Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen : Kurniawan B. Prianto

Disusun Oleh :
Nama : Yusuf Abdur Razaq
Kelas : 2TB03
NPM : 20321374

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
TEKNIK ARSITEKTUR
2023
TUGAS M-1

HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGEMBANGKAN


KEMAMPUAN UTUH SARJANA ATAU PROFESIONAL

Pendidikan merupakan sarana yang penting demi menanamkan sebuah ajaran maupun
norma-norma serta aturan-aturan demi keberlangsungan hidup dalam bermsyarakat.
Pendidikan dapat dilakukan melalui jalur formal dan juga informal. Pendidikan merupakan
salah satu poin yang tercantum di dalam UUD 1945 bab Pendidikan dan Kebudayaan, yang
merupakan landasan yang digunakan untuk menjamin setiap warga negara memperoleh
pendidikan. Berikut beberapa pengertian pendidikan dalam sudut pandang para ahli.

Carter v.Good (1997), berpendapat bahwa pendidikan merupakan sebuah tahapan


perkembangan kemampuan setiap orang berupa sikap juga tingkah laku yang terjadi pada
masyarakatnya.

UU sisdiknas No.20 Bab 1 Pasal 1 tahun 2003, menyatakan jikalau pendidikan merupakan
sebuah tindakan yang secara sadar juga tertata demi menciptakan situasi serta tahapan
pembelajaran supaya peserta didik dapat aktif dalam meningkatkan potensi individu demi
mendapatkan kemampuan serta kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak yang terpuji mulia juga kecakapan yang diperlukan setap
individu, masyarakat, bangsa maupun Negara.

Godfrey Thomson (1977), mengungkapkan bahwa pendidikan ialah sebuah pengaruh yang
timbul didalam lingkungan atas individu yang menimbulkan suatu perubahan yang tetap
dalam setiap kebiasaan perilaku, pikiran maupun perasaannya.

Dengan berdasar pada sudut pandang para ahli , dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
pendidikan memiliki sebuah tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut ialah menciptakan
sebuah kemampuan pada diri seseorang demi meningkatkan kapabilitasnya sehingga dengan
hal tersebut menjadi bermanfaat baik demi kehidupannya, untuk diri seseorang tersebut untuk
masyarakat luas serta bangsa dan negara.

Pendidikan Kewarganegaraan

Pada hakikat pndidikan kewarganegaraan merupakan sebuah metode pendidikan yang


bersumber pada nilai nilai Pancasila sebagai kepribadian bangsa demi meningkatkan serta
melestarikan keluhuran moral dan perilaku masyarakat yang bersumber pada budaya bangsa
yang ada sejak dahulu kala.

Dengan hal tersebut diharapkan dapat mencerminkan jati diri yang terwujud dalam berbagai
tingkah laku di dalam kehidupan keseharian masyarakat. Hakikat pendidikan
kewarganegaraan sebagai sebuah mata pelajaran ialah memiliki sebuah tujuan penting dalam
membentuk jati diri individu yang hidup dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.

Baik dalam kemajemukan suku, agama, ras dan budaya serta bahasa demi membangun
karakter bangsa sebagai bangsa yang cerdas, cakap dan memiliki karakter yang berlandaskan
UUD 1945 dan Pancasila sebagai filsafat bangsa.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan yang penting dalam memberi


pemahaman bahwa pentingnya pendidikan bagi manusia, terutama seorang warga negara
dalam memahami kedudukan warga negara dalam negara.

Beberapa ahli menuturkan tujuan-tujuan pendidikan kewarganegaraan, sebagaimana berikut


penjelasannya.

1. Branson

Branson (1999:7) berpendapat tujuan pedidikan kewarganegaraa (civic education) ialah


keikut sertaan yang memiliki tanggung jawab serta mutu yang berkualitas dalam kehidupan
masyarakat maupun politik baik secara  lokal, negara bagian, dan nasional.

2. Djahiri

Djahiri (1994/1995:10) menyebutkan bahwa pendidikan kewarganegaraan memiliki dua


tujuan yang utama, yakni tujua secara umum juga khusus.

Tujuan umum,  pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan untuk memberi dukungan


supaya pencapaian Pendidikan Nasional mencapai sebuh keberhsilan dan ajeg (tetap).

Tujuan khusus, pendidikan kewarganegaraan secara khusus bertujuan untuk membentuk


moral yang diharapkan dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.

 3. Depdiknas

Menurut Depdiknas (2006:49), pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan sebagai sebuah


pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi, berikut diantaranya:
·         Memiliki pemikiran yang kritis dan kreatif serta rasional dalam menghadapi adanya isu
Kewarganegaraan.

·         Ikut serta dengan cerdas dan bijak juga bertanggung jawab, dalam bertindak secara
sadar dalam setiap kegiatan, baik dalam bermasyarakat dan berbangsa maupun bernegara.

·         Maju kearah yang lebih positif dan demokratis demi mewujudkan individu yang
berdasar pada nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat di masyarakat supaya dapat hidup
rukun dan berdampingan sebagai upaya menjaga keutuhan NKRI.

·         Memiliki hubungan yang baik dengan bangsa lain dan berpartisipasi dalam menjaga
ketertiban dunia secara langsung melalui teknologi informasi di era globalisasi saat ini.

 4. Sapriya

Penidikan kewarganegaraan menurut Sapriya (2001) memiliki tujuan sebagai sebuah


keikutsertaan yang rasional dan tanggung jawab di dalam kehidupan berpolitik dari seorang
warga negara yang patuh terhadap nilai-nilai serta prinsip-prinsip demokrasi konstitusional
Indonesia yang mendasar. Keikutsertaan seorang tersebut perlu menguasai beberapa
pengetahuan serta kecakapan intelektual juga keterampilan untuk ikutserta. Keikutsertaan
tersebut kemudian akan ditingkatkan lagi dengan jalan mengembangkan disposisi atau
karaktristik tertentu.

Tujuan umum Pendidikan Kewarganegaraan

Secara umum pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan untuk mendidik setiap


warga negara supaya menjadi warga negara yang baik, yang terlukis dalam sebuah tulisan
Somantri (2001:279) “warga negara yang patriotik, toleransi, setia kepada bangsa dan negara,
memiliki agama, demokratis, dan Pancasila sejati”.

Djahiri (1995:10) menyatakan sebuah pendapat bahwa dengan mempelajari pendidikan


kewarganegaraan seseorang tersebut diharapkan agar dapat:

Paham dan juga dapat menguasai secara rasional konsep dan norma Pancasila sebagai
filsafat, dasar sebuah  ideologi juga pandangan hidup negara RI.

Paham tentang konstitusi UUD NKRI 1945 serta ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.
Mendalami dan berkeyakinan terhadap tatanan dalam sebuah moral sperti dalam ketentuan
yang berlaku.

Mengamalkan serta merefleksikan hal-hal tersebut sebagai cerminan dari tingkah laku dan
kehidupannya dengan penuh dengan keyakinan dan nalar.

Maftuh dan Sapriya (2005:30) menuturkan bahwa, tujuan negara dalam meingkatkan
Pendiddikan Kewarganegaraan adalah supaya setiap warga negara menjadi warga negara
yang baik (to be good citizens), yaitu.

Warga negara yang mempunyai kecerdasan (civics inteliegence) baik secara intelektual,
emosional dan sosial, serta secara spiritual;

o   Mempunyai kebanggaan serta bertanggung jawab (civics responsibility); dan

o   Mampu ikitserta di dalam kehidupan bermasyarakat.

Setelah mendalami secara lebih paham mengenai pemahaman dari tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan, maka dapat disimpulkan mengenai Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki kecenderungan pada penanaman sebuah konsep Kenegaraan yang juga bersifat
implementatif didalam kehidupan sehari – hari. Harapan yang ingin dicapai ialah supaya
generasi penerus yang menjaga keutuhan dan persatuan bangsa.

Hakikat pendidikan kewarganegaraan dalam mengembangkan kemampuan utuh


sarjana atau profesional

Seperti ketentuan yang telah diatur dalam UU RI nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi dan UU RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pendidikan
program sarjana diharapkan menjadi tenaga ahli profesional yang mampu menciptakan
lapangan kerja.

Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia, yang


dimaksud warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang
berintikan demokrasi, memberikan pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan
orang tua, dan diharapkan peserta didik menjadi manusia yang lebih baik dan sesuai
ketentuan Pancasila dan UUD RI 1945. PKn sebagai mata kuliah wajib karena untuk
membentuk jiwa nasionalis dan cinta tanah air.

Secara historis, pendidikan kewarganegaraan telah dimulai jauh sebelum Indonesia


diproklamasikan sebagai negara merdeka. Dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo
(1908) disepakati sebagai Hari Kebangkitan Nasional dan pada saat itu mulai tumbuh jiwa
nasionalisme.

Secara sosiologis, PKn dilakukan oleh para pemimpin di masyarakat yang mengajak untuk
mencintai tanah air dan bangsa Indonesia.

Secara politis, pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal pada kurikulum tahun 1957 isi
mata pelajaran PKn membahas cara pemerolehan dan kehilangan kewarganegaraan,
sedangkan dalam Civics (1961) lebih banyak membahas tentang sejarah Kebangkitan
Nasional, UUD, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama diarahkan untuk "nation and
character building” bangsa Indonesia. Pada awal pemerintahan Orde Baru, dalam kurikulum
baru tercantum mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara yang berisi materi atau metode
yang menghilangkan sifat indoktrinatif dan diubah dengan materi dan metode pembelajaran
baru yang dikelompokkan menjadi Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila,

Kurikulum pendidikan kewarganegaraan selalu berubah sebab mata kuliah PKn harus
selalu menyesuaikan/sejalan dengan dinamika dan tantangan sikap serta perilaku warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

SUMBER : http://alviannelaurentz.blogspot.com/2018/10/hakikat-pendidikan-
kewarganegaraan.html

1. KONSEP DAN URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM


MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA
Konsep warga negara (citizen; citoyen) dalam arti negara modern atau negara
kebangsaan (nation-state) dikenal sejak adanya perjanjian Westphalia 1648 di Eropa
sebagai kesepakatan mengakhiri perang selama 30 tahun di Eropa. Aristoles
mengartikan warga negara sebagai orang yang secara atif ikut ambil bagian dalam
kegiatan hidup bernegara, yaitu orang yang bisa berperan sebagai yang memerintah
(Rapaar, 1993 : 67). Rousseau, menganggap warga negara adalah peserta aktif yang
senantiasa mengupayakan kesatuan komunal (Hikam, 1999 : 163). Pengertian warga
negara menunjukkan keanggotaan seseorang dari institusi politik yang namanya
negara. la sebagai subjek sekaligus objek dalam kehidupan negaranya, senantiasa
akan berinteraksi dengan negara dan bertanggung jawab atas keberlangsungan
kehidupan negaranya. Di Indonesia, istilah "warga negara" adalah terjemahan dari
istilah bahasa Belanda, staatsburger. Selain istilah staatsburger dalam bahasa Belanda
dikenal pula istilan onderdaan. Menurut Soetoprawiro (1996), istilah onderdaan tidak
sama dengan warga negara melainkan bersifat semi warga negara tau kawula negara.
Munculnya istiah tersebut karena Indonesia memiliki budaya kerajaan yang bersifat
feodal schingga dikenal istilah kawula negara sebagai terjemahan dari onderdaan.
Setelah Indonesia memasuki era kemerdekaan dan era modern, istilah kawula negara
telah mengalami pergeseran. Istilah kawula negara sudah tidak digunakan lagi dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia sat ini. Istilah "warga
negara" dalam kepustakaan Inggris dikenal dengan istilah "civic "citizen". , atau
"civicus". Apabila ditulis dengan mencantumkan Dagiall belakang kata civic mejadi
"civics" berarti disiplin ilmu kewarganegaraan. Konsep warga negara Indonesia
adalah warga negara dalam arti modern, bukan warga negara seperti pada zaman
Yunani Kuno yang hanya meliputi angkatan perang, artis, dan ilmuwan/filsuf.
Menurut undang-undang yang berlaku saat ini, warga negara adalah warga suatu
negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Mereka dapat
meliputi TNI, Polri, petani, pedagang, dan profesi serta kelompok masyarakat lainnya
yang telah memenuhi syarat menurut undang-undang. PK dibentuk Oleh dua Kata,
1alah Kata "pendidikan dan kata "kewarganegaraan' Definisi pendidikan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1) adalah "Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepriadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU No. 20
Tahun 2003 Pasal Sedangkanpengertian kewarganesardan dapat dilihat dari
perspektifide kewarganegaraan dan prinsip warga negara sebagai subjek politik
(Hikam, 1999 : xix, 163). Dilihat dari prinsip warga negara sebagai subjek politik,
akan melahirkan pengertian kewarganegaraan yang berkait rat dengan sistem politik
dan pemerintah, nilai-nilai dan visi tentag keutamaan publik, serta hubungan dengan
sesama anggota masyarakat. Dilihat dari perspektif ini, maka dikenal konsep
kewarganegaraan menurut: sistem politik liberal, sistem politik yang bersifat otoriter,
penekanan pentingnya hak-hak dasar (rights) dan dialektis. Konsep kewarganegaraan
menurut sistem poltik liberal umumnya dimengerti dalam konteks legal formal.
Warga negara (citizen) memahami dirinya sebagai pribadi-pribadi hukum dan pihak-
pihak otonom dalam suatu ikatan yang berdaulat (sovereign compact). Selanjutnya
secara yuridis, Istilah kewarganegaraan dan pendidian Kewargangrdn d1 Indonesia
dapat ditelusur1 dalam vialuiall perundangan Sherikul adalah Kewarganegaraan
adalah segala hal ihwval yang berhubungan dengan warga (Undang-Undang RI No.12
Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 2) Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik meniadi manusia 7 vang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air. (Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003, Penjelasan Pasal 37).
Sedangkan definisi Kn menurut M. Nu'man Somantri (2001) sebagai berikut:
Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi
politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-
pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang
kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis,
bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
SUMBER : https://www.scribd.com/document/372279471/Konsep-Dan-Urgensi-
Pendidikan-Kewarganegaraan-Dalam-Pencerdasan-Kehidupan-Bangsa

2. ALASAN MENGAPA DI PERLUKAN PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN
Sesungguhnya mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya menjadi
halyang lebih utama di banding dengan pendidikan yang lainnya. Pendidikan
Kewarganegaraanlah yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi warga negara
yang lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan itu tidak dapat diwariskan
begitu saja melainkan harusdipelajari dan di alami oleh masing-masing orang.
Apalagi negara kita sedang menujumenjadi negara yang demokratis, maka secara
tidak langsung warga negaranya harus lebihaktif dan partisipatif. Oleh karena itu kita
sebagai mahasiswa harus memepelajarinya, agarkita bisa menjadi garda terdepan
dalam melindungi negara.
Pendidikan Kewarganegaraan juga mengajarkan bagaimana warga negara itu
tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan bagaimana
sesungguhnyawarga negara itu harus toleran dan mandiri. Pendidikan ini membuat
setiap generasi barumemiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian, dan juga
pengembangan karakter publik. Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang
lebih luas juga tecakup dalamPendidikan Kewarganegaraan. eskipun
pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpamenempuh Pendidikan Kewarganegaran,
akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini dimanfaatkan untuk pengambangan diri
seluas-luasnya.
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga negara Republik Indonesia
diharapkan mampu “memahami, menganalisa, dan menjawab masalah–masalah yang
dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan
berkesinambungan dengan cita–cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam
Pembukaan UUD 1945 “.
Dalam perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai–nilai ini
disemua aspek kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan,
kesenjangan sosial, korupsi, kolusi, dan nepotisme; menguasai IPTEK, meningkatkan
kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing; memelihara serta menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa; dan berpikir obyektif rasional serta mandiri.
Pendidikan kewarganegaraan sangat penting karena mempunyai tujuan untuk
mewujudkan warga negara akan sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik
kebangsaan dan kepekaan, mengembangkan jati diri dan moral bangsa.
Belajar tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PK n). pada dasarnya adalah
belajar tentang keindonesiaa, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian
Indonesia, membangun rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia. Oleh
karena itu,seorang sarjana atau profesional sebagai bagian dari masyarakat Indonesia
yang terdidik perlu memahami tentang Indonesia, memiliki kepribadian
Indonesia,memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah air Indonesia.
Dengan demikian, ia menjadi warga negara yang baik dan terdidik (smart and good
citizen) dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang demokratis.
Mencermati arti dan maksud pendidikan kewarganegaraan sebagaimana yang
ditegaskan dalam Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang
menekankan pada pembentukan warga negara agar memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air,pada kurikulum 1975 pendidikan kewarganegaraan dimunculkan
dengan nama mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila disingkat PMP. Demikian
pula bagi generasi tahun 1960 awal, istilah pendidikan kewarganegaraan lebih dikenal
Civics. Adapun sekarang ini, berdasar Kurikulum 2013, pendidikan kewarganegaraan
jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan nama mata pelajaran PPKn.
Perguruan tinggi menyelenggarakan mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Pendidikan Kewarganegaraan.
Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara Republik
Indonesia seperti tercantum dalam alenia ke keempat Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji
kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun
juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana
untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku
kehidupan sehari-hari peserta didik baik sebagai individu, maupun sebagai anggota
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan
Nasional (Sidiknas) Pasal 2 dan Pasal 3 dikatakan bahwa: “Pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berupaya mengantarkan
warganegara Indonesia menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air; menjadi warga negara demokratis yang berkeadaban;
yang memiliki daya saing: berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun
kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. PPKn adalah pendidikan
demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru
bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-
hak warga masyarakat (Zamroni, dalam ICCE, 2003)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki peran penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
adalah bentuk pengemblengan individu-individu agar mendukung dan memperkokoh
komunitas politik sepanjang komunitas politik itu adalah hasil kesepakatan. David
Kerr,1999 mengindikasikan PPKn Indonesia dan Pendidikan kewarganegaraan suatu
negara akan senantiasa dipengaruhi oleh nilai-nilai dan tujuan pendidikan sebagai
faktor struktural utama. PPKn bukan semata-mata membelajarkan fakta tentang
lembaga dan prosedur kehidupan politik tetapi juga persoalan jati diri dan identitas
bangsa (Kymlicka, 2001).
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkontiribusi penting menunjang
tujuan bernegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. PPKn
berkaitan dan berjalan seiring dengan perjalanan pembangunan kehidupan berbangsa
dan bernegara Indonesia. PPKn merupakan bagian integral dari ide, instrumentasi,
dan praksis kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia (Udin
Winataputra,2008) Pendidikan nasional pada hakikatnya adalah PPKn untuk
melahirkan warga negara Indonesia yang berkualitas baik dalam disiplin sosial dan
nasional, dalam etos kerja, dalam produktivitas kerja, dalam kemampuan intelektual
dan profesional, dalam tanggung jawab kemasyarakatan, kebangsaan, kemanusiaan
serta dalam moral, karakter dan kepribadian (Soedijarto, 2008).
Kehadiran kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berupaya
menanamkan sikap kepada warga negara Indonesia umumnya dan generasi muda
bangsa khususnya agar: (1)Memiliki wawasan dan kesadaran kebangsaan dan rasa
cinta tanah air sebagai perwujudan warga negara Indonesia yang bertanggung jawab
atas kelangsungan hidup bangsa dan negara; (2)Memiliki wawasan dan penghargaan
terhadap keanekaragaman masyarakat Indonesia sehingga mampu berkomunikasi baik
dalam rangka meperkuat integrasi nasional; (3)Memiliki wawasan, kesadaran dan
kecakapan dalam melaksanakan hak, kewajiban, tanggung jawab dan peran sertanya
sebagai warga negara yang cerdas, trampil dan berkarakter; (4)Memiliki kesadaran
dan penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia serta kewajiban dasar manusia
sehingga mampu memperlakukan warga negara secara adil dan tidak diskriminatif;
(5)Berpartisipasi aktif membangun masyarakat Indonesia yang demokratis dengan
berlandaskan pada nilai dan budaya demokrasi yang bersumber pada Pancasila;
(6)Memiliki pola sikap, pola pikir dan pola perilaku yang mendukung ketahanan
nasional Indonesia serta mampu menyesuaikan dirinya dengan tuntutan
perkembangan zaman demi kemajuan bangsa.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar
bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan
mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa. Mahasiswa
adalah bibit unggul bangsa yang dimana pada masanya nanti bibit ini akan melahirkan
pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan moral dan akademis yang akan
menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa akan tumbuh seiring
dengan waktu dan mengalami proses pembenahan, pembekalan, penentuan, dan
akhirnya pemutusan prinsip diri. Negara, masyarakat masa datang, diperlukan ilmu
yang cukup untuk dapat mendukung kokohnya pendirian suatu Negara.
Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari
masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat
loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat
tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus
disadarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam
rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya, kepercayaaan, moral dan lain-lain.
Negara harus menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa bangga dan
keinginan untuk melindungi serta mempertahankan Negara kita.Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebuah sarana tepat untuk memberikan gambaran secara
langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan pada
mahasiswa.
Penjelasan Pasal 37 Ayat (1) UU RI No.20 Tahun 2003: " Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Tujuan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di perguruan tinggi (Menurut SKep
Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002. Agar mahasiswa:
1. Memiliki motivasi menguasai materi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
2. Mampu mengkaitkan dan mengimplementasikan dalam peranan dan
kedudukan serta kepentingannya, sebagai individu, anggota keluarga/masyarakat dan
warganegara yang terdidik.
3. Memiliki tekad dan kesediaan dalam mewujudkan kaidah-kaidah nilai
berbangsa dan bernegara untuk menciptakan masyarakat madani.
Setiap kali kita mendengar kata kewarganegaraan, secara tidak langsung otak
merespon dan mengaitkan kewarganegaraan dengan pelajaran kewarganegaraan pada
saat sekolah, dan mata kuliah kewarganegaraan pada saat kita kuliah. Bisa jadi kata
kewarganegaraan di dalam memori otak tersimpan kuat karena setiap tahun dari
sekolah dasar hingga sekolah menengah atas ada pelajaran kewarganegaraan yang
harus dipelajari, dan ternyata saat kuliah juga ada. Dan di dalam bangku perkuliahan
kita akan mempelajari lebih dalam seberapa pentingnya pendidikan kewarganegaraan
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi mata pelajaran setelah terpecah dari
PPKn ataupun Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pada awalnya di gabung
menjadi satu, karena isi dari Pendidikan Kewarganegaraan sendiri besumber dari
Pancasila itu sendiri. Selanjutnya di pecah menjadi mata pelajaran sendiri karena
Pendidikan Kewarganegaraan dianggap penting untuk di ajarkan kepada siswa dan
dalam Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan materi kewarganegaraan yang lebih
luas dan tidak hanya bersumber langsung dari Pancasila. Mempelajari Pendidikan
Kewarganegaraan bagi sebagian mahasiswa tidak ubahnya mempelajari Pancasila
tahap dua, atau bahkan tidak jauh berbeda dengan Pendidikan Moral Pancasila dan
Sejarah Bangsa. Beberapa materinya memang berkaitan ataupun sama. Itulah
mengapa Pendidikan kewarganegaraan selalu “dianak tirikan” dalam percaturan dunia
pendidikan. Menurut orang kebanyakan, lebih penting belajar matematika daripada
PKn.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar
bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan
mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.
Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang di mana pada masanya nanti bibit
ini akan melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan moral dan
akademis yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa
akan tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami proses pembenahan, pembekalan,
penentuan, dan akhirnya pemutusan prinsip diri. Negara, masyarakat masa datang,
diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat mendukung kokohnya pendirian suatu
Negara.
Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari
masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat
loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat
tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus
disadarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam
rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya, kepercayaaan, moral dan lain-lain.
Negara harus menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa bangga dan
keinginan untuk melindungi serta mempertahankan Negara kita. Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebuah sarana tepat untuk memberikan gambaran secara
langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan pada
mahasiswa.
Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. Dalam konteks Indonesia,
pendidikan kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni sikap
menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas. Pendidikan itu
mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional.
Seperti yang pernah diungkapkan salah satu rektor sebuah universitas, “tanpa
pendidikan kewarganegaraan yang tepat akan lahir masyarakat egois. Tanpa
penanaman nilai-nilai kewarganegaraan, keragaman yang ada akan menjadi penjara
dan neraka dalam artian menjadi sumber konflik. Pendidikan, lewat kurikulumnya,
berperan penting dan itu terkait dengan strategi kebudayaan.”
Beliau menambahkan bahwa ada tiga fenomena pasca perang dunia II,yaitu :
Fenomena pertama, saat bangsa-bangsa berfokus kepada nation-building atau
pembangunan institusi negara secara politik. Di Indonesia, itu diprakarsai mantan
Presiden Soekarno. Pendidikan arahnya untuk nasionalisasi.
Fenomena kedua, terkait dengan tuntutan memakmurkan bangsa yang
kemudian mendorong pendidikan sebagai bagian dari market-builder atau penguatan
pasar dan ini diprakarsai mantan Presiden Soeharto.
Fenomena ketiga, berhubungan dengan pengembangan peradaban dan
kebudayaan. Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia sudah menampakkan fenomena
tersebut dengan menguatkan pendidikannya untuk mendorong riset, kajian-kajian, dan
pengembangan kebudayaan
SUMBER :
https://www.academia.edu/32270992/Alasan_mengapa_diperlukan_pendidikan_kewa
rganegaraan
3. MENGGALI SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, DAN POLITIK TENTANG
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA
SECARA HISTORIS 
Pendidikan kewarganegaraan dalam arti substansi telah dimulai jauh
sebelumIndonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka. PKn pada saat
permulaan atau awalkemerdekaan lebih banyak dilakukan pada tataran sosial kultural
dan dilakukan oleh para pemimpin negarabangsa. Dalam pidato-pidatonya, para
pemimpin mengajak seluruh rakyatuntuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia.
Seluruh pemimpin bangsa membakar semangat rakyat untuk mengusir penjajah yang
hendak kembali menguasai dan mendudukiIndonesia yang telah dinyatakan
merdeka.Atau dengan kata lain,bahwaPresiden Soekarno dahulu kala pernah berkata
bahwa"Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah." Hal tersebut kemudian memiliki
sebuah maknadimana dalam setiap sejarah terdapat berbagai macam fungsi yang
dimana penting dan akansangatlah berguna dalam rangka untuk membangun sebuah
kehidupan karena dengansejarah maka kita akan belajar untuk tidak mengulangi hal
yang sama dikemudian hari.Dalam konteks tersebut maka sebuah sejarah akan
berguna untuk membangun kehidupan pada sebuah bangsa untuk dapat melihat jalan
yang dimana lebih bijaksana di masa depan.Kemudian, sebuah sejarah juga menjadi
sebuah guru pada kehidupan. Dalam pendidikankewarganegaraan kemudian
diharapkan mahasiswa akan mendapatkan berbagai macaminspirasi yang dimana
dapat digunakan untuk berpartisipas dalam sebuah kegiatan untuk melakukan
pembangunan bangsa yang dimana sesuai dengan apa yang mereka sukai
denganmenghindari berbagai macam perilaku yang bernuansa untuk tidak mengulangi
kembalikesalahan sejarah.
SECARA SOSIOLOGIS
Pidato-pidato dan ceramah-ceramah yang dilakukan oleh para pejuang, serta
kyai-kyaidi pondok pesantren yang mengajak umat berjuang mempertahankan tanah
air merupakanPKn dalam dimensi sosial kultural. Inilah sumber PKn dari aspek
sosiologis. PKn dalamdimensi sosiologis sangat diperlukan oleh masyarakat dan
akhirnya negara-bangsa untuk menjaga, memelihara, dan mempertahankan eksistensi
negara-bangsa. Upaya pendidikankewarganegaraan pasca kemerdekaan tahun 1945
belum dilaksanakan di sekolah-sekolahhingga terbitnya buku Civics pertama di
Indonesia yang berjudul Manusia dan MasjarakatBaru Indonesia (Civics) yang
disusun bersama oleh Mr. Soepardo, Mr. M. Hoetaoeroek,Soeroyo Warsid,
Soemardjo, Chalid Rasjidi, Soekarno, dan Mr. J.C.T. Simorangkir. Padacetakan
kedua, Menteri Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan, Prijono (1960),
dalamsambutannya menyatakan bahwa setelah keluarnya dekrit Presiden kembali
kepada UUD1945 sudah sewajarnya dilakukan pembaharuan pendidikan nasional.
Tim Penulis diberitugas membuat buku pedoman mengenai kewajiban-kewajiban dan
hakhak warga negaraIndonesia dan sebab-sebab sejarah serta tujuan Revolusi
Kemerdekaan Republik Indonesia Menurut Prijono, buku Manusia dan Masjarakat
Baru Indonesia identik dengan istilah“Staatsburgerkunde” (Jerman), “Civics”
(Inggris), atau “Kewarganegaraan” (Indonesia).Oleh karena itu, Sosiologi kemudian
adalah sebuah ilmu yang dimana mempelajarikehidupan antar manusia. Dalam sebuah
ilmu sosisologis maka kemudian didalamnya sendiriterdapat kajian yang dimana
tedapat latar belakang, susunan, dan berbagi pola dari sebuahkehidupan sosial yang
dimana terdapat dari berbagai macam golongan dan juga kelompok yang dimana ada
pada masyarakat, kemudian disamping itu pula terdapat berbagai macammasalah
sosial, perubahan, dan juga berbagai pembaharuan yang dimana terdapat di
dalammasayrakat. Dari pendekatan sosiologis ini kemudian diharapkan untuk dapt
melakukansebuah kajian terhadap struktur sosial, proses sosial, dan berbagai macam
perubahan sosialdan berbagai masalah sosial untuk dapat diselesaikan secara
bijaksana dengan menggunakannilai-nilai Pancasila.
SECARA POLITIS 
Pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal dalam pendidikan sekolah dapat
digalidari dokumen kurikulum sejak tahun 1957 sebagaimana dapat diidentifikasi dari
pernyataanSomantri (1972) bahwa pada masa Orde Lama mulai dikenal istilah: (1)
Kewarganegaraan(1957); (2) Civics (1962); dan (3) Pendidikan Kewargaan Negara
(1968). Pada masa awalOrde Lama sekitar tahun 1957, isi mata pelajaran PKn
membahas cara pemerolehan dankehilangan kewarganegaraan, sedangkan dalam
Civics (1961) lebih banyak membahastentang sejarah Kebangkitan Nasional, UUD,
pidato-pidato politik kenegaraan yang terutamadiarahkan untuk "nation and character
building” bangsa Indonesia  Pada awal pemerintahan Orde Baru, Kurikulum sekolah
yang berlaku dinamakanKurikulum 1968. Dalam kurikulum tersebut di dalamnya
tercantum mata pelajaranPendidikan Kewargaan Negara. Dalam mata pelajaran
tersebut materi maupun metode yang bersifat indoktrinatif dihilangkan dan diubah
dengan materi dan metode pembelajaran baruyang dikelompokkan menjadi Kelompok
Pembinaan Jiwa Pancasila. Dalam Kurikulum 1968untuk jenjang SMA, mata
pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara termasuk dalamkelompok pembina Jiwa
Pancasila bersama Pendidikan Agama, bahasa Indonesia dan Pendidikan Olah Raga.
Mata pelajaran Kewargaan Negara di SMA berintikan: (1) Pancasiladan UUD 1945;
(2) Ketetapan-ketetapan MPRS 1966 dan selanjutnya; dan (3) Pengetahuanumum
tentang PBBDalam Kurikulum 1968, mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran
wajib untuk SMA. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan
korelasi, artinya mata pelajaran PKn dikorelasikan dengan mata pelajaran lain, seperti
Sejarah Indonesia, IlmuBumi Indonesia, Hak Asasi Manusia, dan Ekonomi, sehingga
mata pelajaran PendidikanKewargaan Negara menjadi lebih hidup, menantang, dan
bermakna. SehinggaSumber politiskemudian berasal dari fenomena yang dimana
terjadi pada kehidupan berbangsa di Indonesiaitu sendiri yang dimana tujuannya
adalah agar kita mampu unutk melakukan formulasiterhadap berbagai macam saran
tentang upaya dan juga sebuah usaha yang dimana kemudianakan berguna untuk
melakukan perwujudan dari kehidupan politik yang dimana ideal dan juga sesuai
dengan nilai Pancasila.
SUMBER:https://www.academia.edu/42297100/
Mengenali_Sumber_Historis_Sosiologis_dan_Politis_Tentang_Pendidikan_Kewargan
egaraan_di_Perguruan_Tinggi
4. ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN TANTANGAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGAAAN
Dinamika dan tantangan Pkn merupakan suatu kenyataan bahwa pendidikan
kewarganegraaan telah mengalami beberapa transisi baik dari segi tujuan, orientasi,
substansi materi, metode pembelajaran hingga sistem evaluasinya.
Bagaimana Argumen Dinamika dan Tantangan PKN terbentuk.
Dinamika dan tantangan yang pernah di hadapi oleh Pkn di Indonesia dari
masa kemasa sangat berkaitan erat dengan perjalanan sejarah tetang praktik
kenegaraan atau pemerintah Republik Indonesia mulai sejak di proklamirkannya
kemerdekaan di tahun 1945 hingga saat ini.  Pkn memiliki kaitan yang erat dengan
perjalanan sejarah dikarenakan adanya ontologi Pkn, yaitu sikap dan perilaku warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dimulai dari status
sosial setiap warga negara yang berbeda tentunya akan memberikan peran dan fungsi
yang berbeda pula, sehingga sikap dan perilaku mereka sangat dinamis. Aristoteles
(1995) menyatakan bahwa " konstitusi yang berbeda memerlukan tipe warga negara
yang berbeda karena ada jenis fungsi sipil yang berbeda". Disini kita bisa
menyimpulkan bahwa setiap konstitusi mensyarakatkan kriteria warga negara yang
baik sebab setiap konstitusi memiliki ketentuan tetang warga negara. Pkn tidak hanya
didasarkan pada konstitusi negara yang bersangkutan, namun juga tergantung pada
tuntutan perkembangan zaman di masa depan berdasarkan pada kecenderungan yang
ada.(Coursehero.com).
Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan pendidikan
kewarganegaraan
Suatu kenyataan bahwa pendidikan kewarganegaraan telah mengalami
beberapa perubahan, baik dalam hal tujuan, materi substansi, orientasi, metode
pambelajaran hingga pada sistem evaluasinya. Semua hal tersebut teridentifikasi dari
dokumen kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia sejak masa proklamasi hingga
saat ini. Dimasa Orde Lama, pendidikan kewarganegaraan (PKN) mengajarka tentang
bagaimana mejadi warga negara yang baik dna warga negara yang baik adalah
warganegara yang berjiwa 'revolusi', anti imperialisme, kolonialisme, dan
neokolonialisme. Sedangkan pada masa Orde Baru, warga negara yang baik yaitu
warga negara yang Pancasilais, membangun, patriotisme dan lainnya. Sejalan dengan
visi Pendidikan Kewarganegaraan di era Reformasi, misi atau tujuan pendidikan ini
yaitu mengingkatkan kompetensi seseorang atau warga negara Indonesia itu sendiri
menjadi warga yang berperan serta cara aktif dalam sistem pemerintahan negara yang
demokratis.
Tujuan PKN.
Tujuan dari pendidikan kewarganegaraan ini adalah bertujuan untuk
membangun sikap toleransi, tenggang rasa, gotong royong, memelihara persatuan dan
kesatuan, tidak memaksakan pendapat dan lainya yang dirasinalkan demi terciptanya
stabilitas nasional sebagai persyaratan bagi kelangsungan pembangunan.
Komponen Utama Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu dari materi pendidikan
karakter di lingkungan pendidikan memiliki peran penting dalam proses membangun
kepribadian masyarakat Indonesia.
Terdapat 3 komponen utama dalam pendidikan kewarganegaraan diantarnya
adalah;
- Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge),
- Keterampilan kewarganegaraan (civic skills) dan 
- Sikap kewarganegaraan (civic disposition).
Meskipun demikian, pada kenyataannya peran dari ketiga komponen tersebut
belum sepenuhnya terealisasikan, sehingga rasa nasionalisme bangsa semakin
memudar. Dapat kita saksikan dari lemahnya penegakan hukum yang terjadi dimasa
sekarang ini korupsi yang semakin marak dengan wajah - wajah baru, kolusi dan
nepotisme dengan wajah demokrasi, primordialisme, etika politik kalangan elit kita
terutama para penyelenggara Negara kita saat ini banyak mengecewakan masyarakat.
Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sinergitas dalam menyikapi tantangan tersebut
dimana sinergitas yang dimaksudkan adalah konseptual yang ada dalam pembelajaran
pedidikan kewarganegaraan harus dikolaborasikan dengan metode penyapaian
pendidik dengan baik dan terarah agar konsep dan tujuan pembelajaran ini dapat
menjadi salah satu solusi penyelesaian masalah yang terjadi. Dari uraian singkat
diatas, dapat kita ketahui bersama bahwa dinamika pendidikan kewargaegaraan itu
pun terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Maka dari itu, pendidikan
kearganegaraan ini sudah sepatutnya selalu menyesuaikan dengan dinamika dan
tantangan sikap dan perilaku warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. (pdfcoffe.com)
SUMBER : https://www.pembelajaranmu.com/2022/02/argumen-tentang-
dinamika-dan-tantangan-pkn.html
5. ESENSI DAN URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK
MASA DEPAN
Apakah tuntutan, kebutuhan, dan tantangan yang akan dihadapi bangsa
Indonesia di masa depan? Bagaimana Anda dapat memprediksi kondisi 21 Indonesia
di masa depan? Apa gagasan berupa pemikiran hasil analisis Anda untuk masa depan?
Anda masukkan indikator-indikator berupa fakta
dan peristiwa yang mungkin akan terjadi dalam pendidikan kewarganegaraan. Pada
tahun 2045, bangsa Indonesia akan memperingati 100 Tahun Indonesia merdeka.
Bagaimana nasib bangsa Indonesia pada 100 Tahun Indonesia merdeka? Berdasarkan
hasil analisis ahli ekonomi yang diterbitkan oleh Kemendikbud (2013) bangsa
Indonesia akan mendapat bonus demografi (demographic bonus) sebagai modal
Indonesia pada tahun 2045 (Lihat gambar tabel di bawah). Indonesia pada tahun
2030- 2045 akan mempunyai usia produktif (15-64 tahun) yang berlimpah. Inilah
yang dimaksud bonus demografi. Bonus demografi ini adalah peluang yang harus
ditangkap dan bangsa Indonesia perlu mempersiapkan untuk mewujudkannya. Usia
produktif akan mampu berproduksi secara optimal apabila dipersiapkan dengan baik
dan benar, tentunya cara yang paling strategis adalah melalui pendidikan, termasuk
pendidikan kewarganegaraan. Bagaimana kondisi warga negara pada tahun 2045?
Apa tuntutan, kebutuhan, dan tantangan yang dihadapi oleh negara dan bangsa
Indonesia? Benarkah hal ini akan terkait dengan masalah kewarganegaraan dan
berdampak pada kewajiban dan hak warga negara? Ekonomi Indonesia sangat
menjanjikan walaupun kondisinya saat ini belum dipahami secara luas. Saat ini,
ekonomi Indonesia berada pada urutan 16 besar. Pada tahun 2030, ekonomi Indonesia
akan
berada pada urutan 7 besar dunia. Saat ini, jumlah konsumen sebanyak 45 23 juta dan
jumlah penduduk produktif sebanyak 53%. Pada tahun 2030, jumlah konsumen akan
meningkat menjadi 135 juta dan jumlah penduduk produktif akan meningkat menjadi
71%. Nasib sebuah bangsa tidak ditentukan oleh bangsa lain, melainkan sangat
tergantung pada kemampuan bangsa sendiri. Apakah Indonesia akan berjaya menjadi
negara yang adil dan makmur di masa depan? Indonesia akan menjadi bangsa yang
bermartabat dan dihormati oleh bangsa lain Semuanya sangat tergantung kepada
bangsa Indonesia. Demikian pula untuk masa depan PKn sangat ditentukan oleh
eksistensi konstitusi negara dan bangsa Indonesia. PKn akan sangat dipengaruhi oleh
konstitusi yang berlaku dan perkembangan tuntutan kemajuan bangsa. Bahkan yang
lebih penting lagi, akan sangat ditentukan oleh pelaksanaan
konstitusi yang berlaku.
SUMBER : http://hhkwn.blogspot.com/2018/10/kewarganegaraan.html
6. KONSEP WARGA NEGARA YANG BANGGA DAN CINTA TANAH AIR,
MEMILIKI NASIONALISME SERTA RASA TANGGUNG JAWAB PADA
NEGARA DAN BANGSA
Cinta Tanah Air adalah cinta kepada negara tempat kita dilahirkan,
dibesarkan, dan memperoleh kehidupan di dalamnya. Kecintaan terhadap Tanah Air
ini disebabkan karena dari negara tersebut semua yang kita butuhkan akan kita
dapatkan.
Dikutip dari Modul Belajar Mandiri PPKn yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, cinta Tanah Air juga dapat diartikan sebagai cara
berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan, sosial, dan budaya bangsa.
Mengembangkan rasa cinta kepada Tanah Air dan bangsa termasuk butir-butir
Pancasila pada sila ketiga, yaitu persatuan Indonesia. Sehingga sebagai warga
Indonesia harus mengembangkan rasa cinta kepada Tanah Air dan bangsa sebagai
pengamalan terhadap Pancasila.
Kecintaan terhadap Tanah Air ditunjukkan dalam berbagai cara oleh masyarakat
Indonesia. Ada yang berjuang mengharumkan nama bangsa di tingkat dunia dalam
bidang olahraga, seni, dan ilmu pengetahuan. Ada yang siap membela Indonesia
dengan menjadi tentara dan ada juga yang berusaha menjadi pribadi manusia yang
baik dalam kesehariannya.
Berikut beberapa penjabaran wujud cinta Tanah Air dalam kehidupan sehari-
hari, dilansir dari situs Kementerian Agama Polewali Mandar:
1. Mempelajari sejarah perjuangan para pahlawan kemerdekaan kita serta
menghargai jasa para pahlawan.
2. Menghormati upacara bendera sebagai perwujudan rasa cinta Tanah Air dan
bangsa Indonesia.
3. Menghormati simbol-simbol negara seperti lambang burung garuda,
Bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan lain sebagainya.
4. Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri agar pengusaha lokal
bisa maju sejajar dengan pengusaha asing.
5. Turut serta dalam upaya pembelaan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa
dan negara Indonesia dengan segenap tumpah darah secara tulus dan ikhlas.
6. Turut serta dalam pengawasan jalannya pemerintahan dan membantu
meluruskan yang salah sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
7. Membantu mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia kepada
warga negara asing baik di dalam maupun luar negeri serta tidak melakukan tindakan-
tindakan yang mencoreng-moreng nama baik bangsa Indonesia.
8. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada acara-acara resmi
kenegaraan.
9. Beribadah dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kemajuan
bangsa dan negara Indonesia.
10. Membantu mewujudkan ketertiban dan ketentraman baik di lingkungan
sekitar kita maupun secara nasional.
Kecintaan rakyat terhadap Tanah Air ini dapat menjaga keamanan negara dari
berbagai macam gangguan yang datang. Dengan cinta Tanah Air, kita dapat bahu
membahu membangun negeri agar bisa sejajar dengan negara-negara maju.
TUGAS M-2, 3, & 4

Esensi Dan Urgensi Identitas Nasional Sebagai Salah Satu Determinan Pembangunan
Bangsa Dan Karakter

1. Konsep dan urgensi Identitas nasional


Secara etimologis "identitas" berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang
dimiliki seseorang, kelompok, masayarakat, bahkan suatu bangsa sehingga dengan
identitas itu bisa membedakan dengan yang lain, atau dapat disebut sebagai pengenal.
Istilah "nasional" merujuk pada bangsa secara keseluruhan yang artinya lebih bear
dari pengelompokan berdasarkan ras, agama, budaya, bahasa dan sebagainya. Dengan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa "Identitas Nasional ' adalah faktor
pembeda antara suatu Negara dengan Negara lainnya, yang tampak dari ciri-ciri dan
karakteristik khusus yang dimiliki oleh Negara itu sendiri. Jadi Identitas bangsa itu
sangat penting untuk dimiliki, dibangun, dibentuk, dikembangkan atau
dikonstruksikan kembali agar suatu bangsa memiliki ciri khasnya sendiri yang
terbedakan dengan bangsa lain, dan juga berguna untuk membangun kesatuan sosial
suatu bangsa, tidak mudah terombang-ambing oleh arus globalisasi serta dapat
menciptakan kepercayaan warga Negara terhadap Negara.
SUMBER :
https://www.academia.edu/40507310/RESUME_KONSEP_DAN_URGENSI_PKN
2. Alasan mengapa diperlukan Identitas nasional
Pada pembahasan sebelumnya saya telah menjelaskan pentingnya identitas
nasional bagi suatu Negara dalam arti luas, dan kali ini saya akar menjelaskan
pentingnya identitas nasional baik Indonesia sendiri yang sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan pentingnya identitas bagi Negara lainnya .Perlunya identitas nasional
Indonesia adalah sebagai berikut
- Identitas nasional Indonesia dapat membedakan kita sebagai bangsa
Indonesia dengan mereka sebagai bangsa lain. Kita dapat mengetahu
mereka berasal dari bangsa mana karena adanya identitas, begitu pula
sebaliknya dengan kita sendiri.
- Identitas nasional Indonesia juga dapat menjadi sarana untuk Indonesia
lebih dikenal oleh Negara-negara lainnya yaitu salah satuna dengan
mempertontonkan berbagai macam budaya khas yang kita miliki dalam
setiap ajang-ajang budaya internasional sehingga selanjutnya apabila
orang-orang dari bangs lain melihat budaya-budaya khas kita tersebut
mereka jadi lebih mudah untuk mengenali bangsa Indonesia dan hasilnya
Indonesia akan lebih dikenal oleh Negara-negara di seluruh dunia.
- Di sisi lain identitas nasional juga dapat mempersatukan kita sebagai
bangsa Indonesia karena memiliki ikatan identitas yang sama.

Begitulah beberapa uraian pentingnya identitas nasional Indonesia menurut


saya, jadi kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia it harus dapat melestarikan dan
mengembangkan berbagai hal yang menjadi identitas bangsa kita, jangan sampai hal
tersebut hilang begitu saja

Sumber :
https://www.academia.edu/40507310/RESUME_KONSEP_DAN_URGENSI_PKN

3. Menggali sumber historis, sosiologis dan politik tentang Identitas nasional


Indonesia Sumber historis, sosiologis, politik tentang identitas nasional
Identitas nasional sebelumnya dibedakan atas dua jenis yaitu identitassekunder
( buatan ) dan identitas primer. Identitas sekunder artinya identitasyang dibuat, dan
dibentuk berdasarkan hasil kesepakatan bersama warganegara sedangkan identitas
primer adalah identitas yang menjadi cikal bakalidentitas sekunder yaitu disebut
dengan dengan identitas etnis atau suku bangsa, jadi dari beberapa identitas suku
bangsa tersebut disepakati beberapayang menjadi identitas nasional.
Secara historis
yang menjadi awal mulanya identitas nasional dikenaldan menjadi cikal bakal
adanya identitas nasional adalah ketika pertama kalinya sumpah pemuda
dikumandangkan dengan jelas dan tegas yang isinya berbunyi “ bangsa Indonesia
mengaku bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa yang satu bangsa Indonesia,
dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia”
Secara sosiologis
Identitas nasional terbentuk dari identitas individudan identitas
kesukubangsaan. Jika diibaratkan Negara sebagai seorangmanusia maka akan lebih
mudah untuk mengenali manusia tersebut dari ciri-ciri dan karakteristik yang melekat
pada dirinya dan ciri-ciri besertakarakteristik tersebut berbeda dengan manusia bangsa
lain,. Perbedaanmanusia tersebut dapat dilihat dari aspek fisik dan psikis nya, dari
aspek fisikmisalnya unsur-unsur seperti tinggi badan, berat badan, bentuk dan
warnawajah, kulit , rambut dan lainnya. Sedangkan dari aspek psikis dapat
dikenalidari unsur-unsur seperti kebiasaan, hobi, karakter atau watak, sikap dan lain-
lain.
Ada suatu ungkapan yang menyebutkan bahwa baiknya suatu
Negaratergantung oleh seberapa baiknya keluarga negara tersebut dan
baiknyakeluarga sangat ditentukan oleh baiknya individu dalam keluarga tersebut.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa identitas kebudayaan danidentitas
individu merupakan hal yang sangat penting karena dapat menjadi penentu baik atau
buruknya identitas nasional.
Secara politis
berbagai bentuk identitas nasional bangsa Indonesiayang dapat menjadi ciri
khusus atau jati diri bangsa Indonesia telahdituangkan dan di atur oleh peundang-
undangan baik dalam UUD atau peraturan yang lebih khusus. Seperti empat identitas
nasional yang sangatmencirikan bangsa Indonesia yaitu bendera, bahasa, dan lambang
Negara,serta lagu kebangsaan telah diatur dalam UU no.24 tahun 2009.Alasan kenapa
bendera, lambang, bahasa dan lagu kebangsaan diaturdalam undang-undang adalah :
1. Karena keempat hal tersebut menjadi sarana pemersatu, identitas,
danwujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol
kedaulatan dankehormatan negara.
2. Keempat hal tersebut juga merupakan manifestasi kebudayaan
yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam
keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa
dan NKRI
SUMBER :
https://www.academia.edu/40507310/RESUME_KONSEP_DAN_URGENSI_PKN

4. Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan identitas nasional


Indonesia
Dalam perkembangannya identitas nasional pada saat ini telahmenemui
berbagai tantangan yang berasal dari dalam maupun dari luar bangsaIndonesia,
beberapa tantangan yang menjadi permasalahan utama pada saatini adalah :
1.Rasa cinta tanah air dan patriotisme yang mulai memudar contohnya
lebihmenghargai dan mencintai bangsa asing, bangga menggunakan bahasadan
bendera asing, lebih mengapresiasi dan bangga menyanyikan laguasing, serta lebih
mencintai produk-produk dan budaya asing.
2.Lunturnya nilai-nilai luhur dalam praktik kehidupan
berbangsa dan bernegara seperti rendahnya semangat bergotong royong, kesantunan,
danetika-etika yang menjadi ciri khas orang timur telah dihimpit oleh budaya-budaya
asing.

Jika permasalahan ini terus berlanjut tanpa penyelsaian maka hal-hal, budaya,


serta adat istiadat yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesiaakan memudar dan
hilang bahkan kemungkinan terburuknya akan dilupakan.
Semua permasalahan ini sebenarnya bermula karena kurangnya rasa
cintatanah air, pemahaman serta pengamalan nilai-nilai pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, dan kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang betapa pentingnya identitas nasional oleh suatu negara. Oleh karena itu
perluadanya pendukung dalam meningkatkan rasa cinta tanah air agar
masyarakatdapat melestarikan nilai-nilai budaya yang menjadi identitas indonesia,
serta menciptakan kesadaran masyarakat tentang pentingnya identitas nasional
danmenjadikan pancasila sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia, sehinggaidentitas
nasional Indonesia dapat terjaga dari generasi ke generasi, karenasesungguhnya tanpa
adanya identitas nasional suatu bangsa akan terombang-ambing.
SUMBER :
https://www.academia.edu/40507310/RESUME_KONSEP_DAN_URGENSI_PKN

5. Esensi dan urgensi identitas nasional Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
sebagai salah satu identitas warga negara
Pada sebelumnva telah dijelaskan bahwa konsp suatu negara sama halnya
dengan manusia, manusia akan lebih mudah dikenal ole manusia lain dengan
perbedaan yang dia punya artinya dengan karakteristik atau identitas yang dimilikinya
dan berbeda dengan manusia lain. Begitu pula lah dengar sebuah bangsa, setiap
bangsa maupun manusia tidak bisa hidup sendiri karena suatu sat pasti akan tiba
dimana bangsa atau manusia tersebut mencapai batasnya dan membutuhkan orang
atau bangsa lain, artinya dengan adanya identitas kita dapat dikenal oleh bangsa lain
dan jika telah dikenal kita akan mudah melakukan kerja sama untuk saling memenuhi
kebutuhan bangsa. Jadi pentingnya identitas nasional itu bagi bangsa indonesia adalah
: Agar bangsa Indonesia dapat dikenali oleh bangsa lain, maka kita dapat melanjutkan
perjuangan agar dapat eksis sebagai bangsa sesuai dengan fitrahnya menjaga
kewibawaan bangsa Indonesia Identitas nasional juga penting untuk kelangsungan
hidup bangsa tersebut.

Sumber :
https://www.academia.edu/40507310/RESUME_KONSEP_DAN_URGENSI_PKN

6. Menumbuhkan sikap anti korupsi sebagai perwujudan  dari nasionalisme dan


bela negara
Nasionalisme adalah satu paham atau ajaran yang menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan sebuah negara mewujudkan satu konsep identitas
bersama untuk sekelompok manusia dimana bahasa dan budaya menjadi unsur
pengikat dalam melakukan interaksi sosial. Unsur pengikat inilah yang melahirkan
kesadaran akan nasionalisme komunitas/rakyat Indonesia ketika berhadapan dengan
lingkungan luar yang mengganggu.
Dalam sejarah Indonesia khususnya, nasionalisme masih sangat penting akan
keberadaannya, Pertama, misalnya, sebagai ideologi pemersatu untuk melawan
penjajah Belanda, atau Jepang, atau dalam melawan hegemoni neo-kolonilalisme.
Dulu, kalau orang-orang di kepulauan Nusantara ini tersebar terus, tidak ada ideologi
yang mempersatukan dan tentu dengan mudah Belanda menguasai kita. Sangat
mungkin orang-orang di kepulauan Nusantara justru saling berperang sendiri.
Apalagi, ketika politik adu domba Belanda terus menerus memompakan permusuhan
dan konflik-konflik. Kedua, sebagai konsekuensinya, ketika orang-orang di kepulauan
Nusantara tadi berhasil memerdekakan dirinya, nasionalisme paling tidak sebagai
wacana ideologis untuk membangkitkan semangat mengisi kemerdekaan Indonesia.
walaupun kadang nasionalisme semacam ini disalahtafsirkan, dengan alasan
nasionalisme Indonesia kita menyimpan kecenderungan bermusuhan dengan bangsa
lain.
Tapi, sisi positifnya tentu banyak, sebagai bangsa baru yang menemukan
dirinya, kita berusaha tetap kompak sehingga banyak konflik yang berpotensi
mengancam persatuan Indonesia dapat diatasi atas nama nasionalisme Indonesia.
Ketiga, nasionalisme paling tidak dapat dipakai untuk memberikan identitas
keindonesiaan, agar Indonesia itu ada di dunia. Akan tetapi, apa yang dicatat dunia
dengan nasionalisme Indonesia. Mungkin tidak banyak. Waktu itu, terlepas dari
konstruksi orientalisme, orang lebih mengenal Indonesia sebagai bangsa yang cukup
ramah, negara terbelakang dan miskin, negara yang memiliki bahasa persatuan
Indonesia, yang mengatasi lebih dari 600-an bahasa-bahasa lokal yang hingga hari ini
tetap bertahan.
Negara kita Indonesia jauh hari telah mencanangkan berbagai pemahaman
Nasionalisme dalam konsep Wawasan Nusantara yang dituangkan dalam satu
kesatuan: Ideologi , Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Agama, Pertahanan Keamanan
Nasional ). Sebagai konsekuensinya setiap warganegara Indonesia, apalagi ketika ia
dicalonkan sebagai pemimpin di dalam struktur kekuasaan yang ada tentu harus
memiliki Wawasan Nusantara dimana yang bersangkutan harus punya kewajiban
mutlak untuk ikut mempertahankan satu kesatuan wilayah Indonesia dari sabang
sampai merauke yang dituangkan dalam konsep
IPOLEKSOSBUDAGHANKAMNAS.
Sekarang ini dari hasil pengamatan para ahli tidak dapat dipungkiri, rasa
nasionalisme bangsa kita sangatlah menipis, bahkan terancam punah. Yang muncul
adalah Ikatan Primordialisme, yang berkiblat pada ikatan kesukuan, kedaerahan,
keagamaan dan/atau antar golongan.
Sejarah membuktikan, selama 30 tahun terakhir Indonesia tercengkeram oleh
satu model kekuasaan yang otoritarian, yang biasa disebut rezim Orde Baru. Sebagai
akibatnya, banyak masalah ketidaksukaan dan ketidakpuasan bergolak di bawah
permukaan. Yang paling menonjol saat itu adalah matinya demokrasi, menjamurkan
KKN, tidak adanya hukum yang berkeadilan, dan sebagainya. Akibat kondisi terebut,
potensi keretakan berubah menjadi bom waktu. Banyak orang mencoba memobilisasi
agama, atau etnisitas, atau bahkan mengusung wacana dunia seperti demokrasi dan
keadilan universal untuk melakukan konsolidasi resistensi. Dengan tergesa-gesa dan
ceroboh, rezim menyelesaikan resistensi itu dengan kekerasan terbuka atau
tersembunyi. Kita tahu, pada waktu itu aparat militer sungguh berkuasa dan
menakutkan. Apakah militer melakukan itu dengan memegang semangat
nasionalisme Indonesia. Namun, strategi yang paling jitu untuk menangkal resistensi
itu pemerintah Orde Baru memanfaatkan nasionalisme untuk mengontrol dan menek
potensial yang menghancurkan pemerintahan bahkan negara. Dalam hal ini
nasionalisme haruslah dibangun sedemikian rupa yang berkiblat pada bagaimana
mempertahankan pluralisme (Bhineka Tunggal Ika) agar kekecewaan-kekecewaan
yang terjadi di lokal-lokal dapat dipatahkan.
Nasionalisme Indonesia dikedepankan untuk menahan agar nasionalisme etnis,
atau nasionalisme agama, atau nasionalisme geografis tidak berkembang menjadi
kekuatan yangal Ika) Negara Indonesia di dalam wawasan nusantara, yang
mengakomodir ketergantungan global.
Namun nasionalisme semacam itupun sangat sulit dibangun jika sistem sosial,
sistem hukum dan sistem pemerintahan telah terkontaminasi dengan budaya korup
yang tidak dapat dicegah. Selama Orde Baru, sistem politik atau struktur kekuasaan
telah memungkinkan merajalelanya korupsi besar-besaran di segala bidang.
Korupsi yang “membudaya” ini telah membikin kerusakan-kerusakan parah
bahkan sampai kepada budaya prilaku masyarakat lapisan bawah yang memandang
korupsi sebagai bagian dari sistem sosial, politik, ekonomi, hukum dan pemerintahan.
Sekalipun dalam undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mulai dari
UU No.31 tahun 1999 Jo. UU No.20 tahun 2001 yang dalam pertimbangannya telah
menegaskan bahwa “akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, juga menghabat pertumbuhan
dan kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi”. Korupsi
tidak hanya sekedar merusak keuangan dan perekonomian negara, akan tetapi
merusak seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang
berdaulat.
Menyambut sumpah pemuda 28 Oktober 2010 ini, kita butuh faham
nasionalisme yang baru atau faham Nasionalisme yang ke-II, dimana Nasionalisme
yang baru ini benar-benar berkiblat pada :
1). faham Bhineka Tunggal Ika, karena tidak mungkin ada persatuan jika
masyarakatnya kita tidak mampu menjadi orang yang berbeda dengan orang lain atau
tidak mampu mengatasi perbedaannya ;
2). Terbangunnya sikap bersama bagaimana Korupsi Harus diberantas tuntas
karena bertentangan dengan pembangunan nasional disegala bidang ; dan
3). Terbangunnya sikap setiap warganegara Indonesia tentang keharusan
mempertahankan keutuhan bangsa dan negara Indonesia yang memahami wawasan
nusantara sebagai satu kesatuan yang integral dari : Ideologi, ekonomi, politik, sosial,
budaya, agama, pertahanan dan keamanan nasional.
Nasionalisme tidak akan pernah dimiliki oleh seorang Koruptor, karena
Koruptor adalah parasit negara yang menyengsarakan kehidupan rakyat dan
membangkrutkan negara menjadi hancur. Dari dahulu kita sudah sama tahu bahwa
penyebab utama terjadinya tindak pidana korupsi adalah :
1)Adanya unsur “Rangsangan” hal ini berkaitan dengan rendahnya iman dan
taqwa yang dimiliki oleh para penyelenggara negara dan pihak lain yang terlibat
meguasai keuangan negara ;
2)Adanya unsur “Kesempatan”, hal ini berkaitan dengan rendahnya unsur
“Pengawasan” dalam managemen pengelolaan keuangan negara ;
Orang tidak mungkin mau korupsi jika ia tidak terangsang dan tidak ada
kesempatan untuk itu. Obsesi korupsi tentu disebabkan :
1. Gaya hidup yang senang pamer ;
2. Merasa banyak uang akan dihargai orang ;
3. Untuk membiayai proyek mencari kekuasaan ;
4. Untuk biaya gengsi sosial yang terlanjur tinggi ;
5. Untuk modal usaha sebagai jaminan hari tua ;
6. Terpaksa untuk membiayai kebutuhan pokok yang mendesak, seperti biaya
sekolah anak, biaya pengobatan keluarga yang sakit ;
7.Dll.
Masyarakat Indonesia yang menganut ekonomi pasar dan neo liberalisme
tidak dapat menghindari terjangkitnya gaya hidup mewah yang memerlukan biaya
yang tinggi, sementara pendapatan dan daya belinya yang rendah, maka tidak dapat
menghindari dari rangsangan untuk korupsi, apalagi Iman dan Taqwa sebagian besar
masyarakat kita sangat diragukan. Sekarang mau diberantas dari mana wahai
petinggi2 para elite pemerintah dan elite politik di negeri ini
SUMBER : https://jateng.bpk.go.id/korupsi-vs-nasionalisme-bangsa/

TUGAS M-5

NILAI DAN NORMA KONSITUSIONAL UUD NRI 1945 DAN


KONSITUSIONALITAS KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BAWAH
UUD

1. Konsep urgensi konsitusi dalam kehidupan bangsa negara


Pengertian konstitusi
Menurut pandangan Lord James Bryce yang dimaksud dengan Konstitusi
adalah suatu kerangka negara yang diorganisasikan melalui dan dengan hukum,
yang menetapkan lembaga-lembaga yang tetap dengan mengakui fungsi-fungsi
dan hak- haknya. Pendek kata bahwa konstitusi itu menurut pandangannya
merupakan kerangka negara yang diorganisasikan melalui dan dengan hukum,
yang menetapkan lembaga-lembaga yang tetap (permanen), dan yang menetapkan
fungsi-fungsi dan hak-hak dari lembaga-lembaga permanen tersebut. Sehubungan
dengan itu C.F. Strong yang menganut paham modern secara tegas menyamakan
pengertian konstitusi dengan undang-undang dasar.
Rumusan yang dikemukakannya adalah konstitusi itu merupakan satu
kumpulan asas- asas mengenai kekuasaan pemerintah, hak-hak yang diperintah,
dan hubungan antara keduanya (pemerintah dan yang diperintah dalam konteks
hak-hak asasi manusia). Konstitusi semacam ini dapat diwujudkan dalam sebuah
dokumen yang dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi dapat
pula berupa a bundle of separate laws yang diberi otoritas sebagai hukum tata
negara. Rumusan C.F. Strong ini pada dasarnya sama dengan definisi Bolingbroke
Pengertian tentang konstitusi dalam arti sempit dan konstitusi dalam arti luas,
Dalam arti sempit, konstitusi merupakan suatu dokumen atau seperangkat
dokumen yang berisi aturan-aturan dasar untuk menyelenggarakan negara.
Dalam arti luas, konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak
tertulis, yang menentukan bagaimana lembaga negara dibentuk dan dijalankan.
Tujuan Konstitusi
Konstitusi berfungsi sebagai landasan kontitusionalisme. Landasan
konstitusionalisme adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi dalam
arti hias maupun konstitusi dalam arti sempit. Konstitusi dalam arti has meliputi
undang-undang dasar, undang-undang organik, peraturan perundang- undangan
lain, dan konvensi. Konstitusi dalam arti sempit berupa Undang- Undang Dasar
Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian nipa,
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang Dengan
demikian, diharapkan hak-hak warganegara akan lebih terlindungi Gagasan ini
dinamakan konstitusionalisme, yang oleh Carl Joachim Friedrich dijelaskan
sebagai gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan kegiatan yang
diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa
pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan
untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas
untuk memerintah Konstitusi berfungsi
a) membatasi stau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam
menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya;
b) memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat
yangcdicitacitakan tahap berikutnya;
c) dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu
sistemketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya:
d) menjamin hak-hak asan warga negara.
SUMBER :
https://www.studocu.com/id/document/universitas-sriwijaya/pendidikan-
kewarganegaraan/konsep-dan-urgensi-konstitusi/21032392

2. Alasan mengapa diperlukan Konstitusi dalam kehidupan berbangsa Negara


Indonesia
Konstitusi diperlukan dalam kehidupan berbangsa negara yaitu agar dapat
membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa negara. Konstitusi negara di satu sisi
dimaksudkan untuk membatasi kekuasaan penyelenggaran negara dan di sisi lain
untuk menjamin hak-hak dasar warga negara. Seorang ahli konstitusi berkebangsaan
Jepang Naoki Kobayashi mengemukakan bahwa undang-undang dasar membatasi dan
mengendalikan kekuasaan politik untuk menjamin hak-hak rakyat Melalui fungsi ini
undang-undang dasar dapat memberi sumbangan kepada perkembangan dan
pembinaan tatanan politik yang demokratis (Riyanto, 2009) Aturan dasar yang
terdapat dalam UUD NKRI 1945 Pasal 7 Presiden dan Wakil Presiden memegang
jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang
sama, hanya untuk satu kali masa jabatan UUD NKRI Tahun 1945 Dalam rentetan
sejarah penegakkan HAM akan di temukan beberapa peristiwa yang melahirkan
berbagai dokumen HAM.
Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan
sesuatu hal yang sangat krusial karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk
sebuah negara Dalam lintasan sejarah hingga awal abad ke-21 ini, hampir tidak ada
negara yang tidak memiliki konstitusi Hal ini menunjukkan betapa urgenya konstitusi
sebagai suatu perangkat negara.
Konstitusi dan negara ibarat dua sisi mata uang yang satu sama lain tidak
terpisahkan Konstitusi menjadi sesuatu yang urgen dalam tatanan kehidupan
ketatanegaraan karena konstitusi merupakan sekumpulan aturan yang mengatur
organisasi negara serta hubungan antara negara dan warga negara sehingga saling
menyesuaikan diri dan saling bekerjasama Dr A Hamid S.Attamimi menegaskan -
seperti yang dikutip Thaib bahwa konstitusi atau Undang-Undang Dasar merupakan
suatu hal yang sangat penting sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus
dipakai sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan negara harus
dijalankan Sejalan dengan perlunya konstitusi sebagai instrumen untuk membatasi
kekuasaan dalam suatu negara, Meriam Budiardjo mengatakan:
"Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi
konstitusional Undang-undang dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi
kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak
bersifat sewenang-wenang Dengan demikian diharapkan hak-hak warga negara akan
lebih terlindungi". Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas
kekuasaan tersebut, Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya
terbagi dalam dua (2) bagian, yakni membagi kekuasaan dalam negara, dan
membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam negara"
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang memandang negara dari
sudut kekuasaan dan memnganggap sebagai organisasi kekuasaan maka konstitusi
dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang mendapatkan bagaimana
kekuasaan dibagi diantara bebetapa lembaga kenegaraan seperti antara lembaga
legislatif eksekutif dan yudikatif. Selain sebagai pembatas kekuasaan konstitusi juga
dugunakan sebagai alat untuk menjamin hak hak warga negara. Hak hak tersebut
mencakup hak-hak asasi seperti hak untuk hidup, kesejahteraan hidup hak kebebasan.
Dari beberapa pakar yang menjelaskan mengenai urgensi konstitusi dalam
sebuah negara maka secara umum dapat dikatakan bahwa eksistensi konstitusi dalam
suatu negara merupakan suatu keniscayaan karena dengan adanya konstitusi akan
tercipta pembatasan kekuasaan melain pembagian wewenang dan kekuasaan dalam
menjalankan negara Selain itu adanya konstitusi juga menjadi suatu hal sangat
penting untuk menjamin hak-hak asasi warga negara sehingga tidak terjadi
penindasan dan perlakuan sewenang-wenang dari pemerintah. Konstitusi adalah
sarana dasar untuk mengawasi proses kekuasaan. Oleh karena itu Setiap konstitusi
mempunyai beberapa peranan yaitu:
untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.
untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak penguasa dan menetapkan
bagi penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka, sehingga tidak terdapat
kekuasaan yang semena-mena.
untuk membatasi kesewenang-wenangan tindakan pemerintah untuk menjamin
hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat
Konstitusi bertujuan untuk mengatur organisasi negara dan susunan
pemerintahan Sehingga dimana ada organisasi negara dan kebutuhan menyusun suatu
pemerintahan negara, maka akan diperlukan konstitusi Konstitusi mempunyai posisi
yang sangat penting dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi
menjadi barometer(ukuran) bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, juga merupakan
ide-ide dasar yang digariskan penguasa negara untuk mengemudikan suatu negara.
Konstitusi menggambarkan struktur negara dan sistem kerja yang ada diantara
lembaga-lembaga negara Konstitusi menjelaskan kekuasaan dan kewajiban
pemerintah sekaligus membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak sewenang- wenang
dalam bertindak.
Dari berbagai penjelasan tentang tujuan konstitusi diatas, dapat dikatakan
bahwa tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan
jalan membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang
dilakukan penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa
untuk mewujudkan tujuan Negara Jadi, pada hakikatnya konstitusi Indonesia
bertujuan sebagai alat untuk mencapai tujuan negara dengan berdasarkan kepada
nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.
SUMBER :
https://www.studocu.com/id/document/universitas-sriwijaya/pendidikan-
kewarganegaraan/konsep-dan-urgensi-konstitusi/21032392

3. Menggali sumber historis, sosiologis dan politik tentang Konstitusi dalam


kehidupan berbangsa Negara Indonesia
Menurut Hobbes, manusia pada “status naturalis” bagaikan serigala. Hingga
timbul adagium homo homini lupus (man is a wolf to [his fellow] man), artinya yang
kuat mengalahkan yang lemah. Lalu timbul pandangan bellum omnium contra omnes
(perang semua lawan semua). Hidup dalam suasana demikian pada akhirnya
menyadarkan manusia untuk membuat perjanjian antara sesama manusia, yang
dikenal dengan istilah factum unionis. 
Selanjutnya timbul perjanjian rakyat menyerahkan kekuasaannya
kepada penguasa untuk menjaga perjanjian rakyat yang dikenal dengan istilah factum
subjectionis. Dalam bukunya yang berjudul Leviathan (1651) ia mengajukan suatu
argumentasi tentang kewajiban politik yang disebut kontrak sosial yang
mengimplikasikan pengalihan kedaulatan kepada primus inter pares yang kemudian
berkuasa secara mutlak (absolut). Primus inter pares adalah yang utama di antara
sekawanan (kumpulan) atau orang terpenting dan menonjol di antara orang yang
derajatnya sama. Negara dalam pandangan Hobbes cenderung seperti monster
Leviathan.
Pemikiran Hobbes tak lepas dari pengaruh kondisi zamannya (zeitgeist- nya)
sehingga ia cenderung membela monarkhi absolut (kerajaan mutlak) dengan konsep
divine right yang menyatakan bahwa penguasa di bumi merupakan pilihan Tuhan
sehingga ia memiliki otoritas tidak tertandingi. Pandangan inilah yang mendorong
munculnya raja-raja tiran. Dengan mengatasnamakan primus inter pares dan wakil
Tuhan di bumi mereka berkuasa sewenang-wenang dan menindas rakyat.
Salah satu contoh raja yang berkuasa secara mutlak adalah Louis XIV, raja
Perancis yang dinobatkan pada 14 Mei 1643 dalam usia lima tahun. Ia baru mulai
berkuasa penuh sejak wafatnya menteri utamanya, Jules Cardinal Mazarin pada tahun
1661. Louis XIV dijuluki sebagai Raja Matahari (Le Roi Soleil) atau Louis yang
Agung (Louis le Grand, atau Le Grand Monarque). Ia memerintah Perancis selama 72
tahun, masa kekuasaan terlama monarki di Perancis dan bahkan di Eropa.
Louis XIV meningkatkan kekuasaan Perancis di Eropa melalui tiga
peperangan besar: Perang Perancis-Belanda, Perang Aliansi Besar, dan Perang
Suksesi Spanyol antara 1701-1714. Louis XIV berhasil menerapkan absolutisme dan
negara terpusat. Ungkapan "L'État, c'est moi" ("Negara adalah saya") sering dianggap
berasal dari dirinya, walaupun ahli sejarah berpendapat hal ini tak tepat dan
kemungkinan besar ditiupkan oleh lawan politiknya sebagai perwujudan stereotipe
absolutisme yang dia anut. Seorang penulis Perancis, Louis de Rouvroy, bahkan
mengaku bahwa ia mendengar Louis XIV berkata sebelum ajalnya: "Je m'en vais,
mais l'État demeurera toujours" ("saya akan pergi, tapi negara akan tetap ada"). 
Akibat pemerintahannya yang absolut, Louis XIV berkuasa dengan
sewenangwenang, hal itu menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan yang luar biasa
pada rakyat. Sepeninggal dirinya, kekuasaannya yang mutlak dilanjutkan oleh raja-
raja berikutnya hingga Louis XVI. Kekuasaan Louis XVI akhirnya dihentikan dan dia
ditangkap pada Revolusi 10 Agustus, dan akhirnya dihukum dengan Guillotine untuk
dakwaan pengkhianatan pada 21 Januari 1793, di hadapan para penonton yang
menyoraki hukumannya.
Gagasan untuk membatasi kekuasaan raja atau dikenal dengan istilah
konstitusionalisme yang mengandung arti bahwa penguasa perlu dibatasi
kekuasaannya dan karena itu kekuasaannya harus diperinci secara tegas, sebenarnya
sudah muncul sebelum Louis XVI dihukum dengan Guillotine.
Bisakah Anda menjelaskan tentang peristiwa mana yang mengawali tonggak
sejarah tersebut? Coba arahkan ingatan Anda pada sejarah perjuangan dalam
menegakkan hak asasi manusia (HAM). Dalam rentetan sejarah penegakkan HAM
Anda akan menemukan beberapa peristiwa yang melahirkan berbagai dokumen
HAM. Apakah Anda masih ingat dengan Magna Charta di Inggris, Bill of Rights dan
Declaration of Independence dalam sejarah Amerika Serikat, dan Declaration des
Droits de L’homme et du Citoyen di Perancis?
Kembali pada pertanyaan mengapa diperlukan konstitusi dalam kehidupan
berbangsa-negara, tentu Anda sudah mendapatkan jawabannya. Jawaban terpenting
atas pertanyaan tersebut adalah agar dapat membatasi kekuasaan pemerintah atau
penguasa negara. Sejarah tentang perjuangan dan penegakan hak-hak dasar manusia
sebagaimana terumus dalam dokumen-dokumen di atas, berujung pada penyusunan
konstitusi negara. Konstitusi negara di satu sisi dimaksudkan untuk membatasi
kekuasaan penyelenggaran negara dan di sisi lain untuk menjamin hakhak dasar
warga negara.
Seorang ahli konstitusi berkebangsaan Jepang Naoki Kobayashi
mengemukakan bahwa undang-undang dasar membatasi dan mengendalikan
kekuasaan politik untuk menjamin hak-hak rakyat. Melalui fungsi ini undang-undang
dasar dapat memberi sumbangan kepada perkembangan dan pembinaan tatanan
politik yang demokratis (Riyanto, 2009). 
Coba Anda cermati aturan dasar yang terdapat dalam UUD NRI 1945 yang
melakukan pembatasan kekuasaan pemerintah atau penguasa negara, pasal-pasal
mana sajakah itu? 
Contoh dalam Bab III tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara memuat
aturan-aturan dasar sebagai berikut.
Pedoman bagi Presiden dalam memegang kekuasaan pemerintahan (Pasal 4,
Ayat 1).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon Presiden dan calon Wakil
Presiden (Pasal 6 Ayat 1).
Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 7).
Pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya (Pasal 7A
dan 7B).
Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan DPR (Pasal 7C).
Pernyataan perang, membuat pedamaian, dan perjanjian dengan negara lain
(Pasal 11 Ayat 1, Ayat 2, dan Ayat 3).
Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12)
Mengangkat dan menerima duta negara lain (Pasal 13 Ayat 1, Ayat 2, dan
Ayat3).
Pemberian grasi dan rehabilitasi (Pasal 14 Ayat 1).
Pemberian amnesti dan abolisi (Pasal 14 Ayat 2).
Pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lan tanda kehormatan (Pasal 15).
Pembentukan dewan pertimbangan (Pasal 16).
Semua pasal tersebut berisi aturan dasar yang mengatur kekuasaan Presiden,
baik sebagai kepala negara maupun kepala pemerintahan. Sebagai kepala negara,
Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala
pemerintahan, Presiden dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri-menteri dalam
kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah
seharihari.
Aturan-aturan dasar dalam UUD NRI 1945 tersebut merupakan bukti adanya
pembatasan kekuasaan pemerintahan di Indonesia. Tidak dapat kita bayangkan
bagaimana jadinya jika kekuasaan pemerintah tidak dibatasi. Tentu saja penguasa
akan memerintah dengan sewenangwenang.
Mengapa demikian? Ingat tentang hukum besi kekuasaan bahwa setiap
kekuasaan pasti memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi sewenang-
wenang, seperti dikemukakan oleh Lord Acton: “Power tends to corrupt, and absolute
power corrupts absolutely”. 
Inilah alasan mengapa diperlukan konstitusi dalam kehidupan berbangsa-
negara Indonesia, yakni untuk membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak
memerintah dengan sewenang-wenang. Konstitusi juga diperlukan untuk membagi
kekuasaan dalam negara. Pandangan ini didasarkan pada fungsi konstitusi yang salah
satu di antaranya adalah membagi kekuasaan dalam negara (Kusnardi dan Ibrahim,
1988). 
Bagi mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap
sebagai organisasi kekuasaan maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau
kumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi di antara beberapa
lembaga kenegaraan, misalnya antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Konstitusi menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasan itu bekerja sama
dan menyesuaikan diri satu sama lain serta merekam hubungan-hubungan kekuasaan
dalam negara.
Oleh karena itu, kita harus mengambil pengertian konstitusi secara luas
sebagai suatu peraturan, tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan bagaimana
negara dibentuk dan dijalankan. Jika demikian Kerajaan Inggris memiliki konstitusi.
Negara tersebut bukan satu-satunya yang tidak memiliki konstitusi tertulis. Negara
lainnya di antaranya adalah Israel dan Selandia Baru.
SUMBER : https://irvanhermawanto.blogspot.com/2018/04/sumber-historis-
sosiologis-politik-konstitusi-kehidupan-berbangsa-bernegara.html

4. Membangun argument tentang dinamika dan tantangan konstitusi dalam


kehidupan berbangsa Negara Indonesia
Melihat kembali perjalanan sejarah Indonesia merdeka, ternyata sudah terjadi
banyak dinamika ketatanegaraan seiring berubahnya konstitusi atau Undang-Undang
Dasar yang diberlakukan. Setelah ditetapkan satu hari setelah proklamasi
kemerdekaan, UUD NRI 1945 mulai berlaku sebagai hukum dasar yang mengatur
kehidupan ketatanegaraan Indonesia dengan segala keterbatasannya.
Mengapa demikian, Bapak soekarno sejak awal telah mengatakan bahwa UUD
1945 merupakan UUD kilat yang akan terus disempurnakan pada era yang akan
datang.
Pada pertengahan 1997, negara kita dilanda krisis ekonomi dan moneter yang
sangat hebat. Krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia ketika itu
merupakan suatu tantangan yang sangat berat. Akibat dari krisis tersebut adalah
harga-harga melambung tinggi, sedangkan daya beli masyarakat terus menurun.
Sementara itu nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, terutama Dolar Amerika,
semakin merosot. Menyikapi kondisi seperti itu, pemerintah berusaha
menanggulanginya dengan berbagai kebijakan.
Namun kondisi ekonomi yang tidak kunjung membaik. Bahkan semakin hari
semakin bertambah parah. Krisis yang terjadi meluas pada aspek politik.
Masyarakat sudah mulai tidak lagi mempercayai pemerintah. Oleh karena
itu timbullah krisis kepercayaan pada Pemerintah. Gelombang unjuk rasa secara
besar-besaran terjadi di Jakarta dan di daerah-daerah. Unjuk rasa
tersebut digagasi oleh mahasiswa, pemuda, dan berbagai komponen bangsa lainnya.
Pemerintah sudah tidak mampu lagi mengendalikan keadaan. Maka pada 21
Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya. Berhentinya
Presiden Soeharto menjadi awal era reformasi di tanah air.
Pada awal masa reformasi (pertengahan tahun 1998),
muncul beberapa tuntutan reformasi di masyarakat. Tuntutan tersebut diutarakan oleh
berbagai komponen bangsa, terutama oleh mahasiswa dan pemuda.
Beberapa tuntutan reformasi itu adalah sebagai berikut:
- Mengamandemen UUD NRI 1945,
- Menghapuskan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia,
- Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM),
serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN),
- Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah,
- Mewujudkan kebebasan pers,
- mewujudkan kehidupan demokrasi.

Mari kita pusatkan kembali perhatian kita kepada tuntutan untuk


mengamandemen UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Adanya tuntutan
tersebut didasarkan pada pandangan bahwa UUD 1945 belum cukup memuat
landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan
HAM. 

Selain itu, di dalam isi UUD 1945 juga terdapat pasal-pasal


yang bisa menimbulkan banyak penafsiran, atau lebih dari satu tafsir (multitafsir) dan
membuka dapat peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik,
tertutup, dan berpotensi tumbuhnya ruang praktik korupsi kolusi, dan nepotisme
(KKN).
Penyelenggaraan negara yang demikian itulah yang menyebabkan timbulnya
kemerosotan kehidupan nasional. Terjadinya krisis dalam berbagai bidang kehidupan
(krisis multidimensional) merupakan Salah satu bukti tentang hal tersebut. Tuntutan
perubahan UUD NRI 1945 adalah suatu solusi yang sangat besar.
Dikatakan solusi yang sangat besar sebab pada era sebelumnya tidak dikehendaki
adanya perubahan tersebut.

Sikap politik pemerintah yang diperkuat oleh MPR berkehendak untuk tidak
mengubah UUD NRI 1945. Seandanya muncul juga kehendak untuk mengubah UUD
1945, terlebih dahulu harus dilakukan secara referendum (meminta pendapat
rakyat) dan dengan persyaratan yang sangat ketat. Karena persyaratannya yang sangat
ketat itulah maka kecil kemungkinan untuk berhasil melakukan perubahan UUD NRI
1945.

Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi


kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Berdasarkan hal tersebut Majelis
Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999, sesuai dengan kewenangannya yang
diatur di dalam Pasal 37 UUD 1945 melakukan perubahan secara bertahap dan
sistematis dalam 4 kali perubahan, yakni:

Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999.

Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000.

Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001.

Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.

Perubahan UUD NRI 1945 yang dilakukan oleh MPR, selain merupakan
perwujudan dari tuntutan reformasi, sebenarnya sejalan dengan pemikiran pendiri
bangsa (founding father) Indonesia. Ketua panitia Penyusun UUD NRI 1945, yakni Ir.
Sukarno dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 18 Agustus 1945, di
antaranya menyatakan sebagai berikut:

“...bahwa ini adalah sekedar Undang-Undang Dasar Sementara, Undang-


Undang Dasar Kilat, bahwa barang kali boleh dikatakan pula, inilah
revolutiegrondwet. Nanti kita membuat Undang-Undang Dasar yang lebih sempurna
dan lengkap”.
Hingga saat ini perubahan yang dilakukan terhadap UUD NRI 1945 telah
dilakukan sebanyak 4 kali yakni pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Perubahan
yang dilakukan bertujuan untuk menyesuaikan dengan tuntutan dan tantangan yang
dihadapi saat itu.

SUMBER : https://irvanhermawanto.blogspot.com/2018/04/membangun-
argumen-dinamika-tantangan-konstitusi-kehidupan-berbangsa-bernegara.html

5. Esensi dan urgensi Konstitusi dalam kehidupan berbangsa Negara


Peran konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberadaan
konstitusi ini dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan sesuatu yang
sangat krusial dan utama, karena tanpa konstitusi itu tidak menutup kemungkinan
suatu negara tidak akan terbentuk.
In history, there is no state hence no constitution. This shows how urgent the
constitution is as a state apparatus. The constitution and the state are like two sides of
a coin that cannot be separated from each other.
Konstitusi menajadi suatu yang urgen dalam tatanan kehidupan
ketatanegaraan, karena konstitusi merupakan sekumpulan aturan yang mengatur
organisasi negara serta hubungan antara negara dan warga negara sehingga saling
menyesuaikan diri dan saling bekerja sama.
Konstitusi atau UUD merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai
pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam
mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan. 
Didalam negara, negara yang mendasarkan dirinya atas demokarasi
konstitusional, UUD mempunyai fungsi  yang khas yaitu membatasi kekuasaan
pemerintah sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak sewenang-wenang. Dengan
demikian diharapkan hak-hak warga negara akan lebih terlindungi.
Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga digunakan sebagai alat
untuk menajamin hak-hak warga negara. Hak tersebut mencakup hak-hak asasi,
seperti hak untuk hidup, kesejahteraan hidup, hak kebebasan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa eksitensi konstitusi dalam suatu negara merupakan suatu
keniscayaan, karena dengan adanya konstitusi akan tercipta pembatasan kekuasaan
melain pembagian wewenang dan kekuasaan dalam menjalan negara. Selain itu,
adanya konstitusi juga menjadi suatu hal yang sangat penting untuk menajamin hak-
hak asasi warga negara, sehingga tidak terjadi penindasan dan perlakuan sewenang-
wenang dari pemerintah.
Konstitusi adalah sarana dasar untuk mengawasi proses kekuasaan. oleh
karena itu, setiap konstitusi mempunyai beberapa peranan yaitu :
Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.
Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak penguasa, dan
menetapkan bagi penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka sehingga tidak
terdapat kekuasaan yang semena-mena.
Konstitusi menggambarkan struktur negara dan sistem kerja yang ada di
lembaga-lembaga negara. Dll
Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa tujuan dibuat konstitusi adalah
untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan membatasinya melalui aturan untuk
menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan penguasa terhadap rakyatnya
serta memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan tujuan negara.
SUMBER :
https://www.kompasiana.com/zainalabidin1453/618d43f38c482510c90e0a82/esensi-
dan-urgensi-konstitusi-negara-dalam-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara

Anda mungkin juga menyukai