Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NI KOMANG SUARNINGSIH TRIASTUTI

NIM : 2211031009
PRODI : PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
ROMBEL : 24

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Pendidikan Kewarganegaraan dikenal sebagai Pendidikan Kewiraan yang lebih
menekankan pada Pendidikan Pendahuluan Bela Negara. Dalam bahasa latin,
Kewarganegaraan disebut "civis" dari kata ini dalam bahasa inggris timbul kata "civic" artinya
mengenai warga negara atau kewarganegaraan dari kata "civic" lahir kata "civics" ilmu
Kewarganegaraan. Civic Education, dan Pendidikan Kewarganegaran. (Kansil: 2005:3)
Pendidikan Kewarganegaraan menurut Suwadi adalah suatu usaha sadar pemerintah
dalam menanamkan konsep kebangsaan yang multi dimensional yang berkaitan dengan dasar-
dasar pengetahuan tentang penanaman nilai-nilai kewarganegaraan (civic values) atau nilai
kebangsaan, sosiologi politik/masyarakat politik, demokrasi dan persiapan anak bangsa untuk
berparti sipasi dalam proses politik secara menyeluruh) agar menjadi warga negara yang
baik.(Suwadi:2007). Pendidikan Kewarganegaraan atau Civic Education adalah program
pendidikan yang bersifat multifaket dengan konteks lintas bidang keilmuwan yang disebut
interdisipliner dan multidimensional berlandaskan pada teori-teori disiplin ilmu-ilmu sosial,
yang secara struktural bertumpu pada disiplin ilmu politik. Menurut Udin S. Winataputra
(2008), sifat multi dimensional inilah membuat bidang kajian Pkn dapat disikapi sebagai;
Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Politik, Pendidikan Nilai dan Moral, Pendidikan
Karakter Kebangsaan, Pendidikan Kemasyarakatan, Pendidikan Hukum dan HAM serta
Pendidikan Demokrasi. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
berfungsi sebagai pendidikan nilai dan moral, yaitu mata pelajaran yang mensosialisasikan dan
menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila/budaya bangsa sehingga membentuk moral anak
yang sesuai dengan nilai falsafah hidupnya (Nashar, 2004.). H. A. Kosasih Djahiri
mengemukakan bahwa hakikat Pkn atau civic education adalah program pendidikan
pembelajaran yang secara programatik-prosedural yang berupaya memanusiakan (humanizing)
dan membudayakan (civilizing) serta memberdayakan (empowering) manusia/anak didik (diri
dan kehidupannya) menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/yurudis
konstitusional bangsa/negara (Dasim Budimansyah : 2006). Selain itu juga untuk membekali
mahasiswa dengan kemampuan dasar dan pengetahuan mengenai hubungan warga negara
Indonesia dengan Negara dan dengan sesama warga negara. Karena itulah pendidikan
kewarganegaraan ini sangat penting untuk diajarkan kepada anak sejak dini untuk membentuk
rasa cinta tanah air, memiliki rasa bela negara yang tinggi, dan memiliki karakter yang baik.
Secara filosofis Pendidikan Kewarganegaraan memilki visi holistik-eklektis yang
memadukan secara serasi pandangan perenialisme, esensialisme, progresifisme, dan
sosiorekonstruksionisme dalam konteks keindonesiaan. Secara sosiopolitik dan kultural
pendidikan kewarganegaraan memiliki visi pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
yakni menumbuhkembangkan kecerdasan kewarganegaraan (civic intelligence) merupakan
prasyarat untuk pembangunan demokrasi dalam arti luas, yang mempersyaratkan terwujudnya
kebudayaan kewarganegaraan atau civic culture sebagai salah satu determinan tumbuh-
kembangnya negara demokrasi. Bertolak dari visinya tersebut, maka pendidikan
kewarganegaraan mengemban misi mutidimensional, sebagai berikut:
1. Mengembangkan potensi peserta didik (misi psikopedagogis);
2. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat negara
bangsa (misi psikososial);
3. Membangun budaya kewarganegaraan sebagai salah satu detereminan kehidupan
yang demokratis (misi sosiokultural)
Secara holistik pendidikan kewarganegaraan bertujuan agar setiap warga negara muda
(young citizens) memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral
Pancasila, nilai dan norma Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
nilai dan komitmen Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen bernegara kesatuan Republik
Indonesia. Oleh karen itu secara sadar dan terencana peserta didik sesuai dengan perkembangan
dan psikologis dan konteks kehidupannya secara sistemik difasilitasi untuk belajar
berkehidupan demokrasi secara utuh, yakni belajar tentang demokarsi (learning about
democracy), belajar dalam iklim dan melalui proses demokrasi (learning through democracy)
dan belajar untuk membangun demokarsi (learning for democracy). Untuk itu Pendidikan
Kewarganegaraan secara psikopedagogis/andragogis dan sosiokultural dirancang,
dilaksanakan, dan dievaluasi dalam konteks pengembangan kecerdasan kewarganegaraan
(civic intelligence) yang secara psikososial tercemin dalam penguasaan pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), perwujudan sikap kewarganegaraan (civic dispositions),
penampilan keterampilan kewarganegaraan (civic skills), pemilikan komitmen
kewarganegaraan (civic commitment), pemilikan keteguhan kewarganegaraan (civic
confidence), dan penampilan kecakapan kewarganegaraan (civic competence) yang kesemua
itu memancar dari dan mengkristal kembali menjadi kebijakan/keadaban kewarganegaraan
(civic virtues/civility). Keseluruhan kemampuan itu merupakan pembekalan bagi setiap warga
negara untuk secara sadar melakukan partisipasi kewarganegaraan (civic participation) sebagai
perwujudan dari tanggung jawab kewarganegaraan (civic responsibilty).
Adapun ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri terdiri dari:
1. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, antara lain latar belakang, kompetensi,
ruang lingkup, hakikat, dan landasan Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia, antara lain pengertian hakikat
unsur-unsur serta kedudukan dan fungsi Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional
dan Geostrategi Indonesia.
3. Ketahanan Nasional dan Geostrategi Indonesia, antara lain pembahasan tentang
landasan, pengertian, asas, dan ciri Ketahanan Nasional Indonesia, serta pendekatan
Asta Gatra perwujudan Ketahanan Nasional.
4. Integrasi Nasional, antara lain pembahasan tentang pengertian Integrasi Nasional,
permasalahan globalisasi, multikulturalisme, Bhinneka Tunggal Ika, dan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Identitas Nasional Indonesia, antara lain pembahasan tentang pengertian Identitas
Nasional, karakter bangsa, dan wujud-wujud Identitas Nasional, isi arti sila-sila
Pancasila dan kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
6. Hak dan kewajiban warga negara, antara lain pembahasan tentang pengertian hak dan
kewajiban, landasan filosofis hak asasi, macam-macam hak warga negara, serta
harmoni hak dan kewajiban warga negara.
7. Demokrasi di Indonesia, antara lain pembahasan tentang pengertian demokrasi,
prinsip-prinsip umum demokrasi, prinsip dasar filsafat dan aspek mekanisme
demokrasi Pancasila, serta pokok-pokok pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
8. Konsep negara dan konstitusi, antara lain pembahasan tentang perangkat hukum dan
ketatanegaraan Republik Indonesia.
9. Otonomi Daerah serta Good and Clean Governance, antara lain pembahasan tentang
pengertian, implementasi dari prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik,
hambatan pencegahan korupsi, dan pencapaian tujuan dan cita-cita nasional.
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki kedudukaan strategis dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME, memiliki akhlak mulia, sehat, berilmu,
terampil kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab
sesuai yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Walaupun sampai saat ini Pendidikaan
Kewarganegaraan telah mengalami pergantian istilah mulai dari kewarganegaraan berubah
menjadi civic, kemudian Pendidikan Kewargaan Negara, kemudian berubah menjadi
Pendidikan Moral Pancasila, kemudian berubah kembali menjadi Pendidikan Pancasilan dan
Kewarganegaraan, kemudian menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. Perubahan Peranan
Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk
Peningkatan Mutu Pendidikan Prosiding Seminar Nasional 50 terakhir melalui kurikulum
2013, mata pelajaran ini istilahnya berubah kembali menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn).
Eksistensi Pendidikan Kewarganegaraan dalam kurikulum dari waktu ke waktu, mulai
Indonesia merdeka sampai sekarang masih tetap tetap eksis meskipun istilah yang digunakan
dalam setiap kurikulum tidak sama. Bahkan dalam kurikulum tahun 2013 mata pelajaran
PKn/PPKn semakin mantab eksistensinya dalam konstelasi sistem pendidikan nasional di
Indonesia. Yang semula dalam kurikulum mata pelajaran ini hanya diberikan dengan alokasi
waktu 2 jam/minggu di semua jenjang pendidikan, sekarang, dalam kurikulum 2013 menjadi
4 s.d 6 jam/minggu di SD, 3 jam/minggu di SMP, dan 2 jam minggu di SMA. Dengan demikian
menjadikan mata pelajaran ini semakin strategis untuk membentuk warga negara yang baik,
yang memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME, memiliki akhlak mulia, sehat,
berilmu, terampil kreatif, mandiri dan demokratis dan bertanggung jawab sebagaimana
diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945.
DAFTAR PUSTAKA

Sumario, S., Riyanti, A., Daulay, M. I., Bagenda, C., Soegoto, A. S., Soeikromo, D., ...
& Hasibuan, A. K. H. (2022). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN “Hakikat, Konsep
dan Urgensi”.
Adha, M., & Perdana, D. R. (2020). Pendidikan kewarganegaraan.
Parawangsa, E., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Hakikat Pendidikan
Kewarganegaraan di Sekolah Dasar (SD). Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 8050-8054.
Akbal, M. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembangunan karakter
bangsa. Gadjah Mada University Press Bekerjasama Dengan LAN RI, 1(1), 485-493.
Lasiyo, M. A., Wikandaru, M. R., Fil, S., & Hastangka, S. F. Pengantar Pendidikan
Kewarganegaraan.

Anda mungkin juga menyukai