Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nur Ikhsan

NIM : F1041201002

Pengembangan PPT

Pendidikan Kewarganegaraan

 Apa itu pendidikan kewarganegaraan?


Pendidikan kewarganegaraan global adalah jenis ilmu kewarganegaraan yang
melibatkan partisipasi aktif pelajar dalam proyek-proyek terkait isu sosial, politik,
ekonomi, dan lingkungan global.
Menurut Kerr, pendidikan kewarganegaraan atau pendidikan kewarganegaraan dalam
arti yang lebih luas berarti persiapan kaum muda untuk peran dan tanggung jawab
mereka sebagai warga negara dan khususnya peran pendidikan (melalui pendidikan,
pengajaran) dan pembelajaran dalam proses persiapan ini. (Winataputra dan
Budimansyah, 2007: 4)

Menurut Azis Wahab, pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah alat


pengajaran yang mengindonstruksikan siswa dengan cara yang sadar, cerdas, dan
bertanggung jawab. Oleh karena itu, Program Warga berisi konsep umum
administrasi negara, politik dan hukum serta teori umum lainnya yang sesuai dengan
tujuan (Cholisin, 2000: 18).

Definisi pendidikan kewarganegaraan sesuai dengan ketentuan n. 22/2006 dari


Menteri Pendidikan Nasional berkenaan dengan standar substantif untuk unit sekolah
dasar dan menengah adalah topik yang berfokus pada pendidikan warga negara yang
dapat memahami dan menggunakan hak-hak dan kewajiban mereka untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas dan berkualitas. dan karakter atas nama Pancasila
dan UUD 1945.

Berbeda dengan pendapat di atas, pendidikan kewarganegaraan didefinisikan sebagai


mempersiapkan kaum muda (siswa) untuk menjadi warga negara yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif
dalam komunitas mereka (Samsuri, 2011: 28).

Menurut Zamroni (Tim ICCE, 2005: 7), konsep pendidikan kewarganegaraan adalah:
“Pendidikan demokratis, yang bertujuan untuk mempersiapkan warga negara untuk
berpikir kritis dan tindakan demokratis dan untuk meningkatkan kesadaran di
kalangan generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk demokrasi, masyarakat
kehidupan yang lebih baik menjamin hak – hak komunitas “.

Pendidikan kewarganegaraan adalah masalah yang berfokus pada mendidik warga


negara yang memahami dan dapat menggunakan hak dan tanggung jawab mereka
untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, berkualitas dan berkarakter: 49).

Pandangan lain adalah bahwa pendidikan kewarganegaraan berupaya untuk


memberikan para siswa dengan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan
untuk hubungan antara warga negara dan negara dan untuk pendidikan persiapan
untuk mempertahankan negara agar menjadi warga negara bangsa yang andal dan
dapat diandalkan oleh negara (Somantri). , 2001: 154)

Pendidikan kewarganegaraan dapat diharapkan untuk mempersiapkan siswa untuk


menjadi warga negara yang bersemangat dan konsisten berkomitmen untuk
mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Esensi Republik
Indonesia adalah negara kesatuan yang modern. Negara bangsa adalah negara yang
pendidikannya didasarkan pada pembentukan semangat nasionalis dan nasionalisme
berdasarkan tekad masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah
negara yang sama. Bahkan jika masyarakat masyarakat ini memiliki agama, ras, suku
atau kelas yang berbeda

 Perbedaan pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan pancasila

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan


pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban suatu warga negara, agar segala sesuatu yang
dikerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa. Yang diajarkan kepada warga
Indonesia sejak usia dini hingga pada perguruan tinggi agar mengashasilkan penerus-
penerus bangsa yang yang berkompeten dan siap menjalankan hidup berbangsa dan
bernegara. Pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan agar menciptakan generasi
bangsa yang berkualitas, berbudi luhur, maju, tangguh dan bertanggung jawab serta
cinta tanah air.

PENDIDIKAN PANCASILA

Pendidikan tentang pancasila merupakan salah satu cara untuk menanamkan pribadi
yang bermoral dan berwawasan luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh
karena itu, pendidikan tentang pancasila perlu diberikan disetiap jenjang pendidikan
mulai dari tingkat dasar, menengah hingga perguruan tinggi.

Maman Rachman (1999: 324) menyatakan bahwa : Pendidikan tentang pancasila


memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian mahasiswa di perguruan
tinggi. Setelah lulus dari perguruan tinggi, diharapkan mereka tidak sekedar
berkembang daya intelektualnya saja namun juga sikap dan perilakunya. Sikap dan
perilakunya itu diharapkan menjadi dasar keilmuan yang dimilikinya agar bermanfaat
pada diri, keluarga, dan masyarakat.

PERBEDAAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN

Menurut pemahaman saya pendidikan pancasila adalah pendidikan yang


mengajarkan tentang hak dan kewajiban warga negara agar berkesesuaian dengan
tujuan dan cita-cita bangsa ,sedangkan pendidikan Pancasila adalah agar setiap warga
dapat menanamkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya
generasi bangsa yang berkualitas, berbudi luhur, serta cinta tanah air.

 Tujuan PKN

Tujuan pendidikan kewarganegaraan

Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah menciptakan warga negara yang memiliki


wawasan kenegaraan, menanamkan rasa cinta tanah air, dan kebanggaan sebagai
warga negara Indonesia dalam diri para generasi muda penerus bangsa. Pendidikan ini
tentunya harus dipadukan dengan penguasaan ilmu dan teknologi, sehingga
terciptalah generasi masa depan yang kelak bisa memberikan sumbangsih dalam
pembangunan bangsa.

Pentingnya pendidikan kewarganegaraan

Dengan pendidikan kewarganegaraan ini para generasi muda diharapkan memiliki


kesadaran penuh akan demokrasi dan HAM. Dengan bekal keadaran ini, mereka akan
memberikan kontribusi yang berarti dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi
bangsa, seperti konflik dan kekerasan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia,
dengan cara-cara yang damai dan cerdas.

Mencetak generasi muda yang bertanggungjawab atas keselamatan dan kejayaan


tanah air adalah tujan berikutnya. Rasa tanggung jawab ini akan tercermin dalam
partisipasi aktif generasi muda dalam pembangunan. Generasi muda yang
bertanggung jawab akan menyaring pengaruh-pengaruh dari luar, mengambil sisi
positifnya dan menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai luhur dan moral bangsa.
Akhirnya, Pendidikan kewarganegaraan diharapkan mampu menumbuhkan sikap setia
kepada tanah air dan bersedia dengan tulus iklhas untuk menyumbangkan setiap
potensinya demi kemajuan tanah air walaupun mendapat iming-iming popularitas atau
harta dari pihak-pihak lain.

 Komponen dalam PKN

Margaret S. Branson (1999:4) mengidentifikasi tiga komponen penting dalam


Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu Civic Knowledge (pengetahuan
kewarganegaraan), Civic Skills (keterampilan kewarganegaraan), dan Civic
Disposition (watak-watak kewarganegaraan). Komponen pertama, civic knowledge
“berkaitan dengan kandungan atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh
warganegara” (Bransons 1999:8). Aspek ini menyangkut kemampuan akademik-
keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan
moral. Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
bidang kajian multidisipliner. Secara lebih terperinci, materi pengetahuan
kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga
negara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah
dan non-pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum (rule of law)
dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-
norma dalam masyarakat.
Kedua, Civic Skills meliputi keterampilan intelektual (intelectual skills) dan
keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Ketiga, Civic Disposition (Watak-watak kewarganegaraan), komponen
ini sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata
pelajaran PKn. Dimensi watak kewarganegaraan dapat dipandang sebagai "muara"
dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya.

 Karakteristik kewarganegaraan di Indonesia

Pertama, PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai


disiplin ilmu yang relevan, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi,
psikologi, dan disiplin ilmu lainnya, yang digunakan sebagai landasan untuk
melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai, dan perilaku
demokrasi warganegara. Kemampuan dasar terkait dengan kemampuan intelektual,
sosial (berpikir,bersikap, bertindak, serta berpartisipasi dalam hidup bermasyarakat).
Substansi pendidikan (citacita, nilai, dan konsep demokrasi) dijadikan materi
kurikulum PKn yang bersumber pada pilar-pilar demokrasi konstitusional Indonesia.

Kedua, PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik.
Pembangunan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warga negara yang
cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan
kecerdasan (civic intelligence), tanggungjawab (civic responsibility), dan partisipasi
(civic participation) warga negara sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku
demokrasi.

Ketiga, PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang
digunakan adalah yang lebih inspiratif dan pertisipatif dengan menekankan pada
pelatihan penggunaan logika dan penalaran.
Untuk memfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan belajar
interaktif yang dikemas dalam berbagai bentuk paket seperti bahan belajar tercetak,
terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari lingkungan masyarakat
sebagai pengalaman langsung. Di samping itu upaya peningkatan kualifikasi dan mutu
guru PKn perlu dilakukan secara sistematis agar terjadinya kesinambungan antara
pendidikan guru melalui LPTK, pelatihan dalam jabatan, serta pembinaan
kemampuan profesional guru secara berkelanjutan dalam mengelola proses
pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.

Keempat, kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman,


sikap, dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ”mengajar
demokrasi” (teaching democraty), tetapi melalui model pembelajaran yang secara
langsung menerapkan cara hidup berdemokrasi (doing democray). Penilaian bukan
semata-mata dimaksudkan sebagai alat kendali mutu tetapi juga sebagai alat untuk
memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga dapat lebih berhasil di masa depan.
Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri
yang lebih berbasis kelas.

Anda mungkin juga menyukai