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 4

berkarakter

yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Soemantri

(2001:154) menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha


untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang
berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan
pendahuluan bela negara menjadi warga negara agar dapat diandalkan oleh bangsa
dan negara
Penggunaan pendidikan kewarganegaraan tidak lepas dari realitas empiris
bangsa indonesia saat ini yang masih awam tentang demokrasi. Pendidikan
kewarganegaraan

menurut

pandangan

zamroni

dapat

diartikan

sebagai

pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat


berfikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran
kepada generasi baru tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk
kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak masyarakat.
Menurut somantri, pendidikan kewarganegaraan ditandai oleh ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Civic education adalah kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah.
b. Civic education meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat
menumbuhkan

hidup dan perilaku yang lebih baik dalam masyarakat

demokratis.
c. Dalam civic education termasuk pula hal-hal yang menyangkut pengalaman,
kepentingan

masyarakat , pribadi dan syarat-syarat objektif untuk hidup

bernegara.
Dengan kata lain, pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah
suatu program pendidikan yang berusaha menggabungkan unsur-unsur substantif
dari komponen civic education diatas melalui model pembelajaran yang
demokratis, interaktif, dan humanis dalam lingkungan yang demokratis. Unsurunsur substantif civic education tersebut terangkum dalam tiga komponen inti
yang saling terkait dalam pendidikan kewarganegaraan yaitu: demokrasi, hak
asasi manusia, dan masyarakat madani.
Pendidikan kewarganegaraan mengembangkan paradigma demokratis
yakni orientasi yang menekankan pada upaya penberdayaan mahasiswa sebagai

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 5

warga negara indonesia secara demokratis. Paradigma demokratis dalam


pendidikan menempatkan peserta didik sebagai subyek aktif, pendidik sebagai
mitra peserta didik dalam proses pembelajaran. Sedangkan tujuan dari paradigma
demokrasi ini adalah sebagai upaya pembelajaran yang diarahkan agar peserta
didik tidak hanya mengetahuai sesuatu (learning to know) melainkan dapat belajar
untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab sebagai individu dan makhluk
sosial (learning to be) serta belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do) yang
didasari oleh pengetahuan yang dimilikinya. Melalui pola penbelajaran tersebut
diharapkan mahasiswa dapat dan siap untuk belajar hidup bersama (learning to
live together) dalam kemajemukan bangsa indonesia dan warga dunia karena
manusia sebagai makhluk sosial.
2.1.2

Landasan Pendidikan Kewarganegaraan :


Pendidikan kewarganegaraan dapat bermanfaat untuk meningkatkan

kesadaran berbangsa dan bernegara, meningkatkan keyakinan akan ketangguhan


Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Pelaksanaan pendidikan
kewarganegaraan memiliki 2 (dua) dasar sebagai landasannya, landasan yang
dimaksud adalah landasan hukum dan ideal.
a. Landasan hukum
1) Undang-Undang Dasar 1945
a) Pembukaan UUD 1945. Pembukaan alinea kedua tentang cita-cita mengisi
kemerdekaan dan alinea keempat khusus tentang tujuan negara, yaitu
keamanan dan kesejahteraan.
b) Pasal 27 (3) (II), setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara. Pasal 30 ayat (1) (II), tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Pasal 31 ayat (1) (IV), setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan. Pasal 28 A-J tentang Hak Asasi Manusia.
2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 Undang-undang No. 20/1982 adalah
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik
Indonesia (Lembaran Negara 1982 No. 51, TLN 3234).
a) Pasal 18 Hak dan Kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan
keikutsertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 6

pendidikan pendahuluan bela negara sebagai bagian tidak terpisahkan


dalam sistem pendidikan nasional.
b) Pasal 19 ayat (2) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib diikuti oleh
setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap, yaitu: (1) Tahap
awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah dan dalam gerakan
Pramuka. (2) Tahap lanjutan dalam bentuk Pendidikan Kewiraan pada
tingkat Pendidikan Tinggi.
3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa, serta Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan
Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa dan
Pendidikan

Kewarganegaraan

merupakan

kelompok

mata

kuliah

Pengembangan Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap


program studi atau kelompok program studi.
4) Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43 Tahun 2006 Surat Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Republik

Indonesia

Nomor

43/DIKTI/2006

tentang

Rambu-Rambu

Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi.
b.Landasan ideal
Landasan ideal Pendidikan Kewarganegaraan yang sekaligus menjadi jiwa
dikembangkannya Kewarganegaraan adalah Pancasila. Pancasila sebagai sistem
filsafat menjiwai semua konsep ajaran Kewarganegaraan dan juga menjiwai
konsep ketatanegaraan Indonesia. Dalam sistematikanya dibedakan menjadi tiga
hal, yaitu: Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa dan Pancasila sebagai ideologi negara. Ketiga hal itu dapat dibedakan,
namun tidak dapat dipisahkan.
1) Pancasila sebagai Dasar Negara.
Pancasila sebagai dasar negara merupakan dasar pemikiran tindakan
negara dan menjadi sumber hukum positif di Indonesia. Pancasila sebagai

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 7

dasar negara pola pelaksanaannya dipancarkan dalam empat pokok pikiran


yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan dalam
pasal-pasal UUD1945 sebagai strategi pelaksanaan Pancasila sebagai dasar
negara. Pembukaan UUD 1945 pokok pikiran pertama yaitu pokok pikiran
persatuan yang berfungsi sebagai dasar negara, merupakan landasan
dirumuskannya wawasan nusantara sebagai bagian dari geopolitik. Pokok
pikiran kedua yaitu pokok pikiran keadilan sosial yang berfungsi sebagai
tujuan negara merupakan tujuan wawasan nusantara sekaligus tujuan
geopolitik

Indonesia.

Tujuan

negara

dijabarkan

langsung

dalam

Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yaitu tujuan berhubungan dengan


segi keamanan dan kesejahteraan dan ketertiban dunia. Geopilitik
Indonesia pada dasarnya adalah sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila
di dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
2) Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai
luhur yang diyakini kebenarannya. Perwujudan nilai-nilai luhur Pancasila
terkandung juga dalam konsep geopolitik Indonesia demi terwujudnya
ketahanan nasional sebagai geostrategi Indonesia sehingga ketahanan
nasional ini disusun dan dikembangkan berdasarkan geopolitik Indonesia.
Perwujudan nilai-nilai Pancasila mencakup lima bidang kehidupan
nasional yaitu bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
hankam yang disingkat dengan Ipoleksosbud Hankam. Ipoleksosbud
Hankam menjadi dasar pemikiran ketahanan nasional. Dari lima bidang
kehidupan nasional, bidang ideologi merupakan landasan dasar. Ideologi
itu berupa Pancasila sebagai pandangan hidup yang menjiwai empat
bidang lainnya. Dasar pemikiran ketahanan nasional di samping lima
bidang kehidupan nasional tersebut yang merupakan aspek sosial
pancagatra didukung pula adanya dasar pemikiran aspek alamiah trigatra
yang merupakan geostrategi Indonesia.
3) Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kesatuan konsepkonsep dasar yang memberikan arah dan tujuan dalam mencapai cita-cita

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 8

bangsa dan negara. Cita-cita bangsa dan negara berlandaskan Pancasila


dipancarkan dalam alinea kedua Pembukaan UUD 1945 merupakan citacita untuk mengisi kemerdekaan yaitu: bersatu, berdaulat adil dan
makmur.
2.2

Visi, misi dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi


2.2.1

Visi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

Sebagai kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian yang memberi


orientasi bagi mahasiswa dalam memantapkan wawasan dan kesadaran
kebangsaan, cinta tanah air, demokrasi, penghargaan atas keragaman dan
partisipasinya membangun bangsa berdasar pancasila.
2.2.2

Misi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

Sebagai kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian yang


menyelenggarakan pendidikan kebangsaan, demokrasi, HAM, multikulural dan
kewarganegaraan kepada mahasiswa guna mendukung terwujudnya warga negara
yang cerdas, terampil dan berkarakter sehingga dapat diandalkan guna
membangun bangsa dan negara berdasar Pancasila dan UUD 1945 sesuai dengan
bidang keilmuan dan profesinya.
2.2.3

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

1. Memiliki wawasan dan kesadaran kebangsaan dan rasa cinta tanah air sebagai
perwujudan warga negara Indonesia yang bertanggung jawab atas kelangsungan
hidup bangsa dan negara.
2. Memiliki wawasan dan penghargaan terhadap keanekaragaman masyarakat
Indonesia sehingga mampu

berkomunikasi baik dalam rangka memperkuat

integrasi nasional.
3. Memiliki wawasan, kesadaran dan kecakapan dalam melaksanakan hak,
kewajiban, tanggung jawab dan peran sertanya sebagai warga negara yang
cerdas, terampil dan berkarakter.
4. Memiliki kesadaran dan penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia serta
kewajiban dasar manusia sehingga mampu memperlakukan warga negara secara
adil dan tidak diskriminatif.
5. Berpartisipasi aktif membangun masyarakat Indonesia yang demokratis dengan
berlandaskan pada nilai dan budaya demokrasi yang bersumber pada Pancasila.

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 9

6. Memiliki pola sikap, pola pikir dan pola perilaku yang mendukung ketahanan
nasional serta mampu menyesuaikannya dengan tuntutan perkembangan zaman
demi kemajuan bangsa.
2.2.4 Tujuan pendidikan kewarganegaraan untuk membangun karakter bangsa
indonesia:
(a) Membentuk kecakapan partisifasif warga negara yang bermutu dan
bertanggungjawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
(b) Menjadikan warga negara indonesia yang cerdas, aktif, kritis, dan demokratis
namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa.
(c) Mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban yaitu kebebasan,
persaman, toleransi, dan bertanggungjawab .
Dengan demikian setalah lulus dari jalur pendidikan formal akan menjadi
warga negara yang memiliki berbagai kemampuan untuk melakukan perubahan
dalam masyarakat dan menjadi agent perubahan bagi masyarakatnya serta mampu
melakukan proses pembelajaran diri, proses pengewanjatahan nilai-nilai dan
pengalihan prinsip-prinsip dalam kehidupan nyata.
Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan:
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan
jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam
bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.
2.3

Kompetensi, Standar kompetensi dan kompetensi dasar pendidikan


kewarganegaraan:

2.3.1 Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan


Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab,
yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk dapat dianggap mampu
melakukan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi yang
diharapkan setelah menempuh pendidikan kewarganegaraan adalah dimilikinya

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 10

seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab dari seorang warga negara
dalam berhubungan dengan negara, serta mampu turut serta dalam memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan
profesi dan kapasitas masing-masing. Sifat cerdas yang dimaksud tampak dalam
kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dalam bertindak, sedangkan sifat tanggung
jawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan ditinjau dari nilai agama, moral,
etika dan budaya. Dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (2): Kurikulum pendidikan tinggi wajib
memuat (a) Pendidikan agama, (b) Pendidikan Kewarganegaraan, (c) Bahasa.
Pasal 2: Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik
Indonesia. Pasal 3: Pendidikan nasional berfungsi mengmbangkan kemampuan
dan membentuk watak serta perdaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan kewarganegaraan
yang berhasil, akan menumbuhkan sikap mental bersifat cerdas, penuh
tanggungjawab dari perserta didik dengan perilaku yang: (a) Beriman dan
bertaqwa terhadap TuhanYang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah
bangsa; (b) berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara; (c) bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban
sebagai warga negara; (d) bersikap profesional yang dijiwai oleh kesadaran
belanegara; (e) aktif memanfaatkan ilmu dan teknologi serta seni untuk ke
pentingan kemanusiaan, bangsa dan negara. Melalui pendidikan kewarganegaraan
diharapkan warganegara mampu memahami, menganalisis, serta menjawab
berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara secara tepat,
rasional, konsisten, berkelanjutan dan bertanggung jawab dalam rangka mencapai
tujuan nasional. Menjadi warga negara yang tahu hak dan kewajibannya,
menguasai ilmu dan teknologi serta seni namun tidak kehilangan jati diri (tidak
tercerabut dari akar budaya bangsanya).
2.3.2

Standar kompetensi.

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 11

Standar kompetensi adalah kualifikasi atau ukuran kemampuan atau


kecakapan seseorang yang mencakup seperangkat pengetahuan, sikap dan
keterampilan.

Dengan

demikian

standar

kompetensi

pendidikan

kewarganegaraan adalah menjadi warga negara yang cerdas dan berkeadaban.


2.3.3

Kompetensi dasar.
Dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kompetensi dasar atau

yang

sering

disebut

kompetensi

minimal

yang

ditransformasikan

dan

ditransmisikan pada peserta didik terdiri dari tiga jenis:


a.

Kompetensi kemampuan kewarganegaraan yaitu :kemampuan dan kecakapan


yang terkait dengan materi inti pendidikan kewarganegaraan.
b.

Kompetensi sikap kewarganegaraan yaitu kemampuan dan kecakapan yang


terkait dengan kesadaran dan komitmen warga negara antara lain komitmen
akan kesetaraan, gender, toleransi, kemajemukan, dan komitmen untuk peduli
serta terlibat dalam penyelesaian persoalan-persoalan warga negara yang
terkait dengan pelanggaran HAM.

c. Kompetensi keterampilan kewarganegaraan yaitu kemampuan dan kecakapan


mengartikulasikan keterampilan kewargaan seperti kemampuan berpartisipasi
dalam proses pembuatan kebijakaan publik, kemampuan melakukan kontrol
terhadap penyelenggara negara dan pemerintah.
Ruang lingkup materi pendidikan kewarganegaraan :
Materi pendidikan kewarganegaraan terdiri dari tiga materi pokok yaitu
demokrasi, hak asasi manusia, dan masyarakat madani. Ketiga materi pakok
tersebut dielaborasikan menjadi sembilan materi yang saling berinterkoneksi dan
berkoherensi satu dengan lainnya. Kesembilan materi itu adalah:
1. (Pendahuluan)
2. (Membangun negara berkeadaban)
3. (Konstitusi dan tata perundangan-undangan dalam kehidupan bernegara)
4. (Indentitas nasional dan globalisasi)
5. (Demokrasi: teori dan aksi)
6. (Otonomi daerah dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia)
7. (Tata kelola kepemerintahan yang bersih dan baik)

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 12

8. (Hak asasi manusia)


9. (Memperkuat nasyarakat madani).
2.4

Kontribusi Pendidikan Kewarganegaraan terhadap masyarakat, bangsa dan


negara:
Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) yang dilakukan

oleh berbagai negara bertujuan agar warga negara bangsa tersebut mendalami
kembali nilai-nilai dasar, sejarah dan masa depan bangsa yang bersangkutan
sesuai dengan nilai-nilai paling fundamental (dasar negara) yang dianut bangsa
yang bersangkutan. Sejalan

dengan

kenyataan tersebut pada hakikatnya

Pendidikan Kewarganegaraan yang merupakan salah satu bagian dari mata


kuliah kepribadian harus mengedepankan aspek afektif di kalangan mahasiswa.
Landasan filosofis dan harapan di atas, kemudian perlu dicari relevansinya
dengan kondisi dan tantangan

kehidupan nyata dalam masyarakat, agar

Pendidikan Kewarganegaraan mampu memberikan kontribusi yang positif bagi


pemecahan permasalahan kemasyarakatan yang sedang dan akan dihadapi bangsa
atau masyarakat Indonesia.Oleh karena itu apapun bentuk Pendidikan
Kewarganegaraan yang dikembangkan di berbagai bangsa sangat perlu
mengembangkan nilai-nilai fundamental bangsa (masyarakat) tersebut sesuai
dengan dinamika perubahan sosial, agar nilai-nilai fundamental tersebut
menemukan relevansinya untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
masalah-masalah masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan Kewarganegaraan yang dikembangkan di Indonesia seharusnya
juga mampu menemukan kembali relevansi nilai-nilai fundamental masyarakat
dengan dinamika sosial yang berubah secara cepat. Sehubungan dengan itu
pengajaran ini tidak boleh hanya bermateri pada persoalan-persoalan kognitif
semata, tetapi harus memberikan sentuhan moral dan social action. Sentuhan
moral dan social action ini justru harus mendapat perhatian yang lebih besar, agar
pembelajaran PKn mampu menuju sasaran dan tujuannya, yaitu untuk membentuk
mahasiswa menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 13

Munculnya gelombang reformasi yang membawa harapan baru bagi


perkembangan demokrasi dan perwujudan masyarakat madani Indonesia, di
samping itu juga menyisakan masalah sosial sebagai masalah bangsa dan negara
yang harus diselesaikan. Masalah tersebut antara lain:
1. Praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dalam penyelenggaraan pemerintahan
2. Hancurnya nilai-nilai demokrasi dalam masyarakat
3. Memudarnya kehidupan kewargaan dan nilai-nilai komunitas
4. Kemerosotan nilai-nilai toleransi dalam masyarakat
5. Pelanggaran terhadap nilai-nilai kebangsaan dan hak asasi manusia
6. Kerusakan sistem dan kehidupan ekonomi
7. Memudarnya nilai-nilai kejujuran, kesopanan, dan rasa tolong-menolong
8. Melemahnya nilai-nilai dalam keluarga.
Dengan pendekatan pembelajaran dengan sentuhan moral dan sosial
actions di atas, Pendidikan Kewarganegaraan akan mampu menanamkan nilainilai budaya bangsa dan moral yang tinggi kepada para mahasiswa agar kelak
mereka

mampu

memahami

dan

memecahkan

persoalan-persoalan

kemasyarakatan. Lembaga-lembaga pendidikan sebagai salah satu elemen civil


society organization perlu menggalang jaringan yang kuat agar gagasan civic
education (Pendidikan Kewarganegaraan) ini cepat meluas sebagai salah satu
upaya recovery dari keterpurukan krisis multi dimensional sekaligus sebagai
upaya perwujudan masyarakat madani Indonesia, seperti pendapat Askury Ibnu
Chamim dalam Sobirin (2003: 14).
Keberhasilan Pendidikan Kewarganegaraan dengan pendekatan tersebut
akan dapat melahirkan mahasiswa yang dapat mengembangkan diri menjadi
warga negara yang kritis, cerdas, dan beradab atau warga negara yang baik dan
bertanggung jawab. Nilai Strategis tersebut pada gilirannya akan membuahkan
tingkah laku yang sangat positif dari mahasiswa, yaitu keterlibatan atau
partisipasi warga negara yang efektif dan
memperbaiki

kualitas kehidupan sosial

bertanggung jawab untuk

dan politik secara keseluruhan.

Kontribusi pendidikan Kewarganegaraan terhadap mahasiswa keperawatan atau


kebidanan akan melahirkan tenaga perawat atau bidan yang profesional, dapat

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 14

menjadi sosok perawat atau bidan ideal senantiasa menjadi role model bagi
perawat

atau

bidan

dalam

memberikan

asuhan

keperawatan

kepada

pasien/kliennya. Hal ini dikarenakan perawat atau bidan profesional memiliki


pendidikan yang lebih tinggi sehingga ia lebih matang dari segi konsep, teori, dan
aplikasi dapat bersikap baik dalam arti lembut, sabar, penyayang. ramah, sopan
dan santun saat
menggunakan

memberikan

pendekatan

ilmu

asuhan keperawatan terhadap pasiennya


keperawatan

atau

kebidanan

tanpa

mengesampingkan disiplin ilmu lainnya termasuk Pendidikan Kewarganegaraan.


2.4.1

Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan :


Paradigma pendidikan terkait dengan 4 hal yang menjadi dasar

pelaksanaan pendidikan yaitu mahasiswa, dosen, materi dan manajemen


pendidikan dan terdapat dua kutub paradigma yang paradoksal yaitu feodalistik
dan

humanistik.

Dalam paradigma feodalistik mahasiswa di tempatkan sebagai objek semata,


sedangkan dosen satu-satunya sumber ilmu, kebenaran dan berperilaku otoriter
dan

birokratis.
Paradigma humanistik mendasarkan pada asumsi bahwa mahasiswa adalah

manusia yang mempunyai potensi dan karakteristik yang berbeda-beda.


Mahasiswa ditempatkan sebagai subjek sekaligus sebagai objek pembelajaran dan
dosen di posisikan sebagai fasilitator dan mitra dialog peserta didik.
Pengalaman pembelajaran yang berorientasi humanistik membuat peserta didik
menemukan jati dirinya sebagai manusia yang sadar akan tanggung jawab
individu dan sosial.
2.5

Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic education ) dalam


pembangunan demokrasi berkeadaban :

Hakikat pendidikan adalah proses pembelajaran yang tidak saja memberikan


pengetahuan, melainkan aktivitas untuk membangun kesadaran, kedewasaan dan
kemandirian serta pembebasan yang merupakan tujuan pendidikan dan demokrasi.
Dengan demikian batasan antara pendidikan dan demokrasi terdapat titik temu

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 15

yang sangat signifikan karena pendidikan kewargaan yang merupakan pendidikan


politik, pendidikan demokrasi dan pendidikan HAM merupakan arena yang
efektif dalam membangun mentalitas dan kultur demokratis berkeadaban.
Arah reformasi pendidikan diorientasikan pada restorasi budaya poltik
yaitu pembentukan basic poltical competencies, pengembangan budaya politik
yang santun, pengembangan tata kehidupan masyarakat yang damai dan
menghindari kekerasan, mengajak masyarakat menegakkan sendi-sendi untuk
menegakkan good and clean governance, membangun masyarakat madani yang
mampu mengurus dri sambil mengawasi pemerintah dan penciptaan kemampuan
belajar yang tinggi.
Pendidikan kewargaan merupakan kebutuhan mendesak bagi bangsa dalam
membangun demokrasi berkeadaban karena beberapa alasan yaitu :
1.

Meningkatnya gejala dan kecenderungan political literacy, tidak melek politik


dan

tidak mengetahui cara kerja demokrasi dan lembaga dikalangan

warganegara.
2. Meningkatnya political apathism yang ditunjukkan dengan sedikitnya
keterlibatan warganegara dalam proses-proses politik.
Pendidikan

kewarganegaraan

merupakan

sarana

pendidikan

yang

dibutuhkan oleh negara-negara demokrasi baru untuk melahirkan generasi muda


dan masyarakat luas yang mengetahui tentang pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan yang diperlukan dalam mentransformasikan, mengaktualisasikan
dan

melestarikan

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 16

demokrasi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah suatu program
pendidikan yang berusaha menggabungkan unsur-unsur substantif dari komponen
civic education melalui model pembelajaran yang demokratis, interaktif, dan
humanis dalam lingkungan yang demokratis. Unsur-unsur substantif civic
education tersebut terangkum dalam tiga komponen inti yang saling terkait dalam
pendidikan kewarganegaraan yaitu: demokrasi, hak asasi manusia, dan
masyarakat madani. Pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan memiliki 2 (dua)
dasar sebagai landasannya, landasan yang dimaksud adalah landasan hukum dan
ideal.
Pendidikan kewarganegaraan juga mengembangkan paradigma demokratis
yakni orientasi yang menekankan pada upaya penberdayaan mahasiswa sebagai
warga negara indonesia secara demokratis. Paradigma demokratis dalam
pendidikan menempatkan peserta didik sebagai subyek aktif, pendidik sebagai
mitra peserta didik dalam proses pembelajaran. Sedangkan tujuan dari paradigma
demokrasi ini adalah sebagai upaya pembelajaran yang diarahkan agar peserta
didik tidak hanya mengetahuai sesuatu (learning to know) melainkan dapat belajar
untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab sebagai individu dan makhluk
sosial (learning to be) serta belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do) yang

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 17

didasari oleh pengetahuan yang memilikinya. Melalui pola penbelajaran tersebut


diharapkan mahasiswa dapat dan siap untuk belajar hidup bersama (learning to
live together) dalam kemajemukan bangsa indonesia dan warga dunia karena
manusia sebagai makhluk sosial.
Sebagai kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian visi dari
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi yaitu memberi orientasi bagi
mahasiswa dalam memantapkan wawasan dan kesadaran kebangsaan, cinta tanah
air, demokrasi, penghargaan atas keragaman dan partisipasinya membangun
bangsa berdasar Pancasila. Sedangkan misi Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi sebagai kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian yaitu
menyelenggarakan pendidikan kebangsaan, demokrasi, HAM, multikulural dan
kewarganegaraan kepada mahasiswa guna mendukung terwujudnya warga negara
yang cerdas, terampil dan berkarakter sehingga dapat diandalkan guna
membangun bangsa dan negara berdasar Pancasila dan UUD 1945 sesuai dengan
bidang keilmuan dan profesinya.
3.2 Saran
Pendidikan Kewarganegaraan perlu dipertahankan penerapannya pada
semua tingkat pendidikan mulai dari jenjang SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK
sederajat sampai tingkat Perguruan Tinggi karena pendidikan kewarganegaraan
dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dalam membentuk kepribadian
warga Negara untuk menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai karakter bangsa
Indonesia.

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 18

DAFTAR PUSTAKA:

winarno.2012.

Pendidikan

Kewarganegaraan

untuk

Perguruan

Tinggi.

http://winarno.staff.fkip.uns.ac.id. Diakses pada tanggal 18 April 2016.09:10.


Prasetyo,agus. 2013.Landasan Tujuan Visi Misi dan Kompetensi penyelenggaraan
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. http://www.kompasiana.com.
Diakses pada tanggal 18 April 2016.10:04.
Markusren.2013.Latar belakang tujuan landasan.http://markusren.blogspot.com.
Diakses pada 19 April 2016.20:01.

Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPage 19

Anda mungkin juga menyukai