Anda di halaman 1dari 7

Visi dan Misi dari mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

(PPKn), secara sosio politik dan kultural pendidikan kewarganegaraan memiliki visi

pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yakni menumbuhkembangkan

kecerdasan kewarganegaraan (civic intelligence) yang merupakan prasyarat untuk

pembangunan demokrasi dalam arti luas, yang mempersyaratkan terwujudnya budaya

kewarganegaraan atau civic culture sebagai salah satu determinan tumbuh-

kembangnya negara demokrasi (Winataputra, 2016:21).

Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai misi yang bersifat multidimensional

yakni : 1) Misi psikopedagogis merupakan misi untuk mengembangkan potensi peserta

didik secara progresif dan berkelanjutan, 2) Misi psikososial yang bertujuan untuk

memfasilitasi kematangan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam

masyarakat negara bangsa, 3) Misi sosiokultural yang merupakan misi untuk

membangun budaya dan keadaban kewarganegaraan sebagai salah satu determinan

kehidupan yang demokratis (Winataputra, 2016:22).

Secara Idiil dan Instrumental konsep, visi, dan misi serta muatan Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan tersebut sudah secara utuh mengintegrasikan filsafat,

nilai, dan moral Pancasila dengan keseluruhan tuntutan psikopedagogis dan sosio-

kultural warga negara dalam konteks pembudayaan Pancasila, Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (Winataputra, 2016:23).

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan pendidikan nilai,

moral/karakter, dan kewarganegaraan khas Indonesia. Kedudukan mata pelajaran

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai, moral/karakter


Pancasila dan pengembangan kapasitas psikososial kewarganegaraan Indonesia

sangat koheren (runtut dan terpadu) dengan komitmen pengembangan watak dan

peradaban bangsa yang bermartabat dan perwujudan warga negara yang demokratis

dan bertanggung jawab.

Visi dan Misi Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

(PPKn) diatas pada hakikatnya untuk membentuk warga negara menjadi insan manusia

yang berharkat, bermartabat, bermoral, berperilaku bertanggungjawab yang tercermin

pada setiap tindakan dan perilaku dalam bermasyarakat, bangsa dan bernegara yang

berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

a. Tujuan Mata Pelajaran PPKn

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Kurikulum

pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Pendidikan Kewarganegaraan, tujuan

PKn untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan

dan cinta tanah air. Kemudian Pusat Kurikulum (2007:14) dalam Naskah Akademik

Kajian Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan, menggambarkan “Bahwa pendidikan

untuk kewarganegaraan Indonesia yang demokratis yang menjadi misi PKn, tidak

bersifat chauvinistic, melainkan berwawasan cosmopolitan guna menghasilkan warga

negara Indonesia yang baik, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab sekaligus

menjadi warga dunia yang toleran”.

Menurut Winarno (2013:95) pada materi pembelajaran PPKn memiliki tujuan

agar siswa memiliki kemampuan yang salah satunya yaitu “berpikir secara kritis,

rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan”,


Jadi secara sederhana tujuan PKn/PPKn adalah membentuk warga negara yang

lebih baik (a good citizen) warga negara yang baik, mampu berfikir kritis, peka terhadap

isu-isu sosial dan tolerasi dalam berkehidupan bernegara demokratis untuk masa

depan negara.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 menegaskan

bahwa mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki

kedudukan dan fungsi, antara lain :

1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan pendidikan nilai,

moral/karakter, dan kewarganegaraan khas Indonesia yang tidak sama

sebangun dengan civic education di USA, citizenship education di UK, talimatul

muwwatanah di negara-negara Timur Tengah, education civicas di Amerika

Latin.

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan nilai,

moral/karakter dan pengembangan kapasitas psikososial kewarganegaraan

Indonesia sangat koheren (runtut dan terpadu) dengan komitmen

pengembangan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dan perwujudan

warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab sebagaimana termaktub

dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

b. Materi Mata Pelajaran PPKn

Dalam Kurikulum 2013, menggunakan istilah PPKn sebagai pengganti PKn.

Cakupan materi PPKn Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, yaitu (1)

Pancasila sebagai ideologi dan dasar Negara harus menjadi jiwa yang menginspirasi
seluruh pengaturan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2) Undang

Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 adalah konstitusi Negara sebagai

landasan konstitusional bangsa Indonesia yang menjadi hukum dasar bagi setiap

peraturan perundang-undangan di bawahnya. (3) Negara Kesatuan Republik Indonesia

merupakan bentuk Negara yang dipilih sebagai komitmen bersama. (4) Bhinneka

Tunggal Ika adalah semboyan Negara sebagai modal bersatu (Pimpinan MPR dan Tim

Kerja Sosialisasi MPR. 2012 :7-8; Kompetensi Dasar SMP/MTs, SMA/MA/SMK, 2013).

Memperhatikan tentang berbagai pandangan tentang materi pokok PKn sebagaimana

telah disajikan di muka, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa materi, pokok PKn selalu

berkaitan dengan nilai-nilai dasar sebagai prasarat untuk mewujudkan kehidupan

masyarakat yang diinginkan (great ought). Great ought itu misalnya, ideologi, hak-hak

asasi manusia, dan hak kewajiban warga negara, proses pemerintahan sendiri, nilai-

nilai masa lampau yang dianggap luhur (common good), dan nilai-nilai yang dibutuhkan

untuk mempersiapkan warga negara untuk masa depan. Dan nilai great ought itu

dikembangkan dari tingkat individual, keluarga, lokal, regional, nasional sampai

internasional.

Materi proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

memiliki 2 karakteristik yaitu PPKn sebagai sarana dalam mengembangkan daya

berpikir kritis siswa, artinya bahwa siswa mampu berpikir secara kritis dalam

pembelajaran dan dapat menalar serta memecahkan masalah dalam suatu konsep

pembelajaran.
Menurut Hakim (2016:38) menegaskan bahwa salah satu indikator warga negara

yang baik adalah sebagai seorang pemikir. Dengan demikian PPKn harus diposisikan

sebagai wahana pengembangan daya nalar peserta didik.

Sejalan dengan pendapat di atas menurut Hakim (2016:2) bahan ajar PPKn

disusun secara sistematis dengan menggunakan pendekatan ke arah dialogis dan

berpikir kritis. Pendekatan yang mendukung pembelajaran PPKn yaitu pendekatan

berpikir kritis artinya karakteristik berpikir kritis diupayakan dalam pembelajaran PPKn.

Pembelajaran dalam mata pelajaran PPKn merupakan upaya dengan menggunakan

pendekatan belajar kontekstual guna meningkatkan kecerdasan, keterampilan serta

karakter siswa.

Selanjutnya (Winarno, 2013:26) terdapat tiga komponen utama yang perlu untuk

dipelajari dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Ketiga

komponen utama dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan itu

merupakan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan

kewarganegaraan (civic skills), dan sikap kewarganegaraan (civic disposition).

Pada Pengembangan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran PPKn dalam bingkai

Kompetensi Inti (KI) yang secara psikologis-pedagogis menjadi pengintegrasi

kompetensi peserta didik secara utuh dan koheren dengan penanaman,

pengembangan, penguatan secara utuh dan koheren dengan penanaman,

pengembangan, penguatan nilai dan moral Pancasila, nilai dan norma UndangUndang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal

Ika serta Wawasan dan Komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58, 2014:221)


Maka dari uraian diatas dapat di ambil kesimpulan mata pelajaran Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan usaha pembinaan peranan warga

negara dalam berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya, dan

pertahanan keamanan sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD NRI 1945 dan

yang secara dominan mendasarkan karakter Ilmu politik dalam memprogram dan

pengajarannya sehingga diharapkan dapat terwujudnya warga negara yang dapat

diandalkan oleh bangsa dan negara dengan penguatan 4 pilar kebangsaan, Pancasila,

Undang-Undang Dasar NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Materi Pendidikan Kewarganegaraan menurut Branson (1999:4) harus

mencakup tiga komponen yaitu:

1. Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) yang berkaitan dengan

kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara. Aspek ini

menyangkut kemampuan akademik-keilmuan yang dikembangkan dari berbagai

teori politik, hukum, dan moral. Dengan demikian mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan merupakan bidang kajian multidisipliner. Secara rinci, materi

pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung

jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip, dan proses demokrasi,

lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintahan

berdasar hukum (rule of law), dan peradilan yang bebas dan tidak memihak,

konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.

2. Civic skill (kecakapan kewarganegaraan) yakni kecakapan-kecakapan intelektual

dan kecakapan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika


warga negara mempraktekkan hak-haknya dan menunaikan kewajiban-

kewajibannya sebagai anggota masyarakat yang berdaulat, warga negara tidak

hanya menguasai pengetahuan dasar, namun perlu juga memiliki kecakapan-

kecakapan intelektual dan partisipatoris yang relevan. Contoh keterampilan

intelektual yaitu keterampilan dalam merespon berbagai persoalan politik,

misalnya merancang dialog dengan DPRD. Keterampilan berpartisipasi

contohnya keterampilan menggunakan hak dan kewajibannya di bidang hukum,

misalnya segera melapor kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang diketahui.

3. Civic Disposition (watak kewarganegaraan) yang mengisyaratkan pada karakter

publik maupun karakter privat yang penting bagi pemeliharaan dan

pengembangan demokrasi konstitusional.

Ketiga komponen materi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang

dikemukakan oleh Branson diatas menegaskan tentang pengetahuan warga negara

berwawaskan kebangsaan yang bermoral, paham akan hak dan kewajiban dengan

kecakapan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara yang berlandasakan Pancasila dan UUD NRI 1945.

Anda mungkin juga menyukai