Disusun oleh :
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu ilmu yang memiliki tujuan
untuk bagaimana menjadikan warga negara yang cerdas dan baik serta mampu
mendukung keberlangsungan bangsa dan negara Pendidikan Kewargaan secara
substansif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan
sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan(PKN) merupakan usaha untuk membekali
peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan
antarwarga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi
warga negara yang dapat di andalkan oleh bangsa dan negara. Upaya
mewarganegarakan individu atau orang – orang yang hidup dalam suatu negara
merupakan tugas pokok negara. Konsep warga negara yang cerdas dan baik tentunya
amat tergantung dari pandangan hidup dan sistem politik negara yang bersangkutan.
Tetapi hal yang patut di sayangkan adalah pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan
tersebut tidak pernah lepas dari pengaruh kepentingan sesaat pemerintah yang
berkuasa.
Pendidikan kewarganegaraan dalam konteks pendidikan nasioanal bukan lah
merupakan hal yang baru di Indonesia. Beragam nama dan model pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan yang mengemban misi pendidikan demokrasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pendidikan Kewarganegaraan?
2. Apa saja tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan itu?
3. Bagaimana sejarah Pendidikan Kewarganegaraan?
4. Apa sajakah yang di harapkan dari Kompetesi yang di harapkan dalam
Pendidikan Kewarganegaraan?
5. Bagaimana kontribusi Pendidikan Kewarganegaraan dalam menjadikan warga
negara yang baik?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Zamroni (2003:10)
Pendidikan Kewarganegaraan adalah Pendidikan Demokrasi yang bertujuan untuk
mempesiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak Demokratis,melalui
1
Tim ICCE.2003, Civic Education:Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, ICCE UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Hlm.5-6.
aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah
bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.2
2. Prof Dr.Achmad Sanusi,S.H.
kedudukan dan peran warga negara dalam menjalankan hak dan kewajibannya
sesuai dan sepanjang batas-batas ketentuan kostitusi negara yang
bersangkutan(2002:4),
2
Margaret S. Branson, dkk. 1999. Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta. Hlm. 4
Pendidikan Nasional.dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air
Demokrasi adalah suatu learning process yang tidak dapat dapat begitu saja
meniru dan mentransformasikan nilai-nilai Demokrasi.Selain itu ,Pendidikan
Kewarganegaraan adalah suatu proses yang di lakukan oleh lembaga pendidikan di
mana seseorang mempelajari orientasi,sikap,dan perilaku politik sehingga yang
bersangkutan memiliki political kenowledge,awarenes,attitude,political efficacy,dan
political participation,serta kemampuan mengambl keputusan politik secara rasional
dan menguntungkan bagi dirinya juga masyarakat dan bangsa.
1. Pendidikan Kewarganegaraan(Indonesia)
2. Civics,Civic Education(USA)
3. Citizenship Education(UK)
4. Educacion Civicas(Mexico)
5. Talimatul Sachunterricht(jerman)
6. Civics,Social Studies(Australia)
7. Social Studies (USA,New Zealand)
8. life Orientation(Afrika Selatan)
9. People and Society(hongaria)
3
10. Pendidikan Sivik(Malaysia)
B. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Kreteria warga negara yang baik dapat digali dari beberapa kualitas kepribadian
sebagai perwujudan dari potensi yang melekat pada diri seseorang warga
negara.stanley.dimond(1970) memberikan deskripsi kualitas kepribadian warga
negara yang baik, meliputi :
Di samping itu National Council for The Social memberikan tujuan pendidikan
kewarganegaraan dengan rumusan sebagai berikut;ada tiga target dari rumusan tiga
tujuan yang kita yang bisa mengantarkan warga negara memiliki kualitas pribadi yang
baik yaitu :
3
Nur wardani Paristiyanti. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. 2016. Jakarta. Hlm.8
hal.kemampuan mengambil keputusan terhadap dunia yang senantiasa berubah.
Penerimaan terhadap fakta fakta baru,gagasan gagasan baru dan cara hidup baru.
Senada dengan hal itu, cogan (1998) menegaskan bahwa warga negara yang baik
harus memiliki kemampuan untuk.1)menjawab tantangan global.2)bekerja sama
dengan orang lain.3)menerima dan toleransi terhadap perbedaan budaya.4) berfikir
kritis dan sitematis.bertolak dengan tujuan civi education di atas . maka tujuan
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia hendaknya selalu mengacu terhadap tujuan
pendidikan nasional sebagaimana yang telah di isyaratkan oleh undang undang nomor
20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional.
4
Suparlan Al Hakim. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. 2016. Malang. Wisma
Kalimetro.Hlm.9
tumbuh kesadaran sebagai bangsa walaupun belum menamakan Indonesia. Setelah
berdiri Boedi Oetomo, berdiri pula organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan lain
seperti Syarikat Islam, Muhammadiyah, Indische Party, PSII, PKI, NU, dan organisasi
lainnya yang tujuan akhirnya ingin melepaskan diri dari penjajahan Belanda. Pada
tahun 1928, para pemuda yang berasal dari wilayah Nusantara berikrar menyatakan
diri sebagai bangsa Indonesia, bertanah air, dan berbahasa persatuan bahasa
Indonesia.
Pada tahun 1930-an, organisasi kebangsaan baik yang berjuang secara terang-
terangan maupun diam-diam, baik di dalam negeri maupun di luar negeri tumbuh
bagaikan jamur di musim hujan. Secara umum, organisasiorganisasi tersebut bergerak
dan bertujuan membangun rasa kebangsaan dan mencita-citakan Indonesia merdeka.
Indonesia sebagai negara merdeka yang dicita-citakan adalah negara yang mandiri
yang lepas dari penjajahan dan ketergantungan terhadap kekuatan asing. Inilah cita-
cita yang dapat dikaji dari karya para Pendiri Negara-Bangsa (Soekarno dan Hatta).
Prof. Nina Lubis (2008), seorang sejarawan menyatakan, “... dahulu, musuh
itu jelas: penjajah yang tidak memberikan ruang untuk mendapatkan keadilan,
kemanusiaan, yang sama bagi warga negara, kini, musuh bukan dari luar, tetapi dari
dalam negeri sendiri: korupsi yang merajalela, ketidakadilan, pelanggaran HAM,
kemiskinan, ketidakmerataan ekonomi, penyalahgunaan kekuasaan, tidak
menghormati harkat dan martabat orang lain, suap-menyuap, dll.”
Dari penyataan ini tampak bahwa proses perjuangan untuk menjaga eksistensi
negara-bangsa, mencapai tujuan nasional sesuai cita-cita para pendiri negara-bangsa
(the founding fathers), belumlah selesai bahkan masih panjang. Oleh karena itu,
diperlukan adanya proses pendidikan dan pembelajaran bagi warga negara yang dapat
memelihara semangat perjuangan kemerdekaan, rasa kebangsaan, dan cinta tanah air.
PKn pada saat permulaan atau awal kemerdekaan lebih banyak dilakukan pada tataran
sosial kultural dan dilakukan oleh para pemimpin negarabangsa. Dalam pidato-
pidatonya, para pemimpin mengajak seluruh rakyat untuk mencintai tanah air dan
bangsa Indonesia. Seluruh pemimpin bangsa membakar semangat rakyat untuk
mengusir penjajah yang hendak kembali menguasai dan menduduki Indonesia yang
telah dinyatakan merdeka. Pidato-pidato dan ceramah-ceramah yang dilakukan oleh
para pejuang, serta kyai-kyai di pondok pesantren yang mengajak umat berjuang
mempertahankan tanah air merupakan PKn dalam dimensi sosial kultural. Inilah
sumber PKn dari aspek sosiologis. PKn dalam dimensi sosiologis sangat diperlukan
oleh masyarakat dan akhirnya negara-bangsa untuk menjaga, memelihara, dan
mempertahankan eksistensi negara-bangsa. Upaya pendidikan kewarganegaraan pasca
kemerdekaan tahun 1945 belum dilaksanakan di sekolah-sekolah hingga terbitnya
buku Civics pertama di Indonesia yang berjudul Manusia dan Masjarakat Baru
Indonesia (Civics) yang disusun bersama oleh Mr. Soepardo, Mr. M. Hoetaoeroek,
Soeroyo Warsid, Soemardjo, Chalid Rasjidi, Soekarno, dan Mr. J.C.T. Simorangkir.
Pada cetakan kedua, Menteri Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan, Prijono
(1960), dalam sambutannya menyatakan bahwa setelah keluarnya dekrit Presiden
kembali kepada UUD 1945 sudah sewajarnya dilakukan pembaharuan pendidikan
nasional. Tim Penulis diberi tugas membuat buku pedoman mengenai kewajiban-
kewajiban dan hakhak warga negara Indonesia dan sebab-sebab sejarah serta tujuan
Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia. Menurut Prijono, buku Manusia dan
Masjarakat Baru Indonesia identik dengan istilah “Staatsburgerkunde” (Jerman),
“Civics” (Inggris), atau “Kewarganegaraan” (Indonesia).
“Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila ialah Kelompok segi pendidikan yang terutama
ditujukan kepada pembentukan mental dan moral Pancasila serta pengembangan
manusia yang sehat dan kuat fisiknya dalam rangka pembinaan Bangsa. Sebagai alat
formil dipergunakan segi pendidikan-pendidikan: Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewargaan Negara, pendidikan Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah dan Olahraga.
Pendidikan Agama diberikan secara intensif sejak dari kelas I sampai kelas VI dan
tidak dapat diganti pendidikan budi pekerti saja. Begitu pula, Pendidikan Kewargaan
Negara, yang mencakup sejarah Indonesia, Ilmu Bumi, dan Pengetahuan Kewargaan
Negara, selama masa pendidikan yang enam tahun itu diberikan terus menerus.
Sedangkan Bahasa Indonesia dalam kelompok ini mendapat tempat yang penting
sekali, sebagai alat pembina cara berpikir dan kesadaran nasional. Sedangkan Bahasa
Daerah digunakan sebagai langkah pertama bagi sekolah-sekolah yang menggunakan
bahasa tersebut sebagai bahasa pengantar sampai kelas III dalam membina jiwa dan
moral Pancasila. Olahraga yang berfungsi sebagai pembentuk manusia Indonesia yang
sehat rohani dan jasmaninya diberikan secara teratur semenjak anak-anak menduduki
bangku sekolah."
1. Beriman dan bertaqwa pada tuhan yang maha esa dan menghayati nilai pancasila.
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masyarakat berbangsa dan bernegara
5
Nur wardani Paristiyanti. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. 2016.
Jakarta.Hlm.10
3. Rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara
4. Bersikap professional yang di jiwai kesadaran bela negara
5. Aktif memenafaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk
kepentingan kemanusiaan bangsa dan negara.6
E. Kontribusi Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Masyarakat, Bangsa dan Negara.
6
Sutoyo.Pendidikan Kewarganegaraan. 2011.Yogyakarta. Hlm.10
juga menyisakan masalah sosial masalha bangsa dan negara yang harus diselesaikan.
Maalah tersebut antara lain.
7
Sutoyo.Pendidikan Kewarganegaraan. 2011.Yogyakarta. Hlm.12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendidikan Kewarganegaraan adalah Pendidikan Demokrasi yang bertujuan
untuk mempesiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak
Demokratis,melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru
bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin
hak-hak warga masyarakat.
2. Tujuan pendidikan kewarganegaraan untuk menciptakan warga negara yang baik,
dengan rumusan sebagai berikut;ada tiga target dari rumusan tiga tujuan yang
yang bisa mengantarkan warga negara memiliki kualitas pribadi yang baik yaitu :
a. Warga yang terinformasi
b. Bersikap analitis
c. Melaksanakan nilai nilai demokrasi dan aktif dalam kehidupan
masyarakat.
3. Pendidikankewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang
cerdas penuh tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini di sertai perilaku yang;
a. Beriman dan bertaqwa pada tuhan yang maha esa dan menghayati nilai
pancasila.
b. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara
c. Rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara
d. Bersikap professional yang di jiwai kesadaran bela negara
e. Aktif memenafaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk
kepentingan kemanusiaan bangsa dan negara.
4. Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar warganegara bangsa tersebut
mendalami kembali nilai nilai dasar,sejarah dan masa depan bangsa yang
bersangkutan dengan sesuai nilai fundamental yang dianut bangsa
bersangkutan.berjalan dengan kenyataan tersebut pada hakikatnya PKN.
DAFTAR PUSTAKA
Sutoyo. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Taniredjo, Tukiran. 2013. Konsep dasar pendidikan kewarganegaraan. Yogyakarta: Ombak.
Alhakim, Suparlan. 2010. Pendidikan kewarganegaraan dalam konteks indonesia. Malang:
Madani kelompok intrans publishing wisma kalimetro.
Burhan, Wirman. 2014. Pendidikan kewarganegaraan, pancasila dan undang-undang dasar
1945. Jakarta:Rajawali Pers.
Tim ICCE Jakarta. 2004. Buku panduan dosen pendidikan kewarganegaraan (civic
education). Jakarta:prenada media.
Kaelan. 2012. PendidikanKewarganegaraan untuk perguruan tinggi. Yogyakarta:paradigma.
Jazim Hamidi. 2010. Civic Education antara realitas politik dan implementasi hukumnya.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Paristiyanti Nurwardani. 2016.PendidikanKewarganegaraan untuk perguruan
tinggi.Jakarta:Ristekdikti.