Pendidikan Kewarganegaraan adalah terjemahan dari istilah asing civic education atau
citizenship education. Terhadap dua istilah ini, John C. Cogan telah membedakan
dengan mengartikan civic education sebagai “...the foundational course work in school
designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult
lives” (Cogan, 1999:4), atau suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang
untuk mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan
aktif dalam masyarakatnya. Sedangkan citizenship education digunakan sebagai istilah
yang memiliki pengertian yang lebih luas yang mencakup “...both these in-school
experiences as well as out-of school or non-formal/informal learning which takes place
in the family, the religious organization, community organizations, the media, etc which
help to shape the totality of the citizen” (Cogan, 1999:4). Artinya, pendidikan
kewarganegaraan merupakan istilah generik yang mencakup pengalaman belajar di
sekolah dan di luar sekolah, seperti yang terjadi di lingkungan keluarga, dalam
organisasi keagamaan, dalam organisasi kemasyarakatan, dan dalam media.
3) Aktivitas sosial-kultural Domain sosial kultural adalah konsep dan praksis Pendidikan
Kewarganegaraan di lingkungan masyarakat
Ketiga komponen tersebut secara koheren bertolak dari esensi dan bermuara pada
upaya pengembangan warga negara yang baik (good citizens), yang memiliki
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai, sikap dan watak
kewarganegaraan (civic disposition), dan keterampilan kewarganegaraan (civic skill).
a) Pendidikan Agama;
b) Pendidikan Kewarganegaraan;
c) Bahasa”.
Pedidikan Kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
Untuk mencapai tujuan tersebut, telah disusun delapan ruang lingkup materi
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut:
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan
negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Keterbukaan dan jaminan keadilan;
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata
tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturanperaturan daerah,
Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan Sistem hukum
dan peradilan nasional;
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, dan Pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM;
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, dan Persamaan
kedudukan warga negara;
Selanjutnya, dalam ketentuan Pasal 18 dan Pasal 19 ayat (2) UU No. 20 Tahun
1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik
Indonesia dinyatakan sebagai berikut:
1. Hak dan kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam
upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan pendahuluan bela
negara sebagai bagian tak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional (Pasal
18).
2. Pendidikan pendahuluan bela negara wajib diikuti oleh setiap warga negara dan
dilaksanakan secara bertahap, yaitu:
a) pertama tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah dan
dalam gerakan Pramuka.
1. Visi kelompok MPK: sebagai sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan
dan penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa
memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya.
a. pendidikan kewarganegaraan;