PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya mengganti
pendidikan
kewiraan
menjadi
pendidikan
sehingga
terwujudnya
kecakapan
partisipasi
dan
dapat
Pendidikan
Kewarganegaraan
di
Perguruan Tinggi?
Bagaimana kontribusi Pendidikan Kewarganegaraan terhadap masyarakat,
Kewarganegaraan
dalam
makalah
ini
berupa
sejarah
di
Perguruan
perkembangan
Pendidikan
kontribusi
Pendidikan
Pendidikan
Kewarganegaraan
dalam
pembangunan
demokrasi
berkeadaban.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan
Di Indonesia pelajaran Civics telah dikenal sejak zaman Hindia
Belanda dengan nama "Burgerkunde". Pada zaman tersebut ada dua buku yang
digunakan sebagai sumber pelajaran, yaitu: Indische Burgerschapokunde dan
Recht en Plicht (Indische Burgerschapkunde voor iedereen). Pada tahun 1950
dalam suasana Indonesia telah merdeka kedua buku ini menjadi pegangan guru
Civics di Sekolah Menengah Atas.
Perjalanan mata pelajaran Civics setelah Indonesia merdeka mengalami
beberapa kali perubahan istilah yang digunakan. Perubahan-perubahan tersebut
sangat berkaitan dengan kebijaksanaan pemerintah pada waktu itu dan kurikulum
sekolah yang digunakan. Pada kurikulum 1957 istilah yang digunakan yaitu
Pendidikan Kewarganegaraan. Kemudian pada kurikulum 1961 berubah menjadi
civics lagi, kemudian pada kurikulum 1968 menjadi Pendidikan Kewargaan
Negara (PKN). Selanjutnya kurikulum 1975 menjadi PMP-KN . Pada kurikulum
1994 berubah lagi menjadi PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan).
Pada kurikulum 2006 KTSP berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan
sampai sekarang.
Perubahan-perubahan istilah mata pelajaran PKn atau Civics dikalangan
sekolah dasar dan menengah tersebut di atas, juga terjadi dikalangan Perguruan
Tinggi
di
Indonesia.
sesungguhnya
bukan
Civic
sesuatu
Education
yang
baru,
(Pendidikan
beberapa
Kewarganegaraan)
bentuk
pendidikan
berkarakter
Soemantri
menurut
pandangan
zamroni
dapat
diartikan
sebagai
demokratis.
c. Dalam civic education termasuk pula hal-hal yang menyangkut pengalaman,
kepentingan
bernegara.
Dengan kata lain, pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah
suatu program pendidikan yang berusaha menggabungkan unsur-unsur substantif
dari komponen civic education diatas melalui model pembelajaran yang
demokratis, interaktif, dan humanis dalam lingkungan yang demokratis. Unsurunsur substantif civic education tersebut terangkum dalam tiga komponen inti
yang saling terkait dalam pendidikan kewarganegaraan yaitu: demokrasi, hak
asasi manusia, dan masyarakat madani.
Pendidikan kewarganegaraan mengembangkan paradigma demokratis
yakni orientasi yang menekankan pada upaya penberdayaan mahasiswa sebagai
Kewarganegaraan
merupakan
kelompok
mata
kuliah
Indonesia
Nomor
43/DIKTI/2006
tentang
Rambu-Rambu
Indonesia.
Tujuan
negara
dijabarkan
langsung
dalam
1. Memiliki wawasan dan kesadaran kebangsaan dan rasa cinta tanah air sebagai
perwujudan warga negara Indonesia yang bertanggung jawab atas kelangsungan
hidup bangsa dan negara.
2. Memiliki wawasan dan penghargaan terhadap keanekaragaman masyarakat
Indonesia sehingga mampu
integrasi nasional.
3. Memiliki wawasan, kesadaran dan kecakapan dalam melaksanakan hak,
kewajiban, tanggung jawab dan peran sertanya sebagai warga negara yang
cerdas, terampil dan berkarakter.
4. Memiliki kesadaran dan penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia serta
kewajiban dasar manusia sehingga mampu memperlakukan warga negara secara
adil dan tidak diskriminatif.
5. Berpartisipasi aktif membangun masyarakat Indonesia yang demokratis dengan
berlandaskan pada nilai dan budaya demokrasi yang bersumber pada Pancasila.
6. Memiliki pola sikap, pola pikir dan pola perilaku yang mendukung ketahanan
nasional serta mampu menyesuaikannya dengan tuntutan perkembangan zaman
demi kemajuan bangsa.
2.2.4 Tujuan pendidikan kewarganegaraan untuk membangun karakter bangsa
indonesia:
(a) Membentuk kecakapan partisifasif warga negara yang bermutu dan
bertanggungjawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
(b) Menjadikan warga negara indonesia yang cerdas, aktif, kritis, dan demokratis
namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa.
(c) Mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban yaitu kebebasan,
persaman, toleransi, dan bertanggungjawab .
Dengan demikian setalah lulus dari jalur pendidikan formal akan menjadi
warga negara yang memiliki berbagai kemampuan untuk melakukan perubahan
dalam masyarakat dan menjadi agent perubahan bagi masyarakatnya serta mampu
melakukan proses pembelajaran diri, proses pengewanjatahan nilai-nilai dan
pengalihan prinsip-prinsip dalam kehidupan nyata.
Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan:
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan
jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam
bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.
2.3
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab dari seorang warga negara
dalam berhubungan dengan negara, serta mampu turut serta dalam memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan
profesi dan kapasitas masing-masing. Sifat cerdas yang dimaksud tampak dalam
kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dalam bertindak, sedangkan sifat tanggung
jawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan ditinjau dari nilai agama, moral,
etika dan budaya. Dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (2): Kurikulum pendidikan tinggi wajib
memuat (a) Pendidikan agama, (b) Pendidikan Kewarganegaraan, (c) Bahasa.
Pasal 2: Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik
Indonesia. Pasal 3: Pendidikan nasional berfungsi mengmbangkan kemampuan
dan membentuk watak serta perdaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan kewarganegaraan
yang berhasil, akan menumbuhkan sikap mental bersifat cerdas, penuh
tanggungjawab dari perserta didik dengan perilaku yang: (a) Beriman dan
bertaqwa terhadap TuhanYang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah
bangsa; (b) berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara; (c) bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban
sebagai warga negara; (d) bersikap profesional yang dijiwai oleh kesadaran
belanegara; (e) aktif memanfaatkan ilmu dan teknologi serta seni untuk ke
pentingan kemanusiaan, bangsa dan negara. Melalui pendidikan kewarganegaraan
diharapkan warganegara mampu memahami, menganalisis, serta menjawab
berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara secara tepat,
rasional, konsisten, berkelanjutan dan bertanggung jawab dalam rangka mencapai
tujuan nasional. Menjadi warga negara yang tahu hak dan kewajibannya,
menguasai ilmu dan teknologi serta seni namun tidak kehilangan jati diri (tidak
tercerabut dari akar budaya bangsanya).
2.3.2
Standar kompetensi.
Dengan
demikian
standar
kompetensi
pendidikan
Kompetensi dasar.
Dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kompetensi dasar atau
yang
sering
disebut
kompetensi
minimal
yang
ditransformasikan
dan
oleh berbagai negara bertujuan agar warga negara bangsa tersebut mendalami
kembali nilai-nilai dasar, sejarah dan masa depan bangsa yang bersangkutan
sesuai dengan nilai-nilai paling fundamental (dasar negara) yang dianut bangsa
yang bersangkutan. Sejalan
dengan
mampu
memahami
dan
memecahkan
persoalan-persoalan
menjadi sosok perawat atau bidan ideal senantiasa menjadi role model bagi
perawat
atau
bidan
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan
kepada
memberikan
pendekatan
ilmu
atau
kebidanan
tanpa
humanistik.
birokratis.
Paradigma humanistik mendasarkan pada asumsi bahwa mahasiswa adalah
warganegara.
2. Meningkatnya political apathism yang ditunjukkan dengan sedikitnya
keterlibatan warganegara dalam proses-proses politik.
Pendidikan
kewarganegaraan
merupakan
sarana
pendidikan
yang
melestarikan
demokrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah suatu program
pendidikan yang berusaha menggabungkan unsur-unsur substantif dari komponen
civic education melalui model pembelajaran yang demokratis, interaktif, dan
humanis dalam lingkungan yang demokratis. Unsur-unsur substantif civic
education tersebut terangkum dalam tiga komponen inti yang saling terkait dalam
pendidikan kewarganegaraan yaitu: demokrasi, hak asasi manusia, dan
masyarakat madani. Pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan memiliki 2 (dua)
dasar sebagai landasannya, landasan yang dimaksud adalah landasan hukum dan
ideal.
Pendidikan kewarganegaraan juga mengembangkan paradigma demokratis
yakni orientasi yang menekankan pada upaya penberdayaan mahasiswa sebagai
warga negara indonesia secara demokratis. Paradigma demokratis dalam
pendidikan menempatkan peserta didik sebagai subyek aktif, pendidik sebagai
mitra peserta didik dalam proses pembelajaran. Sedangkan tujuan dari paradigma
demokrasi ini adalah sebagai upaya pembelajaran yang diarahkan agar peserta
didik tidak hanya mengetahuai sesuatu (learning to know) melainkan dapat belajar
untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab sebagai individu dan makhluk
sosial (learning to be) serta belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do) yang
DAFTAR PUSTAKA:
winarno.2012.
Pendidikan
Kewarganegaraan
untuk
Perguruan
Tinggi.